Anda di halaman 1dari 47

LAPORAN INDIVIDU

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN GANGGUAN


SISTEM MUSKULOSKELETAL DI RUANG INSTALASI GAWAT
DARURAT RSUD WONOSARI YOGYAKARTAS

OLEH

NAMA : ERIK PRASETYA USMAN


NIM : P07120521002

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


POLTEKKES KEMENKES YOGYAKARTA JURUSAN KEPERAWATAN
2021
LEMBARAN PENGESAHAN

LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN


PADA PASIEN ANAK DENGAN CF RADIUS ULNA SINISTRA 1/3 DISTAL
INI MERUPAKAN TUGAS PRAKTEK KEPERAWATAN ANAK
PADA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERSJURUSAN KEPERAWATAN
POLTEKKES KEMENKES YOGYAKARTA

OLEH :

NAMA : ERIK PRASETYA USMAN


NIM : P07120521002

TELAH DIPERIKSA DAN DISETUJUI TANGGAL …………………………

OLEH :

PEMBIMBING LAPANGAN : …………………………………..

PEMBIMBING PENDIDIKAN :……………………………………


LAPORAN PENDAHULUAN

A. DEFINISI FRAKTUR
Menurut Helmi (2012) fraktur merupakan istilah dari hilangnya kontinuitas
tulang, tulang rawan, baikyang bersifat total maupun sebagianj. Secara ringkas dan
umu,frakturadalah patah tulang yang disebabkan oleh trauma atau tenaga fisik. Kekuatan
dan sudut tenaga fisik, keadaan tulang sendiri, serta jaringan lunak disekitar tulang akan
menentukan apakah frajtur yang terjadi lengkap atau tidaklengkap (Nurchairiah, dkk,
2013)
Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang atau
tulang rawan yang umumnya disebabkan oleh rudapaksa (Mansjoer, 2010). Fraktur dapat
disebabkan pukulan langsung, gaya meremuk, gerakan punter mendadak, dan bahkan
kontraksi otot ekstrem (Bruner & Sudarth, 2010). Kebanyakan fraktur disebabkan oleh
trauma dimana terdapat tekanan yang berlebihan pada tulang, baik berupa trauma
langsung dan trauma tidak langsung (Sjamsuhidajat & Jong, 2010).

B. KLASIFIKASI
Klasifikasi fraktur secara umum :
1. Berdasarkan tempat (Fraktur humerus, tibia, clavicula, ulna, radius dan cruris dst).
2. Berdasarkan komplit atau ketidakklomplitan fraktur:
 Fraktur komplit (garis patah melalui seluruh penampang tulang atau melalui
kedua korteks tulang).
 Fraktur tidak komplit (bila garis patah tidak melalui seluruh garis penampang
tulang).
3. Berdasarkan bentuk dan jumlah garis patah
 Fraktur Komunitif: fraktur dimana garis patah lebih dari satu dan saling
berhubungan
 Fraktur Segmental: fraktur dimana garis patah lebih dari satu tapi tidak
berhubungan.
 Fraktur Multiple: fraktur dimana garis patah lebih dari satu tapi tidak pada
tulang yang sama.
4. Berdasarkan posisi fragmen
 Fraktur Undisplaced (tidak bergeser): garis patah lengkap ttetapi kedua fragmen
tidak bergeser dan periosteum masih utuh.
 Fraktur Displaced (bergeser): terjadi pergeseran fragmen tulang yang juga
disebut lokasi fragmen
5. Berdasarkan sifat fraktur (luka yang ditimbulkan).
 Fraktur Tertutup (Closed), bila tidak terdapat hubungan antara fragmen tulang
dengan dunia luar, disebut juga fraktur bersih (karena kulit masih utuh) tanpa
komplikasi. Pada fraktur tertutup ada klasifikasi tersendiri yang berdasarkan
keadaan jaringan lunak sekitar trauma, yaitu:
Tingkat 0: fraktur biasa dengan sedikit atau tanpa cedera jaringan lunak
sekitarnya.
Tingkat 1: fraktur dengan abrasi dangkal atau memar kulit dan jaringan
subkutan.
Tingkat 2: fraktur yang lebih berat dengan kontusio jaringan lunak bagian
dalam dan pembengkakan.
Tingkat 3: cedera berat dengan kerusakan jaringan lunak dan ancaman
sindroma kompartement.
 Fraktur Terbuka (Open/Compound), bila terdapat hubungan antara hubungan
antara fragmen tulang dengan dunia luar karena adanya perlukaan kulit. Fraktur
terbuka dibedakan menjadi beberapa grade yaitu :
Grade I : luka bersih, panjangnya kurang dari 1 cm.

Grade II : luka lebih luas tanpa kerusakan jaringan lunak yang ekstensif.

Grade III : sangat terkontaminasi, dan mengalami kerusakan jaringan lunak


ekstensif.

6. Berdasar bentuk garis fraktur dan hubungan dengan mekanisme trauma


 Fraktur Transversal: fraktur yang arahnya melintang pada tulang dan
merupakan akibat trauma angulasi atau langsung.
 Fraktur Oblik: fraktur yang arah garis patahnya membentuk sudut terhadap
sumbu tulang dan meruakan akibat trauma angulasi juga.
 Fraktur Spiral: fraktur yang arah garis patahnya berbentuk spiral yang
disebabkan trauma rotasi.
 Fraktur Kompresi: fraktur yang terjadi karena trauma aksial fleksi yang
mendorong tulang ke arah permukaan lain.
 Fraktur Avulsi: fraktur yang diakibatkan karena trauma tarikan atau traksi otot
pada insersinya pada tulang..
7. Berdasarkan kedudukan tulangnya :
 Tidak adanya dislokasi.
 Adanya dislokasi
o At axim : membentuk sudut.
o At lotus : fragmen tulang berjauhan.
o At longitudinal : berjauhan memanjang.
o At lotus cum contractiosnum : berjauhan dan memendek.
8. Berdasarkan posisi frakur
Tulang terbagi menjadi tiga bagian antara lain : 1/3 proksimal, 1/3 medial, dan 1/3
distal
9. Fraktur Kelelahan : Fraktur akibat tekanan yang berulang-ulang.
10. Fraktur Patologis : Fraktur yang diakibatkan karena proses patologis tulang.

C. ANATOMI FISIOLOGI TULANG LENGAN


Lengan atas tersusun dari tulang lengan atas, tulang lengan bawah, dan tulang
tangan . Fungsi tulang adalah sebagai kerangka tubuh, yang menyokong dan memberi
bentuk tubuh,untuk memberikan suatu sistem pengungkit, yang digerakan oleh kerja otot-
otot yang melekat pada tulang tersebut, sebagai reservoir kalsium, fosfor, natrium dan
elemen- elemen lain, untuk menghasilkan sel-sel darah merah dan putih dan trombosit
dalam sumsum merah tulang tertentu. (Watson, 2012).

1. Tulang - tulang lengan bawah

Gambar 1 Tulang Humerus


a. Ulna
Ulna atau tulang hasta adalah tulang panjang berbentuk prisma yang terletak
sebelah medial lengan bawah, sejajar dengan jari kelingking arah ke siku
mempunyai taju yang disebut prosesus olekrani, gunanya ialah tempat
melekatnya otot dan menjaga agar siku tidak membengkok kebelakang. Terdapat
dua ekstremitas.
Ekstremitas proksima ulnaris, mempunyai insisura semilunaris, persendian
dengan trokhlea humeri, dibelakang ujung terdapat benjolan yang disebut
olekranon.Pada tepi distal dari insisura semilunaris ulna terdapat prosesus
koroideus ulna, bagian distal terdapat tuberositas ulna tempat melekatnya M.
brakialis, bagian lateral terdapat insisura radialis ulna yang berhubungan dengan
karpi ulnaris.
Ekstremitas distalis ulna, yaitu kapitulum ulna yang mempunyai prosessus
stiloideus ulnae.Pada permukaan dorsalis tempat melekatnya tendo M. ekstensor
karpi ulnaris yaitu sulkus M. ekstensor karpi ulnaris.
b. Radius
Radius atau tulang pengumpil, letaknya bagian lateral, sejajar dengan ibu
jari. Di bagian yang berhubungan humerus dataran sendinya berbentuk bundar
yang memungkinkan lengan bawah dapat berputar atau telungkup.Terdapat dua
ujung (ekstremitas).
Ekstremitas proksilis, yang lebih kecil, terdapat pada kaput radii yang
terletak melintang sebelah atas dan mempunyai persendian dengan
humeri.Sirkumferensia artikularis yang merupakan lingkaran yang menjadi tepi
kapitulum radii dipisahkan dengan insisura radialis ulna.Kapitulum radii
dipisahkan oleh kolumna radii dari korpus radii, bagian medial kolumna radii
terdapat tuberositas radii tempat melekatnya M. biseps brakhii.Korpus radii
berbentuk prisma mempunyai tiga permukaan (fasies).
Ekstremitas distalis radii, yang lebih besar dan agak rata daripada bagian
dorsalis, terdapat alur (sulkus) M. ekstensor karpi radialis.Di sebelah lateral sulkus
M. ekstensor kommunis dan diatara kedua sulkus ini terdapat sulkus M. ekstensor
polisis longus.Sebelah lateralis ekstremitas lateralis radii terdapat tonjolan yang
disebut prosesus stiloideus radii, bagian medial ditemukan insisura ulnaris radii
untuk persendian dengan kapitulum.
D. Definisi Fraktur Radius Dan Fraktur Ulna

Fraktur Radius adalah fraktur yang terjadi pada tulang radius akibat jatuh dan
tangan menyangga dengan siku ekstensi. (Brunner & Suddarth, Buku Ajar Medikal
Bedah, 2010). Fraktur antebrachii adalah terputusnya kontinuitas tulang radius ulna, pada
anak biasanya tampak angulasi anterior dan kedua ujung tulang yang patah masih
berhubungan satu sama lain. Gambaran klinis fraktur antebrachii pada orang dewasa
biasanya tampak jelas karena fraktur radius ulna sering berupa fraktur yang disertai
dislokasi fragmen tulang (Manjoer 2010).
Fraktur radius dan ulna dapat terjadi pada 1/3 proksimal, 1/3 tengah, atau 1/3
distal.Fraktur dapat terjadi pada salah satu tulang ulna atau radius saja dengan atau tanpa
dislokasi sendi.Fraktur radius ulna biasanya terjadi pada anak-anak . Fraktur os radius
dan fraktus os ulna adalah trauma yang terjadi pada bagian tungkai depan. Kadang kala
sering terjadi fraktur yang terbuka, hal ini sering terjadi karena trauma terjadi pada
lapisan jaringan yang tipis dan lembut (Alex, 2011).
Fraktur radius ulna biasanya terjadi karena trauma langsung sewaktu jatuh dengan
posisi tangan hiperekstensi. Hal ini dikarenakan adanya mekanisme refleks jatuh di mana
lengan akan menahan badan dengan posisi siku agak menekuk (Busiasmita, Heryati &
Attamimi,2012).Kekhasan dari fraktur radius ulna dapat dipengaruhi oleh otot antar
tulang, yaitu otot supinator, pronator teres, pronator kuadratus yang memuat gerakan
pronasi- supinasi yang berinsersi pada radius dan ulna.

E. Etiologi

Penyebab yang paling sering adalah trauma misalnya jatuh, cidera, penganiayaan;
terdapat riwayat fraktur sebelumnya atau memiliki riwayat fraktur saat yang tidak
meyakinkan; atau diakibatkan oleh beberapa fraktur ringan karena kelemahan tulang,
osteoporosis, individu yang mengalami tumor tulang bagian antebrachii, infeksi atau
penyakit lainnya, hal ini dinamakan fraktur patologis; atau bisa juga diakibatkan oleh
fraktur stress yaitu terjadi pada tulang yang normal akibat stress tingkat rendah yang
berkepanjangan atau berulang misalnya pada atlet-atlet olahraga, karena kekuatan otot
meningkat lebih cepat daripada kekuatan tulang, individu mampu melakukan aktifitas
melebihi tingkat sebelumnya walaupun mungkin tulang tidak mampu menunjang
peningkatan tekanan (Corwin, 2009).
Dari faktor penyebab diatas, berpengaruh ketika terjadi tekanan dari luar ke
tulang. Tulang itu bersifat rapuh hanya memiliki sedikit kekuatan dan gaya pegas untuk
menahan. Suatu keadaan ketika apabila ada tekanan eksternal yang datang lebih besar
dari kemampuan tahanan tulang dan resistensi tulang untuk melawan tekanan berpindah
mengikuti gaya tekanan tersebut (Muscari, 2010). Disaat demikian itu, terjadilah trauma
yang mengakibatkan rusaknya atau terputusnya kontinuitas tulang.Setelah fraktur
terjadi, peritoneum, pembuluh darah, saraf dalam korteks marrow dan jaringan lunak
yang membungkus tulang rusak.Kemudian timbul pendarahan pada sekitar patahan dan
dalam jaringan lunak yang ada di dalamnya sehingga terbentuk hematoma pada rongga
medulla tulang, edema, dan nekrokrik sehingga terjadi gangguan hantaran ke bagian
distal tubuh (Suratun, 2012).Etiologi patah tulang menurut (Suratun, 2012) adalah :
1. Fraktur akibat peristiwa trauma
Jika kekuatan langsung mengenai tulang maka dapat terjadi patah pada
tempat yang terkena, hal ini juga mengakibatkan kerusakan pada jaringan lunak
disekitarnya. Jika kekuatan tidak langsung mengenai tulang maka dapat terjadi
fraktur pada tempat yang jauh dari tempat yang terkena dan kerusakan jaringan
lunak ditempat fraktur mungkin tidak ada.Fraktur dapat disebabkan oleh trauma,
antara lain :
a. Trauma langsung
Bila fraktur terjadi ditempat dimana bagian tersebut terdapat ruda paksa, misalnya:
benturan atau pukulan pada tulang yang mengakibatkan fraktur.
b. Trauma tidak langsung
Misalnya pasien jatuh dengan lengan dalam keadaan ekstensi, dapat terjadi fraktur
pada pergelangan tangan, suprakondiskuler, klavikula.
c. Trauma ringan
Dapat menyebabkan fraktur bila tulang itu sendiri sudah rapuh.Selain itu fraktur juga
disebabkan olehkarena metastase dari tumor, infeksi, osteoporosis, atau karena
tarikan spontan otot yang kuat.
2. Fraktur akibat kecelakaan atau tekanan
Tulang jika bisa mengalami otot-otot yang berada disekitar tulang tersebut tidak
mampu mengabsobsi energi atau kekuatan yang menimapnya.
3. Fraktur Patologis
Adalah suatu fraktur yang secara primer terjadi karena adanya proses pelemahan
tulang akibat suatu proses penyakit atau kanker yang bermetastase atau ostepororsis.
F. Klasifikasi

Klasifikasi fraktur antebrachii :

1. Fraktur antebrachii, yaitu fraktur pada kedua tulang radius dan ulna

Fraktur Radius- Ulna

2. Fraktur ulna (nightstick fractur), yaitu fraktur hanya pada tulang ulna

fraktur Ulna

3. Fraktur Montegia, yaitu fraktur ulna proksimal yang disertai dengan dislokasi
sendi
Radioulna proksimal.

Fraktur Montega
4. Fraktur radius, yaitu fraktur hanya pada tulang radius

Fraktur Rius

5. Fraktur Galeazzi, yaitu fraktur radius distal disertai dengan dislokasi sendi
radioulna distal

G. Patofisiologi Fraktur Radius Ulna


Mekanisme terjadinya fraktur radius dan ulna adalah tangan dalam keadaan
outstretched, sendi siku dalam posisi ektensi, dan lengan bawah dalam posisi supinasi.
Fraktur dapat terjadi akibat trauma langsung atau karena hiperpronasi (pemutaran
lengan bawah kea rah dalam) dengan tangan dalam keadaan outstretched.

Fraktur pada batang radius dan ulna (pada batang lengan bawah) biasanya terjadi
pada anak-anak usia 10 tahun (5-13 tahun) .Baik radius maupun ulna keduanya dapat
mengalami patah. Pada setiap ketinggian, biasanya akan mengalami pergeseran bila
kedua tulang patah.Adanya fraktur dapat menyebabkan atau menimbulkan kerusakan
pada beberapa bagian.Kerusakan pada periosteum dan sumsum tulang dapat
mengakibatkan keluarnya sumsum tulang terutama pada tulang panjang. Sumsum
kuning yang keluar akibat fraktur terbuka masuk ke dalam pembuluh darah dan
mengikuti aliran darah sehingga mengakibatkan emboli lemak.
Apabila emboli lemak ini sampai padpat terjadia pembuluh darah yang sempit dimana
diameter emboli lebih besar daripada diameter pembuluh darah maka akan terjadi
hambatan aliran darah yang mengakibatkan perubahan perfusi jaringan.

Kerusakan pada otot atau jaringan lunak dapat menimbulkan nyeri yang hebat
karena adanya spasme otot di sekitarnya.Sedangkan kerusakan pada tulang itu sendiri
mengakibatkan perubahan sumsum tulang (fragmentasi tulang) dan dapat menekan
persyaratan di daerah tulang yang fraktur sehingga menimbulkan gangguan syaraf
ditandai dengan kesemutan, rasa baal dan kelemahan.

Pada tulang radius ulna juga dipersyarafi oleh nervus Medianus. Jika kerusakan terjadi
pada otot sbb:

1. M. Pronator teres : mengakibatkan ketidakmampuanpronasi lengan bawah.


2. M. Fleksus kapi radialis : mengakibatkan ketidakmampuan fleksi dan abduksi
pergelangan tangan.
3. M. Palmaris longus : mengakibatkan ketidakmampuan fleksi pergelangan tangan.
4. M. Fleksor digitorum superfisialis: mengakibatkan ketidakmampuan fleksi dua
falang proksimal dan pergelangan tangan.
5. Fleksor polisis longus : mengakibatkan ketidakmampuan fleksi semua sendi
jempol.
6. Pronator kuadratus : mengakibatkan ketidakmampuan pronator lengan bawah.
7. Abductor polisisi brevis: mengakibatkan ketidakmampuan abduksi jempol.
8. M. Oponens polisis : mengakibatkan ketidakmampuan fleksi falang proksimal
jempol.
Pada tulang radius ulna juga dipersyarafi oleh nervus Ulnaris. Jika kerusakan
terjadi pada otot

1. M.Fleksor karpi ulnaris: mengakibatkan ketidakmampuan fleksi dan adfuksi


pergelangan tangan.
2. M. abductor polisis : mengakibatkan ketidakmampuan adduksi jempol.
3. M. abductor digiti minimi : mengakibatkan ketidakmampuan fleksi falang
proksimal jempol.
4. M.oponenes digiti minimi: mengakibatkan ketidakmampuan oposisi terhadap
kelingking.
H. Manifestasi klinis

Tanda dan gejala dari fraktur antara lain (Smeltzer & Bare, 2010):

 Nyeri hebat di tempat fraktur


Nyeri akan timbul selama fragmen tulang belum diimobilisasi. Nyeri ini timbul
karena ketika tulang tersebut patah, otot akan mengalami spasme.
 Adanya pemendekan tulang
Hal ini diakibatkan oleh kontraksi otot yang melekat di atas dan di bawah fraktur.
 Pembengkakan dan Perubahan Warna
Hal ini terjadi karena adanya respon inflamasi. Saat terjadi fraktur, fragmen tulang
yang patah akan turut melukai jaringan sekitarnya sehingga terjadi respon inflamasi
yang diawali dengan vasodilatasi pembuluh darah dan pelepasan mediator-mediator.
 Hilangnya fungsi radius-ulna
 Deformitas
 Krepitasi

Pada anamnesis selalu ditemukannya deformitas pada daerah sekitar radius- ulna pada
tangan klien(helmi,2013).

1. Look: pada fase awal trauma, klien akan meringis kesakitan. Terlihat adanya
deformitas pada lengan bawah klien. Apabila didapatkan nyeri dan deformitas
pada lengan bawah maka perlu dikaji adanya perubahan nadi, perfusi yang
tidak baik(akral dingin pada lesi), dan CRT >3 detik dimana hal ini
merupakan tanda-tanda peringatan tentang terjadinya kompartemen sindrom.
Sering didapatkan kasus fraktur radius-ulna dengan komplikasi lebih lanjut.
2. Feel: adanya keluhan nyeri misal skala 6, nyeri tekan dan krepitasi, sensasi
masih terasa di area distal.
3. Move:gerak fleksi ekstensi elbow terbatas, pronasi supinasi terbatas .

I. Pemeriksaan Diagnostik
1. Pemeriksaan radiologi
Pemeriksaan radiologi menggunakan sinar rongen (x-ray) digunakan untuk
mendapatkan gambaran spesifik terkait keadaan dan kedudukan tulang, maka
digunakan kedudukan 2 proyeksi yaitu AP atau PA dan lateral.Dalam keadaan tertentu
diperlukan proyeksi tambahan karena adanya patologi yang dicari berupa superposisi.
Permintaan x-ray harus didasari pada adanya permintaan pemeriksaan penunjang.
Pada pemeriksan ini didapatkan adanya garis patah pada tulang batang
humerus pada foto polos. Hal yang harus dibaca pada x-ray harus meliputi 6 A yaitu:

1. Anatomi
2. Articular
3. Alignment
4. Angulation
5. Apeks
6. Apposition
Selain foto polos x-ray ada kemungkinan perlu teknik kusus seperti Computed
tomografi-scanning (CT-scan) : menggambarkan potongan secara transfersal dari tulang
dimana didapatkan suatu struktur tulang yang rusak.

Hasil X-Ray Fraktur Antebranchii

Hasil CT-scan Radius Ulnaris


2. Pemeriksaan laboraturium
a. Kalsium serum dan fosfor serum meningkat pada tahap penyembuhan tulang.
b. Alkalin fosfat meningkat pada kerusakan tulang karena menunjukan bahwa
kegiatan osteoblast dalam membentuk tulang.
c. Enzyme otot seperti keratin kinase, laktat dehydrogenase (LDH-5) aspartate
amino transferase (AST), aldolase yang meningkat pada tahap penyembuhan
tualang.
3. Pemeriksaan lain yang mungkin dilakukan
a. Pemeriksaan mikroorganisme kultur dan test sensitifitas yang mungkin
mengindikasikan terjadinya infeksi oleh mikroorganisme.
b. Biopsy tulang dan otot: pada intinya pemeriksaan ini sama dengan pemeriksaan
diatas tapi lebih diindikasikan oleh dugaan terjadinya infeksi.
c. Arthroscopy: didapatkan trauma jaringan ikat yang rusak atau sobel karena
trauma yang berlebihan.
d. Indium imaging: pada pemeriksaan ini akan diadapatkan infeksi pada tulang.
e. MRI: menggambarkan kerusakan pada semua jaringan akibat oleh fraktur,
termasuk jaringan lunak, dan tulang.
A. Penatalaksanaan
Fraktur dari distal radius adalah jenis fraktur yang paling sering terjadi.Fraktur
radius dan ulna biasanya selalu berupa perubahan posisi dan tidak stabil sehingga
umumnya membutuhkan terapi operatif.Fraktur yang tidak disertai perubahan posisi
ekstra artikular dari distal radius dan fraktur tertutup dari ulnadapat diatasi secara
efektif dengan primary care provider.Fraktur distal radius umumnya terjadi pada anak-
anak dan remaja, serta mudah sembuh pada kebanyakan kasus.

Terapi fraktur diperlukan konsep ”empat R” yaitu : rekognisi, reduksi/reposisi,


terensi/fiksasi, dan rehabilitasi.

a. Rekognisis atau pengenalan adalah dengan melakukan berbagai diagnosa yang benar
sehingga akan membantu dalam penanganan fraktur karena perencanaan terapinya
dapat dipersiapkan lebih sempurna.
b. Reduksi atau reposisi adalah tindakan mengembalikan fragmen-fragmen fraktur
semirip mungkin dengan keadaan atau kedudukan semula atau keadaan letak normal.
c. Retensi atau fiksasi atau imobilisasi adalah tindakan mempertahankan atau menahan
fragmen fraktur tersebut selama penyembuhan.
d. Rehabilitasi adalah tindakan dengan maksud agar bagian yang menderita fraktur
tersebut dapat kembali normal.

Gambar 10 Proses Penyembuhan


Fraktur
Penatalaksanaan Keperawatan
1. Mitra : Membangun hubungan dengan klien, serupa dengan teman.memenuhi kebutuhan klien
untuk memperoleh informasi tentang kondisi, pembedahan, dan penatalaksanaan yang akan
dilakukan sehingga pasien dapat berbagi rasa takut dan memberi kepercayaan pada perawat
2. Pembimbing : Perawat berperan sebagai instruktur selama fase awal remobilisasi dan
rehabilitasi klien
3. Peningkat rasa nyaman dengan cara pemeliharaan asupan cairan dan diet yang sesuai,
pemeliharaan standar hygiene personal dan berpakaian.
4. Manajer Resiko : perawat mencegah terjadinya komplikasi tersering pada fraktur radius ulna
yaitu emboli lemak ataupun sindrom kompartemen
5. Teknisi : Perawat melakukan strategi yang digunakan untuk menstabilkan fraktur radius ulna
yang meliputi pemasangan dan asuhan gips dan alat bantu, pemasangan dan penatalaksanaan
traksi.
Secara rinci proses penyembuhan fraktur dapat dibagi dalam beberapa tahap sebagai berikut:
1. Fase hematoma
Pada mulanya terjadi hematoma dan disertai pembengkakan jaringan lunak, kemudian terjadi
organisasi (proliferasi jaringan penyambung muda dalam daerah radang) dan hematoma akan
mengempis. Tiap fraktur biasanya disertai putusnya pembuluh darah sehingga terdapat
penimbunan darah di sekitar fraktur.Pada ujung tulang yang patah terjadi ischemia sampai
beberapa milimeter dari garis patahan yang mengakibatkan matinya osteocyt pada daerah fraktur
tersebut.
2. Fase proliferative
Proliferasi sel-sel periosteal dan endoosteal, yang menonjol adalah proliferasi sel-sel lapisan
dalam periosteal dekat daerah fraktur.Hematoma terdesak oleh proliferasi ini dan diabsorbsi
oleh tubuh. Bersamaan dengan aktivitas sel-sel sub periosteal maka terjadi aktifitas sel-sel dari
kanalis medularis dari lapisan endosteum dan dari bone marrow masing-masing fragmen.
Prosesdari periosteum dan kanalis medularis dari masing-masing fragmen bertemu dalam satu
proses yang sama, proses terus berlangsung kedalam dan keluar daritulang tersebut sehingga
menjembatani permukaan fraktur satu sama lain. Pada saat ini mungkin tampak di beberapa
tempat pulau-pulau kartilago, yang mungkinbanyak sekali, walaupun adanya kartilago ini tidak
mutlak dalam penyembuhan tulang.Pada fase ini sudah terjadi pengendapan kalsium.
3. Fase pembentukan callus
Pada fase ini terbentuk fibrous callus dan disini tulang menjadi osteoporotik akibat resorbsi
kalsium untuk penyembuhan. Sel-sel osteoblas mengeluarkan matriks intra selluler yang terdiri

Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Yogyakarta


15
dari kolagen dan polisakarida,yang segera bersatu dengan garam-garam kalsium, membentuk
tulang immature atau young callus, karena proses pembauran tersebut, maka pada akhir stadium
terdapat dua macam callus yaitu didalam (internal callus) dan diluar disebut external callus.
4. Fase konsolidasi
Pada fase ini callus yang terbentuk mengalami maturisasi lebih lanjut oleh aktivitas osteoblas,
callus menjadi tulang yang lebih dewasa (mature) dengan pembentukan lamela-lamela). Pada
stadium ini sebenarnya proses penyembuhan sedah lengkap. Pada fase ini terjadi pergantian
fibrous callus menjadi primary callus.Pada saat ini sudah mulai diletakkan sehingga sudah
tampak jaringan yang radioopaque.Fase ini terjadi sesudah 4 (empat) minggu, namun pada
umur-umur lebih mudah lebih cepat.Secara berangsur-angsur primary bone callus diresorbsi dan
diganti dengan second bone callus yang sudah mirip dengan jaringan tulang yang normal.
5. Fase remodeling
Pada fase ini secondary bone callus sudah ditimbuni dengan kalsium yang banyak dan tulang
sedah terbentuk dengan baik, serta terjadi pembentukan kembali dari medula tulang.Apabila
union sudah lengkap, tulang baru yang terbentuk pada umumnya berlebihan, mengelilingi
daerah fraktur di luar maupun didalam kanal, sehingga dapat membentuk kanal medularis.
Dengan mengikuti stress/tekanan dan tarik mekanis, misalnya gerakan, kontraksi otot dan
sebagainya, maka callus yang sudah mature secara pelan-pelan terhisap kembali dengan
kecepatan yang konstan sehingga terbentuk tulang yang sesuai dengan aslinya.
Ilizarov, Bone lengthening, Bone distraction osteogenesis atau Callotaxis adalah suatu istilah
yang sama dalam program pemanjangan tulang. Ilizarov dikembangkan pertama kali oleh
seorang dari Siberia Rusia yang bernama Gabriel Abramovich Ilizarov. Ilizarov adalah suatu
alat eksternal fiksasi yang berfungsi untuk menjaga agar tidak terjadi pergeseran tulang dan
untuk membantu dalam proses pemanjangan tulang.

Callotaxis

lizarov :
Indikasi pemasangan ng tidak sama.
1. Menyamakan panjang lengan atau tungkai ya
2. Menyamakan dan menumbuhkan daerah tulang yang hilang akibat patah tulang terbuka
yang hilang.
3. Membuang tulang yang infeksi dan diisi dengan cara menumbuhkan tulang yang sehat.
4. Menambah tinggi badan. Kontra

Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Yogyakarta


16
indikasi pemasangan Ilizarov :
1. Open fraktur dengan soft tissue yang perlu penanganan lanjut yang lebih baik bila
dipasang single planar fiksator.
2. Fraktur intra artikuler yang perlu ORIF.
3. Simple fraktur (bisa dengan pemasangan plate and screw nail wire).
B. Komplikasi
Komplikasi fraktur radius ulna diklasifikasikan sebagai komplikasi cepat (saat cedera), awal
(dalam beberapa jam atau hari), dan lambat (dalam beberapa minggu atau bulan).

a. Komplikasi Cepat Fraktur Radius Ulna, meliputi:


 Perdarahan, kehilangan darah dari tulang yang mengalami fraktur, termasuk juga
kehilangan darah dari kerusakan pada jaringan sekitar tulang yang mengalami fraktur.
 Kerusakan arteri saraf brachialis yang terletak di dekat radius ulna
b. Komplikasi Awal Radius Ulna, meliputi:
 Emboli lemak yang terjadi terutama pada bagian yang mengalami fraktur radius
ulna
 Masalah imobilisasi lokal (misalnya ulkus dekubitus, trombosis vena profunda,
infeksi dada).
 Sindrom kompartemen.
c. Komplikasi Lambat, meliputi:
 Deformitas.
 Osteoarthritis sekunder (sendi).
 Nekrosis asepsis dan atau avaskular dapat terjadi terutama setela fraktur pada
tulang seperti radius ulna Terjadi akibat gangguan suplai darah ke tulang tersebut
setelah fraktur (Brooker, 2011).

L. PROGNOSIS
Proses penyembuhan patah tulang adalah proses biologis alami yang akan terjadi pada
setiap patah tulang, tidak peduli apa yang telah dikerjakan dokter pada patahan tulang tersebut.
Pada permulaan akan terjadi perdarahan di sekitar patahan tulang, yang disebabkan oleh
terputusnya pembuluh darah pada tulang dan periost yang disebut dengan fase hematoma,
kemudian berubah menjadi fase jaringan fibrosis, lalu penyatuan klinis, dan pada akhirnya fase
konsolidasi.

Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Yogyakarta


17
Waktu yang diperlukan untuk penyembuhan fraktur tulang sangat bergantung pada lokasi
fraktur dan umur pasien. Rata-rata masa penyembuhan: Anak-anak (3-4 minggu), dewasa (4-6
minggu), lansia (> 8 minggu).

M. ASUHAN KEPERAWATAN
Pengkajian
 Pre Operasi
a. Pola persepsi kesehatan-pemeliharaan kesehatan
 Kegiatan yang beresiko cidera.
 Riwayat penyakit yang menyebabkan jatuh.
 Kebiasaan beraktivitas tanpa pengamanan.
b. Pola nutrisi metabolik
 Adanya gangguan pola nafsu makan karena nyeri.
 Observasi terjadinya perdarahan pada luka dan perubahan warna kulit di sekitar luka,
edema.
c. Pola eliminasi
 Konstipasi karena imobilisasi
d. Pola aktivitas dan latihan
 Kesemutan, baal
 Ada riwayat jatuh atau terbentur ketika sedang beraktivitas
 Tidak kuat menahan beban berat
 Keterbatasan mobilisasi
 Berkurangnya atau tidak terabanya denyut nadi pada daerah distal injury, lambatnya
kapiler refill tim
e. Pola tidur dan istirahat
 Tidak bisa tidur karena kesakitan
 Sering terbangun karena kesakitan
f. Pola persepsi kognitif
 Nyeri pada daerah fraktur
 Kesemutan dan baal pada bagian distal fraktur
 Paresis, penurunan atau kehilangan sensasi
g. Pola persepsi dan konsep diri
 Rasa khawatir akan dirinya karena tidak dapat beraktivitas seperti keadaan sebelumnya
h. Pola peran dan hubungan dengan sesama

Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Yogyakarta


18
 Merasa tidak ditolong
 Kecemasan akan tidak melakukan peran seperti biasanya

 Post Operasi
a. Pola persepsi kesehatan-pemeliharaan kesehatan
 Kegiatan yang beresiko cidera
 Pengetahuan pasien tentang perawatan luka di rumah
 Pola nutrisi metabolik
 Adanya gangguan pola nafsu makan karena nyeri.
b. Pola eliminasi
 Konstipasi karena imobilisasi
c. Pola aktivitas dan latihan
 Keterbatasan beraktivitas
 Hilangnya gerakan atau sensasi spasme otot
 Baal atau kesemutan
 Pembengkakan jaringan atau masa hematoma pada sisi cedera
 Perdarahan, perubahan warna
d. Pola tidur dan istirahat
 Tidak bisa tidur karena kesakitan luka operasi
 Sering terbangun karena kesakitan
e. Pola persepsi kognitif
 Keluhan lokasi, intensitas dan karakteristik nyeri
 Nyeri pada luka operasi
 Tidak adanya nyeri akibat kerusakan saraf
 Pembengkakan, perdarahan, perubahan warna
f. Pola persepsi dan konsep diri
 Rasa khawatir akan dirinya Karena tidak dapat beraktivitas seperti keadaan sebelumnya
g. Pola peran dan hubungan dengan sesama
 Merasa tidak tertolong
Diagnosa Keperawatan
 Pre Operasi
a) Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisik (fraktur)
b) Ansietas berhubungan dengan proses operasi

Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Yogyakarta


19
 Post Operasi
a) Nyeri berhubungan dengan post pembedahan.
b) Gangguan integritas kulit berhubungan dengan trauma jaringan post pembedahan.
c) Resiko infeksi berhubungan dengan luka operasi
INTERVENSI KEPERAWATAN
PRE OPERASI
N
SDKI SLKI SIKI
O
1. Nyeri akut Tingkat nyeri (L.08066) Intervensi utama
berhubungan  Keluhan nyeri 1. Manajemen nyeri
dengan agen cidera menurun 2. Pemberian analgesik
fisik (fraktur)  Meringis menurun Intervensi pendukung
 Gelisah menurun 1. Pemantaun nyeri
 Kesulitan tidur 2. Edukasi manajemen nyeri
menurun 3. Pengaturan posisi
 Pola nafas membai9k 4. Edukasi proses penyakit
 Kemampuan 5. Edukasi teknik nafas
menuntaskan 6. Manajemen kenyamanan
aktivitas meningkat lingkungan
7. Manajemen medikasi
8. Pemberian obat
9. Pemberian obat intravena
2. Ansietas Tingkat ansietas (L.09093) Intervensi utama
berhubungan  Verbalisasi khawatir 1. Reduksi ansietas
dengan proses akibat kondisi yang 2. Terapi relaksasi
operasi dihadapi menurun Intervensi pendukung
 Perilaku gelisah 1. Persiapan pembedahan
menurun 2. Teknik distraksi
 Perilaku tegang 3. Teknik imajinasi
menurun terbimbing
 Keluhan pusing 4. Dukungan emosi
menurun
 pucat menurun
 diaphoresis menurun
 frekuensi pernafasan
membaik
 frekuensi nadi
membaik
 tekanan darah
membaik

Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Yogyakarta


20
POST OPERASI
N
SDKI SLKI SIKI
O
1. Nyeri berhubungan Tingkat nyeri (L.08066) Intervensi utama
dengan post pembedahan.  Keluhan nyeri 1. Manajemen nyeri
menurun 2. Pemberian analgesik
 Meringis menurun Intervensi pendukung
 Gelisah menurun 1. Pemantaun nyeri
 Kesulitan tidur 2. Edukasi manajemen
menurun nyeri
 Pola nafas 3. Pengaturan posisi
membai9k 4. Edukasi proses
 Kemampuan penyakit
menuntaskan 5. Edukasi teknik nafas
aktivitas meningkat 6. Manajemen
kenyamanan
lingkungan
7. Manajemen medikasi
8. Pemberian obat
9. Pemberian obat
intravena
Gangguan integritas kulit Integritas kulit dan Intervensi utama
berhubungan dengan jaringan (L.14125) 1. Perawatan integritas
trauma jaringan post  Nyeri menurun kulit
pembedahan.  Perdarahan menurun 2. Perawatan luka
 Kemerahan menurun Intervensi pendukung
 Hematoma menurun 1. Perawatan area insisi
 Perfusijaringan 2. Dukungan perawatan
membaik diri
 Hidrasi meningkat 3. Pemberian obat
intrvena
4. Edukasiprogram
pengobatan
5. Manajemen nyeri
6. Perawatan imobilisasi
Resiko infeksi Tingkat infeksi (L.14137) Intervensi utama
berhubungan dengan luka  Kemerahan menurun 1. Pencegahan infeksi
operasi  Nyeri menurun Intervensi pendukung
 Bengakak menurun 1. Pemantauan tanda
 Kadar sel darah vital
putih membaik 2. Perawatan area insisi
 Cairan berbau 3. Perawatan luka
busuk menurun 4. Edukasi pencegahan

Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Yogyakarta


21
 Vesikel menurun luka tekan
 Kebersihan badan 5. Dukungan
meningkat pemeliharaan
dirumah

PATHWEY

Agen pencedera fisik (Trauma langsung atau tidak langsung)



Fraktur (terbuka atau tertutup)

Terputusnya kontinuitas Perubahan pada fragmen tulang, Ujung tulang menembus otot
jaringan kerusakan pada jaringan dan dan kulit
 pembuluh darah 
Menekan saraf pereda nyeri  Luka
 Kerusakan struktur tulang 
Stimulus neurotransmitter nyeri  Gangguan integritas kulit
 Perdarahan lokal 
Pelepasan mediator  Kuman mudah masuk
prostaglandin Hematomapada daerah fraktur 
  Resiko infeksi
Respon nyeri hebat dan akut Aliran darah ke daerah distal
 berkurang/terhambat
Nyeri akut 
Kerusakan neuromuskular Laserasi kulit
 
Gangguan fungsi organ distal Putus vena/arteri
 
Gangguan mobilitas fisik Perdarahan

Syndrome kompartemen Kehilangan
Keterbatasan aktifitas volume vairan
 
Deficit perawatan diri Persepsi negative pada Shock
hippocampus hipovolemik

Gelisah

Krisis situasional

Ansietas

Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Yogyakarta


22
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN PADA AN.F (ANAK)

Hari/Tanggal : Sabtu/ 14 Agustus 2021


Jam : 09:40
Tempat : Instalasi Gawat Darurat
Oleh : Erik Prasetya Usman
Sumber data : Klien Dan Keluarga
Metode : Wawancara Dan Pemeriksaan Fisik

A. PENGKAJIAN
1. Identitas
a. Pasien
1) Nama Pasien : An. F
2) Tempat Tgl Lahir : Gandu, 22/09/2011
3) Umur : 9 Th 10 bln
4) Jenis Kelamin : Laki-Laki
5) Agama : Islam
6) Pendidikan : SD
7) Pekerjaan : Pelajar
8) Suku / Bangsa : Jawa
9) Alamat : Gandu II Bandungan Karangmojo Gunung Kidul
10) Diagnosa Medis : CF Radius Ulna Sinistra 1/3 Distal
11) No. RM : 00683029
12) Tanggal Masuk RS : 14 Agustus 2021

b. Penanggung Jawab / Keluarga


1) Nama : Ny.S
2) Umur : 35 Tahun
3) Pendidikan : SMP

Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Yogyakarta


23
4) Pekerjaan : IRT
5) Alamat : Gandu II Bandungan Karangmojo Gunung Kidul
6) Hubungan dengan pasien : IBU
7) Status perkawinan : Menikah

2. Riwayat Kesehatan
a. Kesehatan Pasien
1) Keluhan Utama saat Pengkajian
Saat dilakukan pengkajian klien mengeluh nyeri pada bagian lengan sebelah kiri

2) Riwayat Kesehatan Sekarang


a) Alasan masuk RS :
Klien masuk rumah sakit karena terjatuh dari mobil ± 1 jam yang lalu, nyeri pada
bagian lengan kiri, sulit menggerakkan lengannya, bengkak dan terdapat lecet
dibeberapa anggota tubuhnya
b) Riwayat Kesehatan Pasien ;
Nyeri dirasakan klien ketika mobilisasi, nyeri seperti tertindih benda berat dan seperti
ditusuk tusuk, nyeri dirasakan dilengan kiri bawah, skala nyeri 6, Nyeri muncul ketika
tangan digerakkan dan dapat berlangsung 2-3 menit.

3) Riwayat Kesehatan Dahulu


a) Prenatal
Tidak dikaji
b) Perinatal
Tidak dikaji
c) Postnatal
Tidak dikaji
d) Penyakit yang pernah diderita
Klien sebelumnya pernah menderita penyakit typoid
e) Riwayat Hospitalisasi
Klien sebelumnya pernah dirawat dirumah sakit karena typoid
f) Riwaya Injury
Tidak pernah
g) Riwaya Imunisasi
Keluarga mengatakan riwayat imunisasi klien lengkap

Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Yogyakarta


24
h) Riwayat tumbuh kembang
Keluarga mengatakan klien tumbuh dah berkembang sperti manusia pada umumnya,
tida ada kelainan ,serta terjadi penambahan berat badan dan tinggi badan

b. Riwayat Kesehatan Keluarga


1) Genogram

Keterangan :
Laki-laki Tinggal serumah Pasien

Perempuan
Meninggal Pisah

2) Riwayat Kesehatan Keluarga


Klien merupakan anak ke 2 dari 2 bersaudara, kakek dan nenek klien (orang tua Ayah)
meninggal karena penyakit jantung, sementara kakek dan anak laki-laki (sebelah ibu)
meninggalkarena kecelakaan. Klien tinggal bersama dengan ayah,ibu dan kakak
perempuannya. Di dalam keluarga belum ada yang pernah menjalani isolasi mandiri.

3. Kesehatan Fungsional (11 Pola Gordon)


1) Nutrisi- metabolic
Porsi makanannya dalam sehari normal yaitu sekitar 2-3 kali dalam sehari.
2) Eliminasi
Klien BAB 1-2 x/hari dan BAK 3-4kali/hari tanpa ada keluhan
3) Aktivitas /latihan
a) Keadaan aktivitas sehari – hari
Sebelum sakit klien beraktivitas sperti biasanya seperti bermain bersama teman-
temannya. Saat ini klien tidak bisa beraktivitas karena fraktur pada tangan kirinya ,klien
enggan melakukan pergerakan dan merasa cemas saat bergerak
b) Keadaan pernafasan
Pernafasan normal, klien tidak sesak dan tidak menggunakan alat bantu nafas

Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Yogyakarta


25
c) Keadaan Kardiovaskuler
Tidak ada keluhan pada kardiovaskuler

(1) Skala ketergantungan


KETERANGAN
AKTIFITAS
0 1 2 3 4
Bathing 
Toileting 
Eating 
Moving 
Ambulasi 
Walking 

Keterangan :
1 = Mandiri/ tidak tergantung apapun
2 = dibantu dengan alat
3 = dibantu orang lain
4 = Dibantu alat dan orang lain
5 = Tergantung total

4) Istirahat – tidur
Klien tidur malam pada pukul 21.00 – 06.00 dan tidur siang kadang tidak menentu. Tetapi
saat sakit klien mengatakan tidak bisa tidur karena nyeri pada lengannya
5) Persepsi, pemeliharaan dan pengetahuan terhadap kesehatan
Klien sangat takut tangannya tidak bisa kembali seperti semula,klien enggan melakukan
pergerakan, dan sangat cemas dengan keadaan tangannya.
6) Pola Toleransi terhadap stress-koping
Klien jika ada masalah (contoh: dimarahi ibu, banyak tugas sekolah) klien lebih suka
bermain bersama teman-temannya di luar rumah.
7) Pola hubungan peran
Di dalam keluarga klien sebagai seorang anak. Klien sering membantu ibunya dirmah
8) Kognitif dan persepsi
Jika sembuh klien berjanji tidak akan bermain lagi ketika naik mobil dan ia tidak mau balik
lagi di rumah sakit, ia akan menjaga tangan dan anggota tubuh lainnya.
9) Persepsi diri-Konsep diri

Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Yogyakarta


26
a) Gambaran Diri
Klien mengatakan bahwa ia sangat menyukai bagian matanya
b) Harga Diri
Klien sering diejek temannya karena gendut dan kulitnya hitam
c) Peran Diri
Dikeluarga klien berperan sebagai seorang anak. klien saat ini mengenyam pendidikan di
sekolah dasar
d) Ideal Diri
Jika sembuh klien berjanji tidak akan bermain lagi ketika naik mobil dan ia tidak mau
balik lagi di rumah sakit, ia akan menjaga tangan dan anggota tubuh lainnya.
e) Identitas Diri
Klien dikeluarga dia sebagai anak, klien mengatakan sangat senang dan puas berada
disekeliling keluarganya. Klien mengatakan puas dengan jenis kelaminnya.
10) Reproduksi dan kesehatan
Klien tidak ada keluhan terkait reproduksi
11) Keyakinan dan Nilai
Klien mengatakan beragama islam,klien jarang sholat

Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Yogyakarta


27
4. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum
1) Kesadaran : composmentis
2) Status Gizi :TB = 125cm
BB = 43 Kg

3) Tanda Vital :TD = 126/85 mmHg Nadi = 110 x/mnt


Suhu = 36,0 °C RR = 26 x/mnt
4) Skala Nyeri (Visual analog) – usia > 8 tahun

Ket : beri tanda O

b. Pemeriksaan Secara Sistematik (Cephalo – Caudal)


1) Kulit
Terdapat beberapa luka lecet di beberapa bagian tubuh Diaphoresis
2) Kepala
Kulit kepala klien terlihat bersih, distribusi rambut merata,tidak ada nyeri tekan pada
kepala. Konjungtiva tidak anemis, sklera putih, Hidung klien bersih,tidak ada nyeri
tekan. Telinga klien terlihat kotor, terlihat adanya serumen didalam telinga klien yang
sudah mengering. Terdapat bebera paluka lecet di wajah klien. Klien tampak gelisah.
Muka tampak pucat
3) Leher
Tidak ada pembekakan kelenjar tyroid, warna leher sama dengan area sekitar, tidak ada
massa,lesi, dan nyeri tekan
4) Tengkuk
Tidak ada nyeri tengkuk, massa, dan nyeri tekan
5) Dada
a) Inspeksi

Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Yogyakarta


28
Pergerakan dada simetris kiri dan kanan, tidak ada jejas, RR: 26 x/menit, tidak ada
penggunaan otot bantu nafas

b) Palpasi
Saat dipalpasi klien mengatakan tidak ada nyeri pada bagian dadanya, tidak ada
massa
c) Perkusi
Terdengan sonor disemua lapang paru ,dan terdengar pekak dibagian jantung
d) Auskultasi
Terdengar vesikuler disemua lapang paru.tidakada bunyi nafas tambahan dan tidak
ada bunyi jantung tambahan.
6) Payudara
Tampak simetris, tidak teraba masa dan tidak ada nyeri tekan
7) Abdomen
a) Inspeksi
Warna perut sama dengan area sekitar, tidak ada lesi
b) Auskultasi
Bissing usus klien normal 8x/menit.
c) Perkusi
Terdengar timpani
d) Palpasi
Tidak terdapat massa diperut serta tidak terdapat pembesaran limpa, hati
dan pangkreas.
8) Anus dan Rectum
Tida di kaji
9) Genetalia
Tidak dikaji
10) Ekstremitas
a) Atas
Rentang gerak (ROM) pada area fraktur menurun, gerakan terbatas, terdapat luka lecet di area lengan,
Kekuatan otot
5 3
5 5
b) Bawah
Ada luka lecet di area kaki,tidak ada fraktur

Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Yogyakarta


29
Pengkajian VIP score (Visual Infusion Phlebithis) Skor visual flebitis pada luka
tusukan infus :

Tanda yang ditemukan Skor Rencana Tindakan


Tempat suntikan tampak sehat 0
Tidak ada tanda flebitis
- Observasi kanula
Salah satu dari berikut jelas: Mungkin tanda dini flebitis
 Nyeri tempat suntikan 1 - Observasi kanula
 Eritema tempat suntikan
Dua dari berikut jelas : Stadium dini flebitis
 Nyeri sepanjang kanula - Ganti tempat kanula
2
 Eritema
 Pembengkakan
Semua dari berikut jelas : Stadium moderat flebitis
 Nyeri sepanjang kanula  Ganti kanula
3
 Eritema  Pikirkan terapi
 Indurasi
Semua dari berikut jelas : Stadium lanjut atau awal
 Nyeri sepanjang kanula tromboflebitis
 Eritema 4  Ganti kanula
 Indurasi  Pikirkan terapi
 Venous cord teraba
Semua dari berikut jelas : Stadium lanjut tromboflebitis
 Nyeri sepanjang kanula  Ganti kanula
 Eritema  Lakukan terapi
5
 Indurasi
 Venous cord teraba
 Demam

*)Lingkari pada skor yang sesuai tanda yang muncul

Pengkajian risiko jatuh (Humpty Dumpty)

Tanggal/waktu
Parameter Kriteria Nilai
14
Dibawah 3 tahun 4
3-7 tahun 3
Usia 
8-13 tahun 2
>13 tahun 1
Laki-laki 2 
Jenis kelamin
Perempuan 1
Kelainan neurologis 4
Perubahan dalam 3
Diagnosis oksigenasi
Kelainan psikis/prilaku 2
Diagnosis lain 1 
Gangguan Tidak menyadari 3
Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Yogyakarta
30
keterbatasan dirinya
Lupa adanya kterbatasan 2
kognitif 
Orientasi baik terhadap 1
diri sendiri
Riwayat jatuh dari tempat 4
tidur
Pasien gunakan alat bantu 3
Faktor lingkungan 
Pasien berada ditempat 2
tidur
Diluar ruang perawat 1
Respon terhadap Dalam 24 jam 3
operasi/obat Dalam 48 jam 2
penenang/efek >48 jam 1
anestesi
Bermacam- macam obat 3
digunakan: obat sedatif
fenozin, antidepresan,
laksansia/ deuretika,
Penggunaan obat
narkotik.
Salah satu dari pengobatan 2
diatas
Pengobatan lain 1 
Total Skor
Ket : Skror 7-11 = risiko jatuh rendah Skor >12 = risiko jatuh tinggi
Intervensi pencegahan risiko jatuh (beri Tgl 14
tanda v)
1. Pastikan bel/phpne mudah 
terjangkau atau pastikan ada
kelaurga yang menunggu
2. Roda tempat tidur pada posisi 
Risiko rendah (RR)
dikunci
3. Naikan pagar pengaman 
tempat tidur
4. Beri edukasi pasien 
1. Lakukan semua pencegahan
risiko jatuh rendah
2. Pasang stiker penanda
berwarna kuning pada gelang
identifikasi
3. Kunjungi dan monitor setiap
shif
Risiko tinggi (RT)
4. Penggunaan
kateter/pispot/tolet duduk
5. Strategi mencegah jatuh
dengan penilaian jatuh yang
lebih detail
6. Libatkan keluarga untuk
menunggu pasien
erik
Nama/paraf

Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Yogyakarta


31
5. Pemeriksaan Penunjang
Hasil Pemeriksaan Radiologi
Hasil Pemeriksaan Radiologi Pasien An.F di Ruang instalasi gawat darurat di Rumah Sakit Umum
Daerah Wonosari Yogyakarta
Hari/ Tanggal Jenis Pemeriksaan Kesan/Interpretasi
14/08/2021 Rontgen ANTEBRACHI SINISTRA
10:18  Tak tampak soft tissue
swelling
 Trabekulasi tulang baik
 Tak tampak lesi
litik/sklerotik
 Facies artikularislicin
 Joint of space tak
menyempit
 Tak discontinuitas di radius
dan ulna sinistrab1/3 distal
Kesan: complet fracture radius dan
ulna sinistra 1/3 distal

THORAX
 System tulang intak
 Corakan bronchovascular
normal
 Mediastinum tak melebar
 Trachea ditengah
 Sinus costafrenius dekstra
lancip,sinistra lancip
 Diafragma dekstra et
sinistra licin, tak mendatar
 CTR < 0,5
Kesan: Pulmo dan cor normal

(Sumber Data Sekunder : RM Pasien)

6. Terapi
Pemberian Terapi Pasien Pasien An.F di Ruang instalasi gawat darurat di Rumah Sakit Umum
Daerah Wonosari Yogyakarta
 Infus Asering 10 tpm
 Paracetamol 1 tablet

Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Yogyakarta


32
(Sumber Data Sekunder : RM Pasien)

A. ANALISA DATA
Pasien AN.F di Ruang instalasi gawat darurat di Rumah Sakit Umum Daerah
Wonosari Yogyakarta
DATA PENYEBAB MASALAH
DS: Agen pencedera fisik (Trauma Gangguan
 Klien mengeluh nyeri pada langsung atau tidak langsung) mobilitas fisik
bagian lengan sebelah kiri  (D.0054)
 Klien mengeluh sulit Fraktur (terbuka atau tertutup)

menggerakkan lengannya
Perubahan pada fragmen tulang,
 Klien enggan melakukan kerusakan pada jaringan dan
pergerakan pembuluh darah
 Klien merasa cemas saat 
bergerak Kerusakan struktur tulang
DO: 
 Rentang gerak (ROM) pada Perdarahan lokal
area fraktur menurun 
Hematomapada daerah fraktur
 Gerakan terbatas, klien lebih 
bnyak menangis Aliran darah ke daerah distal
 Kekuatan otot berkurang/terhambat

5 3 Kerusakan neuromuskular
5 5 
Gangguan fungsi organ distal
 Hasil rontgen antebrachi 
sinistra: complet fracture Gangguan mobilitas fisik
radius dan ulna sinistra 1/3
distal
TTD
 Tanda-tanda Vital : Erik
TD = 126/85 mmHg
Nadi = 110 x/mnt
Suhu = 36,0 °C
RR = 26 x/mnt

DS: Agen pencedera fisik (Trauma Nyeri akut


 Klien mengeluh nyeri pada langsung atau tidak langsung) (D.0077)

bagian lengan sebelah kiri Fraktur (terbuka atau tertutup)
P: Nyeri dirasakan klien ketika 
mobilisasi Terputusnya kontinuitas jaringan

Q: Nyeri seperti tertindih
Menekan saraf pereda nyeri
benda berat dan seperti 
ditusuk tusuk Stimulus neurotransmitter nyeri

Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Yogyakarta


33
R: Nyeri dirasakan dilengan Pelepasan mediator prostaglandin
kiri bawah 
Respon nyeri hebat dan akut
S: Skala nyeri 6 (0-10) 
T: Nyeri muncul ketika tangan Nyeri akut
digerakkan dan dapat
berlangsung 2-3 menit.

DO:
 Tampak meringis
 Bersikap protektif
 Gelisah
 Tanda-tanda Vital : TTD
TD = 126/85 mmHg Erik
Nadi = 110 x/mnt
Suhu = 36,0 °C
RR = 26 x/mnt
DS: Agen pencedera fisik (Trauma Ansietas
 Klien khawatir tangannya langsung atau tidak langsung) (D.0080)
sudah tidak bias digunakan 
untuk menulis Fraktur (terbuka atau tertutup)

DO:
Perubahan pada fragmen tulang,
 Klien tampak gelisah
kerusakan pada jaringan dan
 Muka tampak pucat pembuluh darah
 Diaphoresis 
 Tanda-tanda Vital : Kerusakan struktur tulang
TD = 126/85 mmHg 
Persepsi negative pada
Nadi = 110 x/mnt
hippocampus
RR = 26 x/mnt 
Gelisah

Krisis situasional

Ansietas
TTD
Erik

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN BERDASAR PRIORITAS


1. Gangguan mobilitas fisik b.d kerusakan integritas struktur tulang d.d
DS:
 Klien mengeluh nyeri pada bagian lengan sebelah kiri
 Klien mengeluh sulit menggerakkan lengannya
 Klien enggan melakukan pergerakan
 Klien merasa cemas saat bergerak
DO:
 Rentang gerak (ROM) pada area fraktur menurun

Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Yogyakarta


34
 Gerakan terbatas, klien lebih bnyak menangis
 Kekuatan otot
5 3
5 5

 Hasil rontgen antebrachi sinistra: complet fracture radius dan ulna sinistra 1/3 distal

 Tanda-tanda Vital :
TD = 126/85 mmHg
Nadi = 110 x/mnt
Suhu = 36,0 °C
RR = 26 x/mnt
2. Nyeri akut b.d agen pencedera fisik d.d
DS:
 Klien mengeluh nyeri pada bagian lengan sebelah kiri
P: Nyeri dirasakan klien ketika mobilisasi
Q: Nyeri seperti tertindih benda berat dan seperti ditusuk tusuk
R: Nyeri dirasakan dilengan kiri bawah
S: Skala nyeri 6 (0-10)
T: Nyeri muncul ketika tangan digerakkan dan dapat berlangsung 2-3 menit.
DO:
 Tampak meringis
 Bersikap protektif
 Gelisah
 Tanda-tanda Vital :
TD = 126/85 mmHg
Nadi = 110 x/mnt
Suhu = 36,0 °C
RR =26 x/mnt

3. Ansietas b.d krisis situasional d.d

DS:
 Klien khawatir tangannya sudah tidak bias digunakan untuk menulis
DO:
 Klien tampak gelisah
 Muka tampak pucat
 Diaphoresis
 Tanda-tanda Vital :
TD = 126/85 mmHg
Nadi = 110 x/mnt
RR = 26 x/mnt

Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Yogyakarta


35
C. PERENCANAAN KEPERAWATAN
Nama Pasien / NO CM : An. F/00683029 Ruang: Instalasi Gawat Darurat
PERENCANAAN
HARI/TGL DIAGNOSA KEPERAWATAN
TUJUAN RENCANA TINDAKAN
14/08/2021 (D.0054) Tanggal: 14 Agustus 2021 Tanggal: 14 Agustus 2021
Gangguan mobilitas fisik b.d kerusakan Pukul: 09:50 Pukul: 09:50
integritas struktur tulang d.d Mobilitas fisik (L.05042) Setelah Pembidaian (I.05180)
Observasi
DS: diberikan asuhan keperawatan
 Identifikasi kebutuhan dilakukan pembidaian
 Klien mengeluh nyeri pada bagian selama 6 jam mobilitas fisik
 Monitor bagian distal area cidera
lengan sebelah kiri meningkat, dengan criteria hasil:
 Monitor adanya perdarahan pada area cidera
 Klien mengeluh sulit menggerakkan  Nyeri menurun (6 menjadi 2)
 Pergerakan ekstremitas  Identifikasi material bidai yang sesuai
lengannya
meningkat Terapeutik
 Klien enggan melakukan pergerakan
 Kekuatan otot area fraktur  Minimalkan pergerakan, terutama pada bagian yang
 Klien merasa cemas saat bergerak cidera
meningkat
DO:  Berikan bantalan (padding) pada bidai
 Rentang gerak (ROM) meningkat
 Rentang gerak (ROM) pada area fraktur  Klien tidak cemas  Imobilisasi sendi diatas dan dibawah cidera
menurun  Gerakan tidak terbatas  Tempatkan ekstremitas yang cidera dalam posisi
 Gerakan terbatas, klien lebih bnyak fungsional,jika memungkinkan
menangis  Pasang bidai pada posisi tubuh seperti awalditemukan
 Kekuatan otot  Gunakan kedua tangan untuk menopang area cidera
5 3  Gunakan kain gendongan (sling) secara tepat
5 5 Edukasi
 Jelaskan tujuan dan langkah-langkah prosedur
 Tanda-tanda Vital : sebelum pemasangan bidai
TD = 126/85 mmHg  Jelaskan tanda dan gejala syndrome kompartemen
Nadi = 110 x/mnt (5P: pulseless, parastesia, pain, paralysis, palor)
RR = 26 x/mnt  Anjurkan membatasi gerak pada area cidera

Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Yogyakarta


14/08/2021 (D.0077) Tanggal: 14 Agustus 2021 Tanggal: 14 Agustus 2021
Nyeri akut b.d agen pencedera fisik d.d Pukul: 09:50 Pukul: 09:50
DS: Tingkat nyeri (L.08066) Manajemen nyeri (I.08238)
 Klien mengeluh nyeri pada bagian Setelah diberikan asuhan Observasi
lengan sebelah kiri keperawatan selama 6 jam tingkat  Identifikasi lokasi, karakteristik,durasi,
frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
P: Nyeri dirasakan klien ketika nyeri menurun, dengan criteria
 Identifikasi skala nyeri
mobilisasi hasil:  Identifikasi respon nyeri non verbal
Q: Nyeri seperti tertindih benda berat  Nyeri menurun (6 menjadi 2)  Identifikasi factor yang memperberat dan
dan seperti ditusuk tusuk  Klien tidak meringis memperingan nyeri
R: Nyeri dirasakan dilengan kiri  Tidak bersikap protektif  Monitor efek samping analgetik yang
bawah  Klien tidak gelisah diberikan
S: Skala nyeri 6 (0-10)  Tidak ada diaphoresis Terapeutik
T: Nyeri muncul ketika tangan  TTV dalam rentang normal  Berikan tekniknon-farmakologi untuk mengurangi
digerakkan dan dapat berlangsung nyeri
2-3 menit.  Kontrol lingkungan yang memperberat nyeri
DO:  Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam
 Tampak meringis pemilihan strategi meredakan nyeri
 Bersikap protektif Edukasi
 Gelisah  Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri
 Diaphoresis  Jelaskan strategi meredakan nyeri
 Tanda-tanda Vital :  Anjurkan memonitoring nyeri secara mandiri
TD = 126/85 mmHg  Ajarkan teknik non farmakologi unrtuk mengurangi
Nadi = 110 x/mnt nyeri
Suhu = 36,0 °C Kolaborasi
RR = 26 x/mnt  Kolaborasi pemberian analgetik

Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Yogyakarta


14/08/2021 (D.0080) Tanggal: 14 Agustus 2021 Tanggal: 14 Agustus 2021
Ansietas b.d krisis situasional d.d Pukul: 09:50 Pukul: 09:50
DS: Tingkat ansietas (L.09093) Teknik imajinasi terbimbing (I.08247)
 Klien khawatir tangannya sudah tidak Observasi
Setelah diberikan asuhan
 Identifkasi masalah yang dialami
bias digunakan untuk menulis keperawatan selama 6 jam tingkat
DO:  Monitor respon perubahan emosional
ansietas menurun, dengan criteria
Terapeutik
 Klien tampak gelisah hasil:
 Sediakan ruangan yang tenang dan nyaman
 Muka tampak pucat  Verbalisasi khawatir akibat
Edukasi
 Diaphoresis kondisi yang dihadapi
 Anjurkan membayangkan suatu tempat yang sangat
 Tanda-tanda Vital :  Tidak ada perilaku gelisah
menyenagkan yang pernah atau yang ingin dikunjungi
 Klien tidak pucat
TD = 126/85 mmHg  Anjurkan membayangkan mengunjungi tempat yang
 Tidak diaphoresis
Nadi = 110 x/mnt dikunjungi berada dalam kondisi sehat, bersama orang
 TTV dalam rentang normal
RR = 26 x/mnt yang dikasihi atau dicintai dalam suasana nyman

TTD
Erik

D. PELAKSANAAN DAN EVALUASI KEPERAWATAN

Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Yogyakarta


Nama Pasien / NO CM : An. F/00683029 Ruang: Instalasi Gawat Darurat

Hari/tanggal/jam Diagnose keperawatan Pelaksanaan Evaluasi


14/08/2021 (D.0054) Pembidaian (I.05180) Tanggal: 14 Agustus 2021
Gangguan mobilitas fisik Observasi Pukul: 13:00
10:00
b.d kerusakan integritas  Identifikasi kebutuhan dilakukan
struktur tulang pembidaian dengan hasil klien mengalami S :
cf radius ulna sinistra 1/3 distal  Klien mengeluh nyeri pada bagian
 Monitor bagian distal area cidera lengan sebelah kirinya berkurang
dengan hasil bagian distal masih bisa dari 6 menjadi 4
digerakkan  Klien mengeluh masih sulit
 Monitor adanya perdarahan pada area menggerakkan lengannya
cidera dengan hasil tidak ada  Klien masih enggan melakukan
perdarahan (fraktur tertutup), akan
pergerakan
tetapi terdapan lukar gores di beberapa
 Klien merasa cemas saat bergerak
bagian tubuh
O:
 Identifikasi material bidai yang sesuai
 Rentang gerak (ROM) pada area
dengan hasil klien diberikan bidai
fraktur masih menurun
khusus anak dan sesuai ukuran fraktur
 Gerakan terbatas
dengan bahan bidai yang nyaman
 Kekuatan otot
5 3 Terapeutik
5 5  Minimalkan pergerakan, terutama pada
bagian yang cidera dengan hasil
tidakdilakukan pergerakan pada area  Tanda-tanda Vital :
fraktur TD = 110/70 mmHg
 Berikan bantalan (padding) pada bidai Nadi = 96 x/mnt
dengan hasil bidai yang diberikan memang RR = 22 x/mnt
sudah memiliki bantalan di dalamnya

Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Yogyakarta


sehingga nyaman digunakan A:
 Imobilisasi sendi diatas dan dibawah Masalah mobilitas fisik belum teratasi
cidera dengan hasil klien diimobilisasi P:
pada bagian atas dan bawah area cidera Lanjutkan intervensi
 Tempatkan ekstremitas yang cidera dalam
posisi fungsional,jika memungkinkan
dengan hasil lengan klien di posisikan
lurus sebelum di bidai
 Pasang bidai pada posisi tubuh seperti
awal ditemukan dengan hasil klien
dipasang bidai pada posisi lengan lurus
 Gunakan kedua tangan untuk menopang
area cidera dengan hasil digunakan dua
tangan dengan bantuan perawat lain
 Gunakan kain gendongan (sling) secara
tepat dengan hasil selesai dilakukan
pembidaian, klien dipakaian sling.
Edukasi
 Jelaskan tujuan dan langkah-langkah
prosedur sebelum pemasangan bidai
dengan hasil klien dan keluarga paham
yang dijelaskan
 Jelaskan tanda dan gejala syndrome
kompartemen (5P: pulseless, parastesia,
pain, paralysis, palor) dengan hasil klien
TTD
dan keluarga paham yang dijelaskan
Erik
 Anjurkan membatasi gerak pada area
cidera dengan hasil keluarga dan klien
mematuhi yang disampaikan perawat.
14/08/2021 (D.0077) Manajemen nyeri (I.08238) Tanggal: 14 Agustus 2021

Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Yogyakarta


10:30 Nyeri akut b.d agen Observasi Pukul: 13:00
pencedera fisik  Identifikasi lokasi, karakteristik,durasi,
frekuensi, kualitas, intensitas nyeri S:
dengan hasil  Klien mengeluh nyeri pada bagian
P: Nyeri dirasakan klien ketika mobilisasi
lengan sebelah kiri menurun dari 6
Q: Nyeri seperti tertindih benda berat dan
menjadi 4
seperti ditusuk tusuk
O:
R: Nyeri dirasakan dilengan kiri bawah  Sesekali meringis
S: Skala nyeri 6 (0-10)
 Bersikap protektif
T: Nyeri muncul ketika tangan
 Gelisah
digerakkan dan dapat berlangsung 2-3
 Tidak ada diaphoresis
menit.
 Tanda-tanda Vital :
 Identifikasi skala nyeri dengan hasil skala
nyeri 6 TD = 110/70 mmHg
 Identifikasi respon nyeri non verbal Nadi = 96 x/mnt
dengan hasilklien terus menagis, tampak Suhu = 36,0 °C
cemas,gelisah RR = 22 x/mnt
 Identifikasi factor yang memperberat dan A :
memperingan nyeri dengan hasil jika Masalah nyeri akaut belum teratasi
klien mobilisasi ditempat tidur P:
 Monitor efek samping analgetik yang Lanjutkan intervensi
diberikan dengan hasil tidak ada efek
samping yang muncul pada klien
Terapeutik
 Berikan teknik non-farmakologi untuk
mengurangi nyeri dengan hasil klien
diajarkan teknik relaksasi nafas dalam
 Kontrol lingkungan yang memperberat

Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Yogyakarta


nyeri dengan hasil yang menjaga pasien
hanya satu orang, dibatasi pengunjung
 Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri
dalam pemilihan strategi meredakan nyeri
dengan hasil klien di ajarkan teknik
relaksasi nafas dalam
Edukasi
 Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu
nyeri dengan hasil klien dan keluarga
paham yang dijelaskan
 Jelaskan strategi meredakan nyeri dengan
hasil klien dan keluarga paham yang
dijelaskan
 Anjurkan memonitoring nyeri secara
mandiri dengan hasil klien dan keluarga
paham yang dijelaskan
 Ajarkan teknik non farmakologi unrtuk
mengurangi nyeri dengan hasil klien dan TTD
keluarga paham yang dijelaskan Erik
Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian analgetik dengan
hasil klien diberikan terapi infus cairan
aserin Infus Asering 10 tpm dan
Paracetamol 1 tablet
14/08/2021 (D.0080) Teknik imajinasi terbimbing (I.08247) Tanggal: 14 Agustus 2021
10:50 Ansietas b.d krisis Observasi Pukul: 13:00

Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Yogyakarta


situasional  Identifkasi masalah yang dialami dengan
hasil klien cemas dengan tangannya yang S:
patah tidak bisa digunakan untuk menulis  Klien tidak khawatir lagi karena
lagi tangannya akan dipoerasi dan bias
 Monitor respon perubahan emosional menulis lagi
dengan hasil perubahan emosional klien O:
hanya pada saat lengannya terasa nyeri  Tidak ada gelisah
Terapeutik  Klien tidak pucat
 Sediakan ruangan yang tenang dan  Tidak Diaphoresis
nyaman dengan hasil klien ditempatkan  Tanda-tanda Vital :
di ruangan tersendri TD = 110/70 mmHg
Edukasi
Nadi = 96 x/mnt
 Anjurkan membayangkan suatu tempat
RR = 22 x/mnt
yang sangat menyenagkan yang pernah
A:
atau yang ingin dikunjungi dengan hasil
Masalah ansietas teratasi
klien membayangkan pergi ke panta P:
bersama teman-temannya. Lanjutkan intervensi
 Anjurkan membayangkan mengunjungi
tempat yang dikunjungi berada dalam
kondisi sehat, bersama orang yang
dikasihi atau dicintai dalam suasana
Nyman dengan hasil membayangkan
pergi ke panta bersama teman-temannya. TTD
Erik

Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Yogyakarta


E. CATATAN PERKEMBANGAN
Nama Pasien/No. C.M :An.F/00683029 Ruang : Instalasi Gawat Darurat

HR/
TGL/JAM/ Dx.Kep EVALUASI
(S O A P)
SHIF

14/08/2021 (D.0054) S:
Gangguan mobilitas  Klien mengeluh nyeri pada bagian lengan
14:00
fisik b.d kerusakan sebelah kirinya berkurang dari 6 menjadi 4
integritas struktur  Klien mengeluh masih sulit menggerakkan
tulang lengannya
 Klien masih enggan melakukan pergerakan
 Klien merasa cemas saat bergerak
O:
 Rentang gerak (ROM) pada area fraktur
masih menurun
 Gerakan terbatas
 Kekuatan otot
5 3
5 5

 Tanda-tanda Vital :
TD = 112/76 mmHg
Nadi = 92 x/mnt
RR = 20 x/mnt
A:
Masalah mobilitas fisik belum teratasi
P:
Lanjutkan intervensi (klien dipindahkan
keruangan bedah)

TTD
Erik

14/08/2021 (D.0077) S:
14:00 Nyeri akut b.d agen  Klien mengeluh nyeri pada bagian lengan
pencedera fisik sebelah kiri menurun dari 6 menjadi 4
O:
 Sesekali meringis
 Bersikap protektif
 Gelisah
 Tidak ada diaphoresis
 Tanda-tanda Vital :
TD = 112/76 mmHg
Nadi = 92 x/mnt
Suhu = 36,0 °C
RR = 20 x/mnt
A:
Masalah nyeri akaut belum teratasi
P:
Lanjutkan intervensi (klien pindah ke bangsal
bedah)

TTD
Erik
14/08/2021 (D.0080) S:
14:00 Ansietas b.d krisis  Klien tidak khawatir lagi karena tangannya
situasional akan dipoerasi dan bias menulis lagi
O:
 Tidak ada gelisah
 Klien tidak pucat
 Tidak Diaphoresis
 Tanda-tanda Vital :
TD = 112/76 mmHg
Nadi = 92 x/mnt
RR = 20 x/mnt
A:
Masalah ansietas teratasi
P:
Lanjutkan intervensi (klien pindah ke bangsal
bedah)

TTD
Erik

KESIMPULAN
1. Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang
atau tulang rawan yang umumnya disebabkan oleh rudapaksa. Fraktur dapat disebabkan pukulan
langsung, gaya meremuk, gerakan punter mendadak, dan bahkan kontraksi otot ekstrem. Kebanyakan
fraktur disebabkan oleh trauma dimana terdapat tekanan yang berlebihan pada tulang, baik berupa
trauma langsung dan trauma tidak langsung. Fraktur radius ulna biasanya terjadi karena trauma
langsung sewaktu jatuh dengan posisi tangan hiperekstensi. Hal ini dikarenakan adanya mekanisme

Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Yogyakarta


refleks jatuh di mana lengan akan menahan badan dengan posisi siku agak menekuk. Kekhasan dari
fraktur radius ulna dapat dipengaruhi oleh otot antar tulang, yaitu otot supinator, pronator teres,
pronator kuadratus yang memuat gerakan pronasi- supinasi yang berinsersi pada radius dan ulna.
2. Pengkajian keperawatan pada pasien dengan diagnose medis fraktur
radius ulna 1/3distal dikumpulkan dari pengkajian pasien dan keluarga serta pemeriksaan fisik pada
bagian lengan sebagai prioritas pengkajian keperawatan.
3. Pasien dalam kasus ini An.F berusia 9 tahun, pasien ini sebelumnya
sudah pernah dirawat dirumah sakit dengan typoid.
4. Pasien An.F masuk ke Instalasi gawat darurat RSUD Wonosari dengan
keluhan nyeri pada bagian lengan kiri, sulit menggerakkan lengannya, bengkak dan terdapat lecet
dibeberapa anggota tubuhnya
5. Hasil pengkajian didapatkan bahwa sehari SMRS klien mengeluh nyeri.
Nyeri dirasakan klien ketika mobilisasi, nyeri seperti tertindih benda berat dan seperti ditusuk tusuk,
nyeri dirasakan dilengan kiri bawah, skala nyeri 6, Nyeri muncul ketika tangan digerakkan dan dapat
berlangsung 2-3 menit. klien tampak meringis,takut tangannya ga bisadigunakan untuk menulis lagi.
6. Penegakan diagnose keperawatan diagkat berdasarkan prioritas keluhan
pasien dan berpedomaan pada SDKI yaitu gangguan mobilitas fisik, nyeri akut, dan ansietas.
7. Intervensi keperawatan disusun sesuai diagnose yang ditegakkan dengan
berpedoman pada SIKI. Untuk diagnose gangguan mobilitas fisik diberikan intervensi pembidaian,
intervensi nyeri akut diberikan intervensi manajemn nyeri, dan untuk diagnose ansietas diberikan
intervensi teknik imajinasi terbimbing.
8. Implementasi keperawatan dilakukan selama 6 jam dan setelah itu
dilanjutkan diruang bangsal perawatan. Dari implementasi tersebut terdapat beberapa perkembagan
status kesehatan pasien diantaranya keluhan nyeri menurun (skala 6 menjadi 4), TTV dalam rentang
normal, klien tidak gelisah, klien siap untuk dilakukan operasi.

DAFTAR PUSTAKA

Brokker, 2011 Medical Surgical Nursing Clinical Management for Positive Outcomes.2004

Brunner and Suddarth , 2010. Buku Ajar Bedah, Ed. 6, EGC, Jakarta.

Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Yogyakarta


Carwin, 2009. Perawatan Medikal Bedah : Suatu Pendekatan Proses Keperawatan. Jakarta,
Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Mansjoer, A. dkk . 2010 . Kapita Selekta Kedokteran. Jilid 3. Edisi 4. Jakarta: Media Aesculopius

North American Nursing Diagnosis Association. 2012. Nursing Diagnosis : Definition and
Classification 2011-2012. NANDA International. Philadelphia.

Nurchairiah.A.dkk. 2013. Efekstifitas Kompres Dingin Terhadap Intensitas Nyeripada Pasien


Fraktur Tertutupdi Ruang Dahlia RSUD Arifin Achmad. Jurnal Keperawatan

Sjamsuhidajat & de jong, (2010). Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta: EGC

Smeltze. 2010. Buku Ajar Keperawatan Medikal – Bedah. EGC: Jakarta.

Suratun. 2012. Anatomi Muskuloskeletal, Program Studi Anatomi Fakultas Kedokteran


Universitas Airlangga / RSUD. dr. Soetomo

Tim. Pokja. SDKI. PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia, Cetakan III. Jakarta :
Persatuan Perawat Nasional Indonesia

Tim. Pokja. SDKI. PPNI. 2017. Standar Luaran Keperawatan Indonesia, Cetakan II. Jakarta :
Persatuan Perawat Nasional Indonesia

Tim. Pokja. SDKI. PPNI. 2017. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia, Cetakan II. Jakarta :
Persatuan Perawat Nasional Indonesia

Watson. 2012. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Volume 4. Jakarta : EGC

Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Yogyakarta

Anda mungkin juga menyukai