Oleh :
Tri Wulan Dari
SN211144
6. Klasifikasi Fraktur
a. Single Fracture
Fraktur dengan satu garis fraktur
b. Multiple Fracture
Terdapat dua atau lebih garis fraktur yang tidak berhubungan satu
sama lain.
Unilateral = jika kedua garis fraktur terletak pada satu sisi
Bilateral = jika satu garis fraktur pada satu sisi dan garis fraktur lain
pada sisi lain
c. Communited Fracture
Tulang hancur atau remuk menjadi beberapa fragmen kecil 1 atau
berkeping-keping, misalnya symphis mandibularis dan di daerah
anterior maxilla
d. Complicated Fracture
Terjadi suatu dislokasi/displacement dari tulang sehingga
mengakibatkan kerusakan tulang-tulang yang berdekatan, gigi dan
jaringan lunak yang berdekatan
e. Complete Fracture
Tulang patah semua secara lengkap menjadi dua bagian atau lebih
f. Incomplete Fracture
Tulang tidak patah sama sekali, tetapi hanya retak juga penyatuan
tulang tidak terganggu. Dalam keadaan seperti ini, lakukan dengan
bandage dan rahang diistirahatkan 1-3 minggu
g. Depressed Fracture
Bagian tulang yang fraktur masuk ke dalam satu rongga. Sering pada
fraktur maxilla yaitu pada permukaan fasial dimana fraktur tulang
terdorong masuk ke sinus maxillaris
h. Impacted Fracture
Dimana fraktur yang satu didorong masuk kef ragmen tulang lain.
Sering pada tulang zygomaticus
8. Penatalaksanaan Medik
Menurut, konsep dasar yang harus dipertimbangkan pada waktu
penanganan fraktur yaitu: rekognisi, reduksi, retensi dan rehabilitasi.
a. Rekognisi (pengenalan). Riwayat kecelakaan derajat keparahan harus
jelas untuk menentukan diagnosa keperawatan dan tindakan
selanjutnya. Frktur tungkai akan terasa nyeri dan bengkak. Kelainan
bentuk nyata dapat menentukan diskontinuitas integritas rangka.
b. Reduksi (manipulasi). Reduksi adalah usaha dan tindakan untuk
memanipulasi fragmen-fragmen tulang yang patah sedapat mungkin
kembali lagi seperti letak asalnya. Upaya untuk memanipulasi
fragmen tulang sehingga kembali seperti semula. Reduksi fraktur
dapat dilakukan dengan reduksi tertutup, traksi atau reduksi terbuka.
Reduksi fraktur dilakukan sesegera mungkin untuk mencegah jaringan
lunak kehilangan elastisitasnya akibat infiltrasi karena edema dan
pendarahan. Pada kebanyakan kasus, reduksi frktur menjadi semakin
sulit bila cedera sudah mulai mengalami penyembuhan.
c. Retensi (immobilisasi). Upaya yang dilakukan untuk menahan
fragmen tulang sehingga kembali seperti semula secara optiomal.
Setelah fraktur reduksi, fragmen tulang harus diimobilisasi atau
dipertahankan dalam posisi kesejajaran tulang sampai penyatuan.
Imobilisasi dapat dilakukan dengan fiksasi eksterna atau interna.
Metode fiksasi eksterna meliputi pembalutan, gips, bidai, traksi
kontinu, pin dan teknik gips atau fiksator eksterna. Implan logam
dapat digunakan untuk fiksasi interna yang berperan sebagai bidai
untuk mengimobilisasi fraktur.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri akut
b. Gangguan integritas kulit
c. Hambatan mobilitas fisik
d. Risiko infeksi
e. Defisit pengetahuan
3. Nursing Care Plan
analgetik kompres
hanagat/dingin).
menurun (5) b. Kontrol lingkungan
yang memperberat rasa
nyeri .
teknik non-
c. Fasilitasi istirahat dan
farmakologis
tidur.
meningkat (5)
d. Pertimbangkan jenis
dan sumber nyeri
dalampemilihan
strategy meredakan
nyeri.
Edukasi
e. Jelaskan penyebab,
periode, dan pemicu
nyeri.
f. Jelaskan strategi
meredakan nyeri.
g. Anjurkan memonitor
nyeri secara mandiri.
h. Anjurkan mengunakan
analgetik secara tepat.
i. Ajarkan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi nyeri
Kolaborasi
a. Kolaborasi pemberian
analgetik .jika perlu
Edukasi
e. Anjurkan meningkatkan
asupan nutrisi.
f. Anjurkan meningkatkan
asupan cairan.
Kolaborasi
a. Kolaborasi pemberian
imunisasi, jika perlu.
DAFTAR PUSTAKA
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia.
Edisi III. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional
Indonesia.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia.
Jakarta: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Edisi
II. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.