Anda di halaman 1dari 9

SATUAN ACARA PEMBELAJARAN (SAP) PRAKTIK PROFESI NERS

KEPERAWATAN ANAK PENDIDIKAN KESEHATAN MEGACOLON /


HISCHPRUNG PADA PASIEN DENGAN MEGACOLON / HISCHPRUNG DI
RUANG MELATI 3 RSUD DR MOEWARDI SURAKARTA
Disusun untuk memenuhi tugas praktik klinik keperawatan profesi ners

Oleh :
Tri Wulan Dari
SN211144

PROGRAM STUDI PROFESI NERS PROGRAM PROFESI


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS KUSUMA HUSADA SURAKARTA
TAHUN AKADEMIK 2021/2022
SATUAN ACARA PENYULUHAN

1. Pokok Bahasan : Hisprung/Megacolon


2. Sasaran : Keluarga pasien
3. Waktu : 20 menit
4. Tanggal :
5. Tempat : Ruang Melati 3 RSUD Dr.Moerwardi
6. Educator : Tri Wulan Dari

A. LATAR BELAKANG
Penyakit hisprung (Hirschprung) merupakan suatu kelainan bawaan yang menyebabkan
gangguan pergerakan usus yang dimulai dari spingter ani internal ke arah proksimal
dengan panjang yang bervariasi dan termasuk anus sampai rektum. Penyakit hisprung
adalah penyebab obstruksi usus bagian bawah yang dapat muncul pada semua usia akan
tetapi yang paling sering pada neonatus. Penyakit hisprung juga dikatakan sebagai suatu
kelainan kongenital dimana tidak terdapatnya sel ganglion parasimpatis dari pleksus
auerbach di kolon, keadaan abnormal tersebutlah yang dapat menimbulkan tidak adanya
peristaltik dan evakuasi usus secara spontan, spingter rektum tidak dapat berelaksasi,
tidak mampu mencegah keluarnya feses secara spontan, kemudian dapat menyebabkan
isi usus terdorong ke bagian segmen yang tidak adalion dan akhirnya feses dapat
terkumpul pada bagian tersebut sehingga dapat menyebabkan dilatasi usus proksimal
(Markum, H. 2014).
Pasien dengan penyakit hisprung pertama kali dilaporkan oleh Frederick Ruysch pada
tahun 1691, tetapi yang baru mempublikasikan adalah Harald Hirschsprung yang
mendeskripsikan megakolon kongenital pada tahun 1863. Namun patofisiologi terjadinya
penyakit ini tidak diketahui secara jelas. Hingga tahun 1938, dimana Robertson dan
Kernohan menyatakan bahwa megakolon yang dijumpai pada kelainan ini disebabkan
oleh gangguan peristaltik dibagian distal usus defisiensi ganglion. Penyakit hisprung
terjadi pada 1/5000 kelahiran hidup. Insidensi hisprung di Indonesia tidak diketahui
secara pasti, tetapi berkisar 1 diantara 5000 kelahiran hidup. Dengan jumlah penduduk
Indonesia 200 juta dan tingkay kelahiran 35 permil, maka diprediksikan setiap tahun akan
lahir 1400 bayi dengan penyakit hisprung.Insidens keseluruhan dari penyakit hisprung 1:
5000 kelahiran hidup, laki-laki lebih banyak diserang dibandingkan perempuan ( 4: 1 ).
Biasanya, penyakit hisprung terjadi pada bayi aterm dan jarang pada bayi prematur.
Penyakit ini mungkin disertai dengan cacat bawaan dan termasuk sindrom down, sindrom
waardenburg serta kelainan kardiovaskuler. Selain pada anak, penyakit ini ditemukan
tanda dan gejala yaitu adanya kegagalan mengeluarkan mekonium dalam waktu 24-48
jam setelah lahir, muntah berwarna hijau dan konstipasi faktor penyebab penyakit
hisprung diduga dapat terjadi karena faktor genetik dan faktor lingkungan. Oleh karena
itu, penyakit hisprung sudah dapat dideteksi melalui pemeriksaan yang dilakukan seperti
pemeriksaan radiologi, barium, enema, rectal biopsi, rectum, manometri anorektal dan
melalui penatalaksanaan dan teraupetik yaitu dengan pembedahan dan colostomi.
(Saifudin, AB, dkk. 2016)

B. TUJUAN INSTRUKSIONAL
1. Tujuan Umum
Setelah mengikuti penyuluhan selama 30 menit peserta mampu mengetahui dan
memahami tentang penyakit hirschprung.
2. Tujuan Khusus
Setelah diberikan penyuluhan, peserta dapat:
a) Mengetahui dan memahami definisi hisprung
b) Mengetahui dan memahami etiologi hisprung
c) Mengetahui dan memahami manifestasi klinis hisprung
d) Mengetahui dan memahami pemeriksaan diagnostik hisprung
e) Mengetahui dan memahami penatalaksanaan hisprung
C. MEDIA
Leaflet (terlampir)
D. METODE
Ceramah dan diskusi tanya jawab
E. PESERTA
Keluarga dari pasien dengan diagnosa medis Megacolon
F. SETTING TEMPAT

Educator Keluarga pasien


(Wulan)
G. WAKTU PELAKSNAAN
1. Hari/Tanggal :
2. Waktu :
3. Tempat : Ruang HCU Anak RSUD Dr Moewardi Surakarta

H. PENGORGANISASIAN
1. Moderator : Tri Wulan Dari
2. Fasilitator : Tri Wulan Dari
3. Notulensi : Tri Wulan Dari
4. Editor : Tri Wulan Dari

I. RENCANA PELAKSANAAN
No Kegiatan Waktu Subyek Terapi
1 Persiapan 5 Pasien dan keluarga
a. Memberikan salam pasien
b. Perkenalan
c. Menjelaskan tujuan
d. Menyebutkan materi yang akan
diberikan
e. Menjelaskan tujuan yang akan
dicapai berkaitan dengan materi
pendidikan kesehatan
2 Proses 10 Pasien dan keluarga
Menjelaskan : pasien
a. Definisi hisprung
b. Etiologi hisprung
c. Klasifikasi hisprung
d. Manifestasi klinis hisprung
e. Pemeriksaan diagnostik
hisprung
f. Penatalaksanaan hisprung
3 Penutup 5 Pasien dan keluarga
a. Menyediakan waktu diskusi tanya pasien
jawab dengan keluarga pasien
b. Melakukan evaluasi kepada
keluarga pasien
c. Memberikan afirmasi positif
kepada pasien maupun keluarga
d. Mengucapkan salam penutup
e. Berpamitan

J. KRITERIA EVALUASI
1. Evaluasi struktur
a. Persiapan materi
Educator mempersiapkan materi yang telah tercantum dalam Satuan Acara
Pembelajaran (SAP) sebagai acuan dalam pelaksanaan pendidikan
kesehatan. Dalam Satuan Acara Pembelajaran (SAP) terdapat materi yang
akan disampaikan kepada pasien dan keluarga dengan materi singkat yang
mudah dipahami oleh keluarga dan pasien.
b. Persiapan media
Media yang digunakan dalam pemberian pendidikan kesehatan semua
lengkap dan dapat digunakan dalam pendidikan kesehatan yaitu leaflet.
c. Persiapan tempat
Ruangan yang digunakan dalam pemberian pendidikan kesehatan adalah
ruang Melati 3 di RSUD Dr Moewardi Surakarta
d. Persiapan alat
Alat yang digunakan dalam pemberian pendidikan kesehatan adalah media
dan kursi untuk duduk educator maupun keluarga pasien.
2. Evaluasi proses
Keluarga pasien mengikuti jalannya penyuluhan dengan baik dan penuh
antusias. Selama proses pendidikan kesehatan berlangsung, keluarga menjawab
pertanyaan.

3. Evaluasi hasil
Peserta pendidikan kesehatan mengerti apa yang telah disampaikan dengan
kriteria mampu menjawab pertanyaan dalam bentuk lisan yang akan diberikan
oleh penyuluh dan materi yang disampaikan.
K. DAFTAR HADIR
Daftar yang menghadiri kegiatan pendidikan kesehatan.
L. MATERI PENYULUHAN
1. Definisi
Penyakit Hisprung (Hirschprung)  adalah kelainan bawaan penyebab
gangguan pasase usus.(Mansjoer, dkk. 2012)
Penyakit Hisprung disebut juga kongenital aganglionik megakolon. Penyakit
ini merupakan keadaan usus besar (kolon) yang tidak mempunyai persarafan
(aganglionik). Jadi, karena ada bagian dari usus besar (mulai dari anus kearah atas)
yang tidak mempunyai persarafan (ganglion), maka terjadi “kelumpuhan” usus besar
dalam menjalanakan fungsinya sehingga usus menjadi membesar (megakolon).
Panjang usus besar yang terkena berbeda-beda untuk setiap individu.
Hirschsprung atau Mega Colon adalah penyakit yang tidak adanya sel – sel
ganglion dalam rectum atau bagian rektosigmoid Colon. Ketidak adaan ini
menimbulkan keabnormalan atau tidak adanya peristaltik serta tidak adanya evakuasi
usus spontan

2. Penyebab
Penyakit ini disebabkan aganglionosis Meissner dan Aurbach dalam lapisan dinding
usus, mulai dari spingter ani internus ke arah proksimal, 70 % terbatas di daerah
rektosigmoid, 10 % sampai seluruh kolon dan sekitarnya 5 % dapat mengenai seluruh
usus sampai pilorus.
a) Keturunan
b) Gangguan perkembangan embrionik usia 1-3 bulan saat kehamilan
c) Kekurangan konsumsi asam folat/nutrisi yang tidak mencukupi selama kehamilan
d) Virus TORCH
(Mansjoer, dkk. 2012)
3. Tanda dan Gejala
Gejala Penyakit Hirshsprung adalah obstruksi usus letak rendah, bayi dengan
Penyakit Hirshsprung dapat menunjukkan gejala klinis sebagai berikut. Obstruksi
total saat lahir dengan muntaah, distensi abdomen dan ketidakadaan evakuasi
mekonium. Keterlambatan evakuasi mekonium diikuti obstruksi konstipasi, muntah
dan dehidrasi. Gejala rigan berupa konstipasi selama beberapa minggu atau bulan
yang diikuti dengan obstruksi usus akut. Konstipasi ringan entrokolitis dengan diare,
distensi abdomen dan demam. Adanya feses yang menyemprot pas pada colok dubur
merupakan tanda yang khas. Bila telah timbul enterokolitis nikrotiskans terjadi
distensi abdomen hebat dan diare berbau busuk yang dapat berdarah.
1) Masa neonatal
a. Gagal mengeluarkan mekonium dalam 48 jam setelah lahir (dapat berupa
tai gagak  BAB yang berwarna hitam)
b. Tidak bisa flatus
c. Muntah berisi empedu
d. Enggan minum
e. Distensi abdomen (khas distensi mengarah ke samping)
2) Masa bayi dan kanak-kanak
a. Konstipasi
b. Diare berulang
c. Tidak bisa flatus
d. Tinja seperti pita, berbau busuk
f. Distensi abdomen (khas distensi mengarah ke samping)
e. Gagal tumbuh
f. Adanya masa difecal dapat dipalpasi
g. Biasanya tampak kurang nutrisi dan anemi
h. Pada hisprung segmen pendek saat dilakukan rectal touch BAB
menyemprot
(Saifudin, AB, dkk. 2016)

4. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan dengan barium enema (colon in loop), dengan pemeriksaan ini akan
bisa ditemukan:
-Daerah transisi
-Gambaran kontraksi usus yang tidak teratur di bagian usus yang menyempit
-Entrokolitis padasegmen yang melebar
b. Biopsi isap
Yaitu mengambil mukosa dan sub mukosa dengan alat penghisap dan mencari sel
ganglion pada daerah sub mukosa
c. Biopsi otot rectum
Yaitu pengambilan lapisan otot rectum.
d. Periksaan aktivitas enzim asetil kolin esterase
Dari hasil biobsi isap pada penyakit ini khas terdapat peningkatan, aktifitas
enzimasetil kolin esterase
e. Pemeriksaan aktivitas norepinefrin dari jaringan biopsi usus
f. Pemeriksaan colok anus
(Markum, H. 2014)
5. Penatalaksanaan
Ada beberapa tindakan yang dilakukan pada penderita Hisprung menurut Surasmi,
A,dkk.2015 yaitu
1) Konservatif
Pada neonates/bayi/anak dilakukan pemasangan sonde lambung serta pipa rektal
untuk mengeluarkan mekonium dan udara. Bisa juga dilakukan spooling 2x
sehari.
2) Tindakan bedah sementara
Kolostomi pada neonates/bayi/anak, terlambat diagnosis, eneterokolitis berat dan
keadaan umum buruk. Kolostomi dibuat di kolon berganglion normal yang paling
distal.
3) Tindakan bedah defenitif
Mereseksi bagian usus yang aganglionosis dan membuat anastomosis.

DAFTAR PUSTAKA
Mansjoer, dkk. 2012, Kapita Selekta Kedokteran, ed.3, Media Aesculapius, Jakarta.

Ngastiyah, 2013, Perawatan Anak Sakit, EGC, Jakarta.

Markum, H. 2014. Ilmu Kesehatan Anak. Buku I. FKUI, Jakarta.


Pritchard, J.A. 1997. Obstetric Williams. Edisi xvii. Airlangga University Press:
Surabaya.

Saifudin, AB, dkk. 2016. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal. YBPSP, Jakarta.

Surasmi, A., Handayani, S. & Kusuma, H.N. 2015. Perawatan Bayi Resiko Tinggi.
Cetakan I. Jakarta : EGC.

Anda mungkin juga menyukai