OLEH
OLEH :
OLEH :
A. DEFINISI FRAKTUR
Menurut Helmi (2012) fraktur merupakan istilah dari hilangnya kontinuitas
tulang, tulang rawan, baikyang bersifat total maupun sebagianj. Secara ringkas dan
umu,frakturadalah patah tulang yang disebabkan oleh trauma atau tenaga fisik. Kekuatan
dan sudut tenaga fisik, keadaan tulang sendiri, serta jaringan lunak disekitar tulang akan
menentukan apakah frajtur yang terjadi lengkap atau tidaklengkap (Nurchairiah, dkk,
2013)
Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang atau
tulang rawan yang umumnya disebabkan oleh rudapaksa (Mansjoer, 2010). Fraktur dapat
disebabkan pukulan langsung, gaya meremuk, gerakan punter mendadak, dan bahkan
kontraksi otot ekstrem (Bruner & Sudarth, 2010). Kebanyakan fraktur disebabkan oleh
trauma dimana terdapat tekanan yang berlebihan pada tulang, baik berupa trauma
langsung dan trauma tidak langsung (Sjamsuhidajat & Jong, 2010).
B. KLASIFIKASI
Klasifikasi fraktur secara umum :
1. Berdasarkan tempat (Fraktur humerus, tibia, clavicula, ulna, radius dan cruris dst).
2. Berdasarkan komplit atau ketidakklomplitan fraktur:
Fraktur komplit (garis patah melalui seluruh penampang tulang atau melalui
kedua korteks tulang).
Fraktur tidak komplit (bila garis patah tidak melalui seluruh garis penampang
tulang).
3. Berdasarkan bentuk dan jumlah garis patah
Fraktur Komunitif: fraktur dimana garis patah lebih dari satu dan saling
berhubungan
Fraktur Segmental: fraktur dimana garis patah lebih dari satu tapi tidak
berhubungan.
Fraktur Multiple: fraktur dimana garis patah lebih dari satu tapi tidak pada
tulang yang sama.
4. Berdasarkan posisi fragmen
Fraktur Undisplaced (tidak bergeser): garis patah lengkap ttetapi kedua fragmen
tidak bergeser dan periosteum masih utuh.
Fraktur Displaced (bergeser): terjadi pergeseran fragmen tulang yang juga
disebut lokasi fragmen
5. Berdasarkan sifat fraktur (luka yang ditimbulkan).
Fraktur Tertutup (Closed), bila tidak terdapat hubungan antara fragmen tulang
dengan dunia luar, disebut juga fraktur bersih (karena kulit masih utuh) tanpa
komplikasi. Pada fraktur tertutup ada klasifikasi tersendiri yang berdasarkan
keadaan jaringan lunak sekitar trauma, yaitu:
Tingkat 0: fraktur biasa dengan sedikit atau tanpa cedera jaringan lunak
sekitarnya.
Tingkat 1: fraktur dengan abrasi dangkal atau memar kulit dan jaringan
subkutan.
Tingkat 2: fraktur yang lebih berat dengan kontusio jaringan lunak bagian
dalam dan pembengkakan.
Tingkat 3: cedera berat dengan kerusakan jaringan lunak dan ancaman
sindroma kompartement.
Fraktur Terbuka (Open/Compound), bila terdapat hubungan antara hubungan
antara fragmen tulang dengan dunia luar karena adanya perlukaan kulit. Fraktur
terbuka dibedakan menjadi beberapa grade yaitu :
Grade I : luka bersih, panjangnya kurang dari 1 cm.
Grade II : luka lebih luas tanpa kerusakan jaringan lunak yang ekstensif.
Fraktur Radius adalah fraktur yang terjadi pada tulang radius akibat jatuh dan
tangan menyangga dengan siku ekstensi. (Brunner & Suddarth, Buku Ajar Medikal
Bedah, 2010). Fraktur antebrachii adalah terputusnya kontinuitas tulang radius ulna, pada
anak biasanya tampak angulasi anterior dan kedua ujung tulang yang patah masih
berhubungan satu sama lain. Gambaran klinis fraktur antebrachii pada orang dewasa
biasanya tampak jelas karena fraktur radius ulna sering berupa fraktur yang disertai
dislokasi fragmen tulang (Manjoer 2010).
Fraktur radius dan ulna dapat terjadi pada 1/3 proksimal, 1/3 tengah, atau 1/3
distal.Fraktur dapat terjadi pada salah satu tulang ulna atau radius saja dengan atau tanpa
dislokasi sendi.Fraktur radius ulna biasanya terjadi pada anak-anak . Fraktur os radius
dan fraktus os ulna adalah trauma yang terjadi pada bagian tungkai depan. Kadang kala
sering terjadi fraktur yang terbuka, hal ini sering terjadi karena trauma terjadi pada
lapisan jaringan yang tipis dan lembut (Alex, 2011).
Fraktur radius ulna biasanya terjadi karena trauma langsung sewaktu jatuh dengan
posisi tangan hiperekstensi. Hal ini dikarenakan adanya mekanisme refleks jatuh di mana
lengan akan menahan badan dengan posisi siku agak menekuk (Busiasmita, Heryati &
Attamimi,2012).Kekhasan dari fraktur radius ulna dapat dipengaruhi oleh otot antar
tulang, yaitu otot supinator, pronator teres, pronator kuadratus yang memuat gerakan
pronasi- supinasi yang berinsersi pada radius dan ulna.
E. Etiologi
Penyebab yang paling sering adalah trauma misalnya jatuh, cidera, penganiayaan;
terdapat riwayat fraktur sebelumnya atau memiliki riwayat fraktur saat yang tidak
meyakinkan; atau diakibatkan oleh beberapa fraktur ringan karena kelemahan tulang,
osteoporosis, individu yang mengalami tumor tulang bagian antebrachii, infeksi atau
penyakit lainnya, hal ini dinamakan fraktur patologis; atau bisa juga diakibatkan oleh
fraktur stress yaitu terjadi pada tulang yang normal akibat stress tingkat rendah yang
berkepanjangan atau berulang misalnya pada atlet-atlet olahraga, karena kekuatan otot
meningkat lebih cepat daripada kekuatan tulang, individu mampu melakukan aktifitas
melebihi tingkat sebelumnya walaupun mungkin tulang tidak mampu menunjang
peningkatan tekanan (Corwin, 2009).
Dari faktor penyebab diatas, berpengaruh ketika terjadi tekanan dari luar ke
tulang. Tulang itu bersifat rapuh hanya memiliki sedikit kekuatan dan gaya pegas untuk
menahan. Suatu keadaan ketika apabila ada tekanan eksternal yang datang lebih besar
dari kemampuan tahanan tulang dan resistensi tulang untuk melawan tekanan berpindah
mengikuti gaya tekanan tersebut (Muscari, 2010). Disaat demikian itu, terjadilah trauma
yang mengakibatkan rusaknya atau terputusnya kontinuitas tulang.Setelah fraktur
terjadi, peritoneum, pembuluh darah, saraf dalam korteks marrow dan jaringan lunak
yang membungkus tulang rusak.Kemudian timbul pendarahan pada sekitar patahan dan
dalam jaringan lunak yang ada di dalamnya sehingga terbentuk hematoma pada rongga
medulla tulang, edema, dan nekrokrik sehingga terjadi gangguan hantaran ke bagian
distal tubuh (Suratun, 2012).Etiologi patah tulang menurut (Suratun, 2012) adalah :
1. Fraktur akibat peristiwa trauma
Jika kekuatan langsung mengenai tulang maka dapat terjadi patah pada
tempat yang terkena, hal ini juga mengakibatkan kerusakan pada jaringan lunak
disekitarnya. Jika kekuatan tidak langsung mengenai tulang maka dapat terjadi
fraktur pada tempat yang jauh dari tempat yang terkena dan kerusakan jaringan
lunak ditempat fraktur mungkin tidak ada.Fraktur dapat disebabkan oleh trauma,
antara lain :
a. Trauma langsung
Bila fraktur terjadi ditempat dimana bagian tersebut terdapat ruda paksa, misalnya:
benturan atau pukulan pada tulang yang mengakibatkan fraktur.
b. Trauma tidak langsung
Misalnya pasien jatuh dengan lengan dalam keadaan ekstensi, dapat terjadi fraktur
pada pergelangan tangan, suprakondiskuler, klavikula.
c. Trauma ringan
Dapat menyebabkan fraktur bila tulang itu sendiri sudah rapuh.Selain itu fraktur juga
disebabkan olehkarena metastase dari tumor, infeksi, osteoporosis, atau karena
tarikan spontan otot yang kuat.
2. Fraktur akibat kecelakaan atau tekanan
Tulang jika bisa mengalami otot-otot yang berada disekitar tulang tersebut tidak
mampu mengabsobsi energi atau kekuatan yang menimapnya.
3. Fraktur Patologis
Adalah suatu fraktur yang secara primer terjadi karena adanya proses pelemahan
tulang akibat suatu proses penyakit atau kanker yang bermetastase atau ostepororsis.
F. Klasifikasi
1. Fraktur antebrachii, yaitu fraktur pada kedua tulang radius dan ulna
2. Fraktur ulna (nightstick fractur), yaitu fraktur hanya pada tulang ulna
fraktur Ulna
3. Fraktur Montegia, yaitu fraktur ulna proksimal yang disertai dengan dislokasi
sendi
Radioulna proksimal.
Fraktur Montega
4. Fraktur radius, yaitu fraktur hanya pada tulang radius
Fraktur Rius
5. Fraktur Galeazzi, yaitu fraktur radius distal disertai dengan dislokasi sendi
radioulna distal
Fraktur pada batang radius dan ulna (pada batang lengan bawah) biasanya terjadi
pada anak-anak usia 10 tahun (5-13 tahun) .Baik radius maupun ulna keduanya dapat
mengalami patah. Pada setiap ketinggian, biasanya akan mengalami pergeseran bila
kedua tulang patah.Adanya fraktur dapat menyebabkan atau menimbulkan kerusakan
pada beberapa bagian.Kerusakan pada periosteum dan sumsum tulang dapat
mengakibatkan keluarnya sumsum tulang terutama pada tulang panjang. Sumsum
kuning yang keluar akibat fraktur terbuka masuk ke dalam pembuluh darah dan
mengikuti aliran darah sehingga mengakibatkan emboli lemak.
Apabila emboli lemak ini sampai padpat terjadia pembuluh darah yang sempit dimana
diameter emboli lebih besar daripada diameter pembuluh darah maka akan terjadi
hambatan aliran darah yang mengakibatkan perubahan perfusi jaringan.
Kerusakan pada otot atau jaringan lunak dapat menimbulkan nyeri yang hebat
karena adanya spasme otot di sekitarnya.Sedangkan kerusakan pada tulang itu sendiri
mengakibatkan perubahan sumsum tulang (fragmentasi tulang) dan dapat menekan
persyaratan di daerah tulang yang fraktur sehingga menimbulkan gangguan syaraf
ditandai dengan kesemutan, rasa baal dan kelemahan.
Pada tulang radius ulna juga dipersyarafi oleh nervus Medianus. Jika kerusakan terjadi
pada otot sbb:
Tanda dan gejala dari fraktur antara lain (Smeltzer & Bare, 2010):
Pada anamnesis selalu ditemukannya deformitas pada daerah sekitar radius- ulna pada
tangan klien(helmi,2013).
1. Look: pada fase awal trauma, klien akan meringis kesakitan. Terlihat adanya
deformitas pada lengan bawah klien. Apabila didapatkan nyeri dan deformitas
pada lengan bawah maka perlu dikaji adanya perubahan nadi, perfusi yang
tidak baik(akral dingin pada lesi), dan CRT >3 detik dimana hal ini
merupakan tanda-tanda peringatan tentang terjadinya kompartemen sindrom.
Sering didapatkan kasus fraktur radius-ulna dengan komplikasi lebih lanjut.
2. Feel: adanya keluhan nyeri misal skala 6, nyeri tekan dan krepitasi, sensasi
masih terasa di area distal.
3. Move:gerak fleksi ekstensi elbow terbatas, pronasi supinasi terbatas .
I. Pemeriksaan Diagnostik
1. Pemeriksaan radiologi
Pemeriksaan radiologi menggunakan sinar rongen (x-ray) digunakan untuk
mendapatkan gambaran spesifik terkait keadaan dan kedudukan tulang, maka
digunakan kedudukan 2 proyeksi yaitu AP atau PA dan lateral.Dalam keadaan tertentu
diperlukan proyeksi tambahan karena adanya patologi yang dicari berupa superposisi.
Permintaan x-ray harus didasari pada adanya permintaan pemeriksaan penunjang.
Pada pemeriksan ini didapatkan adanya garis patah pada tulang batang
humerus pada foto polos. Hal yang harus dibaca pada x-ray harus meliputi 6 A yaitu:
1. Anatomi
2. Articular
3. Alignment
4. Angulation
5. Apeks
6. Apposition
Selain foto polos x-ray ada kemungkinan perlu teknik kusus seperti Computed
tomografi-scanning (CT-scan) : menggambarkan potongan secara transfersal dari tulang
dimana didapatkan suatu struktur tulang yang rusak.
a. Rekognisis atau pengenalan adalah dengan melakukan berbagai diagnosa yang benar
sehingga akan membantu dalam penanganan fraktur karena perencanaan terapinya
dapat dipersiapkan lebih sempurna.
b. Reduksi atau reposisi adalah tindakan mengembalikan fragmen-fragmen fraktur
semirip mungkin dengan keadaan atau kedudukan semula atau keadaan letak normal.
c. Retensi atau fiksasi atau imobilisasi adalah tindakan mempertahankan atau menahan
fragmen fraktur tersebut selama penyembuhan.
d. Rehabilitasi adalah tindakan dengan maksud agar bagian yang menderita fraktur
tersebut dapat kembali normal.
Callotaxis
lizarov :
Indikasi pemasangan ng tidak sama.
1. Menyamakan panjang lengan atau tungkai ya
2. Menyamakan dan menumbuhkan daerah tulang yang hilang akibat patah tulang terbuka
yang hilang.
3. Membuang tulang yang infeksi dan diisi dengan cara menumbuhkan tulang yang sehat.
4. Menambah tinggi badan. Kontra
L. PROGNOSIS
Proses penyembuhan patah tulang adalah proses biologis alami yang akan terjadi pada
setiap patah tulang, tidak peduli apa yang telah dikerjakan dokter pada patahan tulang tersebut.
Pada permulaan akan terjadi perdarahan di sekitar patahan tulang, yang disebabkan oleh
terputusnya pembuluh darah pada tulang dan periost yang disebut dengan fase hematoma,
kemudian berubah menjadi fase jaringan fibrosis, lalu penyatuan klinis, dan pada akhirnya fase
konsolidasi.
M. ASUHAN KEPERAWATAN
Pengkajian
Pre Operasi
a. Pola persepsi kesehatan-pemeliharaan kesehatan
Kegiatan yang beresiko cidera.
Riwayat penyakit yang menyebabkan jatuh.
Kebiasaan beraktivitas tanpa pengamanan.
b. Pola nutrisi metabolik
Adanya gangguan pola nafsu makan karena nyeri.
Observasi terjadinya perdarahan pada luka dan perubahan warna kulit di sekitar luka,
edema.
c. Pola eliminasi
Konstipasi karena imobilisasi
d. Pola aktivitas dan latihan
Kesemutan, baal
Ada riwayat jatuh atau terbentur ketika sedang beraktivitas
Tidak kuat menahan beban berat
Keterbatasan mobilisasi
Berkurangnya atau tidak terabanya denyut nadi pada daerah distal injury, lambatnya
kapiler refill tim
e. Pola tidur dan istirahat
Tidak bisa tidur karena kesakitan
Sering terbangun karena kesakitan
f. Pola persepsi kognitif
Nyeri pada daerah fraktur
Kesemutan dan baal pada bagian distal fraktur
Paresis, penurunan atau kehilangan sensasi
g. Pola persepsi dan konsep diri
Rasa khawatir akan dirinya karena tidak dapat beraktivitas seperti keadaan sebelumnya
h. Pola peran dan hubungan dengan sesama
Post Operasi
a. Pola persepsi kesehatan-pemeliharaan kesehatan
Kegiatan yang beresiko cidera
Pengetahuan pasien tentang perawatan luka di rumah
Pola nutrisi metabolik
Adanya gangguan pola nafsu makan karena nyeri.
b. Pola eliminasi
Konstipasi karena imobilisasi
c. Pola aktivitas dan latihan
Keterbatasan beraktivitas
Hilangnya gerakan atau sensasi spasme otot
Baal atau kesemutan
Pembengkakan jaringan atau masa hematoma pada sisi cedera
Perdarahan, perubahan warna
d. Pola tidur dan istirahat
Tidak bisa tidur karena kesakitan luka operasi
Sering terbangun karena kesakitan
e. Pola persepsi kognitif
Keluhan lokasi, intensitas dan karakteristik nyeri
Nyeri pada luka operasi
Tidak adanya nyeri akibat kerusakan saraf
Pembengkakan, perdarahan, perubahan warna
f. Pola persepsi dan konsep diri
Rasa khawatir akan dirinya Karena tidak dapat beraktivitas seperti keadaan sebelumnya
g. Pola peran dan hubungan dengan sesama
Merasa tidak tertolong
Diagnosa Keperawatan
Pre Operasi
a) Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisik (fraktur)
b) Ansietas berhubungan dengan proses operasi
PATHWEY
Terputusnya kontinuitas Perubahan pada fragmen tulang, Ujung tulang menembus otot
jaringan kerusakan pada jaringan dan dan kulit
pembuluh darah
Menekan saraf pereda nyeri Luka
Kerusakan struktur tulang
Stimulus neurotransmitter nyeri Gangguan integritas kulit
Perdarahan lokal
Pelepasan mediator Kuman mudah masuk
prostaglandin Hematomapada daerah fraktur
Resiko infeksi
Respon nyeri hebat dan akut Aliran darah ke daerah distal
berkurang/terhambat
Nyeri akut
Kerusakan neuromuskular Laserasi kulit
Gangguan fungsi organ distal Putus vena/arteri
Gangguan mobilitas fisik Perdarahan
Syndrome kompartemen Kehilangan
Keterbatasan aktifitas volume vairan
Deficit perawatan diri Persepsi negative pada Shock
hippocampus hipovolemik
Gelisah
Krisis situasional
Ansietas
A. PENGKAJIAN
1. Identitas
a. Pasien
1) Nama Pasien : An. F
2) Tempat Tgl Lahir : Gandu, 22/09/2011
3) Umur : 9 Th 10 bln
4) Jenis Kelamin : Laki-Laki
5) Agama : Islam
6) Pendidikan : SD
7) Pekerjaan : Pelajar
8) Suku / Bangsa : Jawa
9) Alamat : Gandu II Bandungan Karangmojo Gunung Kidul
10) Diagnosa Medis : CF Radius Ulna Sinistra 1/3 Distal
11) No. RM : 00683029
12) Tanggal Masuk RS : 14 Agustus 2021
2. Riwayat Kesehatan
a. Kesehatan Pasien
1) Keluhan Utama saat Pengkajian
Saat dilakukan pengkajian klien mengeluh nyeri pada bagian lengan sebelah kiri
Keterangan :
Laki-laki Tinggal serumah Pasien
Perempuan
Meninggal Pisah
Keterangan :
1 = Mandiri/ tidak tergantung apapun
2 = dibantu dengan alat
3 = dibantu orang lain
4 = Dibantu alat dan orang lain
5 = Tergantung total
4) Istirahat – tidur
Klien tidur malam pada pukul 21.00 – 06.00 dan tidur siang kadang tidak menentu. Tetapi
saat sakit klien mengatakan tidak bisa tidur karena nyeri pada lengannya
5) Persepsi, pemeliharaan dan pengetahuan terhadap kesehatan
Klien sangat takut tangannya tidak bisa kembali seperti semula,klien enggan melakukan
pergerakan, dan sangat cemas dengan keadaan tangannya.
6) Pola Toleransi terhadap stress-koping
Klien jika ada masalah (contoh: dimarahi ibu, banyak tugas sekolah) klien lebih suka
bermain bersama teman-temannya di luar rumah.
7) Pola hubungan peran
Di dalam keluarga klien sebagai seorang anak. Klien sering membantu ibunya dirmah
8) Kognitif dan persepsi
Jika sembuh klien berjanji tidak akan bermain lagi ketika naik mobil dan ia tidak mau balik
lagi di rumah sakit, ia akan menjaga tangan dan anggota tubuh lainnya.
9) Persepsi diri-Konsep diri
b) Palpasi
Saat dipalpasi klien mengatakan tidak ada nyeri pada bagian dadanya, tidak ada
massa
c) Perkusi
Terdengan sonor disemua lapang paru ,dan terdengar pekak dibagian jantung
d) Auskultasi
Terdengar vesikuler disemua lapang paru.tidakada bunyi nafas tambahan dan tidak
ada bunyi jantung tambahan.
6) Payudara
Tampak simetris, tidak teraba masa dan tidak ada nyeri tekan
7) Abdomen
a) Inspeksi
Warna perut sama dengan area sekitar, tidak ada lesi
b) Auskultasi
Bissing usus klien normal 8x/menit.
c) Perkusi
Terdengar timpani
d) Palpasi
Tidak terdapat massa diperut serta tidak terdapat pembesaran limpa, hati
dan pangkreas.
8) Anus dan Rectum
Tida di kaji
9) Genetalia
Tidak dikaji
10) Ekstremitas
a) Atas
Rentang gerak (ROM) pada area fraktur menurun, gerakan terbatas, terdapat luka lecet di area lengan,
Kekuatan otot
5 3
5 5
b) Bawah
Ada luka lecet di area kaki,tidak ada fraktur
Tanggal/waktu
Parameter Kriteria Nilai
14
Dibawah 3 tahun 4
3-7 tahun 3
Usia
8-13 tahun 2
>13 tahun 1
Laki-laki 2
Jenis kelamin
Perempuan 1
Kelainan neurologis 4
Perubahan dalam 3
Diagnosis oksigenasi
Kelainan psikis/prilaku 2
Diagnosis lain 1
Gangguan Tidak menyadari 3
Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Yogyakarta
30
keterbatasan dirinya
Lupa adanya kterbatasan 2
kognitif
Orientasi baik terhadap 1
diri sendiri
Riwayat jatuh dari tempat 4
tidur
Pasien gunakan alat bantu 3
Faktor lingkungan
Pasien berada ditempat 2
tidur
Diluar ruang perawat 1
Respon terhadap Dalam 24 jam 3
operasi/obat Dalam 48 jam 2
penenang/efek >48 jam 1
anestesi
Bermacam- macam obat 3
digunakan: obat sedatif
fenozin, antidepresan,
laksansia/ deuretika,
Penggunaan obat
narkotik.
Salah satu dari pengobatan 2
diatas
Pengobatan lain 1
Total Skor
Ket : Skror 7-11 = risiko jatuh rendah Skor >12 = risiko jatuh tinggi
Intervensi pencegahan risiko jatuh (beri Tgl 14
tanda v)
1. Pastikan bel/phpne mudah
terjangkau atau pastikan ada
kelaurga yang menunggu
2. Roda tempat tidur pada posisi
Risiko rendah (RR)
dikunci
3. Naikan pagar pengaman
tempat tidur
4. Beri edukasi pasien
1. Lakukan semua pencegahan
risiko jatuh rendah
2. Pasang stiker penanda
berwarna kuning pada gelang
identifikasi
3. Kunjungi dan monitor setiap
shif
Risiko tinggi (RT)
4. Penggunaan
kateter/pispot/tolet duduk
5. Strategi mencegah jatuh
dengan penilaian jatuh yang
lebih detail
6. Libatkan keluarga untuk
menunggu pasien
erik
Nama/paraf
THORAX
System tulang intak
Corakan bronchovascular
normal
Mediastinum tak melebar
Trachea ditengah
Sinus costafrenius dekstra
lancip,sinistra lancip
Diafragma dekstra et
sinistra licin, tak mendatar
CTR < 0,5
Kesan: Pulmo dan cor normal
6. Terapi
Pemberian Terapi Pasien Pasien An.F di Ruang instalasi gawat darurat di Rumah Sakit Umum
Daerah Wonosari Yogyakarta
Infus Asering 10 tpm
Paracetamol 1 tablet
A. ANALISA DATA
Pasien AN.F di Ruang instalasi gawat darurat di Rumah Sakit Umum Daerah
Wonosari Yogyakarta
DATA PENYEBAB MASALAH
DS: Agen pencedera fisik (Trauma Gangguan
Klien mengeluh nyeri pada langsung atau tidak langsung) mobilitas fisik
bagian lengan sebelah kiri (D.0054)
Klien mengeluh sulit Fraktur (terbuka atau tertutup)
menggerakkan lengannya
Perubahan pada fragmen tulang,
Klien enggan melakukan kerusakan pada jaringan dan
pergerakan pembuluh darah
Klien merasa cemas saat
bergerak Kerusakan struktur tulang
DO:
Rentang gerak (ROM) pada Perdarahan lokal
area fraktur menurun
Hematomapada daerah fraktur
Gerakan terbatas, klien lebih
bnyak menangis Aliran darah ke daerah distal
Kekuatan otot berkurang/terhambat
5 3 Kerusakan neuromuskular
5 5
Gangguan fungsi organ distal
Hasil rontgen antebrachi
sinistra: complet fracture Gangguan mobilitas fisik
radius dan ulna sinistra 1/3
distal
TTD
Tanda-tanda Vital : Erik
TD = 126/85 mmHg
Nadi = 110 x/mnt
Suhu = 36,0 °C
RR = 26 x/mnt
DO:
Tampak meringis
Bersikap protektif
Gelisah
Tanda-tanda Vital : TTD
TD = 126/85 mmHg Erik
Nadi = 110 x/mnt
Suhu = 36,0 °C
RR = 26 x/mnt
DS: Agen pencedera fisik (Trauma Ansietas
Klien khawatir tangannya langsung atau tidak langsung) (D.0080)
sudah tidak bias digunakan
untuk menulis Fraktur (terbuka atau tertutup)
DO:
Perubahan pada fragmen tulang,
Klien tampak gelisah
kerusakan pada jaringan dan
Muka tampak pucat pembuluh darah
Diaphoresis
Tanda-tanda Vital : Kerusakan struktur tulang
TD = 126/85 mmHg
Persepsi negative pada
Nadi = 110 x/mnt
hippocampus
RR = 26 x/mnt
Gelisah
Krisis situasional
Ansietas
TTD
Erik
Hasil rontgen antebrachi sinistra: complet fracture radius dan ulna sinistra 1/3 distal
Tanda-tanda Vital :
TD = 126/85 mmHg
Nadi = 110 x/mnt
Suhu = 36,0 °C
RR = 26 x/mnt
2. Nyeri akut b.d agen pencedera fisik d.d
DS:
Klien mengeluh nyeri pada bagian lengan sebelah kiri
P: Nyeri dirasakan klien ketika mobilisasi
Q: Nyeri seperti tertindih benda berat dan seperti ditusuk tusuk
R: Nyeri dirasakan dilengan kiri bawah
S: Skala nyeri 6 (0-10)
T: Nyeri muncul ketika tangan digerakkan dan dapat berlangsung 2-3 menit.
DO:
Tampak meringis
Bersikap protektif
Gelisah
Tanda-tanda Vital :
TD = 126/85 mmHg
Nadi = 110 x/mnt
Suhu = 36,0 °C
RR =26 x/mnt
DS:
Klien khawatir tangannya sudah tidak bias digunakan untuk menulis
DO:
Klien tampak gelisah
Muka tampak pucat
Diaphoresis
Tanda-tanda Vital :
TD = 126/85 mmHg
Nadi = 110 x/mnt
RR = 26 x/mnt
TTD
Erik
HR/
TGL/JAM/ Dx.Kep EVALUASI
(S O A P)
SHIF
14/08/2021 (D.0054) S:
Gangguan mobilitas Klien mengeluh nyeri pada bagian lengan
14:00
fisik b.d kerusakan sebelah kirinya berkurang dari 6 menjadi 4
integritas struktur Klien mengeluh masih sulit menggerakkan
tulang lengannya
Klien masih enggan melakukan pergerakan
Klien merasa cemas saat bergerak
O:
Rentang gerak (ROM) pada area fraktur
masih menurun
Gerakan terbatas
Kekuatan otot
5 3
5 5
Tanda-tanda Vital :
TD = 112/76 mmHg
Nadi = 92 x/mnt
RR = 20 x/mnt
A:
Masalah mobilitas fisik belum teratasi
P:
Lanjutkan intervensi (klien dipindahkan
keruangan bedah)
TTD
Erik
14/08/2021 (D.0077) S:
14:00 Nyeri akut b.d agen Klien mengeluh nyeri pada bagian lengan
pencedera fisik sebelah kiri menurun dari 6 menjadi 4
O:
Sesekali meringis
Bersikap protektif
Gelisah
Tidak ada diaphoresis
Tanda-tanda Vital :
TD = 112/76 mmHg
Nadi = 92 x/mnt
Suhu = 36,0 °C
RR = 20 x/mnt
A:
Masalah nyeri akaut belum teratasi
P:
Lanjutkan intervensi (klien pindah ke bangsal
bedah)
TTD
Erik
14/08/2021 (D.0080) S:
14:00 Ansietas b.d krisis Klien tidak khawatir lagi karena tangannya
situasional akan dipoerasi dan bias menulis lagi
O:
Tidak ada gelisah
Klien tidak pucat
Tidak Diaphoresis
Tanda-tanda Vital :
TD = 112/76 mmHg
Nadi = 92 x/mnt
RR = 20 x/mnt
A:
Masalah ansietas teratasi
P:
Lanjutkan intervensi (klien pindah ke bangsal
bedah)
TTD
Erik
KESIMPULAN
1. Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang
atau tulang rawan yang umumnya disebabkan oleh rudapaksa. Fraktur dapat disebabkan pukulan
langsung, gaya meremuk, gerakan punter mendadak, dan bahkan kontraksi otot ekstrem. Kebanyakan
fraktur disebabkan oleh trauma dimana terdapat tekanan yang berlebihan pada tulang, baik berupa
trauma langsung dan trauma tidak langsung. Fraktur radius ulna biasanya terjadi karena trauma
langsung sewaktu jatuh dengan posisi tangan hiperekstensi. Hal ini dikarenakan adanya mekanisme
DAFTAR PUSTAKA
Brokker, 2011 Medical Surgical Nursing Clinical Management for Positive Outcomes.2004
Brunner and Suddarth , 2010. Buku Ajar Bedah, Ed. 6, EGC, Jakarta.
Mansjoer, A. dkk . 2010 . Kapita Selekta Kedokteran. Jilid 3. Edisi 4. Jakarta: Media Aesculopius
North American Nursing Diagnosis Association. 2012. Nursing Diagnosis : Definition and
Classification 2011-2012. NANDA International. Philadelphia.
Sjamsuhidajat & de jong, (2010). Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta: EGC
Tim. Pokja. SDKI. PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia, Cetakan III. Jakarta :
Persatuan Perawat Nasional Indonesia
Tim. Pokja. SDKI. PPNI. 2017. Standar Luaran Keperawatan Indonesia, Cetakan II. Jakarta :
Persatuan Perawat Nasional Indonesia
Tim. Pokja. SDKI. PPNI. 2017. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia, Cetakan II. Jakarta :
Persatuan Perawat Nasional Indonesia
Watson. 2012. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Volume 4. Jakarta : EGC