Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH LEGAL DAN ETIK

PADA PENYAKIT PNEUMONIA

Disusun Oleh :
1. Shinta Arumsari (S17205)
2. Sri Lestari (S17206)
3. Teguh Santoso (S17207)
4. Tri Wulan Dari (S17208)
5. Ukik Moeneta (S17209)
6. Vega Ayu Listyanty (S17210)
7. Yulia Rossalila (S17211)
8. Yuni Purwanti (S17212)
9. Natalia (S17213)

Program Studi Sarjana Keperawatan


Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
Kusuma Husada Surakarta
2018/201
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dilema etik adalah suatu masalah yang melibatkan dua atau lebih landasan moral suatu
tindakan tetapi tidak dapat dilakukan keduanya. Ini merupakan suatu kondisi dimana setiap
alternatif memiliki landasan moral atau prinsip. Pada dilema etik ini,sukar untuk menentukan
mana yang benar atau salah serta dapat menimbulkan stress pada perawat karena perawat tahu
apa yang harus dilakukan, tetapi banyak rintangan untuk melakukannya. Dilema etik biasa
timbul akibat nilai-nilai perawat, klien atau lingkungan tidak lagi menjadi kohesif sehingga
timbul pertentangan dalam mengambil keputusan. Pada saat berhadapan dengan dilema etik
terdapat juga dampak emosional seperti rasa marah, frustrasi, dan takut saat proses
pengambilan keputusan rasional yang harus dihadapi, ini membutuhkan kemampuan interaksi
dan komunikasi yang baik dari seorang perawat. Pneumonia adalah salah satu penyakit yang
menyerang saluran nafas bagian bawah yang terbanyak kasusnya didapatkan di praktek-
praktek dokter atau rumah sakit dan sering menyebabkan kematian terbesar bagi penyakit
saluran nafas bawah yang menyerang anak-anak dan balita hampir di seluruh dunia.
Diperkirakan pneumonia banyak terjadi pada bayi kurang dari 2 bulan, oleh karena itu
pengobatan penderita pneumonia dapat menurunkan kematian pada anak.

B. Rumusan masalah
1. Regulasi atau peraturan pada penyakit pneumonia
2. Prinsip – prinsip legal etik pada penyakit pneumonia
3. Peran – peran perawat pada pneumonia

C. Tujuan dan mamfaat


1. Mengetahui peraturan atau regulasi pada penyakit pneumonia
2. Mengetahui prinsip – prinsip legal etik pada pneumonia
3. Mengetahui peran – peran perawat pada pneumonia
BAB II
PEMBAHASAN

1. PERATURAN / REGULASI PADA PNEUMONIA


a. PERMENKES RI NO 70 TAHUN 2013
PAKET INTERVENSI DALAM MTBS-M
Dengan melaksanakan MTBS-M, pendekatan pelayanan kesehatan untuk
kelangsungan hidup anak diharapkan akan mendukung peningkatan
cakupan intervensi
-intervensi promotif dan kuratif sebagai berikut:
1.Promosi
perilaku sehat dan pencarian pertolongan kesehatan.
2.Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif.
3.Menjaga kehangatan untuk semua bayi baru lahir.
4.Perawatan metoda kanguru untuk bayi berat lahir rendah (BBLR)
5.Perawatan tali pusat pada bayi baru lahir.
6.CTPS (Cuci Tangan Pakai Sabun).
7.Pemakaian kelambu.
8.Pemberian ASI hingga 2 tahun atau lebih disertai Makanan
Pendamping (MP) ASI.
9.Pemberian salep antibiotika untuk infeksi pada bayi baru lahir.
10.Pemberian oralit dan zinkuntuk balita yang menderita diare.
11.Pemberian antibiotika yang tepat untuk pneumonia (kotrimoksazol
sebagai pilihan pertama).
12.Pemberian terapi kombinasi berbasis artemisinin untuk malaria.
Intervensi- intervensi tersebut di atas dikemas dalam paket-paket pelayanan
sesuai prinsip continuum of care mulai dari bayi lahir hingga sebelum
genap
berusia lima tahun
b. PERMENKES NO 12 TAHUN 2017
Tentang penyelenggaraan imunisasi kepada balita salah satunya penyakit
pneumonia
Pasal 6
(1)Imunisasi dasar sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (2) diberikan
pada bayi sebelum berusia 1 (satu) tahun.
(2)Imunisasi dasar sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas
Imunisasi
terhadap penyakit:
a.hepatitis B;
b.poliomyelitis;
c.tuberkulosis;
d.difteri;
e.pertusis;
f.tetanus;
g.pneumonia dan meningitis yang disebabkan oleh Hemophilus Influenza
tipe b (Hib); dan h.campak.
c. LAMPIRAN PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK
INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2016 TENTANG PETUNJUK TEKNIS
PENGGUNAAN DANA ALOKASI KHUSUS NONFISIK BIDANG
KESEHATAN TAHUN ANGGARAN 2017
Upaya pencegahan dan pengendalian penyakit menular langsung (
antara lain : TB, HIV/AIDS,IMS,Hepatitis,Diare,Typoid,ISPA/Pneumonia,
Kusta,Frambusia, dll)
Langkah – langkah :
1.Penemuan kasus secara dini
2.Pelacakan kasus kontak
3.Pemberian obat pencegahan (individu atau massal)
4.Kunjungan rumah untuk follow up tata laksana
5.Pengambilan dan pengiriman spesimen
6.Pendampingan
7.Deteksi dini HIV/AIDS, TB, Hepatitis pada ibu hamil dan populasi
berisiko
8. Pendataan sasaran

2. PRINISP – PRINSIP LEGAL ETIK PADA PNEUMONIA


a. Autonomi
Autonomi berarti kemampuan untuk menentukan sendiri dan
mengatur diri sendiri.
Contoh :
Klien menderita pneumonia. Dokter menetapkan untuk
pemasangan infus dan pemberian antibiotik dosis tinggi. Pada waktu akan
dilakukan tindakan pemasangan infus dan injeksi antibiotik oleh perawat,
klien meminta untuk tidak memberikan obat atau melakukan tindakan
apapun kepadanya. Klien menyatakan ingin meninggal dengan damai dan
bermartabat

b. Confidentiality ( Kerahasiaan )
Aturan dalam prinsip kerahasiaan adalah informasi tentang klien
harus dijaga privasinya
Contoh :
Perawat tidak boleh menceritakan rahasia tentang informasi
penyakit pneumonia klien kepada orang lain kecuali seijin klien atau seijin
keluarga demi kepentingan keluarga
c. Beneficience ( Berbuat Baik )
Hanya melakukan sesuatu yang baik
Contoh :
Perawat yang memberikan infus kepada pasien peneumonia yang
sudah mengalami kelumpuhan,tetapi pasien tidak mau untuk di infus dan
sudah pasrah,dengan demikian perawat tidak memberikan infus kepada
pasien dan menghargain apa yang diinginkan oleh pasien.

d.Inform Consent
Persetujuan tentang tindakan yang akan diberikan kepada klien
Contoh :
Pemberian sinar terapi pada klien membutuhkan inform consent
untuk disetujui klien,Pemasangan ventilator aqureid pneumonia melalui
lubang mulut atau hidung

e.Fidelity ( Menepati Janji )


Memiliki komitmen dan tanggung jawab kepada klien
Contoh :
Perawat kembali datang untuk memberikan obat antibiotic kepada
klien yang terdapat pada RTL perawat sebelumnya

3. PENERAPAN BEBERAPA PENGAMBILAN KEPUTUSAN KEPERAWATAN


SECARA ETIK DALAM BIDANG KESEHATAN
Terdiri dari :
a. Ciri-ciri keputusan yang etis
b. Mempunyai pertimbangan benar salah
c. Sering menyangkut pilihan yang sukar
d. Tidak mungkin dielakkan

4. DILEMA ETIK :
Masalah / konflik terjadinya terkait dengan hak klien untuk menentukan hal yang
terbaik untuk dirinya sendiri. Apa yang sebaiknya perawat lakukan pada situasi tersebut
. Gunakan teori etika atau moral dan tahapan proses pengambilan keputusan untuk
penyelesaian dilema etis tersebut ?

a. Skenario
Sdr. Budi , umur 20 tahun, mahasiswa semester 3 perguruan tinggi negeri di
Jember. Karena kecelakaan ia menderita kelumpuhan total (quadriplegia) dan harus
bed rest dalam waktu lama. Akibat dari bed rest, ia menderita pneumonia. Dokter
menetapkan untuk pemasangan infus dan pemberian antibiotik dosis tnggi. Pada waktu
akan dilakukan tindakan pemasangan infus dan injeksi antibiotik oleh perawat, klien
meminta untuk tidak memberikan obat atau melakukan tindakan apapun kepadanya.
Klien menyatakan ingin meninggal dengan damai dan bermartabat.
b. Identifikasi kasus
Kasus ini adalah suatu kasus di bidang etika topik etisnya adalah persetujuan
pasien terhadap tindakan perawat. Dalam kasus ini perawat menghadapi dilema moral
: memenuhi permintaan pasien atau melakukan tindakan tanpa persetujuannya
c. Pemecahan kasus dilema etik :
1. Tidak menuruti keinginnan pasien untuk tidak melakukan tidakan pemasangan
infus dan injeksi antibiotik
Konsekuensi :
 Untuk memulihkan kondisi pasien
 Tidak mempercepat kematian pasien
 Pelanggaran terhadap hak pasien untuk menentukan nasibnya sendiri
 Kecemasan pada klien dan keluarganya dapat sedikit dikurangi.
2. Membujuk pasien agar bersedia dilakukan pemasangan infus dan injeksi
antibiotik Konsekuensi :
 Untuk memulihkan kondisi pasien
 Tidak mempercepaat kematian pasien
 Agar pasien mengerti penyakit yang dideritanya
 Keinginan klien untuk menentukan nasibnya sendiri tidak terpenuhi
3. Menuruti keinginan pasien untuk tidak dilakukan pemasangan infus dan injeksi
antibiotik Konsekuensi :
 Mempercepat kematian pasien
 Kondisi pasien semakin parah
 Hak klien sebagian dapat terpenuhi
 Keluarga dan pasien cemas dengan situasi tersebut
4. Mengkomunikasikan kepada keluarga pasien untuk tindakan selanjutnya, dan
meminta persetujuan pada keluarga pasien
Konsekuensi :
 Tidak mempercepat kematian pada pasien
 Memulihkan kondisi pasien
 Kecemasan pada klien dan keluarganya dapat sedikit dikurangi.
 Hak klien sebagian dapat terpenuhi

Kesimpulan :
Perawat melakukan tindakan dengan meminta persetujuan pada
keluarga pasien, karena apabia tidak dilakukan akan dapat memperparah
kondisi pasien itu sediri.
5. PERAN – PERAN PERAWAT PADA PNEUMONIA
a. Care Giver
Perawat harus melakukan peran dengan mempertahankan keadaan
kebutuhan dasar manusia melalui pemberian pelayanan keperawatan
b. Edukator
Perawat membantu orang tua klien untuk meningkatkan tentang
penyakit pneumonia pada anaknya.
c. Advokat
Perawat bertugas memberikan informasi kepada keluarga klien yang
bersangkutan terhadap klien khususnya dalam pengambilan keputusan atau
persetujuan atas tindakan keperawatan yang akan diberikan kepada klien.

BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
Pneumonia adalah infeksi saluran pernafasan akut bagian bawah yang mengenai
parenkim paru. Pneumonia pada anak dibedakan menjadi:
1. Pneumonia lobaris
2. Pneumonia interstisial (bronkiolitis)
3. Bronkopneumonia.

Pneumonia adalah salah satu penyakit yang menyerang saluran nafas bagian bawah
yang terbanyak kasusnya didapatkan di praktek-praktek dokter atau rumah sakit dan sering
menyebabkan kematian terbesar bagi penyakit saluran nafas bawah yang menyerang anak-
anak dan balita hampir di seluruh dunia. Diperkirakan pneumonia banyak terjadi pada bayi
kurang dari 2 bulan, oleh karena itu pengobatan penderita pneumonia dapat menurunkan
angka kematian anak.

2. Saran
Penyakit pneumonia sebenarnya merupakan manifestasi dari rendahnya daya tahan
tubuh seseorang akibat adanya peningkatan kuman patogen seperti bakteri yang menyerang
saluran pernapasan. Dalam keadaan sehat pada paru tidak akan terjadi pertumbuhan
mikroorganisme, keadaan ini disebabkan oleh adanya mekanisme pertahanan paru.
Terdapatnya bakteri di dalam paru merupakan ketidak seimbangan antara daya tahan
tubuh, sehingga mikroorganisme dapat berkembang biak dan berakibat timbulnya infeksi
penyakit. Oleh karena itu sangat di perlukan menjaga daya tahan tubuh dengan
memperhatikan nutrisi dan kesehatan tubuh
DAFTAR PUSTAKA

Muttaqin, A. (2008). Asuhan keperawatan klien dengan gangguan sistem pernafasan. Jakarta :
Salemba Medika Bararah, Haqiyahdan M.J. (2013).

Asuhan keperawatan panduan lengkap menjadi perawat profesional, Jakarta : Prestasi pustaka
Barbara Engram. 1999.

Rencana asuhan keperawatan medikal bedah. EGC, Jakarta Carpenito lynda juall. 1999.

Rencana asuhan keperawatan dan dokumentasi keperawatan. Jakarta : penerbit buku kedokteran.
EGC. Danusantoso, Halim. 2000.

Buku saku ilmu penyakit paru.Jakarta : Hipokrates Isnaina Koento & R. Koento.1981.

Ilmu Pengetahuan dan Penelitian. Jakarta : Departemen pendidikan dan kebudayyaan-CHS Jan
Tambayong, dr.2000.

Patofisiologi untuk keperawatan. EGC, Jakarta John. A Boswick. 19997. Perawattan Gawat
darurar. EGC, Jakarta Taufan, N. (2011)..

Asuhan keperawatan komunitas, anak, bedah dan pennyakit dalam. Yogyakarta : Nuha medika
Ma’rifin Husin. 1999.

Pengembangan keperawatan sebagai profesi di Indonesia. Jakarta :


CHS.

Anda mungkin juga menyukai