Anda di halaman 1dari 23

TUGAS KELOMPOK

ASKEP OSTEOMIELITIS

(Guna Memenuhi Tugas Individu Mata Kuliah Keperawatan Medikal Bedah)

Dosen Pengampu : Ns. M.Jamaluddin, M.Kep

Disusun Oleh :

1. Ahmad Alfian Sugesti


(1801003)
2. Cindy Nadia Elfira
(1801007)
3. Kumala Dewi Septiani
(1801019)
4. Laila Fitria Nurchasanah
(1801020)
5. Luluk Anggar Yuniarti (1801022)
6. Siti Alif Hasna’ Khoirunnisa’ (1801042)

PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KARYA HUSADA
SEMARANG
2019 / 2020

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan Rahmat, Taufik
dan Hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini yang berjudul
“Askep Osteomielitis” dalam tugas mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah II. Harapan
kami semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para
pembaca, sehingga kami dapat memperbaiki bentuk maupun isi makalah.
Makalah ini kami akui masih banyak kekurangan dan kesalahan, Oleh kerena itu kami
harapkan kepada para pembaca untuk memberikan masukan-masukan yang bersifat
membangun untuk kesempurnaan makalah ini.

Lebih dan kurangnya kami ucapkaan Terima Kasih.

Semarang, 02 Maret 2020

Tim
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................................................2
DAFTAR ISI.........................................................................................................................................3
BAB I....................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN.................................................................................................................................4
1. Latar Belakang...........................................................................................................................4
2. Rumusan Masalah......................................................................................................................4
3. Tujuan Penulisan........................................................................................................................5
BAB II...................................................................................................................................................6
PEMBAHASAN...................................................................................................................................6
1. Pengertian Osteomielitis............................................................................................................6
2. Etiologi Osteomielitis................................................................................................................6
3. Patofisiologi Osteomielitis.........................................................................................................8
4. Manifestasi Klinik Osteomielitis...............................................................................................9
5. Pemeriksaan Penunjang...........................................................................................................10
6. Asuhan Keperawatan Osteomielitis.........................................................................................11
BAB III................................................................................................................................................22
PENUTUP...........................................................................................................................................22
1. Kesimpulan..............................................................................................................................22
2. Saran........................................................................................................................................22
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................................23
BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Muskuloskeletal adalah sistem penting yang terdapat pada tubuh manusia
terdiri dari otot (muskulo) dan tulang – tulang yang membentuk susunan kerangka
(skelet). Sebagaimana kita ketahui otot adalah jaringan tubuh yang memiliki
kemampuan mengubah energi kimia menjadi energi mekanik (gerak). Kerangka tubuh
terdiri dari tulang – tulang yang memungkinkan tubuh mempertahankan bentuk,
sikap, dan posisi.

Penyakit infeksi adalah salah satu penyakit yang masih sering terjadi di dunia.
Salah satu penyakit infeksi yang mengenai tulang adalah osteomielitis. Osteomielitis
umumnya disebabkan oleh bakteri. Namun jamur dan virus yang bisa menjadi
penyebabnya. Osteomielitis dapat mengenai tulang-tulang panjang, vertebra, tulang
tengkorak dan mandibula. Banyak mitos yang berkembang tentang penyakit ini,
seperti diyakinkan bahwa informasi, akan berlanjut menyebar pada tulang dan
akhirnya seluruh tubuh. Padahal yang sebenarnya adalah osteomielitis tidak menyebar
ke bagian lain tubuh karena kelenjar lain tersebut punya aliran darah yang baik
(terproteksi oleh sistem imun tubuh). Kecuali apabila terdapat sendi buatan di bagian
tubuh yang lain dalam keadaan ini benda asing tersebut menjadi pathogen.

Osteomielitis dapat terjadi pada semua usia tetapi sering terjadi pada anak-
anak dan orang tua, juga pada orang dewasa muda dengan kondisi kesehatan yang
serius dan diagnosa osteomielitis ditentukan berdasarkan gambaran klinis penyakit
dan juga gambaran radiologik. Selain infeksi pada tulang, infeksi juga dapat
menyerang persendian.

2. Rumusan Masalah
1) Apa pengertian osteomielitis ?
2) Bagaimana etiologi osteomielitis ?
3) Bagaimana patofisiologi osteomielitis ?
4) Bagaimana manifestasi klinik osteomieltis ?
5) Apa pemeriksaan penunjang osteomielitis ?
6) Bagaimana asuhan keperawatan osteomielitis ?

3. Tujuan Penulisan
1) Untuk mengetahui pengertian osteomielitis
2) Untuk mengetahui etiologi osteomielitis
3) Untuk mengetahui patofisiologi osteomielitis
4) Untuk mengetahui manifestasi klinik osteomieltis
5) Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang osteomielitis
6) Untuk mengetahui asuhan keperawatan osteomielitis
BAB II

PEMBAHASAN

1. Pengertian Osteomielitis

Osteomielitis adalah infeksi tulang yang disebabkan bakteri dan jamur. Kondisi ini
jarang terjadi, namun dapat menimbulkan dampak serius. Infeksi bakteri pada tulang ini
dapat menyebar dari aliran darah ke tulang.

Osteomielitis bisa dialami oleh segala usia. Pada anak, umumnya terjadi di tulang
panjang, seperti tungkai atau lengan, Sedangkan pada orang dewasa, osteomielitis
biasanya terjadi di tulang pinggul, kaki, atau tulang belakang.

Infeksi tulang ini dapat terjadi secara mendadak dan berkembang dalam 7-10 hari
(akut) atau berkembang dalam jangka waktu lama (kronis). Jika osteomielitis tidak dapat
diobati, dapat menimbulkan kerusakan permanen.

2. Etiologi Osteomielitis

Penyebab utama osteomielitis adalah bakteri Staphylococcus aureus. Bakteri tersebut


bisa terdapat di kulit namun tidak menimbulkan masalah kesehatan. Saat sistem imunitas
tubuh sedang lemah karena suatu penyakit, maka bakteri tersebut dapat menyebabkan
infeksi pada area luka atau bekas operasi. Contohnya, pasca operasi patah tulang atau
penggantian panggul, bakteri dapat menyebabkan infeksi pada area tulang tersebut.

Masuknya bakteri Staphylococcus hingga ke tulang dapat melalui beberapa cara,


yaitu:

1) Melalui aliran darah. Bakteri dari bagian tubuh lain dapat berjalan ke tulang
melalui aliran darah.
2) Melalui jaringan atau sendi yang terinfeksi. Kondisi ini membuat kuman
menyebar ke tulang di dekat lokasi jaringan atau sendi tersebut.
3) Melalui luka terbuka. Kuman dapat masuk ke dalam tubuh jika terdapat luka
terbuka, seperti patah tulang dengan luka terbuka atau kontaminasi langsung yang
terjadi saat bedah ortopedi, misalnya operasi penggantian sendi.

Semua orang dapat mengalami osteomielitis. Namun, terdapat faktor-faktor yang


dapat meningkatkan risiko terkena infeksi tulang ini, yaitu:

1) Memiliki penyakit, seperti diabetes, anemia sel sabit, HIV/AIDS, rheumatoid


arthritis.

2) Menjalani hemodialisa atau cuci darah.

3) Pernah menderita osteomielitis sebelumnya.

4) Mengonsumsi kotikosteroid dalam waktu yang lama.

5) Kecanduan alkohol.

6) Baru mengalami cedera dan luka, termasuk patah tulang, seperti pen untuk
patah tulang.

7) Pasca operasi tulang.


3. Patofisiologi Osteomielitis

Infeksi pada sistem muskuloskletal dapat berkembang dalam dua cara.


Pertama, bakteri dibawa melalui darah dari fokus infeksi yang telah ada (misal:
infeksi saluran pernafasan atas, infeksi genitourinarius, furunkel) bisa tersangkut di
dalam tulang, sinovium atau jaringan lunak ekstremitas yang kemudian membentuk
abses. Kedua, Bakteri bisa juga mencapai sistem muskuloskletal langsung dari
lingkungan luar (misal: luka penetrasi, insisi bedah, fraktur terbuka).

Patologi yang terjadi pada ostemielitis hematogen akut tergantung pada


usia,daya tahan klien,lokasi infeksi,dan virulensi kuman.Infeksi terjadi melalui
saluran darah dari focus ditempat laindalam tubuh pada fase bakteremiadan dapat
menimbulkan septikimia.Embulus infeksi kemudian masuk ke dalam juksta empifisis
pada daerah metafisis tulang panjang.Proses selanjutnya adalah tejadi hiperemia dan
edema di daerah metafisis di sertai dengan pembentukan pus.Terbentuknya pus ketika
jaringan tulangtidak dapat bersekpensi,menyebabkan tekanan dalam tulang
meningkat.Peningkatan tekanan dalam tulang menyebabkan terjadinya sirkulasi dan
timbul trombosispada pembuluh darah tulang dan akhirnya menyebabkan nekrosis
tulang. Disamping proses yang di sebutkan di atas,pembentukan tulang baru yang
ektensif terjadi pada dalam poreosteus sepanjang deafisis(terutam pada anak-anak)
sehingga terbentuk suatu lingkuangan tulang seperti peti mayatdengan jaringan
sekuestrum di dalam nya. Proses ini terlihat jelas pada akhir minggu ke dua.Apabial
pus menembus tulang ,terjadi pengalian pus (discharge)keluar melalui lubang yang di
sebut kloakaatau melalui sinus pada jaringan lunak dan kulit.

Pada tahap selanjutnya, penyakit osteomielitis kronis.Pada daerah tulang


kanselus,infeksi dapat terlokalisasi serta diliputi oleh jaringan fibrosa yang
membentuk abses tulang kronis.

4. Manifestasi Klinik Osteomielitis

Terkadang osteomielitis tidak menyebabkan tanda ataupun gejala, jika ada


sekalipun tanda dan gejalanya seringkali tidak spesifik, dan sulit dibedakan dengan
kondisi lainnya. Kondisi ini terutama banyak dialami oleh bayi, orang dewasa, usia
lanjut, dan orang dengan sistem kekebalan tubuh yang rendah. Gejala – gejala yang
dapat dialami oleh penderita osteomielitis meliputi nyeri pada tulang, demam dan
meriang, keringat berlebihan, pembengkakan, kemerahan, rasa panas dan nyeri di area
yang terinfeksi. Area tersebut pun kaku dan sulit digerakkan.
Diagnostik dari osteomielitis biasanya didasarkan pada tanda dan gejala yang
dicurigai pada pemeriksaan fisik. Misalnya, adanya sakit pada tulang yang disertai
dengan pembengkakan dan kemerahan. Selain itu pemeriksaan laboratorium dan
diagnostik lainnya dilakukan untuk menentukan lokasi dan luasnya penyebaran
infeksi. Dokter mendiagnosis osteomielitis dengan melakukan kombinasi dari
beberapa pemeriksaan yaitu :

1) Tes darah
Kadar tes darah putih akan meningkat jika infeksi terjadi.
Pemeriksaan ini dapat menentukan organisme yang
menyebabkan infeksi. Selain itu, pemeriksaan lain yang dapat
dilakukan adalah apusan tenggorokan, serta kultus urine dan
feses.

2) Imaging test (tes pencitraan), berupa :


a. Foto rontgen, untuk melihat kerusakan pada
tulang. Meski demikian, kerusakan mungkin baru akan
terlihat setelah infeksi terjadi selama beberapa minggu.
b. MRI, untuk memberikan gambaran secara teliti
terhadap tulang dan jaringan lunak di sekitarnya.
c. Bone Scan, untuk menunjukkan aktivitas seluler
dan metabolik pada tulang.
3) Biopsi Tulang, untuk mengetahui jenis kuman yang
menginfeksi tulang.

5. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan laboratorium, pada fase akut ditemukan CPR yang
meninggi, laju endap darah yang meninggi dan leukosit meningkat.
b. Pemeriksaan radiologik, Pada fase akut gambaran radiologic tidak
menunjukkan kelainan. Pada fase kronik ditemukan suatu involukrum dan
skuester.
c. Pemeriksaan darah, Sel darah putih meningkat sampai 30.000 l gr/dl
disertai peningkatan laju endapan darah.
d. Pemeriksaan feses, Pemeriksaan feses untuk kultur dilakukan apabila
terdapat kecurigaan infeksi oleh bakteri salmonella.
e. Bone scan, Pada pemeriksaan sidik tulang dengan menggunakan
tehcnetum-99 maka akan terlihat gambaran abnormal dari tulang berupa
peningkatan uptake pada daerah yang aliran darahnya meningkat dan daerah
pembentukan tulang yang cepat. Dengan sidik tulang ini juga dapat ditemukan
atau ditentukan lokasi terjadinya infeksi atau dapat juga dengan menggunakan
gallium.
f. X Ray, Pada fase akut belum terlihat kelainan-kelainan patologis pada
tulang dan hanya dapat terlihat berupa pembengkakan jaringan lunak saja,
setelah lebih dari 10 hari baru ada perubahan pada gambar X ray yaitu
gambaran “Brodies ances”.

6. Asuhan Keperawatan Osteomielitis


Contoh Kasus
Seorang laki-laki, Tn. D (20 tahun), diduga menderita infeksi bakteri
patogenik dengan keluhan pyrexia, rubor, dolor, dan sinus pada tungkai bawah. Dua
tahun yang lalu, ada riwayat kecelakaan dengan fraktur terbuka pada tungkai bawah
lalu dibawa ke dukun tulang. Pada plain foto didapatkan penebalan periosteum, bone
resorption, sklerosis sekitar tulang, involucrum. Pasien didiagnosa osteomielitis,
didapatkan deformitas, scar tissue, sinus dengan discharge, seropurulent, dan
ekskoriasi sekitar sinus. Klien mengeluh nyeri pada tungkai bawah yang mengalami
fraktur, skala nyeri 7, terasa senut-senut, panas, sifatnya sering, wajah menahan sakit,
akral hangat, bibir kering.Pemeriksaan TTV didapatkan: TD: 130/90 mmHg, S: 39 0C,
N : 100 x/mnt, RR : 22 x/mnt.

Pengkajian
A. Identitas klien : Nama, Jenis kelamin, Umur, Alamat, Pekerjaan, Agama,dsb.
B. Keluhan utama : Pasien yang datang dengan awalan gejala akut (mis. Nyeri
lokal, pembengkakan, eritema, demam) atau kambuhan keluarnya pus dari sinus
disertai nyeri, pembengkakan dan demam sedang.
C. Riwayat penyakit dahulu : Kaji adanya faktor risiko (mis. diabetes, terapi
kortikosteroid jangka panjang) dan cedera, infeksi atau bedah ortopedi
sebelumnya.
D. Riwayat penyakit sekarang : Adanya daerah inflamasi, pembengkakan nyata,
hangat dan nyeri tekan. Pada osteomielitis akut, pasien akan mengalami
kelemahan umum akibat reaksi sistemik infeksi. Pada osteomielitis kronik,
peningkatan suhu mungkin minimal, yang terjadi pada sore dan malam hari.
E. Riwayat psikososial : Adanya stress dapat meningkatka rasa nyeri, merasa
kehilangan kemampuan dan harapan, cemas terhadap kondisi yang dialami saat
ini.

F. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik memperlihatkan adanya daerah inflamasi, pembengkakan nyata,
hangat yang nyeri tekan. Cairan purulen dapat terlihat. Pasien akan mengalami
kelemahan umum akibat reaksi sistemik infeksi, nyeri lokal.
G. Pengkajian Nyeri
a. Provokes/ Palliativ : Pemicu terjadinya nyeri yaitu adanya infeksi,
trauma (mis. Fraktur terbuka, cedera traumatik seperti luka tembak,
pembedahan tulang ).
b. Quality / Quantity : Kualitas dari nyeri seperti ditusuk, terbakar, sakit
seperti digencet. Kuantitas dari nyeri, dimana nyeri terjadi beberapa menit,
jam, hari, bulan, dsb ).
c. Region /radiasi ; daerah di mana nyeri terjadi pada organ tubuh yaitu
pada osteo atau daerah tulang.
d. Severe / scale : intensitas nyeri
e. Time : waktu terjadinya nyeri, pada waktu pagi hari, siang, atau malam
hari.

Diagnosa
1. Nyeri yang berhubungan dengan inflamasi dan pembengkakan.

2. Kerusakan mobilitas fisik yang berhubungan dengan nyeri, tidak


nyaman, kerusakan muskuloskeletal, anjuran imobilitas.

3. Kerusakan integritas jaringan yang berhubungan dengan proses


supurasi di tulang, luka fraktur terbuka, sekunder akibat infeksi inflamasi
tulang.
4. Hipertermia berhubungan dengan proses infeksi, peningkatan
kecepatan metabolik.

5. Defisit pengetahuan tentang pengobatan berhubungan dengan


keterbatasan informasi, interpretasi yang salah terhadap informasi.
Analisa Data
DATA ETIOLOGI PROBLEM
DO: Inflamasi, infeksi, Gangguan rasa
 Wajah pasien tampak meringis, menahan bengkak, hipertermia, nyaman: nyeri
sakit, dan sering mengeluh tentang nekrosis jaringan, fraktur.
sakitnya.
 suhu tubuh pasien 390C.
 terdapat bekas fraktur pada tungkai
bawah, scar tissue, sinua dengan
discharge, seropurulen, dan ekskoriasi.

DS:
Pasien mengatakan bahwa;
P: nyeri terasa apabila dipegang atau
diraba.
Q: nyeri terasa panas, senut- senut
R: nyeri terasa pada bagian tungkai
bawah yang mengalami fraktur
S: skala nyeri pasien 7
T: nyeri sifatnya sering dan terus
menerus.
DO: Nyeri, tidak nyaman, Kerusakan
 Terdapat penebalan periosteum, bone
kerusakan mobilitas fisik
resorption, sclerosis sekitar tulang.
muskuloskeletal, anjuran
 Terdapat scar tissue dan bekas fraktur
imobilitas
pada tungkai bawah.

DS:
 Pasien mengatakan nyeri, tidak nyaman
pada tungkai bagian bawah.
DO: Proses penyakit, Risiko fraktur
 Terdapat penebalan periosteum, bone
penyebaran infeksi patologi
resorption, sclerosis sekitar tulang.
 Terdapat scar tissue dan bekas fraktur
pada tungkai bawah.

DS:
 Pasien mengatakan nyeri, tidak nyaman
pada tungkai bagian bawah.

DO: Proses infeksi, Hipertermia


 Suhu tubuh pasien 390C.
peningkatan kecepatan
 Akral hangat
 Terdapat rubor metabolik.
 Frekuensi napas meningkat: 22x/mnt

DS:
 Pasien mengeluh badannya panas.
DO: Keterbatasan informasi, Defisit
 Pasien selalu mengeluh, gelisah,
interpretasi yang salah pengetahuan
dan selalu bertanya.
terhadap informasi.
DS:
 Pasien mengatakan bahwa dirinya
pernah datang ke dukun tulang untuk
mengobati penyakitnya.

INTERVENSI
1. Nyeri yang berhubungan dengan proses inflamasi dan pembengkakan
Tujuan: nyeri berkurang, hilang, atau teratasi.
Kriteria hasil: secara subyektif, klien melaporkan nyeri berkurang atau dapat diatasi,
mengidentifikasi aktivitas yang meningkatkan atau mengurangi nyeri. Klien tidak
gelisah. Skala nyeri 0-1 atau teratasi.
Intervensi Rasional
Mandiri
a. Kaji nyeri dengan skala 0-4 a. Nyeri merupakan respon subyaktif yang
dapat dikaji dengan menggunakan skala
nyeri. Klien melaporkan nyeri biasanya di
atas tingkat cidera.
b. Imobilisasi yang adekuat dapat mengurangi
b. Atur posisi imobilisasi pada daerah
nyeri pada daerah nyeri sendi atau nyeri di
nyeri sendi atau nyeri di tulang yang
tulang yang mengalami infeksi.
mengalami infeksi.
c. Nyeri dipengaruhi oleh kecemasan ,
c. Bantu klien dalam mengidentifikasi
pergerakan sendi
factor pencetus.
d. Pendekatan dengan menggunakan relaksasi
d. Jelaskan dan bantu klien terkait
dan tindakan nonfarmakologi lain
dengan tindakan peredaran nyeri
menunjukkan keefektifan dalam
nonfarmakologi dan noninvasi.
mengurangi nyeri.
e. Ajarkan relaksasi: teknik e. Teknik ini melancarkan peredaran darah
mengurangi ketegangan otot rangka sehingga kebutuhan O2 pada jaringan
yang dapat mengurangi intensitas terpenuhi dan nyeri berkurang.
nyeri dan meningkatkan relaksasi
masase.
f. Ajarkan metode distraksi selama
f. Mengalihkan perhatian klien terhadap nyeri
nyeri akut.
ke hal-hal yang menyenangkan.
g. Beri kesempatan waktu istirahat bila
g. Istirahat merelaksasi semua jaringan
terasa nyeri dan beri posisi yang
sehingga meningkatkan kenyamanan.
nyaman (misal: ketika tidur,
punggung klien diberi bantal kecil).
h. Tingkatkan pengetahuan tentang
penyebab nyeri dan hubungan
h. Pengetahuan tersebut membantu
dengan beberapa lama nyeri akan
mengurangi nyeri dan dapat membantu
berlangsung.
meningkatkan kepatuhan klien terhadap
rencana terapeutik.
Kolaborasi
Pemberian analgesik

Analgesik memblok lintasan nyeri sehingga


akan berkurang.
2. Kerusakan mobilitas fisik yang berhubungan dengan nyeri, tidak nyaman,
kerusakan muskuloskeletal, anjuran imobilitas.

Tujuan: meningkatkan/mempertahankan mobilitas pada tingkat paling tinggi yang


mungkin.

Kriteria Hasil: Pasien mampu :

a. mempertahankan posisi fungsional.

b. meningkatkan kekuatan/fungsi yang sakit dan mengkompensasi bagian tubuh.

c. menunjukkan teknik yang memampukan melakukan aktivitas

Intervensi Rasional
Mandiri:
a. Kaji derajat imobilitas yang dihasilkan a. Pasien mungkin dibatasi oleh pandangan
oleh cedera/pengobatan dan perhatikan diri/persepsi diri tentang keterbatasan fisik
persepsi pasien terhadap imobilisasi aktual, memerlukan informasi, intervensi
b. Dorong partisipasi pada aktivitas untuk meningkatkan kemajuan kesehatan.
terapeutik/rekreasi.
b. Memberikan kesempatan untuk
mengeluarkan energi, memfokuskan
kembali perhatian, meningkatkan rasa
c. Instruksikan pasien untuk/bantu dalam kontrol diri/harga diri dan membantu
rentang gerak pasien menurunkan isolasi sosial.
c. Meningkatkan aliran darah ke otot dan
tulang untuk meningkatkan tonus otot,
mempertahankan gerak sendi, mencegah
d. Dorong penggunaan latihan isometrik kontraktur/atrofi, dan resorpsi kalsium
mulai dengan tungkai yang tak sakit. karena tidak digunakan.
d. Kontraksi otot isometrik tanpa menekuk
e. Bantu/dorongperawatandiri/kebersihan sendi atau menggerakkan tungkai dan
(contoh: mandi, mencukur. membantu mempertahankan kekuatan dan
f. Berikan/bantu dalam movilizáis dengan masa otot.
cursi roda, kruk, tongkat, sesegera e. Meningkatkan kekuatan otot dan sirkulasi,
mungkin. Instruksikan keamanan dalam meningkatkan kontrol pasien dalam situasi,
menggunakan alat mobilitas. dan meningkatkan kesehatan diri langsung.
f. Mobilisasi dini menurunkan komplikasi
g. Awasi TD dengan melakukan aktivitas. tirah baring (contoh: flebitis) dan
Perhatikan keluhan pusing. meningkatkan penyembuhan dan
normalisasi fungsi organ. Belajar
memperbaiki cara menggunakan alat
penting untuk mempertahankan mobilisasi
optimal dan keamanan pasien.
Kolaborasi: g. Hipotensi postural adalah masalah umum
Konsul dengan ahli terapi fisik/okupasi menyertai tirah baring lama dan
dan/atau rehabilitasi spesialis. memerlukan intervensi khusus (contoh:
kemiringan meja dengan peninggian secara
bertahap sampai posisi tegak).

Kolaborasi:
Berguna dalam membuat aktivitas
individual/program latihan. Pasien dapat
memerlukan bantuan jangka panjang dengan
gerakan, kekuatan, aktivitas, yang
mengendalikan berat badan, juga penggunaan
alat.

3. Kerusakan integritas jaringan yang berhubungan dengan proses supurasi


di tulang, luka fraktur terbuka, sekunder akibat infeksi inflamasi tulang.
Tujuan: integritas jaringan membaik secara optimal
Kriteria hasil: pertumbuhan jaringan meningkat, keadaan luka membaik,
pengeluaran pus pada luka tidak ada lagi, luka menutup.

Intervensi Rasional
Mandiri
a. Kaji kerusakan jaringan lunak a. Menjadi data dasar untuk memberi
informasi tentang intervensi perawatan luka,
alat, dan jenis larutan apa yang akan
digunakan.
b. Perawatan luka dengan tehnik steril dapat
b. Lakukan perawatan luka : lakukan
mengurangi kontaminasi kuman langsung
perawatan luka dengan tehnik steril.
c. Kaji keadaan luka dengan tehnik ke area luka.
c. Manajemen membuka luka dengan
membuka balutan dan mengurangi
mengguyur larutan NaCl ke perban dapat
stimulus nyeri, bila perban melekat
mengurangi stimulus nyeri dan dapat
kuat, perban diguyur dengan NaCl.
menghindari terjadinya perdarahan pada
luka osteomielitis kronis akibat perban yang
d. Larutkan pembilasan luka dari arah
kering oleh pus.
dalam keluar dengan larutan NaCl.
d. Tehnik membuang jaringan dan kuman
e. Tutup luka dengan kasa steril atau
diarea luka sehingga keluar dari area luka.
kompres dengan NaCl yang
dicampur dengan antibiotik. e. NaCl merupakan larutan fisiologis yang
lebih mudah diabsorbsi oleh jaringan
daripada larutan antiseptik. NaCl yang
dicampur dengan antibiotik dapat
f. Lakukan nekrotomi pada jaringan mempercepat penyembuhan luka akibat
yang sudah mati. infeksi osteomielitis.
g. Rawat luka setiap hari atau setiap f. Jaringan nekrotik dapat menghambat
kali bila pembalut basah atau kotor. penyembuhan luka.
h. Hindari pemakaian peralatan g. Memberi rasa nyaman pada klien dan dapat
perawatan luka yang sudah kontak membantu meningkatkan pertumbuhan
dengan klien osteomielitis, jangan jaringan luka.
h. Pengendalian infeksi nosokomial dengan
digunakan lagi untuk melakukan
menghindari kontaminasi langsung dari
perawatan luka pada klien lain.
i. Gunakan perban elastis dan gips perawatan luka yang tidak steril.
pada luka yang disertai kerusakan
tulang atau pembengkakan sendi.

j. Evaluasi perban elastis terhadap i. Pada klien osteomielitis dengan kerusakan


resolusi edema. tulang, stabilitas formasi tulang sangat labil.
Gips dan perban elastis dapat membantu
k. Evaluasi kerusakan jaringan dan memfiksasi dan mengimobilisasi sehingga
perkembangan pertumbuhan dapat mengurangi nyeri.
j. Pemasangan perban elastis yang terlalu kuat
jaringan dan lakukan perubahan
dapat menyebabkan edema pada daerah
intervensi bila pada waktu yang
distal dan juga menambah nyeri pada klien.
ditetapkan tidak ada perkembangan
k. Adanya batasan waktu selama 7x24 jam
pertumbuhan jaringan yang optimal.
dalam melakukan perawatan luka klien
osteomielitis menjadi tolok ukur
Kolaborasi
keberhasilan intervensi yang diberikan.
a. Kolaborasi dengan tim bedah untuk
Apabila masih belum mencapai kriteria
bedah perbaikan pada kerusakan
hasil sebagainya kaji ulang faktor-faktor
jaringan agar tingkat kesembuhan
yang menghambat pertumbuhan jaringan
dapat dipercepat.
luka.

b. Pemeriksaan kultur jaringan (pus)


a. Bedah perbaikan terutama pada klien fraktur
yang keluar dari luka
terbuka luas sehingga menjadi pintu masuk
kuman yang ideal. Bedah perbaikan
biasanya dilakukan setelah masalah infeksi
c. Pemberian antibiotik/antimikroba
osteomielitis teratasi
b. Manajemen untuk menentukan antimikroba
yang sesuai dengan kuman yang sensitif
atau resisten terhadap beberapa jenis
antibiotik.
c. Antimikroba yang sesuai dengan hasil
kultur (reaksi sensitif) dapat membunuh
atau mematikan kuman yang menginvasi
jaringan tulang.

4. Hipertermia berhubungan dengan proses infeksi, peningkatan kecepatan


metabolik.

Tujuan: Pasien akan menunjukkan termoregulasi, yaitu merupakan keseimbangan di


antara produksi panas, peningkatan panas, dan kehilangan panas.
Kriteria Hasil: suhu kulit dalam rentang yang diharapkan, suhu tubuh dalam batas
normal, nadi dan pernapasan dalam rentang yang diharapakan, perubahan warna kulit
tidak ada, keletihan tidak tampak.

Intervensi Rasional
Mandiri:
a. Pantau terhadap tanda hipertermia a. kewaspadaan terhadap hipertermia malignan
maligna (misalnya demam, takipnea, dapat mencegah atau menurunkan respon
aritmia, perubahan tekanan darah, hipermetabolik terhadap obat-obatan
bercak pada kulit, kekakuan, dan farmakologis yang digunakan selama
berkeringat banyak). pembedahan.
b. Pantau suhu minimal setiap dua jam,
sesuai dengan kebutuhan. Pantau b. Regulasi suhu dapat mencapai atau
warna kulit dan suhu secara kontinu. mempertahankan suhu tubuh yang diinginkan
c. Pantau tanda vital selama intraoperasi.

c. Pemantauan tanda vital seperti pengumpulan


dan analisis data kardiovaskuler, respirasi,
Kolaborasi: suhu tubuh untuk menentukan serta
a. Berikan obat antipiretik sesuai mencegah komplikasi.
dengan kebutuhan.
b. Gunakan matras dingin dan mandi air a. Obat antipiretik digunakan untuk
hangat menurunkan suhu tubuh.
b. Matras dingin dan mandi air hangat
digunakan untuk mengatasi gangguan suhu
tubuh, sesuai dengan kebutuhan.

5. Defisit pengetahuan tentang pengobatan berhubungan dengan keterbatasan


informasi, interpretasi yang salah terhadap informasi.

Tujuan: pasien menyatakan pemahaman kondisi, prognosis, dan pengobatan.

Kriteria Hasil: melakukan prosedur yang diperlukan dan menjelaskan alasan dari
suatu tindakan, memulai perubahan gaya hidup yang diperlukan dan ikut serta dalam
regimen perawatan
intervensi Rasional
a. kaji ulang patologi, prognosis dan a. memberikan dasar pengetahuan dimana pasien
harapan yang akan datang dapat membuat pilihan informasi.
b. Memberikandukungancara- b. Sebagianbesarosteomilitismemerlukanpenopang
caramobilisasidanambulasisebagaim selama proses pe-
ana yang dianjurkanolehbagi- an nyembuhansehinggaketerlambatanpe-
fisioterapi. nyembuhandisebab- kanolehpenggunaanalat
c. Memilah-milahaktif- itas yang bantu yang kurangtepat.
bisamandiridan yang harusdibantu. c. Mengorganisasikankegiatan yang
d. identifikasi tersedianya sumber diperlukandansiapa yang perlumenolongnya.
pelayanan di masyarakat , contoh (apakahfisioterapi, perawatatauke- luarga).
tim rehabilitasi, pelayanan d. Memberikan bantuan untuk memudahkan
perawatan dirumah perawatan diri dan mendukung kemandirian .
meningkatkan perawatan diri optimal dan
e. Ajarkan cara teknik balutan secara pemulihan
steril dan dan teknik kompres e. Memudahkan perawatan diri dan menjaga
hangat. terjadi infeksi secara mandri dan optimal

BAB III

PENUTUP

1. Kesimpulan
Osteomielitis adalah infeksi tulang yang disebabkan bakteri dan jamur.
Kondisi ini jarang terjadi, namun dapat menimbulkan dampak serius. Infeksi bakteri
pada tulang ini dapat menyebar dari aliran darah ke tulang. Penyebab utama
osteomielitis adalah bakteri Staphylococcus aureus. Semua orang dapat mengalami
osteomielitis. Namun, terdapat faktor-faktor yang dapat meningkatkan risiko terkena
infeksi tulang.
Patologi yang terjadi pada ostemielitis hematogen akut tergantung pada
usia,daya tahan klien,lokasi infeksi,dan virulensi kuman. Diagnostik dari osteomielitis
biasanya didasarkan pada tanda dan gejala yang dicurigai pada pemeriksaan fisik.
Misalnya, adanya sakit pada tulang yang disertai dengan pembengkakan dan
kemerahan. Selain itu pemeriksaan laboratorium dan diagnostik lainnya dilakukan
untuk menentukan lokasi dan luasnya penyebaran infeksi.

2. Saran
Untuk pembaca makalah ini, untuk lebih giat mempelajari dan menelaah
pelajaran khususnya materi keperawatan medikal bedah dan dapat mengamalkannya
serta mengingatkan penulis untuk memperbaiki kesalahan yang terdapat dalam
makalah ini.

DAFTAR PUSTAKA

Biologi, G. (2019, September 1). Muskuloskeletal - Pengertian, Sistem, Beserta


Gangguan. Dipetik Maret 2, 2020, dari Ekosistem.co.id:
https://ekosistem.co.id/muskuloskeletal/

Nahrowy. (2013, 01 31). Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan


Osteomielitis. Dipetik Maret 02, 2020, dari
https://nahrowy.wordpress.com/2013/01/31/asuhan-keperawatan-pada-
pasien-dengan-osteomieltis/

Ortopedi, B. (2017, 11 20). Patofisiologi Osteomielitis. Dipetik Maret 02, 2020,


dari JasaJurnal.com: http://www.jasajurnal.com/patofisiologi-
osteomielitis/

Riyantama, R. (2018, Oktober 10). Saat Demam Tapi Justru Kedinginan, Ini
Penyebabnya. Dipetik Maret 02, 2020, dari SUARA.com:
https://www.google.com/search?
q=pyrexia+adalah&rlz=1C1GYPOenID769ID796&oq=pyrexia&aqs=c
hrome.1.69i57j0l7.4484j0j7&sourceid=chrome&ie=UTF-8

Tan, L., & Widiastuti. (2019, Januari 30). Osteomielitis. Dipetik Maret 02, 2020,
dari Sehatq.com: https://www.sehatq.com/penyakit/osteomielitis

Willy, T. (2016, Agustus 27). Osteomielitis. Dipetik Maret 02, 2020, dari
ALODOKTER: https://www.alodokter.com/osteomielitis

Anda mungkin juga menyukai