Anda di halaman 1dari 25

ASUHAN KEPERAWATAN

PADA Ny.“T” DENGAN MASALAH KEPERAWATAN KEKURANGAN


VOLUME CAIRAN TUBUH DENGAN DIAGNOSA MEDIS MIOMA
UTERI DI RUMAH SAKIT ANGKATAN DARAT MATARAM

DISUSUN OLEH
NAMA : RISMALA PRAMUDITHA
NIM : 058 STYC 15
SEMESTER/KELAS : VI/A.2

YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM NUSA TENGGARA BARAT


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YARSI MATARAM
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN JENJANG S1
MATARAM
2018
LEMBAR PENGESAHAN

Asuhan Keperawatan pada Ny.”T” dengan Masalah Keperawatan Kekurangan


Volume Cairan Tubuh dengan Diagnosa Medis Mioma Uteri di Ruang Nifas
Kamar Hesti 2 di RSAD Mataram, telah diperiksa dan disetujui pada:

Hari :
Tanggal :

Disetujui Oleh

Pembimbing Pendidikan Pembimbing Lahan

( ) ( )

ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .............................................................................................. i
LEMBAR PENGESAHAN .................................................................................. ii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... iii
LAPORAN PENDAHULUAN ............................................................................. 1
I. Konsep Dasar Penyakit
A. Definisi ...................................................................................................... 1
B. Etiologi ...................................................................................................... 1
C. Klasifikasi ................................................................................................. 4
D. Manifestasi Klinis ..................................................................................... 5
E. Patofisiologi .............................................................................................. 6
F. Pathway ..................................................................................................... 8
G. Pemeriksaan Penunjang ............................................................................ 9
H. Penatalaksanaan ...................................................................................... 10
I. Komplikasi .............................................................................................. 12
II. Konsep Dasar Keperawatan
A. Pengkajian ............................................................................................... 14
B. Diagnosa ................................................................................................. 14
C. Intervensi................................................................................................. 17
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 22
LAPORAN KASUS ............................................................................................. 23

iii
LAPORAN PENDAHULUAN
MIOMA UTERI

I. KONSEP DASAR PENYAKIT


A. Definisi
Mioma uteri adalah suatu tumor jinak berbatas tegas tidak berkapsul yang
berasal dari otot polos dan jaringan ikat fibrous. Biasa juga disebut
fibromioma uteri, leiomioma uteri atau uterine fibroid. Tumor jinak ini
merupakan neoplasma jinak yang sering ditemukan pada traktus genitalia
wanita, terutama wanita sesudah produktif (menopouse). Mioma uteri jarang
ditemukan pada wanita usia produktif tetapi kerusakan reproduksi dapat
berdampak karena mioma uteri pada usia produktif berupa infertilitas, abortus
spontan, persalinan prematur dan malpresentasi (Aspiani, 2017).

B. Etiologi
Menurut Aspiani ada beberapa faktor yang diduga kuat merupakan faktor
predisposisi terjadinya mioma uteri:
1) Umur
Mioma uteri ditemukan sekitar 20% pada wanita usia produktif dan sekitar
40%-50% pada wanita usia di atas 40 tahun. Mioma uteri jarang
ditemukan sebelum menarche (sebelum mendapatkan haid).
2) Hormon Endogen (endogenous hormonal)
Konsentrasi estrogen pada jaringan mioma uteri lebih tinggi dari pada
jaringan miometrium normal.
3) Riwayat keluarga
Wanita dengan garis keturunan dengan tingkat pertama dengan penderita
mioma uteri mempunyai 2,5 kali kemungkinan untuk menderita mioma
dibandingkan dengan wanita tanpa garis keturunan penderita mioma uteri.
4) Makanan
Makanan di laporkan bahwah daging sapi, daging setengah matang (red
meat), dan daging babi meningkatkan insiden mioma uteri, namun sayuran

1
hijau menurunkan insiden menurunkan mioma uteri.
5) Kehamilan
Kehamilan dapat mempengaruhi mioma uteri karena tingginya kadar
estrogen dalam kehamilan dan bertambahnya vaskularisasi ke uterus. Hal
ini mempercepat pembesaran mioma uteri. Efek estrogen pada
pertumbuhan mioma mungkin berhubungan dengan respon dan faktor
pertumbuhan lain. Terdapat bukti peningkatan produksi reseptor
progesteron, dan faktor pertumbuhan epidermal.
6) Paritas
Mioma uteri lebih sering terjadi pada wanita multipara dibandingkan
dengan wanita yang mempunyai riwayat melahirkan 1 kali atau 2 kali.
Faktor terbentuknya tumor:
a. Faktor internal
Faktor internal adalah faktor yang terjadinya reflikasi pada saat sel- sel
yang mati diganti oleh sel yang baru merupakan kesalahan genetika yang
diturunkan dari orang tua. Kesalahan ini biasanya mengakibatkan kanker
pada usia dini. Jika seorang ibu mengidap kanker payudara, tidak serta
merta semua anak gandisnya akan mengalami hal yang sama, karena sel
yang mengalami kesalahan genetik harus mengalami kerusakan terlebih
dahulu sebelum berubah menjadi sel kanker. Secara internal, tidak dapat
dicegah namun faktor eksternal dapat dicegah. Menurut WHO, 10% – 15%
kanker, disebabkan oleh faktor internal dan 85%, disebabkan oleh faktor
eksternal (Apiani, 2017).
b. Faktor eksternal
Faktor eksternal yang dapat merusak sel adalah virus, polusi udara,
makanan, radiasi dan berasala dari bahan kimia, baik bahan kimia yang
ditam, bahkan pada makanan, ataupun bahan makanan yang bersal dari
polusi. Bahan kimia yang ditambahkan dalam makanan seperti pengawet
dan pewarna makanan cara memasak juga dapat mengubah makanan
menjadi senyawa kimia yang berbahaya.
Kuman yang hidup dalam makanan juga dapat menyebarkan racun,

2
misalnya aflatoksin pada kacang-kacangan, sangat erat hubungannya
dengan kanker hati. Makin sering tubuh terserang virus makin besar
kemungkinan sel normal menjadi sel kanker. Proses detoksifikasi yang
dilakukan oleh tubuh, dalam prosesnya sering menghasilkan senyawa yang
lebih berbahaya bagi tubuh, yaitu senyawa yang bersifat radikal atau
korsinogenik. Zat korsinogenik dapat menyebabkan kerusakan pada sel.
Berikut faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan tumor pada
mioma, disamping faktor predisposisi genetik:
1) Estrogen
Mioma uteri dijumpai setelah menarke. Sering kali, pertumbuhan tumor
yang cepat selama kehamilan terjadi dan dilakukan terapi estrogen
eksogen. Mioma uteri akan mengecil pada saat menopouse dan oleh
pengangkatan ovarium. Mioma uteri banyak ditemukan bersamaan dengan
anovulasi ovarium dan wanita dengan sterilitas. Enzim
hidrxydesidrogenase mengungbah estradiol (sebuah estrogen kuat)
menjadi estrogen (estrogen lemah). Aktivitas enzim ini berkurang pada
jaringan miomatous, yang juga mempunyai jumlah reseptor estrogen yang
lebih banyak dari pada miometrium normal.
2) Progesteron
Progesteron merupakan antogonis natural dari estrogen. Progesteron
menghambat pertumbuhan tumor dengan dua cara, yaitu mengaktifkan
hidroxydesidrogenase dan menurunkan jumlah reseptor estrogen pada
tumor.
3) Hormon pertumbuhan (growth hormone)
Level hormon pertumbuhan menurun selama kehamilan, tetapi hormon
yang mempunyai struktur dan aktivitas biologik serupa, yaitu HPL, terlihat
pada periode ini dan memberi kesan bahwa pertumbuhan yang cepat dari
leimioma selama kehamilan mungkin merupakan hasil dari aksi sinergistik
antara HPL dan estrogen.

3
C. Klasifikasi Mioma
Mioma umunya digolongkan berdasarkan lokasi dan kearah mana mioma
tumbuh. Mioma uteri terdapat pada daerah korpus. Sesuai dengan lokasinya,
mioma ini dibagi menjadi tiga jenis.
1. Mioma Uteri Intramural
Mioma uteri merupakan yang paling banyak ditemukan. Sebagian besar
tumbuh diantara lapisan uterus yang paling tebal dan paling tengah
(miometrium). Pertumbuhan tumor dapat menekan otot disekitarnya dan
terbentuk sampai mengelilingi tumor sehingga akan membentuk tonjolan
dengan konsistensi padat. Mioma yaang terletak pada dinding depan uterus
dalam pertumbuhannya akan menekan dan mendorong kandung kemih ke
atas, sehingga dapat menimbulkan keluhan miksi.
2. Mioma Uteri Subserosa
Mioma uteri ini tumbuh keluar dari lapisan uterus yang paling luar yaitu
serosa dan tumbuh ke arah peritonium. Jenis mioma ini bertangkai atau
memiliki dasar lebar. Apa bila mioma tumbuh keluar dinding uterus
sehingga menonjol kepermukaan uterus diliputi oleh serosa. Mioma serosa
dapat tumbuh di antara kedua lapisan ligamentum latum menjadi mioma
intraligamenter. Mioma subserosa yang tumbuh menempel pada jaringan
lain, misalnya ke ligamentum atau omentum kemudian membebaskan diri
dari uterus sehingga disebut wandering parasitis fibroid.
3. Mioma Uteri Submukosa
Mioma ini terletak di dinding uterus yang paling dalam sehingga menonjol
ke dalam uterus. Jenis ini juga dapat bertangkai atau berdasarkan lebar.
Dapat tumbuh bertangkai menjadi polip, kemudian di keluarkan melalui
saluran seviks yang disebut mioma geburt. Mioma jenis lain meskipun
besar mungkin belum memberikan keluhan perdarahan, tetapi mioma
submukosa walaupun kecil sering memberikan keluhan gangguan
perdarahan. Tumor jenis ini sering mengalami infeksi, terutama pada
mioma submukosa pedinkulata. Mioma submukosa pedinkulata adalah
jenis mioma submukosa yang mempunyai tangkai. Tumor ini dapat keluar

4
dari rongga rahim ke vagina, dikenal dengan nama mioma geburt atau
mioma yang dilahirkan.

D. Manifestasi Klinis
Hampir separuh dari kasus mioma uteri ditemukan secara kebetulan pada
pemeriksaan pelvik rutin. Penderita memang tidak mempunyai keluhan apa-
apa dan tidak sadar bahwa mereka sedang mengalami penyakit mioma uteri
dalam rahim.
1) Faktor-faktor yang mempengaruhi timbulnya gejala klinik meliputi hal-hal
berikut.
a. Besarnya mioma uteri.
b. Lokalisasi mioma uteri.
c. Perubahan-perubahan pada mioma uteri.
d. Gejala klinik terjadi hanya sekitar 35%-50% dari pasien yang terkena.
2) Gejalah klinis lain yang dapat timbul pada mioma uteri adalah sebagai
berikut.
a. Perdarahan abnormal merupakan gejala klinik yang sering ditemukan
(30%). Bentuk perdarahan yang ditemukan berupa menoragia,
metroragia, dan hipermenorhe. Perdarahan dapat menyebabkan anemia
defisiensi Fe. Perdarahan abnormal ini dapat dijelaskan oleh karena
bertambahnya areah permukaan dari endometrium yang menyebabkan
gangguan kontraksi otot rahim, distorsi, dan kongesti dari pembuluh
darah disekitarnya dan ulserasi dari lapisan endometrium.
b. Rasa nyeri pada pinggang dan perut bagian bawah, dapat terjadi jika :
1. Mioma menyempitkan kanalis servikalis
2. Mioma submukosum sedang dikeluarkan dari rongga rahim
3. Adanya penyakit adneks, seperti adneksitis, salpingitis, ooforitis
4. Terjadi degenerasi merah
c. Tanda-tanda penekanan/pendesakan
Terdapat tanda-tanda penekanan tergantung dari besar dan lokasi
mioma uteri. Tekanan bisa terjadi pada traktus urinarius, pada usus, dan

5
pada pembuluh-pembuluh darah. Akibat tekanan terhadap kandung
kencing ialah distorsi dengan gangguan miksi dan terhadap ureter bisa
menyebabkan hidro uretre.
d. Infertilitas
Infertilitas bisa terajadi jika mioma intramural menutup atau menekan
pors interstisialis tubae.
e. Abortus
Abortus menyebabkan terjadinya gangguan tumbuh kembang janin
dalam rahim melalui plasenta.
f. Gejala sekunder
Gejala sekunder yang muncul ialah anemia karena perdarahan, uremia,
desakan ureter sehingga menimbulkan gangguan fungsi ginjal.
3) Sedangkan rasa nyeri pada kasus mioma dapat disebabkan oleh beberapa
hal berikut.
a. Penekanan saraf.
b. Torsi bertangkai.
c. Submukosa mioma terlahir.
d. Infeksi pada mioma.

E. Patofisiologi
Mioma uteri mulai tumbuh sebagai bibit yang kecil didalam miometrium
dan lambat laun membesar karena pertumbuhan itu miometrium mendesak
menyusun semacam pseudokapsula atau sampai semua mengelilingi tumor
didalam uterus mungkin terdapat satu mioma akan tetapi mioma biasanya
banyak. Bila ada satu mioma yang tumbuh intramural dalam korpus uteri
maka korpus ini tampak bundar dan konstipasi padat. Bila terletak pada
dinding depan uterus mioma dapat menonjol kedepan sehingga menekan dan
mendorong kandung kemih keatas sehingga sering menimbulkan keluhan
miksi (Aspiani, 2017).
Secara makroskopis, tumor ini biasanya berupa massa abu-abu putih,
padat, berbatas tegas dengan permukaan potongan memperlihatkan gambaran

6
kumparan yang khas. Tumor mungkin hanya satu, tetapi umumnya jamak dan
tersebar di dalam uterus, dengan ukuran berkisar dari benih kecil hingga
neoplasma masif yang jauh lebih besar dari pada ukuran uterusnya. Sebagian
terbenam didalam miometrium, sementara yang lain terletak tepat di bawah
endometrium (submukosa) atau tepat dibawah serosa (subserosa). Terakhir
membentuk tangkai, bahkan kemudian melekat ke organ disekitarnya, dari
mana tumor tersebut mendapat pasokan darah dan kemudian membebaskan
diri dari uterus untuk menjadi leimioma “parasitik”. Neoplasma yang
berukuran besar memperlihatkan fokus nekrosis iskemik disertai daerah
perdarahan dan perlunakan kistik, dan setelah menopause tumor menjadi
padat kolagenosa, bahkan mengalami kalsifikasi (Robbins, 2007).

7
F. Pathway

(Carpenito, 1998), (Doengoes, 2001), ( Prawiroharjo, 1999)

8
G. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Mansjoer (2002), pemeriksaan yang dilakukan pada kasus mioma
uteri adalah:
1) Pemeriksaan Darah Lengkap: Hb turun, Albumin turun, Lekosit
turun/meningkat, Eritrosit turun.
2) USG : terlihat massa pada daerah uterus.
3) Vaginal Toucher: didapatkan perdarahan pervaginam, teraba massa,
konsistensi dan ukurannya.
4) Sitologi: menentukan tingkat keganasan dari sel-sel neoplasma tersebut.
5) Rontgen: untuk mengetahui kelainan yang mungkin ada yang dapat
menghambat tindakan operasi.
6) ECG: Mendeteksi kelainan yang mungkin terjadi, yang dapat mempengaruhi
tindakan operasi
7) Ultrasonografi
Ultrasonografi transabdominal dan transvaginal bermanfaat dalam
menetapkan adanya mioma uteri. Ultrasonografi transvaginal terutama
bermanfaat pada uterus yng kecil. Uterus atau massa yang paling besar paling
baik diobservasi melalui ultrasonografi transabdominal. Mioma uteri secara
khas menghasilkan gambaran ultrasonografi yang mendemonstrasikan
irregularitas kontur maupun pembesaran uterus. Adanya kalsifikasi ditandai
oleh fokus-fokus hiperekoik dengan bayangan akustik. Degenerasi kistik
ditandai adanya daerah yang hipoekoik.
8) Histeroskopi
Dengan pemeriksaan ini dapat dilihat adanya mioma uteri submukosa, jika
tumornya kecil serta bertangkai. Tumor tersebut sekaligus dapat diangkat.
9) MRI (Magnetic Resonance Imaging)
MRI sangat akurat dalam menggambarkan jumlah,ukuran dan lokasi mioma,
tetapi jarang diperlukan. Pada MRI, mioma tampak sebagai massa gelap
terbatas tegas dan dapat dibedakan dari miometrium yang normal. MRI dapat
mendeteksi lesi sekecil 3 mm yang dapat dilokalisasi dengan jelas, termasuk
mioma submukosa. MRI dapat menjadi alternatif ultrasonografi pada kasus -
kasus yang tidak dapat disimpulkan.

9
H. Penatalaksanaan
Penanganan mioma uteri dilakukan tergantung pada umur, paritas, lokasi,
dan ukuran tumor. Oleh karena itu penanganan mioma uteri terbagi atas
kelompok-kelompok berikut.
1) Penanganan konservatif dilakukan jika mioma yang kecil muncul pada pra
dan postmenopause tanpa adanya gejala. Cara penanganan konsevatif
adalah sebagai berikut.
a. Observasi dengan pemeriksaan pelvis secara periodik setiap 3-6 bulan.
b. Jika terjadi anemia kemungkinan Hb menurun.
c. Pemberian zat besi.
d. Penggunaan agonis GnRH (gonadotropin-releasing hormone) leuprolid
asetat 3,75 mg IM pada hari pertama sampai ketiga menstruasi setiap
minggu, sebanyak tiga kali. Obat ini mengakibatkan pengerutan tumor
dan menghilangkan gejala. Obat ini menekan sekresi gonodotropin dan
menciptakan keadaan hipoestrogenik yang serupa ditemukan pada
periode postmenopause. Efek maksimum dalam mengurangi ukuran
tumor diobsevasi dalam 12 minggu.
2) Penanganan operatif, dilakukan bila terjadi hal-hal berikut.
a. Ukuran tumor lebih besar dari ukuran uterus 12-14 minggu.
b. Pertumbuhan tumor cepat.
c. Mioma subserosa bertangkai dan torsi.
d. Dapat mempersulit kehamilan berikutnya.
e. Hiperminorea pada mioma submukosa.
f. Penekanan organ pada sekitarnya.
3) Jenis operasi yang dilakukan untuk mengatasi mioma uteri dapat berupa
langkah-langkah berikut yaitu enuklesia mioma. Enuklesia mioma
dilakukan pada penderita yang infertil yang masih menginginkan anak,
atau mempertahankan uterus demi kelangsungan fertilitas. Enukleasi
dilakukan jika ada kemungkinan terjadinya karsinoma endometrium atau
sarkoma uterus dan dihindari pada masa kehamilan. Tindakan ini
seharusnya dibatasi pada tumor dengan tangkai dan tumor yang dengan

10
mudah dijepit dan diikat. Bila miomektomi menyebabkan cacat yang
menembus atau sangat berdekatan dengan endometrium, maka kehamilan
berikutnya harus dilahirkan dengan seksio sesarea.
4) Menurut american college of Obstetricans gynecologists (ACOG), kriteria
preoperasi adalah sebagai berikut.
a. Kegagalan untuk hamil atau keguguran berulang.
b. Terdapat leimioma dalam ukuran yang kecil dan berbatas tegas.
c. Alasan yang jelas dari penyebab kegagalan kehamilan dan keguguran
yang berulang tidak ditemukan.
5) Histeroktomi
Histerektomi dilakukan jika pasien tidak menginginkan anak lagi dan pada
pasien yang memiliki leimioma yang simptomatik atau yang sudah
bergejala. Kriteria ACOG untuk histerektomi adalah sebagai berikut.
a. Terdapat satu sampai tiga leimioma asimptomatik atau yang dapat
teraba dari luar dan dikelukan oleh pasien.
b. Perdarahan uterus berlebihan.
c. Perdarahan yang banyak, bergumpal-gumpal, atau berulang-ulang
selama lebih dari delapan hari.
d. Anemia akut atau kronis akibat kehilangan darah.
6) Rasa tidak nyaman pada daerah pelvis akibat mioma meliputi hal-hal
berikut.
a. Nyeri hebat dan akut.
b. Rasa tertekan yang kronis dibagian punggung bawah atau perut bagian
bawah.
c. Penekanan buli-buli dan frekuensi urine yang berulang-ulangdan tidak
disebabkan infeksi saluran kemih.
7) Penanganan radioterapi
Tujuan dari radioterapi adalah untuk menghentikan perdarahan. Langkah
ini dilakukan sebagai penanganan dengan kondisi sebagai berikut.
a. Hanya dilakukan pada pasien yang tidak dapat dioperasi (bad risk
patient).

11
b. Uterus harus lebih kecil dari usia kehamilan 12 minggu.
c. Bukan jenis submukosa.
d. Tidak disertai radang pelvis atau penekanan pada rektum.
e. Tidak dilakukan pada wanita muda karena dapat menyebabkan
menopause.

I. Komplikasi
Manuaba (2007) berpendapat bahwa mioma uteri dapat berdampak pada
kehamilan dan persalinan, yaitu:
1) Mengurangi kemungkinan wanita menjadi hamil, terutama pada mioma
uteri submukosum.
2) Kemungkinan abortus bertambah.
3) Kelainan letak janin dalam rahim, terutama pada mioma yang besar dan
letak subserus.
4) Menghalang-halangi lahirnya bayi, terutama pada mioma yang letaknya di
serviks.
5) Inersia uteri dan atonia uteri, terutama pada mioma yang letaknya di dalam
dinding rahim atau apabila terdapat banyak mioma.
6) Mempersulit lepasnya plasenta, terutama pada mioma yang submukus dan
intramural.
Menurut manuaba (2007), kehamilan dan persalinan juga dapat berdampak
pada mioma uteri, yaitu:
1) Tumor bertumbuh lebih cepat dalam kehamilan akibat hipertrofi dan
edema, terutama dalam bulan-bulan pertama, mungkin karena pengaruh
hormonal. Setelah kehamilan 4 bulan tumor tidak bertambah besar lagi.
2) Tumor menjadi lebih lunak dalam kehamilan, dapat berubah bentuk, dan
mudah terjadi gangguan sirkulasi di dalamnya, sehingga terjadi perdarahan
dan nekrosis, terutama ditengah-tengah tumor. Tumor tampak merah
(degenerasi merah) atau tampak seperti daging (degenerasio karnosa).
Perubahan ini menyebabkan rasa nyeri di perut yang disertai gejala-gejala
rangsangan peritonium dan gejala-gejala peradangan, walaupun dalam hal

12
ini peradangan bersifat suci hama (sterile). Lebih sering lagi komplikasi ini
terjadi dalam masa nifas karena sirkulasi dalam tumor mengurang akibat
perubahan-perubahan sirkulasi yang dialami oleh wanita setelah bayi lahir.
3) Mioma uteri subserosum yang bertangkai dapat mengalami putaran
tangkai akibat desakan uterus yang makin lama makin membesar. Torsi
menyebabkan gangguan sirkulasi yang nekrosis yang menimbulkan
gambaran klinik perut mendadak (acute abdomen).

13
II. KONSEP DASAR KEPERAWATAN
A. Pengkajian
Pengumpulan data merupakan kegiatan dalam menghimpun informasi (data-
data) dari klien. Data yang dapat dikumpulkan pada klien sesudah
pembedahan Total Abdominal Histerektomi dan Bilateral Salphingo
Oophorectomy (TAH-BSO) adalah sebagai berikut :
Usia :
- Mioma biasanya terjadi pada usia reproduktif, paling sering ditemukan
pada usia 35 tahun keatas.
- Makin tua usia maka toleransi terhadap nyeri akan berkurang
- Orang dewasa mempunyai dan mengetahui cara efektif dalam
menyesuaikan diri terutama terhadap perubahan yang terjadi pada dirinya
akibat tindakan TAH-BSO.
a. Anamnesa
1) Identitas Klien: meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, suku
bangsa, status pernikahan, pendidikan, pekerjaan, alamat.
2) Identitas Penanggung jawab: Nama, umur, jenis kelamin, hubungan
dengan keluarga, pekerjaan, alamat.
b. Riwayat Kesehatan
1) Keluhan Utama
Keluhan yang paling utama dirasakan oleh pasien mioma uteri,
misalnya timbul benjolan diperut bagian bawah yang relatif lama.
Kadang-kadang disertai gangguan haid.
2) Riwayat penyakit sekarang
Keluhan yang di rasakan oleh ibu penderita mioma saat dilakukan
pengkajian, seperti rasa nyeri karena terjadi tarikan, manipulasi jaringan
organ. Rasa nyeri setelah bedah dan adapun yang yang perlu dikaji pada
rasa nyeri adalah lokasi nyeri, intensitas nyeri, waktu dan durasi serta
kualitas nyeri.
3) Riwayat Penyakit Dahulu
Tanyakan tentang riwayat penyakit yang pernah diderita dan jenis

14
pengobatan yang dilakukan oleh pasien mioma uteri, tanyakan
penggunaan obat-obatan, tanyakan tentang riwayat alergi, tanyakan
riwayat kehamilan dan riwayat persalinan dahulu, penggunaan alat
kontrasepsi, pernah dirawat/dioperasi sebelumnya.
4) Riwaya Penyakit Keluarga
Tanyakan kepada keluarga apakah ada anggota keluarga mempunyai
penyakit keturunan seperti diabetes melitus, hipertensi, jantung,
penyakit kelainan darah dan riwayat kelahiran kembar dan riwayat
penyakit mental.
5) Riwayat Obstetri
Untuk mengetahui riwayat obstetri pada pasien mioma uteri yang perlu
diketahui adalah:
a. Keadaan haid
Tanyakan tentang riwayat menarhe dan haid terakhir, sebab mioma
uteri tidak pernah ditemukan sebelum menarhe dan mengalami atrofi
pada masa menopause.
b. Riwayat kehamilan dan persalinan
Kehamilan mempengaruhi pertumbuhan mioma uteri, dimana mioma
uteri tumbuh cepat pada masa hamil ini dihubungkan dengan hormon
estrogen, pada masa ini dihasilkan dalam jumlah yang besar.
c. Faktor Psikososial
1) Tanyakan tentang persepsi pasien mengenai penyakitnya, faktor-
faktor budaya yang mempengaruhi, tingkat pengetahuan yang
dimiliki pasien mioma uteri, dan tanyakan mengenai seksualitas
dan perawatan yang pernah dilakukan oleh pasien mioma uteri.
2) Tanyakan tentang konsep diri : Body image, ideal diri, harga diri,
peran diri, personal identity, keadaan emosi, perhatian dan
hubungan terhadap orang lain atau tetangga, kegemaran atau jenis
kegiatan yang di sukai pasien mioma uteri, mekanisme
pertahanan diri, dan interaksi sosial pasien mioma uteri dengan
orang lain.

15
d. Pola Kebiasaan sehari-hari
Pola nutrisi sebelum dan sesudah mengalami mioma uteri yang harus
dikaji adalah frekuensi, jumlah, tanyakan perubahan nafsu makan
yang terjadi.
e. Pola eliminasi
Tanyakan tentang frekuensi, waktu, konsitensi, warna, BAB terakhir.
Sedangkan pada BAK yang harus di kaji adalah frekuensi, warna,
dan bau.
f. Pola Aktivitas, Latihan, dan bermain
Tanyakan jenis kegiatan dalam pekerjaannya, jenis olahraga dan
frekwensinya, tanyakan kegiatan perawatan seperti mandi,
berpakaian, eliminasi, makan minum, mobilisasi
g. Pola Istirahat dan Tidur
Tanyakan waktu dan lamanya tidur pasien mioma uteri saat siang
dan malam hari, masalah yang ada waktu tidur.
h. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan Umum
Kaji tingkat kesadaran pasien mioma uteri
2) Tanda-tanda vital : Tekanan darah, nadi, suhu, pernapasan.
3) Pemeriksaan Fisik Head to toe
a) Kepala dan rambut : lihat kebersihan kepala dan keadaan
rambut.
b) Mata : lihat konjungtiva anemis, pergerakan bola mata simetris
c) Hidung : lihat kesimetrisan dan kebersihan, lihat adanya
pembengkakan konka nasal/tidak.
d) Telinga : lihat kebersihan telinga.
e) Mulut : lihat mukosa mulut kering atau lembab, lihat
kebersihan rongga mulut, lidah dan gigi, lihat adanya
penbesaran tonsil.
f) Leher dan tenggorokan : raba leher dan rasakan adanya
pembengkakan kelenjar getah bening/tidak.

16
g) Dada atau thorax : paru-paru/respirasi, jantung/kardiovaskuler
dan sirkulasi, ketiak dan abdomen.
h) Abdomen
Infeksi: bentuk dan ukuran, adanya lesi, terlihat menonjol
Palpasi: terdapat nyeri tekan pada abdomen
Perkusi: timpani, pekak
Auskultasi: bagaimana bising usus
i) Ekstremitas / muskoluskletal terjadi pembengkakan pada
ekstremitas atas dan bawah pasien mioma uteri
j) Genetalia dan anus perhatikan kebersihan, adanya lesi,
perdarahan diluar siklus menstruasi.

B. Diagnosa Keperawatan
Pre-Operasi
1) Nyeri berhubungan dengan penurunan atau berkurang.
2) Resiko kekurangan volume cairan tubuh berhubungan dengan
perdarahan dan muntah.
3) Cemas berhubungan dengan kurangnya informasi tentang proses atau
tindakan operasi.
Post-Operasi
1) Nyeri akut berhubungan dengan nekrosis atau trauma jaringan dan
refleks spasme otot sekunder akibat tumor
2) Resiko syok berhubungan dengan perdarahan
3) Resiko infeksi berhubungan dengan penurunan imun tubuh sekunder
akibat gangguan hematologis (perdarahan)
4) Retensi urine berhubungan dengan penekanan oleh massa jaringan
neoplasma pada organ sekitarnya, gangguan sensorik motorik.
5) Resiko Konstipasi berhubungan dengan penekanan pada rectum
(prolaps rectum)
6) Ansietas berhubungan dengan perubahan dalam status peran, ancaman
pada status kesehatan, konsep diri (kurangnya sumber informasi terkait

17
penyakit)

C. Intervensi Keperawatan
Pre Operasi
1) Nyeri berhubungan dengan penurunan atau berkurang.
Tujuan : Nyeri dapat mengalami penurunan atau berkurang.
Kriteria Hasil : Ketidaknyamanan hilang /terkontrol, menunjukkan postur
tubuh rileks, kemampuan istirahat / tidur dengan cukup.
a) Intervensi: Kaji tingkat nyeri pasien (skala) Rasional : Untuk
mengetahui skala nyeri.
b) Intervensi: Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat analgetik.
Rasional : Untuk mengurangi/menghilangkan rasa nyeri pada pasien.
c) Intervensi: Ajarkan teknik relaksasi atau distraksi untuk mengurangi
nyeri.
Rasional : Pasien bisa dengan mandiri mengurangi rasa nyeri.
2) Resiko kekurangan volume cairan tubuh berhubungan dengan perdarahan
dan muntah.
Tujuan: Keseimbangan cairan yang adekuat dan turgor kulit baik.
Kriteria Hasil: Menunjukkan keseimbangan cairan dengan parameter
individual yang tepat, misal, membran mukosa lembab, turgot kulit baik,
pengisian kapiler cepat, tanda vital stabil.
a) Intervensi: Hitung balance cairan
Rasional : Untuk mengetahui tingkat dehidrasi pasien.
b) Intervensi: Pantau tanda-tanda vital.
Rasional : Untuk mengetahui keadaan umum pasien.
c) Intervensi: Kolaborasi pemberian cairan parentera.
Rasional : Untuk meminimalkan tingkat dehidrasi pasien.
d) Intervensi: Berikan antiametik sesuai kebutuhan.
Rasional : Untuk meminimalkan iritasi pada lampu.
e) Intervensi: Pantau hasil laboratorium.
Rasional: Untuk mengetahui peningkatan hasil laboratorium.

18
3) Cemas berhubungan dengan kurangnya informasi tentang proses atau
tindakan operasi.
Tujuan:
- Pasien paham terhadap proses penyakit atau operasi dan harapan
operasi.
- Cemas berkurang.
Kriteria Hasil :
- Menyatakan kesadaran perasan ansietas dan cara sehat sesuai.
- Melaporkan ansietas menurun sampai tingkat yang dapat diatasi.
- Menunjukkan strategi koping efektif / keterampilan pemecahan
masalah.
a) Intervensi: Kaji ulang tingkat pehaman pasien .
Rasional: Untuk mengetahui seberapa jauh peningkatan
pengetahuan pasien.
b) Intervensi: Gunakan sumber-sumber bahan pengajaran
sesuai keadaan .
Rasional : Untuk mengetahui sumber teori.
c) Intervensi: Pengajaran pra opersi secara individu tentang pembatasan
dan prosedur pra operasi
Rasional : Untuk memberikan gambaran kepada pasien.
d) Intervensi: Informasi kepada pasien keluarga atau orang terdekat
tentang rencana prosedur tindakan .
e) Rasional : Meminimalkan tingkat kecemasan keluarga
Post Operasi
1) Nyeri akut berhubungan dengan robekan pada jaringan saraf Perifer.
Tujuan:
- Ekspresi wajah pasien rilek
- Mengungkapkan penurunan nyeri Kriteria Hasil:
- Melaporkan nyeri/ ketidaknyamanan hilang / terkontrol
- Mendemonstrasikan penggunaan teknik relaksasi
- Menunjukkan menurunnya tegangan, rileks, mudah bergerak

19
a) Intervensi: Kaji tingkat nyeri pasien (skala).
Rasional : Untuk mengetahui skala nyeri
b) Intervensi: Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat analgetik
Rasional : Untuk mengurangi rasa nyeri.
c) Intervensi: Atur posisi tidur semalaman mungkin.
Rasional : Dengan posisi yang nyaman nyeri dapat berkurang
d) Intervensi: Ajarkan teknik relaksasi atau distraksi untuk mengurangi
nyeri.
Rasional: untuk mengurangi rasa nyeri
2) Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan ketidaknyamanan pasca.
Tujuan: Bunyi nafas normal, nafas tidak koping hidung, tidak terjadi.
Kriteria hasil: Mempertahankan pola pernapasan normal /efektif, bebas
sianosis, dengan GDA dalam batas normal pasien .
a) Intervensi: Atur posisi kepala ekstensi, atau sesuai kebutuhan untuk
mempertahankan ventilasi.
Rasional : Untuk memperlancar jalan nafas
b) Intervensi: Bantuan pasien untuk merubah posisi bentuk dan nafas
dalam.
Rasional : Untuk mengefektifan jalan nafas
c) Intrvensi: Kaji adanya hipoksia.
Rasional : Untuk mengurangi terjadinya henti nafas
d) Intervensi: Monitor respiratori rate
Rasional: Untuk mengetahui perkembangan jalan nafas
3) Perubahan pola aktivitas berhubungan dengan pembatasan aktivitas setelah
operasi.
Tujuan :
- Melakukan aktivitas sesuai kemampuan .
- Kebutuhan tubuh pasien terpenuhi.
Kritria Hasil :
a) Berpartisipasi pada aktivitas yang diinginkan, memenuhi perawatan diri
sendiri .

20
Mencapai peningkatan toleransi aktivitas yang dapat diukur, dibuktikan
oleh menurunnya kelemahan dan kelelahan .
b) Intervensi: Pantau aktivitas yang dapat dilakukan pasien.
Rasional : Untuk mengetahui tingkat kelemahan pasien
c) Intervensi: Bantu pasien untuk ambulasi dini dan tingkatkan aktivitas
sesuai kemampuan pasien .
Rasional : Untuk mengetahui tingkat aktivitas pasien
d) Intrvensi: Bantuan pasien dalam pemenuhan kebutuhan sehari-hari
Rasional: Untuk membantu dalam pemenuhan kebutuhan pasien.
4) Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan trauma pada kulit atau tindakan
operasi.
Tujuan :
- Penyembuhan luka tepat waktu .
- Tidak ada tanda-tanda infeksi .
Kriteria Hasil :
- Dapat mengidentifikasi intervensi untuk mencegah/menurunkan risiko
infeksi .
- Menunjukkan teknik perubahan pola hidup untuk meningkatkan
lingkungan yang aman.
a) Intervensi: Monitor luka operasi.
Rasional : Untuk mengetahui keadaan luka pada pasien.
b) Intervensi: Rawat luka sesuai prinsip .
Rasional : Pertahankan cuci tangan sebelum dan sesudah tindakan
c) Intervensi: Pertahankan cuci tangan sebelum dan sesudah tindakan.
Rasional : Untuk menghindari terjadinya penularan penyakit .
d) Monitor tanda- tanda vital
Rasional : Untuk mengetahui keadaan umum pasien
e) Kolaborasi pemberian antibiotik sesuai indikasi Rasional : Untuk
mencegah terjadinya infeksi. (Doenges, 2000)

21
DAFTAR PUSTAKA

Pearce, Evelyn C. 2000. Anatomi dan Fisiolog untuk Paramedis Edisi Barui.
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama

Derek LJ, 2011. Dasar obstetri dan Genekologi. Edisi Ke – 6.Jakarta: Hipokkrater

Prawirohardjo, sarwono. 2002. Edisi Ke-3. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka.

Wiknjosastro. 2007. Ilmu Kebidanan . Yayasan Bina Pustaka Sarwono


Prawiroharjo. Jakarta.

Sastrawinata, S. 2005. Obstetri Patologi Ilmu Kesehatan Reproduksi. Jakarta:


EGC

Wilkinson, Judith M. dan Nancy R. Ahern. 2011. Buku Saku Diagnosis


Keperawatan, Edisi 9. Jakarta : EGC

Carpenito, Lynda Juall. 2009. Diagnosis Keperawatan: Aplikasi Pada Praktik


Klinis, Edisi 9. Jakarta: EGC

Mansjoer, Arif. ( 2002 ). Kapita selekta kedokteran. Jakarta : media Aesculapius.

Carpenito, L.J. (2000) Buku Saku Diagnosa Keperawatan, Edisi 8. Jakarta : EGC

Doenges, M.E. (1999) Rencana Keperawatan, Edisi 3. Jakarta : EGC

Manuaba, I. (2001) Kapita Selekta Penatalaksanaan Rutin Obstetri Ginekologi


Dan KB. Jakarta: EGC

Sastrawinata, dkk,. (1998) Ginekologi. Bandung : Elstar Offiset

22

Anda mungkin juga menyukai