Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN

DEPARTEMEN KEPERAWATAN ANAK


DENGAN DIAGNOSA MEDIS KARDIOMEGALI DI RUANG POLI ANAK
RSUD ARIFIN NU’MANG RAPPANG KABUPATEN SIDRAP

ASPILLA YULI
202203047

CI LAHAN CI INSTITUSI

…………………….…….………. ………….……………...........

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN
INSTITUT TEKNOLOGI KESEHATAN DAN SAINS
MUHAMMADIYAH SIDRAP
2022/2023
LAPORAN PENDAHULUAN
KARDIOMEGALI

A. Konsep Medis
1. Defenisi
Kardiomegali adalah sebuah keadaan anatomis (struktur organ) di
mana besarnya jantung lebih besar dari ukuran jantung normal, yakni
lebih besar dari 55% besar rongga dada. pada Kardiomegali salah satu
atau lebih dari 4 ruangan jantung membesar. Namun umumnya
kardiomegali diakibatkan oleh pembesaran bilik jantung kiri (ventrikel
kardia sinistra).
Kardiomegali adalah suatu kondisi dimana jantung membesar dengan
rasio kardiotoraks lebih dari 0,50. Hal ini dapat dikaitkan dengan banyak
penyebab, tapi sebagian besar karena output jantung yang rendah, jika
tidak disebut sebagai gagal jantung. Sebuah rasio kardiotoraks adalah
cara untuk mengukur ukuran hati seseorang. Dalam hal ini, kardiomegali
terjadi jika jantung lebih dari 50 persen lebih besar dari diameter bagian
dalam tulang rusuk seseorang (Mahmood, 2014).
2. Etiologi
Penyebabnya ada banyak sekali, hampir semua keadaan yang
memaksa jantung untuk bekerja lebih keras dapat menimbulkan
perubahan-perubahan pada otot jantung sehingga jantung akan
membesar. Penyebab yang terbanyak:
1) Penyakit Jantung Koroner
Pada keadaan ini sebagian pembuluh darah jantung (koroner)
yang memberikan pasokan oksigen dan nutrisi ke jantung terganggu
Sehingga otot-otot jantung berusaha bekerja lebih keras dari biasanya
menggantikan sebagian otot jantung yang lemah atau mati karena
kekurangan pasokan darah (Smeltzer, 2011).
2) Kardiomiopati (infeksi)
Yakni penyakit yang mengakibatkan gangguan atau kerusakan
langsung pada otot-otot jantung. Hal ini dapat bersifat bawaan atau
karena penyakit metabolisme seperti diabetes atau karena infeksi.
Akibatnya otot jantung harus kerja ekstra untuk menjaga pasokan
darah tetap lancer (Smeltzer, 2011).
3) Penyakit Katup Jantung
Pada jantung terdapat 4 katup yang mengatur darah yang keluar
masuk jantung. Apabila salah satu atau lebih dari katup ini mengalami
gangguan seperti misalnya menyempit (stenosis) atau bocor
(regurgitasi), akan mengakibatkan gangguan pada curah jantung
(kemampuan jantung untuk memopa jantung dengan volume tertentu
secara teratur). Akibatnya jantung juga perlu kerja ekstra keras untuk
menutupi kebocoran atau kekurangan darah yang dipompanya
(Smeltzer, 2011).
4) Penyakit Paru Kronis
Mengapa penyakit paru kronis juga bisa menyebabkan
kardiomegali? Karena pada penyakit paru kronis dapat timbul
keadaan di mana terjadi perubahan sedemikian rupa pada struktur
jaringan paru sehingga darah menjadi lebih sulit untuk melewati paru-
paru yang kita kenal dengan nama "Hipertensi Pulmonal". Karena itu
bilik jantung kanan yang memompa darah ke paru-paru perlu kerja
ekstra keras, sehingga tidak seperti kebanyakan kardiomegali bukan
bilik kiri yang membesar tapi bilik kanan, tapi jika sudah berat bahkan
bilik kiri pun akan ikut membesar.
Kardiomegali itu sering kali disertai dengan keadaan gagal
jantung. Oleh karena itu kardiomegali seringkali menunjukkan bahwa
jantung telah lama mengalami kegagalan fungsi yang sudah
berlangsung cukup lama dan berat. Selain itu kardiomegali cenderung
membuat jantung mudah terkena penyakit jantung koroner karena
jantung yang besar perlu pasokan darah dan oksigen yang besar
sedangkan pasokan darah belum tentu lancar. Kardiomegali
berpotensi berbahaya tapi yang lebih berbahaya adalah penyakit yang
menyebabkannya, karena seringkali timbul gejala-gejala klinis lain
yang berpotensi fatal seperti gagal jantung dan stroke (Smeltzer,
2011).
3. Manifestasi Klinis
1) Tampak gejala yang berhubungan dengan kegagalan pompa jantung
untuk bekerja dengan baik (Tergantung dari derajat keparahannya)
2) Pusing berputar atau vertigo
3) Sesak nafas
4) Terdapat cairan di rongga perut (ascites)
5) Kaki (tungkai, pergelangan kaki) membengkak
6) Disertai demam Demam yang disertai kardiomegali mengindikasikan
penyakit jantung rematik (rheumatic heart disease) dan bacterial
endocarditis. Atau juga mengindikasikan penyakit otot jantung akut
(acute myocarditis) atau acute pericarditis
7) Nyeri dada. Kardiomegali dengan nyeri dada mengindikasikan adanya
infark miokard (myocardial infarction), dan juga acute pericarditis.
8) Kebiruan di mukosa kulit (cyanosis) Kardiomegali dengan cyanosis,
terutama jika disertai “associated murmur”, maka mengindikasikan
penyakit jantung bawaan tipe sianotik (congenital heart disease of the
cyanotic type) (Smeltzer, 2011).
4. Patofisiologi
Pada jantung normal, jantung mampu memenuhi kebutuhan tubuh
untuk menjalankan metabolisme secara wajar. Pada keadaan dimana
metabolisme meningkat seperti: pada waktu kita sedang bekerja keras,
berolahraga yang memeras keringat, beraktifitas yang melebihi
kebiasaan, maka jantung akan melakukan kompensasi dengan
meningkatkan frekuensi denyut jantung. Selanjutnya apabila metabolisme
tubuh kembali normal, maka jantung pun akan kembali ke keadaan
normal. Namun pada jantung yang sudah kardiomegali, berolahraga berat
justru akan memperparah kondisi jantungnya (Emmy,2017).
5. Pathway

Kardiomegali
6. Pemeriksaan Penunjang
Jika memiliki gejala masalah jantung, maka harus melakukan
pemeriksaan dan ketertiban tes fisik untuk menentukan apakah jantung
membesar dan untuk menemukan penyebabnya. Tes-tes ini antara lain :
a) Foto Dada X-ray
Gambar X-ray membantu dokter melihat kondisi paru-paru dan
jantung. Jika jantung membesar pada sinar-X, tes lainnya biasanya
akan diperlukan untuk menemukan penyebabnya (Masengi, 2016).
b) Tes Electrocardiogram
Mencatat aktivitas listrik jantung melalui elektroda menempel pada
kulit. Impuls dicatat sebagai gelombang dan ditampilkan pada monitor
atau dicetak di atas kertas. Tes ini membantu mendiagnosa masalah
irama jantung dan kerusakan jantung dari serangan jantung (Prasetyo
dan Sofyan, 2015).
c) Tes Echocardiogram
Untuk mendiagnosis dan pemantauan pembesaran jantung
menggunakan gelombang suara untuk menghasilkan gambar video
dari jantung. Dengan tes ini, empat bilik jantung dapat dievaluasi
(Nurarif, 2015).
d) Tes darah
Untuk memeriksa kadar zat tertentu dalam darah yang mungkin
mengarah ke masalah jantung (Nurarif, 2015).
e) Kateterisasi jantung dan biopsy
Dalam prosedur ini, tabung tipis (kateter) dimasukkan di pangkal
paha dan berulir melalui pembuluh darah ke jantung, di mana contoh
kecil (biopsi) dari jantung, jika diindikasikan, dapat diekstraksi untuk
analisis laboratorium (Nurarif, 2015).
f) Tekanan dalam ruang jantung
Dapat diukur untuk melihat bagaimana paksa darah memompa
melalui jantung. Gambar arteri jantung dapat diambil selama prosedur
(angiogram koroner) untuk memastikan bahwa tidak memiliki
penyumbatan (Nurarif, 2015).
7. Komplikasi
Komplikasi jantung membesar (kardiomegali) dapat mencakup :
a) Gagal jantung
Salah satu jenis yang paling serius dari pembesaran jantung,
ventrikel kiri membesar, meningkatkan risiko gagal jantung. Pada
gagal jantung, otot jantung melemah, dan peregangan ventrikel
(membesar) ke titik bahwa jantung tidak dapat memompa darah
secara efisien ke seluruh tubuh (Prasetyo dan Sofyan, 2015).
b) Pembekuan darah
Memiliki pembesaran jantung dapat membuat lebih rentan
terhadap pembentukan bekuan darah di selaput jantung. Jika
gumpalan memasuki aliran darah, maka dapat memblokir aliran darah
ke organorgan vital, bahkan menyebabkan serangan jantung atau
stroke. Gumpalan yang berkembang di sisi kanan jantung dapat
melakukan perjalanan ke paru-paru, kondisi berbahaya yang disebut
emboli paru (Prasetyo dan Sofyan, 2015).
c) Jantung murmur
Bagi penderita yang memiliki pembesaran jantung, dua dari empat
katup jantung - mitral dan katup trikuspid - katup tidak menutup
dengan benar karena melebar, yang mengarah ke aliran balik darah.
Aliran ini menciptakan suara yang disebut murmur jantung (Prasetyo
dan Sofyan, 2015).
d) Serangan jantung dan kematian mendadak
Beberapa bentuk pembesaran jantung dapat menyebabkan
gangguan dalam pemukulan irama jantung. Irama jantung terlalu
lambat untuk bergerak atau terlalu cepat untuk memungkinkan
jantung dapat mengakibatkan pingsan atau, dalam beberapa kasus,
serangan jantung atau kematian mendadak (Prasetyo dan Sofyan,
2015).
8. Penatalaksanaan Medis
a) Penatalaksanaan Medis
Pengobatannya adalah kita obati penyakit dasarnya, tapi jantung
yang membesar tidak serta merta akan mengecil kembali
(seringkalipermanen) yang perlu kita cegah adalah komplikasi yang
mungkin timbul dari kardiomegali tersebut. Sesuai dengan penyebab
yang mendasarinya (underlying causes).
- Obat golongan diuretic
- Obat golongan ACE inhibitor
- Obat golongan beta blocker
- Golongan nitrat (Siregar, 2014).
b) Penatalaksanaan Keperawatan :
- Diet Seimbang
Diet yang seimbang dapat meningkatkan sistem kekebalan
tubuh Anda dan juga mencegah penyakit jantung. Hal terbaik
adalah menghindari makanan berlemak sama sekali atau menjaga
mereka untuk minimum. Lemak meningkatkan kadar kolesterol
Anda dan membuat Anda rentan terhadap gangguan jantung
(PAPDI, 2014).
- Hindari Merokok dan Minum
Merokok dan konsumsi alkohol menempatkan stres yang tidak
perlu pada jantung Anda dan mengurangi asupan oksigen.
Menghindari nikotin dan alkohol dapat sangat bermanfaat untuk
sistem kardiovaskular Anda (Nurarif, 2015).
- Latihan Reguler
Moderat berolahraga secara teratur meningkatkan asupan
oksigen dan meningkatkan fungsi jantung (Nurarif, 2015).
B. Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a) Identitas pasien dan penanggung jawab meliputi nama, TTL, umur,
alamat, goldar, pekerjaan dan pendidikan.
b) Keluhan utama
Pada pasien ini biasanya di temukan nyeri dada pertama kali dan
berlanjut hingga tak berhenti.
c) Riwayat penyakit
Pada penyakit ini biasa ditemukan adanya riwayat infeksi atau riwayat
gangguan jantung pada keluarga dan adanya gangguan pada saat
lahir.
d) Pola kebutuhan sehari-hari
1) Aktivitas/istirahat
- Gejala: Keletihan/kelelahan terus menerus sepanjang hari,
insomnia, nyeri dada dengan aktivitas, dispnea pada
saat istirahat.
- Tanda : Gelisah, perubahan status mental mis : letargi, tanda
vital berubah pada aktivitas.
2) Sirkulasi
- Gejala : Riwayat HT, IM baru/akut, penyakit jantung , bedah
jantung, endokarditis, anemia, syok septic, bengkak
pada kaki, telapak kaki, abdomen.
- Tanda : TD : mungkin rendah, irama jantung : disritmia,
frekuensi jantung : takikardia, bunyi jantung : S3
(gallop) adalah diagnostik, S4 dapat terjadi, S1 dan
S2 mungkin melemah, murmur sistolik dan diastolic,
warna : kebiruan, pucat abu-abu, sianotik, punggung
kuku: pucat atau sianotik dengan pengisian kapiler
lambat dan bunyi napas: krekels, ronkhi dan edema :
mungkin dependen, umum atau pitting khususnya
pada ekstremitas.
3) Integritas ego
- Gejala : Ansietas, kuatir dan takut. Stres yang berhubungan
dengan penyakit/keperihatinan finansial
(pekerjaan/biaya perawatan medis).
- Tanda : Berbagai manifestasi perilaku, mis : ansietas, marah,
ketakutan dan mudah tersinggung.
4) Eliminasi
- Gejala : Penurunan berkemih, urine berwana gelap, berkemih
malam hari (nokturia), diare/konstipasi.
5) Makanan/cairan
- Gejala : Kehilangan nafsu makan, mual/muntah, penambhan
berat badan signifikan, pembengkakan pada
ekstremitas bawah, pakaian/sepatu terasa sesak, diet
tinggi garam/makanan yang telah diproses dan
penggunaan diuretic.
- Tanda : Penambahan berat badan cepat dan distensi
abdomen (asites) serta edema (umum, dependen,
tekanan dn pitting).
6) Higiene
- Gejala: Keletihan/kelemahan, kelelahan selama aktivitas
Perawatan diri.
- Tanda : Penampilan menandakan kelalaian perawatan
personal
7) Neurosensori
- Gejala : Kelemahan, pening, episode pingsan.
- Tanda : Letargi, kusut pikir, diorientasi, perubahan perilaku
dan mudah tersinggung.
8) Nyeri/Kenyamanan
- Gejala : Nyeri dada, angina akut atau kronis, nyeri abdomen
kanan atas dan sakit pada otot.
- Tanda : Tidak tenang, gelisah, focus menyempit danperilaku
melindungi diri.
9) Pernapasan
- Gejala : Dispnea saat aktivitas, tidur sambil duduk atau
dengan beberapa bantal, batuk dengn/tanpa
pembentukan sputum, riwayat penyakit kronis,
penggunaan bantuan pernapasan.
- Tanda : Pernapasan: takipnea, napas dangkal, penggunaan
otot asesori pernpasan. Batuk : Kering/nyaring/non
produktif atau mungkin batuk terus menerus
dengan/tanpa pemebentukan sputum. Sputum :
Mungkin bersemu darah, merah muda/berbuih
(edema pulmonal). Bunyi napas : Mungkin tidak
terdengar. Fungsi mental: Mungkin menurun,
kegelisahan, letargi dan Warna kulit : Pucat dan
sianosis.
10) Keamanan
- Gejala: Perubahan dalam fungsi mental,
kehilangankekuatan/tonus otot, kulit lecet.
2. Diagnosa Keperawatan (SDKI, 2017)

1) Hipervolemia berhubungan dengan gangguan mekanisme regulasi

2) Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan gejala penyakit

3) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara


suplai dan kebutuhan oksigen

4) Ansietas berhubungan dengan kurang terpapar informasi

3. Intervensi Keperawatan (SLKI, 2018 & SIKI, 2019)


Tindakan Keperawatan
Diagnosa
No. Tujuan dan Kriteria
Keperawatan Intervensi
Hasil
1 Hipervolemia Setelah dilakukan Manajemen Hipervolemia
tindakan Observasi:
keperawatan 3x24 1. Periksa tanda dan gejala
jam diharapkan hypervolemia (mis, ortopea,
keseimbangan cairan dyspnea, edema, JVP/CVP
meningkat dengan meningkat, suara napas tambahan)
kriteria hasil: 2. Identifikasi penyebab hypervolemia
a. Asupan cairan 3. Monitor status hemodinamik (mis,
meningkat frekuensi jantung, tekanan darah,
b. Haluaran urin MAP, CVP, PCWP) jika tersedia
meningkat 4. Monitor intake dan ouput cairan
c. Edema menurun 5. Monitor intake dan output cairan
d. Asites menurun 6. Monitor kecepatan infuse secara
ketat
Terapeutik:
7. Timbang berat badan setiap hari di
waktu yang sama
8. Tinggikan kepala tempat tidur 30-400
Edukasi:
9. Anjurkan cara mengukur dan
mencatat asupan dan haluaran urin
10. Ajarkan cara membatasi cairan
Kolaborasi
11. Kolaborasi pemberian diuretic
2 Gangguan Setelah dilakukan Manajemen Nyeri
rasa nyaman tindakan Observasi:
nyeri keperawatan 3x24 1. Identifikasi lokasi, karakteristik
jam tingkat nyeri durasi, frekuensi, kualitas, intensitas
menurun dengan nyeri
keriteri hasil: 2. Identifikasi skala nyeri
a. Keluhan nyeri 3. Identifikasi respons nyeri non verbal
menurun 4. Identifikasi faktor yang memperberat
b. Meringis dan memperingan nyeri
menurun Terapeutik:
c. Gelisah menurun 5. Kontrol lingkungan yang
d. Pola tidur memperberat rasa nyeri (mis. suhu
membaik ruangan, pencahayaan, kebisingan)
Edukasi:
6. Jelaskan penyebab, periode, dan
pemicu nyeri
7. Ajarkan teknik nonfarmakologis
untuk mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi :
8. Kolaborasi pemberian analgetik, jika
perlu
3 Intoleransi Setelah dilakukan Manajemen Energi
aktivitas tindakan Observasi
keperawatan 3x24 1. Identifikasi gangguan fungsi tubuh
jam toleransi aktivitas yang mengakibatkan kelelahan
meningkat dengan 2. Monitor kelelahan fisik dan
keriteri hasil: emosional
a. Frekuensi nadi 3. Monitor pola dan jam tidur
membaik 4. Monitor lokasi dan
b. Saturasi oksigen ketidaknyamanan selama
meningkat melakukan aktivitas
c. Keluhan lelah Terapeutik
menurun 5. Sediakan lingkungan yang nyaman
d. Dispena saat dan rendah stimulus
aktivitas menurun 6. Lakukan latihan rentang gerak
e. Dyspnea setelah pasif dan / atau aktiv
aktivitas menurun 7. Fasilitasi duduk disisi tempat tidur,
f. Perasaan lemah jika tidak dapat berpindah atau
menurun berjalan
g. Kemudahan Edukasi
dalam melakukan 8. Anjurkan tirah baring
aktivitas sehari- 9. Anjurkan melakukan aktivitas
hari secara bertahap
10. Anjurkan menghubungi perawat
jika tanda dan gejala kelelahan
tidak berkurang
Kolaborasi
11. Kolaborasi dengan ahli gizi tentang
cara meningkatkan asupan
makanan
4 Ansietas Setelah dilakukan Reduksi Ansietas
tindakan Observasi
keperawatan 3x24 1. Identifikasi saat tingkat ansietas
jam tingkat ansietas berubah (mis. kondisi, waktu,
menurun dengan stresor)
keriteri hasil: 2. Identifikasi kemampuan mengambil
a. Perilaku gelisah keputusan
menurun 3. Monitor tanda-tanda ansietas
b. TTV dalam batas (verbal dan nonverbal)
normal Terapeutik
c. Pola tidur 4. Ciptakan suasana terapeutik untuk
membaik menumbuhkan kepercayaan
d. Verbalisasi 5. Temani pasien yang mengurangi
khawatir akibat kecemasan, jika memungkinkan
kondisi yang 6. Motivasi mengidentifikasi situasi
dihadapi menurun yang memicu kecemasan
Edukasi
7. Jelaskan prosedur, termasuk
sensasi yang mungkin dialami
8. Informasikan secara faktual
mengenai diagnosis, pengobatan
dan prognosis
9. Latih teknik relaksasi
Kolaborasi
10. Kolaborasi pemberian obat
antiansietas, jika perlu
DAFTAR PUSTAKA

Soekresno, Emmy (2017). Mengenali kardio faskuler. Sumber: Komisi


Perlindungan Anak Indonesia.
Mahmood S.S., Levy D., Vasan R.S., Wang T.J., 2014. The Framingham Heart
Study and the Epidemiology of Cardiovascular Diseases: A Historical
Perspective. The Lancet. 383(9921): 999-1008
Masengi, Keishi G. D., Ongkowijaya, Jeffrey, & Wantania, Frans E. (2016).
Hubungan hiperurisemia dengan kardiomegali pada pasien gagal jantung
kongestif. Jurnal e- Clinic, 4 (1), hlm 296301.
Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI). 2014. Buku
Ajar Ilmu Penyakit Dalam (edisi VI). Jakarta:InternaPublishing.
Prasetyo, Andy Sofyan. (2015). Keadaan Kardiomegali Pada Pasien Gagal
Jantung Kongestif. Jurnal Keperawatan dan Kesehatan Masyarakat, 2 (3)
Nurarif, Amin Huda dan Kusuma, Hardhi. (2015). Asuhan Keperawatan Praktis
Berdasarkan Penerapan Diagnosa Medis Nanda, NIC, NOC Dalam
Berbagai Kasus. Edisi Revisi Jilid 2. Jogjakarta : Mediaction Jogja
Siregar,C.J.P. (2014). Farmasi Rumah Sakit, Penerbit Buku Kedokteran. ECG:
Jakarta
Smeltzer, S. C., Bare, B. G., (2011). Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah
Brunner &Suddarth. Vol. 2. Jakarta: EGC
Tim Pokja DPP PPNI (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia:
Defenisi dan Indikator Diagnostik, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI
Tim Pokja DPP PPNI (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Defenisi
dan Kriteria Hasil Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI
Tim Pokja DPP PPNI (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Defenisi
dan Kriteria Hasil Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI

Anda mungkin juga menyukai