Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN

SISTEM KARDIOVASKULER DENGAN KARDIOMEGALI

DISUSUN OLEH
NAMA : RISMALA PRAMUDITHA
NIM : 058 STYC 15
SEMESTER/KELAS : IV/A.2

YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM NUSA TENGGARA BARAT


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YARSI MATARAM
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN JENJANG S1
MATARAM
2017
LAPORAN PENDAHULUAN
SISTEM KARDIOVASKULER DENGAN KARDIOMEGALI

I. KONSEP TEORI
A. Definisi
Kardiomegali adalah sebuah keadaan anatomis (struktur organ) di mana
besarnya jantung lebih besar dari ukuran jantung normal, yakni lebih besar dari
55% besar rongga dada. pada Kardiomegali salah satu atau lebih dari 4 ruangan
jantung membesar. Namun umumnya kardiomegali diakibatkan oleh
pembesaran bilik jantung kiri (ventrikel kardia sinistra).
Kardiomegali adalah suatu kondisi dimana jantung membesar dengan rasio
kardiotoraks lebih dari 0,50. Hal ini dapat dikaitkan dengan banyak penyebab,
tapi sebagian besar karena output jantung yang rendah, jika tidak disebut
sebagai gagal jantung. Sebuah rasio kardiotoraks adalah cara untuk mengukur
ukuran hati seseorang. Dalam hal ini, kardiomegali terjadi jika jantung lebih
dari 50 persen lebih besar dari diameter bagian dalam tulang rusuk seseorang.

B. Etiologi
Penyebabnya ada banyak sekali, hampir semua keadaan yang memaksa
jantung untuk bekerja lebih keras dapat menimbulkan perubahan-perubahan
pada otot jantung sehingga jantung akan membesar. Logikanya adalah
misalnya pada binaragawan, otot-ototnya membesar karena seringnya mereka
melakukan aktivitas beban tinggi. Jantung juga demikian. Penyebab yang
terbanyak:
a. Penyakit Jantung Hipertensi
Pada keadaan ini terdapat tekanan darah yang tinggi sehingga jantung
dipaksa kerja ekstra keras memompa melawan gradien tekanan darah perifer
anda yang tinggi.
b. Penyakit Jantung Koroner
Pada keadaan ini sebagian pembuluh darah jantung (koroner) yang
memberikan pasokan oksigen dan nutrisi ke jantung terganggu Sehingga

2
otot-otot jantung berusaha bekerja lebih keras dari biasanya menggantikan
sebagian otot jantung yang lemah atau mati karena kekurangan pasokan
darah.
c. Kardiomiopati (diabetes, infeksi)
Yakni penyakit yang mengakibatkan gangguan atau kerusakan langsung
pada otot-otot jantung. Hal ini dapat bersifat bawaan atau karena penyakit
metabolisme seperti diabetes atau karena infeksi. Akibatnya otot jantung
harus kerja ekstra untuk menjaga pasokan darah tetap lancar.
d. Penyakit Katup Jantung
Di jantung ada 4 katup yang mengatur darah yang keluar masuk jantung.
Apabila salah satu atau lebih dari katup ini mengalami gangguan seperti
misalnya menyempit (stenosis) atau bocor (regurgitasi), akan
mengakibatkan gangguan pada curah jantung (kemampuan jantung untuk
memopa jantung dengan volume tertentu secara teratur). Akibatnya jantung
juga perlu kerja ekstra keras untuk menutupi kebocoran atau kekurangan
darah yang dipompanya.
e. Penyakit Paru Kronis
Mengapa penyakit paru kronis juga bisa menyebabkan kardiomegali?
Karena pada penyakit paru kronis dapat timbul keadaan di mana terjadi
perubahan sedemikian rupa pada struktur jaringan paru sehingga darah
menjadi lebih sulit untuk melewati paru-paru yang kita kenal dengan nama
"Hipertensi Pulmonal". Karena itu bilik jantung kanan yang memompa
darah ke paru-paru perlu kerja ekstra keras, sehingga tidak seperti
kebanyakan kardiomegali bukan bilik kiri yang membesar tapi bilik kanan,
tapi jika sudah berat bahkan bilik kiri pun akan ikut membesar.
Kardiomegali itu sering kali disertai dengan keadaan gagal jantung. Oleh
karena itu kardiomegali seringkali menunjukkan bahwa jantung telah lama
mengalami kegagalan fungsi yang sudah berlangsung cukup lama dan berat.
Selain itu kardiomegali cenderung membuat jantung mudah terkena
penyakit jantung koroner karena jantung yang besar perlu pasokan darah
dan oksigen yang besar sedangkan pasokan darah belum tentu lancar.
Kardiomegali berpotensi berbahaya tapi yang lebih berbahaya adalah

3
penyakit yang menyebabkannya, karena seringkali timbul gejala-gejala
klinis lain yang berpotensi fatal seperti gagal jantung dan stroke.
f. Penyakit gangguan tiroid
Masalah pada tiroid baik itu tiroid kurang aktif (hipotiroidisme) ataupun
kelenjar tiroid yang terlalu aktif (hipertiroidisme) dapat menyebabkan
masalah jantung, termasuk pembengkakan jantung.
g. Anemia
Anemia adalah suatu kondisi di mana tidak ada sel-sel darah merah yang
sehat untuk membawa oksigen yang cukup dan memadai untuk jaringan.
Anemia kronis yang tidak diobati dapat menyebabkan denyut jantung yang
cepat atau tidak teratur. Hal ini terjadi karena jantung harus memompa lebih
banyak darah untuk menebus kekurangan oksigen dalam darah.
 Faktor Resiko
Ada beberapa faktor yang dapat meningkatkan resiko kardiomegali, antara
lain:
1) Tekanan darah tinggi
2) Riwayat cardiomegaly ataupun cardiomyopathy di keluarga
3) Memiliki penyakit jantung koroner
4) Memiliki penyakit jantung turunan
5) Memiliki penyakit atau kelainan pada katup jantung
6) Pernah mengalami serangan jantung

C. Manifestasi Klinik
1. Tergantung dari derajat keparahannya. Tampak gejala yang berhubungan
dengan kegagalan pompa jantung untuk bekerja dengan baik
2. Dapat disertai nggeliyer, pusing, atau sensasi mau jatuh. Orang awam
menyebutnya “vertigo”. Dalam istilah asingnya disebut “dizziness”.
3. Sesak nafas, seperti orang yang terengah-engah.
4. Terdapat cairan di rongga perut (ascites)
5. Kaki (tungkai, pergelangan kaki) membengkak
6. Berat badan bertambah karena pembengkakan
7. Palpitasi atau jantung berdebar

4
D. Pemeriksaan Penunjang
Jika memiliki gejala masalah jantung, maka harus melakukan pemeriksaan
dan ketertiban tes fisik untuk menentukan apakah jantung membesar dan untuk
menemukan penyebabnya. Tes-tes ini antara lain :
1) Foto Dada X-ray
Gambar X-ray membantu dokter melihat kondisi paru-paru dan jantung.
Jika jantung membesar pada sinar-X, tes lainnya biasanya akan diperlukan
untuk menemukan penyebabnya.
2) Tes Electrocardiogram
Mencatat aktivitas listrik jantung melalui elektroda menempel pada kulit.
Impuls dicatat sebagai gelombang dan ditampilkan pada monitor atau
dicetak di atas kertas. Tes ini membantu mendiagnosa masalah irama
jantung dan kerusakan jantung dari serangan jantung.
3) Tes Echocardiogram
Untuk mendiagnosis dan pemantauan pembesaran jantung menggunakan
gelombang suara untuk menghasilkan gambar video dari jantung. Dengan
tes ini, empat bilik jantung dapat dievaluasi.
4) Tes darah
Untuk memeriksa kadar zat tertentu dalam darah yang mungkin mengarah
ke masalah jantung.
5) Kateterisasi jantung dan biopsi
Dalam prosedur ini, tabung tipis (kateter) dimasukkan di pangkal paha dan
berulir melalui pembuluh darah ke jantung, di mana contoh kecil (biopsi)
dari jantung, jika diindikasikan, dapat diekstraksi untuk analisis
laboratorium.
6) Tekanan dalam ruang jantung
Dapat diukur untuk melihat bagaimana paksa darah memompa melalui
jantung. Gambar arteri jantung dapat diambil selama prosedur (angiogram
koroner) untuk memastikan bahwa tidak memiliki penyumbatan.

E. Komplikasi
Komplikasi jantung membesar (kardiomegali) dapat mencakup :

5
a. Gagal jantung
Salah satu jenis yang paling serius dari pembesaran jantung, ventrikel kiri
membesar, meningkatkan risiko gagal jantung. Pada gagal jantung, otot
jantung melemah, dan peregangan ventrikel (membesar) ke titik bahwa
jantung tidak dapat memompa darah secara efisien ke seluruh tubuh.
b. Pembekuan darah
Memiliki pembesaran jantung dapat membuat lebih rentan terhadap
pembentukan bekuan darah di selaput jantung. Jika gumpalan memasuki
aliran darah, maka dapat memblokir aliran darah ke organ-organ vital,
bahkan menyebabkan serangan jantung atau stroke. Gumpalan yang
berkembang di sisi kanan jantung dapat melakukan perjalanan ke paru-paru,
kondisi berbahaya yang disebut emboli paru.
c. Jantung murmur
Bagi penderita yang memiliki pembesaran jantung, dua dari empat katup
jantung - mitral dan katup trikuspid - katup tidak menutup dengan benar
karena melebar, yang mengarah ke aliran balik darah. Aliran ini
menciptakan suara yang disebut murmur jantung.
d. Serangan jantung dan kematian mendadak
Beberapa bentuk pembesaran jantung dapat menyebabkan gangguan
dalam pemukulan irama jantung. Irama jantung terlalu lambat untuk
bergerak atau terlalu cepat untuk memungkinkan jantung dapat
mengakibatkan pingsan atau, dalam beberapa kasus, serangan jantung atau
kematian mendadak.

F. Terapi kardiomegali
Terapi kardiomegali disesuaikan dengan penyebab yang mendasarinya
1. Obat golongan ACE inhibitor atau obat penghambat enzim pengubah
angiotensin
2. Obat golongan beta blocker atau obat penghambat
3. Apabila pasien tidak bisa mengonsumsi obat-obatan tersebut karena suatu
faktor (terutama ACE inhibitor), kemungkinan akan diganti dengan obat
penghambat reseptor angiotensin (ARB).

6
4. Golongan nitrat
5. Untuk mengatasi masalah yang berkaitan dengan fungsi pompa dan ritme
jantung, obat-obatan seperti digoxin dan antiaritmia kemungkinan akan
diresepkan. Apabila pasien menderita stroke atau serangan jantung, obat
antikoagulan dapat digunakan untuk mencegah pembekuan darah.
6. Untuk mengurangi tekanan dalam arteri dan jantung akibat air dan sodium,
kemungkinan akan diresepkan obat diuretik. Juga berguna untuk
menurunkan jumlah natrium dan air dalam tubuh.
7. Apabila pemberian obat-obatan tidak cukup ampuh maka prosedur operasi
kemungkinan akan ditempuh. Sebagai contoh, apabila kardiomegali
berkaitan dengan ketidaknormalan detak jantung, maka dapat dilakukan
prosedur bedah penanaman alat pengendali detak jantung (implantable
cardioverter-defibrillator/ICD) pada kasus detak jantung yang terlalu cepat
dan left ventricular assist device/LAVD pada kasus detak jantung lemah.
8. Peluang keberhasilan pengobatan didukung dengan perubahan gaya hidup
sehat, misalnya rutin berolahraga, menurunkan berat badan hingga ke
takaran ideal, membatasi konsumsi garam, tidur cukup tiap malam
(dianjurkan 8 jam), berhenti merokok, serta tidak atau meminimalisir
konsumsi kopi dan minuman beralkohol, juga melakukan pembatasan
asupan cairan dan olahraga.

G. Pencegahan
Ada beberapa hal yang bisa dilakukan untuk memperbaiki kondisi
pembesaran jantung, antara lain:
1. Berhenti merokok dan hindari alkohol
2. Turunkan berat badan dan menjaga diet yang seimbang
3. Diet rendah garam
4. Kendalikan kencing manis
5. Menjaga tekanan darah
6. Melakukan olahraga yang sesuai dengan fisik
7. Menjaga waktu tidur
8. Batasi asupan kolesterol

7
II. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
I. Data Dasar
a. Identitas Klien
Nama, alamat, usia, agama, dan pekerjaan
b. Identitas Penanggung jawab
Nama, alamat, usia, agama dan pekerjaan
c. Riwayat kesehatan
d. Keluhan utama
Keluhan saat masuk rumah sakit
e. Keluhan saat ini
Keluhan yang dirasakan saat pengkajian
f. Riwayat penyakit sekarang
Keluhan pasien mulai awal dirasakan hingga masuk rumah sakit
g. Riwayat penyakit dahulu
Riwayat penyakit yang pernah diderita klien
II. Pola Aktifitas
a. Pola Nutrisi
Memiliki kebiasaan makan makanan berlemak, asin
b. Pola Eliminasi
Ada keluhan atau tidak
c. Pola Personal higiene
d. Pola Istirahat dan tidur
Terganggu karena sesak akibat perbesaran jantung
e. Pola Aktivitas
Membutuhkan bantuan orang lain : mandiri, parsial atau total
III. Pemeriksaan Fisik
1. Pemeriksaan Umum
a. Kesadaran : Composmentis
b. TD : biasanya > 140/100 mmHg
c. Nadi : 90 x /menit
d. Pernafasan : >20 x /menit

8
e. Suhu : 36,8 ° C
2. Sistem pernafasan
RR >24 x/mnt,bentuk hidung simetris,terdapat nafas cuping
hidung,bentuk dan pergerakan paru tidak simetris,tidak ada
barellchest,napas cepat dan dan dalam,terdengar whezing pada
lapang paru.fremitus vokal simetris,orthopnea.
3. Sistem Kardiovaskuler
Palpasi :
Mengalami Pergeseran Pada yaitu ada di antara ICS 5 dan ICS 6
Ictus Cordis : Titik denyut apex tidak tepat berada pada ICS 5
Perkusi :
Batas Atas : IC2
Batas Bawah : di antara IC 5 dan IC 6
Batas Kanan : Linea Midsternalis dextra
Batas kiri : sedikit bergeser dari Midclavikularis
Sinestra
Pembesaran Jantung : Terjadi Pembesaran Jantung
Auskultasi:
BJ 1 : Lup
BJ 2 : Dup
BJ 3 : Tidak Terdengar
BJ Tambahan : Tidak Terdengar
TD: >140/90mmHg, Nadi : 92 x/mnt Tidak.terdapat distensi vena
jugularis.tidak ada suara jantung tambahan.tidak ada clubing fingger,
CRT < 3 dtk. tidak terlihat iktus cordis Konjungtiva tidak anemis, tidak
ada oedema palpebra, tidak ada sianosis hidung, lidah, bibir ,kuku,
Allert test (-),akral dingin.
EKG : LAH – LVH
Q wave III AVF V1 – V4 Inferior Miokard Infark
Akut
ST Elevasi III AVF V1 – V4
ST Depresi 1 AVL – V5 – V6 Anteseptal Miokard Infark

9
4. Sistem Pencernaan
Bising usus 12 x/mnt,.mulut simetris.tidak ada stomatitis. Mukosa
mulut lembab, ada reflek menelan, tidak ada nyeri tekan epigastrik,
tidak teraba pembesaran hepar, tidak teraba masa dikolon, tidak ada
distensi abdomen.
5. Sistem Persyarafan
Kesadaran kompos mentis,GCS E4M6V5.. Reflek pupil terhadap
cahaya (+), tidak ada strabismus, klien mampu bedakan stimulus tajam
tumpul halus kasar, klien mampu merespon pembicaraan dengan benar
6. Sistem Endokrin
Tidak ada eksoftalmus,tidak ada pembesaran kelenjar tiroid,
chovstek sign(-) karpopedal (-), tremor (-).
7. Sistem Genitourinari
Area genetal bersih tidak ada tanda peradangan,terpasang folley
cateter. vesika urinari tidak teraba penuh,tidak ada pembesaran ginjal.
8. Sistem Muskuloskeletal
Kekuatan otot penuh ,tonus otot baik,terdapat edema pada
ekstremitas bawah.
9. Sistem integumen dan imunitas
Ada edema pada kaki,kulit kering.turgor kulit sedang,piting edema
++
10. Sistem Penginderaan
Pasien dapat membaca pada jarak 30cm.pasien dapat mendengar
dengan jelas.

B. Diagnosa Keperawatan
1. Penurunan curah jantung b/d Penurunan kontraktilitas jantung
2. Intoleransi aktifitas b/d Kelemahan
3. Resiko gangguan pertukaran gas b/d Perubahan membran kapiler alveolar
4. Resiko perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan
mual dan kesulitan menelan

10
C. Intervensi
1. Diagnosa 1 : Penurunan curah jantung b/d Penurunan kontraktilitas
jantung
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam
curah jantung adekuat
Kriteria Hasil : 1. RR normal
2. Sesak berkurang
Intervensi : 1. Pertahankan pasien untuk tirah baring
R/ Mengurangi beban jantung
2. Ukur parameter hemodinamik
R/ Mengetahui perfusi darah di organ dan untuk
mengetahui CVP sebagai indikator peningkatan beban
kerja jantung
3. Pantau EKG terutama frekuensi dan irama
R/ Mengetahui penurunan kontraktilitas jantung
4. Pantau bunyi jantung S3 dan S4
R/ Mengetahui tingkat gangguan pengisian sistole
atau diastole
5. Batasi natrium dan air
R/ Mencegah peningkatan beban jantung
6. Pertahankan akses IV
R/ Untuk maintenance jika sewaktu terjadi kegawatan
vaskuler
7. Kolaborasi dalam: Pemeriksaan AGD, amlodipin 1x10
mg, captopril 3 x 37,5 mg
R/ Mengetahui perfusi jaringan perifer
2. Diagnosa 2 : Intoleransi aktifitas b/d Kelemahan
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam
toleransi aktifitas pasien meningkat
Kriteria Hasil: Pasien mampu beraktifitas secara bertahap
Intervensi :
1. Pertahankan klien tirah baring sementara fase akut

11
R/ Mengurangi beban kerja jantung
2. Tingkatkan klien duduk di kursi dan tinggikan kaki klien
R/ Mengurangi beban jantung
3. Pertahankan rentang gerak pasif selama fase kritis
R/ Meningkatkan venus return
4. Evaluasi tanda vital saat kemajuan aktivitas terjadi
R/ Meningkatkan kontraksi otot sehingga membantu venus return
5. Berikan waktu istirahat diantara waktu aktifitas
R/ Mengetahui fungsi jantung,bila dikaitkan dengan aktifitas
6. Pertahankan penambahan O2 sesuai pesanan
R/ Mendapatkan cukup waktu resolusi bagi tubuh dan tidak terlalu
memaksa kerja jantung
7. Selama aktifitas kaji EKG,dispnea,sianosis,kerja napas,frekuensi.
R/ Meningkatkan oksigenasi jaringan
2. Diagnosa 3 : Resiko gangguan pertukaran gas b/d Perubahan membran
kapiler alveolar
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam
diharapkan tidak terjadi gangguan pertukaran gas
Kriteria Hasil : - GDA dalam batas normal
- Tidak ada dispnea
Intervensi :
1. Berikan O2 sesuai kebutuhan
R/ Meningkatkan konsentrasi O2 dalam proses pertukaran gas
2. Pantau GDA
R/ Mengetahui tingkat oksigenasi pada jaringan
3. Koreksi keseimbangan Asam basa
R/ Mencegah asidosis yang memperberat fungsi pernafasan
4. Berikan posisi semi fowler
R/ Meningkatkan ekspansi paru
5. Cegah atelektasis dengan melatih batuk efektif dan napas dalam
R/ Meningkatkan ekspansi paru
6. Kaji kerja pernafasan

12
R/ Mengetahui tingkat efektifitas fungsi pertukaran gas
7. Kolaborasi : RL 500/24 jam
Furosemid 1 x40 mg
R/ Mencegah terjadinya retensi cairan
3. Diagnosa 4 :
Tujuan : Setelah dilakukan askep selama 3 x 24 jam asupan makanan
dan cairan yang dikonsumsi memenuhi kebutuhan metabolik
Kriteria Hasil :
- Klien menghabiskan porsi yang disediakan Rumah Sakit
- Klien mengatakan tidak mual
Intervensi : 1. Batasi masukan lemak, garam dan cairan
R/ memperbanyak volume cairan intravaskuler
2. Kaji makanan kesukaan klien
R/ memenuhi kebutuhan klien
4. Kolaborasi pemberian makanan parenteral dan terapi
antasida sesuai indikasi
R/ memenuhi kebutuhan nutrisi klien
5. Rujuk ke ahli gizi sesuai indikasi
R/ mengetahui diit klien
6. Hindari makanan penghasil gas dan minuman
berkarbonat
R/ Mencegah distensi abdomen

13
DAFTAR PUSTAKA
Acute cardiac tamponade : NEJM. (Online). Dapat diakses di :
http://content.nejm.org/cgi/content/full/349/7/684
Cardiac tamponade: Medline Plus Medical Encyclpedia. (Online). Dapat diakses
di http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/000194.htm
Cardiac tamponade: eMedicine Cardiology. (Online). Dapat diakses di :
http://emedicine.medscape.com/article/152083-followup
http://www.anneahira.com/pencegahan-penyakit/jantung-koroner.htm
Kardiomegali diakses di http://www.alodokter.com/kardiomegali diakses tanggal
11 Juli 2017.

14

Anda mungkin juga menyukai