Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN

PADA PASIEN DENGAN KARDIOMEGALI

DIRUANG INSTALASI GAWAT DARURAT (IGD)

RSUD BRIGJEND H.HASAN BASRY KANDANGAN

Oleh :

Ahmad Nurliansyah

P07120119004

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN BANJARMASIN

PROGRAM STUDI DIPLOMA III

JURUSAN KEPERAWATAN

BANJARBARU

2021
LEMBAR PENGESAHAN

Nama : Ahmad Nurliansyah

Nim : P07120119004

Judul : Laporan pendahuluan pasien dengan kardiomegali di Ruang Instalasi Gawat Darurat
(IGD) RSUD Brigjend H.Hasan Basry Kandangaan

Mengetahui,

Pembimbing Klinik Pembimbing Akademik

( ) ( )
LAPORAN PENDAHULUAN

A. Definisi
Kardiomegali adalah sebuah keadaan anatomis (struktur organ) di mana besarnya
jantung lebih besar dari ukuran jantung normal, yakni lebih besar dari 55% besar rongga dada.
pada Kardiomegali salah satu atau lebih dari 4 ruangan jantung membesar. Namun umumnya
kardiomegali diakibatkan oleh pembesaran bilik jantung kiri (ventrikel kardia sinistra).
Kardiomegali adalah suatu kondisi dimana jantung membesar dengan rasio kardiotoraks
lebih dari 0,50. Hal ini dapat dikaitkan dengan banyak penyebab, tapi sebagian besar karena
output jantung yang rendah, jika tidak disebut sebagai gagal jantung. Sebuah rasio kardiotoraks
adalah cara untuk mengukur ukuran hati seseorang. Dalam hal ini, kardiomegali terjadi jika
jantung lebih dari 50 persen lebih besar dari diameter bagian dalam tulang rusuk seseorang.

B. Etiologi
Penyebabnya ada banyak sekali, hampir semua keadaan yang memaksa jantung untuk
bekerja lebih keras dapat menimbulkan perubahan-perubahan pada otot jantung sehingga jantung
akan membesar. Logikanya adalah misalnya pada binaragawan, otot-ototnya membesar karena
seringnya mereka melakukan aktivitas beban tinggi. Jantung juga demikian. Penyebab yang
terbanyak:
a. Penyakit Jantung Hipertensi
Pada keadaan ini terdapat tekanan darah yang tinggi sehingga jantung dipaksa kerja
ekstra keras memompa melawan gradien tekanan darah perifer anda yang tinggi.
b. Penyakit Jantung Koroner
Pada keadaan ini sebagian pembuluh darah jantung (koroner) yang memberikan pasokan
oksigen dan nutrisi ke jantung terganggu Sehingga otot-otot jantung berusaha bekerja lebih
keras dari biasanya menggantikan sebagian otot jantung yang lemah atau mati karena
kekurangan pasokan darah.
c. Kardiomiopati (diabetes, infeksi)
Yakni penyakit yang mengakibatkan gangguan atau kerusakan langsung pada otot-otot
jantung. Hal ini dapat bersifat bawaan atau karena penyakit metabolisme seperti diabetes atau
karena infeksi. Akibatnya otot jantung harus kerja ekstra untuk menjaga pasokan darah tetap
lancar.
d. Penyakit Katup Jantung
Di jantung ada 4 katup yang mengatur darah yang keluar masuk jantung. Apabila salah
satu atau lebih dari katup ini mengalami gangguan seperti misalnya menyempit (stenosis) atau
bocor (regurgitasi), akan mengakibatkan gangguan pada curah jantung (kemampuan jantung
untuk memopa jantung dengan volume tertentu secara teratur). Akibatnya jantung juga perlu
kerja ekstra keras untuk menutupi kebocoran atau kekurangan darah yang dipompanya.
e. Penyakit Paru Kronis
Mengapa penyakit paru kronis juga bisa menyebabkan kardiomegali ? Karena pada
penyakit paru kronis dapat timbul keadaan di mana terjadi perubahan sedemikian rupa pada
struktur jaringan paru sehingga darah menjadi lebih sulit untuk melewati paru-paru yang kita
kenal dengan nama "Hipertensi Pulmonal". Karena itu bilik jantung kanan yang memompa darah
ke paru-paru perlu kerja ekstra keras, sehingga tidak seperti kebanyakan kardiomegali bukan
bilik kiri yang membesar tapi bilik kanan, tapi jika sudah berat bahkan bilik kiri pun akan ikut
membesar.
Kardiomegali itu sering kali disertai dengan keadaan gagal jantung. Oleh karena itu
kardiomegali seringkali menunjukkan bahwa jantung telah lama mengalami kegagalan fungsi
yang sudah berlangsung cukup lama dan berat. Selain itu kardiomegali cenderung membuat
jantung mudah terkena penyakit jantung koroner karena jantung yang besar perlu pasokan darah
dan oksigen yang besar sedangkan pasokan darah belum tentu lancar. Kardiomegali berpotensi
berbahaya tapi yang lebih berbahaya adalah penyakit yang menyebabkannya, karena seringkali
timbul gejala-gejala klinis lain yang berpotensi fatal seperti gagal jantung dan stroke.
f. Penyakit gangguan tiroid
Masalah pada tiroid baik itu tiroid kurang aktif (hipotiroidisme) ataupun kelenjar tiroid
yang terlalu aktif (hipertiroidisme) dapat menyebabkan masalah jantung, termasuk
pembengkakan jantung.
g. Anemia
Anemia adalah suatu kondisi di mana tidak ada sel-sel darah merah yang sehat untuk
membawa oksigen yang cukup dan memadai untuk jaringan. Anemia kronis yang tidak diobati
dapat menyebabkan denyut jantung yang cepat atau tidak teratur. Hal ini terjadi karena jantung
harus memompa lebih banyak darah untuk menebus kekurangan oksigen dalam darah.

 Faktor Resiko
Ada beberapa faktor yang dapat meningkatkan resiko kardiomegali, antara lain:
1) Tekanan darah tinggi
2) Riwayat cardiomegaly ataupun cardiomyopathy di keluarga
3) Memiliki penyakit jantung koroner
4) Memiliki penyakit jantung turunan
5) Memiliki penyakit atau kelainan pada katup jantung
6) Pernah mengalami serangan jantung

C. Manifestasi Klinik
1. Tergantung dari derajat keparahannya. Tampak gejala yang berhubungan dengan kegagalan
pompa jantung untuk bekerja dengan baik
2. Dapat disertai nggeliyer, pusing, atau sensasi mau jatuh. Orang awam menyebutnya
“vertigo”. Dalam istilah asingnya disebut “dizziness”.
3. Sesak nafas, seperti orang yang terengah-engah.
4. Terdapat cairan di rongga perut (ascites)
5. Kaki (tungkai, pergelangan kaki) membengkak
6. Berat badan bertambah karena pembengkakan
7. Palpitasi atau jantung berdebar

D. Pemeriksaan Penunjang
Jika memiliki gejala masalah jantung, maka harus melakukan pemeriksaan dan
ketertiban tes fisik untuk menentukan apakah jantung membesar dan untuk menemukan
penyebabnya. Tes-tes ini antara lain :
1) Foto Dada X-ray
Gambar X-ray membantu dokter melihat kondisi paru-paru dan jantung. Jika jantung
membesar pada sinar-X, tes lainnya biasanya akan diperlukan untuk menemukan penyebabnya.
2) Tes Electrocardiogram
Mencatat aktivitas listrik jantung melalui elektroda menempel pada kulit. Impuls dicatat
sebagai gelombang dan ditampilkan pada monitor atau dicetak di atas kertas. Tes ini membantu
mendiagnosa masalah irama jantung dan kerusakan jantung dari serangan jantung.
3) Tes Echocardiogram
Untuk mendiagnosis dan pemantauan pembesaran jantung menggunakan gelombang
suara untuk menghasilkan gambar video dari jantung. Dengan tes ini, empat bilik jantung dapat
dievaluasi.
4) Tes darah
Untuk memeriksa kadar zat tertentu dalam darah yang mungkin mengarah ke masalah
jantung.
5) Kateterisasi jantung dan biopsi
Dalam prosedur ini, tabung tipis (kateter) dimasukkan di pangkal paha dan berulir
melalui pembuluh darah ke jantung, di mana contoh kecil (biopsi) dari jantung, jika
diindikasikan, dapat diekstraksi untuk analisis laboratorium.
6) Tekanan dalam ruang jantung
Dapat diukur untuk melihat bagaimana paksa darah memompa melalui jantung. Gambar
arteri jantung dapat diambil selama prosedur (angiogram koroner) untuk memastikan bahwa
tidak memiliki penyumbatan.

E. Komplikasi
Komplikasi jantung membesar (kardiomegali) dapat mencakup :
a. Gagal jantung
Salah satu jenis yang paling serius dari pembesaran jantung, ventrikel kiri membesar,
meningkatkan risiko gagal jantung. Pada gagal jantung, otot jantung melemah, dan
peregangan ventrikel (membesar) ke titik bahwa jantung tidak dapat memompa darah secara
efisien ke seluruh tubuh.
b. Pembekuan darah
Memiliki pembesaran jantung dapat membuat lebih rentan terhadap pembentukan
bekuan darah di selaput jantung. Jika gumpalan memasuki aliran darah, maka dapat memblokir
aliran darah ke organ-organ vital, bahkan menyebabkan serangan jantung atau stroke. Gumpalan
yang berkembang di sisi kanan jantung dapat melakukan perjalanan ke paru-paru, kondisi
berbahaya yang disebut emboli paru.
c. Jantung murmur
Bagi penderita yang memiliki pembesaran jantung, dua dari empat katup jantung - mitral
dan katup trikuspid - katup tidak menutup dengan benar karena melebar, yang mengarah ke
aliran balik darah. Aliran ini menciptakan suara yang disebut murmur jantung.
d. Serangan jantung dan kematian mendadak
Beberapa bentuk pembesaran jantung dapat menyebabkan gangguan dalam pemukulan
irama jantung. Irama jantung terlalu lambat untuk bergerak atau terlalu cepat untuk
memungkinkan jantung dapat mengakibatkan pingsan atau, dalam beberapa kasus, serangan
jantung atau kematian mendadak.

F. Terapi kardiomegali
1. Sesuai dg penyebab yang mendasarinya
2. Obat golongan diuretic
3. Obat golongan ace inhibitor
4. Obat golongan beta blocker
5. Golongan nitrat
6. Mengurangi/menurunkan berat badan
7. Diet Rendah Garam
8. Pembatasan asupan cairan
9. Olahraga
G. Pencegahan
Ada beberapa hal yang bisa dilakukan untuk memperbaiki kondisi pembesaran jantung, antara
lain:
1. Berhenti merokok
2. Turunkan berat badan
3. Diet rendah garam
4. Kendalikan kencing manis
5. Menjaga tekanan darah
6. Melakukan olahraga yang sesuai dengan fisik
7. Hindari alkohol
8. Menjaga waktu tidur
9. Batasi asupan kolesterol
10. Menjaga diet yang seimbang\

H.Konsep Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian
1. Data Dasar
a. Identitas Klien
Nama, alamat, usia, agama, dan pekerjaan
b. Identitas Penanggung jawab
Nama, alamat, usia, agama dan pekerjaan
c. Riwayat kesehatan
d. Keluhan utama
Keluhan saat masuk rumah sakit
e. Keluhan saat ini
Keluhan yang dirasakan saat pengkajian
f. Riwayat penyakit sekarang
Keluhan pasien mulai awal dirasakan hingga masuk rumah sakit
g. Riwayat penyakit dahulu
Riwayat penyakit yang pernah diderita klien
2. Pola Aktifitas
a. Pola Nutrisi
Memiliki kebiasaan makan makanan berlemak, asin
b. Pola Eliminasi
Ada keluhan atau tidak
c. Pola Personal higiene
d. Pola Istirahat dan tidur
Terganggu karena sesak akibat perbesaran jantung
e. Pola Aktivitas
Membutuhkan bantuan orang lain : mandiri, parsial atau total
3. Pemeriksaan Fisik
1. Pemeriksaan Umum
a. Kesadaran : Composmentis
b. TD : biasanya > 140/100 mmHg
c. Nadi : 90 x /menit
d. Pernafasan : >20 x /menit
e. Suhu : 36,8 ° C
2. Sistem pernafasan
RR >24 x/mnt,bentuk hidung simetris,terdapat nafas cuping hidung,bentuk dan
pergerakan paru tidak simetris,tidak ada barellchest,napas cepat dan dan dalam,terdengar
whezing pada lapang paru.fremitus vokal simetris,orthopnea.
3. Sistem Kardiovaskuler
Palpasi : Mengalami Pergeseran Pada yaitu ada di antara ICS 5 dan ICS 6
Ictus Cordis : Titik denyut apex tidak tepat berada pada ICS 5
Perkusi :
Batas Atas : IC2
Batas Bawah : di antara IC 5 dan IC 6
Batas Kanan : Linea Midsternalis dextra
Batas kiri : sedikit bergeser dari Midclavikularis Sinestra
Pembasaran Jantung : Terjadi Pembesaran Jantung
Auskultasi :
BJ 1 : Lup
BJ 2 : Dup
BJ 3 : Tidak Terdengar
BJ Tambahan : Tidak Terdengar
TD: >140/90mmHg, Nadi : 92 x/mnt Tidak.terdapat distensi vena jugularis.tidak ada
suara jantung tambahan.tidak ada clubing fingger,CRT < 3 dtk.tidak terlihat iktus cordis
Konjungtiva tidak anemis, tidak ada oedema palpebra, tidak ada sianosis hidung, lidah,
bibir ,kuku, Allert test (-),akral dingin.
EKG : LAH – LVH
Q wave III AVF V1 – V4 Inferior Miokard Infark
Akut
ST Elevasi III AVF V1 – V4
ST Depresi 1 AVL – V5 – V6 Anteseptal Miokard Infark
4. Sistem Pencernaan
Bising usus 12 x/mnt,.mulut simetris.tidak ada stomatitis. Mukosa mulut lembab, ada
reflek menelan, tidak ada nyeri tekan epigastrik, tidak teraba pembesaran hepar, tidak
teraba masa dikolon, tidak ada distensi abdomen.
5. Sistem Persyarafan
Kesadaran kompos mentis,GCS E4M6V5.. Reflek pupil terhadap cahaya (+), tidak ada
strabismus, klien mampu bedakan stimulus tajam tumpul halus kasar, klien mampu
merespon pembicaraan dengan benar
6. Sistem Endokrin
Tidak ada eksoftalmus,tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, chovstek sign(-) karpopedal
(-), tremor (-).
7. Sistem Genitourinari
Area genetal bersih tidak ada tanda peradangan,terpasang folley cateter. vesika urinari
tidak teraba penuh,tidak ada pembesaran ginjal.
8. Sistem Muskuloskeletal
Kekuatan otot penuh ,tonus otot baik,terdapat edema pada ekstremitas bawah.
9. Sistem integumen dan imunitas
Ada edema pada kaki,kulit kering.turgor kulit sedang,piting edema ++
10. Sistem Penginderaan
Pasien dapat membaca pada jarak 30cm.pasien dapat mendengar dengan jelas.

4. Diagnosa Keperawatan
1. Penurunan curah jantung b/d Penurunan kontraktilitas jantung
2. Intoleransi aktifitas b/d imobilisasi
3. Resiko gangguan pertukaran gas b/d Perubahan membran kapiler alveolar
4. Resiko perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan mual dan kesulitan
menelan
5. Nyeri akut berhubungan dengan agen injury fisik(Nyeri dada)

5. Intervensi :
1. Diagnosa 1 : Penurunan curah jantung b/d Penurunan kontraktilitas jantung
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam
curah jantung adekuat
Kriteria Hasil : 1. RR normal
1. Sesak berkurang
Intervensi : 1 .pertahankan pasien untuk tirah baring
R/ Mengurangi beban jantung
2.Ukur parameter hemodinamik
R/ Mengetahui perfusi darah di organ dan untuk mengetahui CVP
sebagai indikator peningkatan beban kerja jantung
3.Pantau EKG terutama frekuensi dan irama
R/ Mengetahui penurunan kontraktilitas jantung
4.Pantau bunyi jantung S3 dan S4
R/ Mengetahui tingkat gangguan pengisian sistole atau diastole
5.Batasi natrium dan air
R/ Mencegah peningkatan beban jantung
6.pertahankan akses IV
R/ Untuk maintenance jika sewaktu terjadi kegawatan vaskuler

7.Kolaborasi dalam: Pemeriksaan AGD, amlodipin 1x10 mg, captopril 3 x


37,5 mg
R/ Mengetahui perfusi jaringan perifer
2. Diagnosa 2 : Intoleransi aktifitas b/d Kelemahan
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam toleransi aktifitas
pasien meningkat
Kriteria Hasil : Pasien mampu beraktifitas secara bertahap
Intervensi :
1. Pertahankan klien tirah baring sementara fase akut
R/ Mengurangi beban kerja jantung
2. Tingkatkan klien duduk di kursi dan tinggikan kaki klien
R/ Mengurangi beban jantung
3. Pertahankan rentang gerak pasif selama fase kritis
R/ Meningkatkan venus return
4. Evaluasi tanda vital saat kemajuan aktivitas terjadi
R/ Meningkatkan kontraksi otot sehingga membantu venus return
5. Berikan waktu istirahat diantara waktu aktifitas
R/ Mengetahui fungsi jantung,bila dikaitkan dengan aktifitas
6. Pertahankan penambahan O2 sesuai pesanan
R/ Mendapatkan cukup waktu resolusi bagi tubuh dan tidak terlalu memaksa kerja
jantung
7. Selama aktifitas kaji EKG,dispnea,sianosis,kerja napas,frekuensi.
R/ Meningkatkan oksigenasi jaringan
3. Diagnosa 3 : Resiko gangguan pertukaran gas b/d Perubahan membran kapiler alveolar
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam diharapkan tidak
terjadi gangguan pertukaran gas
Kriteria Hasil : - GDA dalam batas normal
- Tidak ada dispnea
Intervensi :
1. Berikan O2 sesuai kebutuhan
R/ Meningkatkan konsentrasi O2 dalam proses pertukaran gas
2. Pantau GDA
R/ Mengetahui tingkat oksigenasi pada jaringan
3. Koreksi keseimbangan Asam basa
R/ Mencegah asidosis yang memperberat fungsi pernafasan
4. Berikan posisi semi fowler
R/ Meningkatkan ekspansi paru
5. Cegah atelektasis dengan melatih batuk efektif dan napas dalam
R/ Meningkatkan ekspansi paru
6. Kaji kerja pernafasan
R/ Mengetahui tingkat efektifitas fungsi pertukaran gas
7. Kolaborasi : RL 500/24 jam
Furosemid 1 x40 mg
R/ Mencegah terjadinya retensi cairan
4. Diagnosa 4 : Resiko perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan mual
dan kesulitan menelan
Tujuan : Setelah dilakukan askep selama 3 x 24 jam asupan makanan dan cairan
yang dikonsumsi memenuhi kebutuhan metabolik
Kriteria Hasil :
- Klien menghabiskan porsi yang disediakan Rumah Sakit
- Klien mengatakan tidak mual
Intervensi : 1. Batasi masukan lemak, garam dan cairan
R/ memperbanyak volume cairan intravaskuler
2. Kaji makanan kesukaan klien
R/ memenuhi kebutuhan klien
3. Kolaborasi pemberian makanan parenteral dan terapi antasida sesuai
indikasi
R/ memenuhi kebutuhan nutrisi klien
4. Rujuk ke ahli gizi sesuai indikasi
R/ mengetahui diit klien
5. Hindari makanan penghasil gas dan minuman berkarbonat
R/ Mencegah distensi abdomen
5. Diagnosa 5: Nyeri akut berhubungan dengan agen injury fisik(Nyeri dada)
Tujuan : Setelah dilakukan intervensi selama 1x24 jam, diharapkan nyeri berkurang
atau hilang
Kriteri hasil:
1. Mampu mengontrol nyeri(tau penyebab nyeri, mampu menggunakan tehnik
nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri,mencari bantuan)
2. Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan manjemen nyeri
3. Mampu mengenali nyeri(skala,intensitas,frekuensi,dan tanda nyeri)
4. Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang

Intervensi :

1.Identifikasi factor pencetus dan pereda nyeri

2. Monitor kualitas nyeri.

3. Monitor lokasi dan penyebaran nyeri.

4.Monitor intensitas nyeri dengan menggunakan skala

5. Monitor durasi dan frekuensi nyeri.

6. Ajarkan Teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri

7. Kolaborasi pemberian obat analgetik


Daftar Pustaka

Acutecardiactamponade:NEJM.(Online).Dapatdiaksesdi:http://content.nejm.org/cgi/content/full4
Cardiactamponade:MedlinePlusMedicalEncyclpedia.(Online).Dapatdiaksesdihttp://www.nlm.nm
Cardiactamponade:eMedicineCardiology.(Online).
Dapatdiaksesdi:
http://emedicine.medscape.com/article/152083-followup
http://www.anneahira.com/pencegahan-penyakit/jantung-koroner.htm
https://repository.unair.ac.id/97898/4/4.%20BAB%201%20PENDAHULUAN.pdf
https://id.search.yahoo.com/search?
fr=mcafee&type=E210ID91215G0&p=Nyeri+akut+berhubungan+dengan+agen+injury+f
isik

Anda mungkin juga menyukai