Anda di halaman 1dari 3

PMEBAHASAN

Gangguan mental di anggap sebagai sindroma, pola perilaku atau psikologis yang
menyimpang pada individu, dan sindroma itu dihubungkan dengan adanya: distress (misalnya
simptom yang menyakitkan), atau disability artinya ketidakmampuan (misalnya tidak berdaya
pada satu atau beberapa bagian penting dari fungsi tertentu), atau kehilangan kebebasan
(APA, 1994, dalam Moeljono, 2017).
An. D seorang penyandang retradasi mental yang belum mampu melakukan kegiatan
sehari-hari atau kemandirian dalam merawat diri sendiri bukan semata-mata karena
ketunaanya melainkan karena lingkungan yang kurang mendukung, maka diperlukan suatu
bimbingan, baik dari pihak keluarga ataupun masyarakat, yang diharapkan An. D memiliki
kemampuan dalam merawat diri sendiri. Apabila kemampuan tersebut betul-betul dikuasai
maka akan memberikan keyakinan pada An. D tersebut. Peran serta keluarga untuk
meningkatkan kemampuan perawatan diri pada An. D dapat dengan memfasilitasi,
memberikan motivasi ataupun dukungan.
Dukungan sosial keluarga pada anak retardasi mental sangatlah mempengaruhi sikap
dan perilaku dari anak tersebut, terlebih pada anak retardasi mental yang memang
membutuhkan perhatian khusus dari sekitarnya dan juga sebagai salah satu faktor yang paling
penting bagi pertumbuhan dan juga perkembangan anak retardasi mental. Dengan adanya
dukungan oleh keluarga dan dijadikan sebagai keseharian sehingga anak tersebut dapat
melakukan sesuatu untuk mewujudkan suatu tujuan yang setelah diberi dukungan oleh
keluarga (Arfandi Zemy, 2014).
An. D yang mengalami retradasi mental ini memiliki keterbatasan pada beberapa
fungsi utama. Hal ini dapat terlihat dari hasil pengkajian dan kunjungan langsung ke rumah
An. D yang tampak dalam melakukan kemampuan adaptasi seperti komunikasi, merawat diri
sendiri memiliki keterbatasan sehingga perlu bantuan dari keluarganya
Perawatan diri merupakan salah satu kemampuan dasar manusia dalam memenuhi
kebutuhannya guna mempertahankan kehidupannya, kesehatan dan kesejahteraan sesuai
dengan kondisi kesehatannya, klien dinyatakan terganggu keperwatannya jika tidak dapat
melakukan perawatan diri. Kemampuan merawat diri akan mengantarkan anak retardasi
mental dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan dan mencapai kemandirian. Dalam
melakukan perawatan diri pada anak retardasi mental masih mengalami kesulitan, sehingga
mereka perlu diajarkan dan memerlukan waktu yang lama, latihan dan bantuan yang lebih
banyak serta pengajaran yang berulang- ulang (Arfandi Zemy, 2014).
Berdasarkan penelitian Zemy Arfandi (2014) tentang hubungan antara dukungan
social keluarga dengan kemampuan perawatan diri pada anak retardasi mental di SLB
Ungaran ada hubungan yang signifikan antara dukungan sosial keluarga dengan kemampuan
perawatan diri pada anak retardasi mental di SLB Negeri Ungaran. Hal tersebut dapat
dikatakan bahwa antara dukungan sosial keluarga terhadap kemampuan perawatan diri pada
anak retardasi mental di SLB Negeri Ungaran mempunyai hubungan yang positif yang berarti
semakin baik dukungan sosial keluarga terhadap anak retardasi mental maka akan semakin
baik anak retardasi mental dalam melakukan perawatan diri.
An. D yang mengalami retradasi mental membutuhkan pelatihan dan bimbingan agar
dapat melakukan kegiatan secara mandiri. Pelatihan dan bimbingan tersebut tidak hanya
berasal dari Pendidikan formal saja, namun juga pendidikan informal yang dilakukan oleh
keluarga. Keluarga merupakan sekumpulan orang yang memiliki hubungan darah dan akan
saling mendukung satu sama lain. Keluarga merupakan orang – orang terdekat yang mampu
memberikan dampak positif bagi anggota keluarga lainnya.

Moeljono. (2017). Kesehatan Mental: Konsep dan Penerangan. Malang: UMM press.

Arfandy, Zemy. (2014). Hubungan Antara Dukungan Sosial Keluarga dengan Kemampuan
Perawatan Diri pada Anak Retardasi Mental di SLB Negeri Ungaran. Semarang:
Academia

Anda mungkin juga menyukai