Anda di halaman 1dari 35

PROPOSAL PENELITIAN

GAMBARAN KESIAPAN MOBILISASI PASIEN FRAKTUR

(Guna Memenuhuhi Tugas Mata Kuliah Metodologi Riset)

Dosen Pengampu: Ns. Yunani, M. Kep, Sp. MB

Disusun Oleh:

1. Amelia Yeni Ansista (1801005)


2. Fajar Adityawan (1801011)
3. Indah Rosalinda (1801017)
4. Lilia Intan Permatasari (1801022)
5. Safriliani Dwi Astuti (1801037)
6. Sapna Nurullita (1801038)
7. Yashinta Mutiara Dewi (1801046)
8. Yulius Budi Kristianto (1801047)

PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KARYA HUSADA SEMARANG
2020/2021

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat-Nya sehingga tugas
ini dapat tersusun hingga selesai. Kami berharap semoga proposal penelitian ini
dapat menambah pengetahuan dan pengalaman untuk para pembaca. Bahkan kami
berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa pembaca praktekkan dalam
kehidupan sehari-hari.

Kami yakin masih banyak kekurangan dalam penyusunan proposal


penelitian ini karena terbatas pengetahuan dan pengalaman kami. Untuk itu kami
sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan proposal penelitian kami.

Semarang, 11 April 2020

Penyusun

2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................2
DAFTAR ISI...........................................................................................................3
BAB I.......................................................................................................................6
PENDAHULUAN...................................................................................................6
Latar Belakang...................................................................................................6
B. Rumusan Masalah.........................................................................................7
C. Tujuan Penelitian...........................................................................................7
D. Manfaat Penelitian........................................................................................7
E. Originalitas Penelitian...................................................................................8
BAB II....................................................................................................................11
TINJAUAN PUSTAKA.......................................................................................11
Tinjauan Teori...................................................................................................11
Pengertian......................................................................................................11
Etiologi/ Predisposisi.....................................................................................11
Manifestasi Klinis.........................................................................................12
Tujuan Mobilisasi.........................................................................................13
Jenis- Jenis Mobilisasi..................................................................................13
Tanda dan Gejala..........................................................................................15
Faktor yang Mempengaruhi Mobilisasi.....................................................16
Komplikasi.....................................................................................................18
Klasifikasi Fraktur.......................................................................................18
Pemeriksaan Penunjang (NIC NOC,2015).................................................20
Kerangka Teori.................................................................................................20
Variabel Penelitian...........................................................................................21
BAB III..................................................................................................................22
METODE PENELITIAN....................................................................................22
Jenis dan Desain Penelitian.............................................................................22
Populasi dan Sampel, dan Teknik Sampling..................................................22
Waktu dan Tempat Penelitian.........................................................................24
Definisi Operasional.........................................................................................24

3
Alat Pengumpulan Data...................................................................................25
Prosedur Pengumpulan Data..........................................................................26
Pengolahan dan Analisis Data.........................................................................28
Etika Penelitian.................................................................................................32
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................35

4
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Fraktur adalah patah tulang atau terputusnya kontinuitas jaringan
tulang yang ditentukan sesuai dengan jenis dan luasnya (Smeltzer&
Bare:2013). Akibat terjadinya fraktur dapat mengakibatkan keterbatasn
gerak (hambatan mobilitas), terutama daerah sendi yang terjadi fraktur dan
sendi yang ada di daerah sekitarnya (HutafulIhtisan, Abid:2017).
Salah satu penatalaksanaan yang sering dilakukan pada kasus
fraktur adalah tindakan operatif atau pembedahan. Penatalaksanaan fraktur
tersebut dapat mengakibatkan masalah atau komplikasi seperti kesemutan,
nyeri, kekakuan otot, bengkak atau edema serta pucat pada anggota gerak
yang dioperasi (Carpintero, P: 2014). Masalah tersebut dapat disebabkan
oleh beberapa faktor salah satunya adalah kurang atau tidak dilakukannya
mobilisasi dini pasca pembedahan (Lestari, Y. E:2014). Pasien fraktur
dapat terjadi diskontinuitas jaringan tulang yang ditandai dengan nyeri,
krepitasi, gangguan mobilisasi, sehingga pasien harus segera
diimobilisasikan. Kebutuhan mobilisasi merupakan sesuatu yang vital bagi
pasien untuk kelangsungan kehidupannya (Marlina:2017).
Mobilisasi merupakan kemampuan yang dimiliki oleh setiap orang
untuk bergerak dalam lingkungan sekitarnya untuk kepentingan
pemenuhan kebutuhan sehari-hari (Activities of Daily Living/ADL) serta
pemenuhan terhadap peran yang diembannya dengan kemampuan tersebut
seseorang dapat melakukan aktifitas fisik yang bersifat kebutuhan dasar,
olahraga serta mampu berpartisipasi dalam kegiatan baik dilingkungan
keluarga, kelompok maupun sosial kemasyarakatan. Tercapainya keadaan
tersebut diperlukan fungsi-fungsi system tubuh yang adekuat, sehingga
tidak terjadi keterbatasan baik fisik maupun psikologis (Marlina :2017).

5
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah pada penelitian ini adalah “Bagaimana Gambaran
Kesiapan Mobilisasi Pasien Fraktur”.

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mengetahui kesiapan mobilisasi pada pasien fraktur.
2. Tujuan Khusus
a. Mendeskripsikan kesiapan mobilisasi pasien fraktur.
D. Manfaat Penelitian
1. Pasien Fraktur
Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan dan
kesiapan pasien fraktur dalam melakukan mobilisasi. Selain itu,
penelitian ini diharapkan juga dapat membantu meningkatkan
kemandirian pasien dalam berlatih mobilisasi baik saat berada di
rumah sakit maupun setelah pulang dari rumah sakit.
2. Bagi Rumah Sakit dan Profesi Keperawatan
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi motivasi perawat dalam
memberikan kesiapan kepada pasien fraktur untuk memudahkan
dalam melakukan mobilisasi.
3. Bagi Perguruan Tinggi
Hasil penelitian ini bermanfaat sebagai tambahan data dasar dalam
penelitian selanjutnya, menjadi bahan referensi, menambah
informasi dan menambah studi literatu rmahasiswa mengenai
pelaksanaan dengan kesiapan pasien dalam mobilisasi pada pasien
fraktur.
4. Peneliti
Penelitian ini dapat menambah wawasan, pengetahuan, kreativitas
dalam rangka penerapan ilmu pengetahuan manajemen

6
keperawatan khususnya tentang pelaksanaan dengan kesiapan
mobilisasi pada pasien fraktur.

E. Originalitas Penelitian

Tabel 1.1 Originalitas Penelitian


Nama Judul peneliti Metode Hasil Perbedaan
Peneliti/
tahun

Murti Pengaruh Desain Hasil penelitian Pada penelitian yang


Wandarti, perencanaanp penelitian ini menunjukkan dilakukan oleh Murti
SwannyTrik ulang terhadap adalah Quasy bahwa kesiapan Wandarti dan
ajanti kesiapan pasien Eksperimental pasien pulang Swanny Trikajanti
(2016) pulang pada dengan sebelum dilakukan variable penelitian
pasien ibu nifas pendekatan One perencanaan discharge planning
di RS Panti Group Pretest pulang sebagian dan kesiapan pasien
Wilasa Citarum Posttest. Teknik besar menyatakan pulang dengan
Semarang sampling siap yaitu sebanyak responden ibu nifas,
menggunakante 49 (87,5%). desain penelitian
knik purposive kesiapan pulang yang digunakan
sampling pasien setelah Quasy
dilakukan Eksperimental
perencanaan dengan pendekatan
pulang sebagian One Group Pretest
besar menyatakan Posttest, sedangkan
siap yaitu sebanyak pada penelitian ini
53 (94,6%) variabel yang
responden digunakan adalah
discharge planning
dengan kesiapan
dalam mobilisasi,
responden pada
pasien fraktur,
dengan desain
penelitian cross
sectional.

Erni Pengaruh Metode Hasil penelitian ini Pada penelitian yang

7
Suprapti discharge penelitian menunjukkan dilakukan Erni
(2017) planning dengan metode bahwa setelah Suprapti variable
Quasy dilakukan penelitiannya
terstruktur untuk
experiment (non intervensi dengan pengaruh discharge
meningkatkan blinded, non mobilsasi pasien planning terstruktur,
kesiapan pasien random with terstruktur, kesiapan pasien
control group pengetahuan menghadapi
TB paru
design), maupun pemulangan, dan
menghadapi pengambilansam keterampilan respondennya pasien
pemulangan pel dengan total kelompo TB. Sedangkan pada
sampling kintervensi dalam penelitian
(Studi
menghadapi inivariabelnya
eksperimentaldi pemulangan lebih pelaksanaan
RSUD Tugurejo tinggi secarab discharge planning,
dan RSUD Kota ermaknad kesiapan pasien
ibandingkan dalam mobilisasi
Semarang kelompok kontrol dengan responden
(p = 0,0001), pasien fraktur
mobilisasi
terstruktur terbukti
efektif secara
bermakna
meningkatkan
kesiapan pasien
dalam menghadapi
pemulangan, baik
dari aspek
pengetahuan
maupun
keterampilan.

Riana Nurul Hubungan Penelitian ini Penelitian ini Pada penelitian


Iza (2018) tingkat merupakan menyimpulkan Riana Nurul Iza
kecemasan penelitian bahwa karakteristik variabel penelitian
dengan deskriptif pasien post operatif yang diambil adalah
pelaksanaan korelasi dengan fraktur femur tingkat kecemasan,
mobilisasi dini pendekatan sebagian besar pelaksanaan
cross sectional
pada pasien post adalah berumur < mobilisasi dini
operatiffraktur 30 tahun, tingkat dengan responden
femur di RSO kecemasan pasien post operatif
Prof. Dr. sebagian besar fraktur femur,

8
Soeharso adalah kecemasan sedangkan pada
Surakarta sedang, serta penelitian ini
pelaksanaan variabelnya adalah
mobilisasi dini pelaksanaan
sebagian besar discharge planning,
tidak terlaksana. kesiapan pasien
Berdasarkan hasil dalam mobilisasi
analisis bivariat dengan responden
didapatkan adanya pasien fraktur
hubungan antara
tingkat kecemasan
dengan
pelaksanaan
mobilisasi dini
pada pasien post
operatif

9
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teori
1. Konsep Mobilisasi

a. Pengertian
Mobilisasi dini merupakan aktivitas yang dilakukan pasien post
pembedahan dimulai dari latihan ringan di atas tempat tidur (latihan
pernafasan, latihan batuk efektif dan menggerakkan tungkai) sampai
dengan pasien bisa turun dari tempat tidur, berjalan ke kamar mandi dan
berjalan keluar kamar.

Fraktur dapat terjadi di bagian ekstremitas atau anggota gerak


tubuh yang disebut dengan fraktur ekstremitas. Fraktur ekstremitas
merupakan fraktur yang terjadi pada tulang yang membentuk lokasi
ekstremitas atas (tangan, lengan, siku, bahu, pergelangan tangan, dan
bawah (pinggul, paha, kaki bagian bawah, pergelangan kaki). Fraktur
dapat meimbulkan pembengkakan, hilangnya fungsi normal, deformitas,
kemerahan, krepitasi, dan rasa nyeri (Ghassani,2016).

b. Etiologi/ Predisposisi

1) Cedera Traumatik
Cidera traumatik disebabkan oleh:
a) Cidera langsung berarti pukulan langsung terhadap tulang sehingga tulang
patah secara spontan. Pemukulan biasanya menyebabkan fraktur melintang
dan kerusakan pada kulit diatasnya.
b) Cidera tidak langsung berarti pukulan langsung berada jauh dari lokasi
benturan, misalnya jatuh dengan tangan berjulur dan menyebabkan fraktur
klavikula.
c) Fraktur yang disebabkan kontraksi keras yang mendadak dari otot dan kuat.
2) Fraktur Patologik
Dalam hal ini kerusakan tulang akibat proses penyakit dimana
dengan trauma minor dapat mengakibatkan fraktur pada bebagai
keadaan berikut:
a) Tumor tulang (jinak atau ganas): pertumbuhan jaringan baru yang tidak
terkendali dan progresif.
b) Infeksi seperti osteomielitis: dapat terjadi sebagai akibat infeksi akut atau
dapat timbul sebagai salah satu proses yang progresif, lambat dan sakit nyeri.
c) Rakhitis: suatu penyakit tulang yang disebabkan oleh defisiensi vitamin D
yang mempengaruhi semua jaringan skelet lain, biasanya disebabkan
kegagalan absorbsi vitamin D atau karena asupan kalsium atau fosfat yang
rendah.
3) Secara Spontan
Disebabkan oleh stress tulang yang terus menerus misalnya pada
penyakit polio dan orang yang bertugas dikemiliteran.[18]

b. Manifestasi Klinis
Menurut Smeltzer & Bare (2013), manifestasi klinis fraktur adalah
nyeri, hilangnya fungsi, deformitas, pemendekan ekstremitas, krepitasi,
pembengkakan lokal dan perubahan warna yang dijelaskan secara rinci
sebagai berikut:
1) Nyeri terus menerus dan bertambah beratnya sampai fragmen tulang
diimobilisasi. Spasme otot yang menyertai fraktur merupakan bentuk bidai
alamiah yang dirancang untuk meminimalkan gerakan antar fragmen tulang.
2) Setelah terjadi fraktur, bagian- bagian tidak dapat digunakan dan cenderung
bergerak secra tidak alamiah. Pergeseran fragmen pada fraktur menyebabkan
deformitas, ekstremitas yang bias diketahui dengan membandingkan dengan
ekstremitas yang normal. Ekstremitas tak dapat berfungsi dengan baik karena
fungsi normal otot berga ntung pada integritas tulang tempat melekatnya otot.
3) Pada fraktur panjang terjadi pemendekan tulang yang sebenarnya karena
kontraksi otot yang melekat diatas dan bawah tempat fraktur.

11
4) Saat ekstremitas diperiksa dengan tangan, teraba adanya derik tulang yang
disebut krepitus.
5) Pembengkakan dan perubahan warna lokal pada kulit terjadi sebagai akibat
trauma dan perdarahan yang mengikuti fraktur.

c. Tujuan Mobilisasi
Beberapa tujuan dari mobilisasi menurut susan J. Garrison dalam
Stevanus (2016) adalah:
1) Mempertahankan fungsi tubuh
2) Memperlancar peredaran darah
3) Membantu pernafasan menjadi lebih baik
4) Mempertahankan tonus otot
5) Memperlancar eliminasi alvi dan urine
6) Mempercepat proses penutupan jahitan operasi
7) Mengembalikan aktivitas tertentu, sehingga pasien dapat kembali
normal dan atau dapat memenuhi kebutuhan gerak harian.

d. Jenis- Jenis Mobilisasi


1) Mobilisasi penuh
Mobilisasi penuh merupakan kemampuan seseorang untuk bergerak
secara penuh dan bebas sehingga dapat melakukan interaksi sosial
dan dapat menjalankan peran sehari- hari.
2) Mobilisasi Sebagian
Mobilisasi sebagian merupakan kemampuan seseorang untuk
bergerak dengan batasan jelas dan tidak mampu bergerak secara
bebas karena dipengaruhi oleh gangguan saraf motorik dan sensorik
pada area tubuh.

Mobilitas sebagian dapat dibagi menjadi 2, yaitu:


a) Mobilisasi sebagian temporer, merupakan kemampuan individu untuk
bergerak dengan batasan yang sifatnya hanya sementara. Hal tersebut dapat

12
disebabkan karena trauma refersibel pada sistem muskuloskeletal, contohnya
adalah dislokasi sendi dan tulang.
b) Mobilisasi sebagian permanen, merupakan kemampuan individu untuk
bergerak dengan batasan yang sifatnya menetap. Hal tersebut disebabkan oleh
rusaknya sistem saraf reversible, contohnya terjadi hemiplegia karena stroke,
paraplegia karena cedera tulang belakang.
e. Tanda dan Gejala
Post operasi fraktur Menurut Apley (2010) tanda dan gejala post operasi
fraktur ekstremitas adalah:
a. Oedem di area sekitar fraktur, akibat luka insisi sehingga tubuh
memberikanresponinflamasiataskerusakanjaringansekitar.
b. Rasa nyeri, akibat luka fraktur dan luka insisi operasi serta oedem di
area fraktur menyebabkan tekanan interstitial sehingga akan menekan
noiceptor dan menimbulkan nyeri.
c. Keterbatasan lingkup gerak sendi akibat oedem dan nyeri pada luka
fraktur maupun luka insisi menyebabkan pasien sulit bergerak,
sehingga akan menimbulkan ganguan atau penurunan lingkup gerak
sendi.
d. Penurunan kekuatan otot, akibat oedem dan nyeri dapat menyebabkan
penurunanan kekuatan otot karena pasien tidak ingin menggerakkan
bagian ekstremitasnya dan dalam jangka waktu yang lama akan
menyebabkan disused atrophy. Kebanyakan pasien merasa takut untuk
bergerak setelah operasi karena merasa nyeri pada luka operasi dan
luka trauma (Smeltzer&Bare,2013).
e. Functional limitation,
akibat oedem dan nyeri sertapenyambungan tulang oleh kalus yang
belum sempurna sehingga pasien belum mampu menumpu berat
badannya dan melakukan aktifitas sehari-hari, seperti transfer,
ambulasi, jongkok berdiri, naik turun tangga, keterbatasan untuk
berkemih dan buang air besar.
f. Disability
akibat nyeri dan odeam serta keterbatasan fungsional sehingga pasien
tidak mampu bersosialisasi dengan lingkungan sekitarnya.

g. Pelaksanaan Mobilisasi
Melaksanaan Mobilisasi dini pada pasien pasca operasi Dalam
pelaksanaan mobilisasi dini untuk mencegah terjadinya cidera, maka
perawat yang terlatih perlu memberikan pendidikan kesehatan tentang

13
mobiliisasi dini terhadap pasien (Thomson, 2002). Mobilisasi dini pada
pasien pasca operasi adalah mobilisasi yang dilakukan segera setelah
klien sadar dari anastesi atau6 jam setelah operasi yang dilakukan secara
bertahap Berikut diuraikan beberapa tahapan mobilisasi dini yang
diterapkan pada pasien pasca operasi: Pra mobilisasi dini bertujuan untuk
mempersiappkan otot untuk berdiri dan berjalan yang depersiapkan lebih
awal ketika pasien bergerak dari tempat tidur (Hoeman, 2001) Prosedur
pelaksanaan Mobilisasi dini:
1. Nafas dalam
a. Menarik nafas melalui hidung: agar udara yang masuk ke dalam
rongga hidung dapat disaring oleh kelnjar mukus yang
menghasilkan lapisan lendir yang berfungsi untuk menangkap
kotoran yang halus agar udara yang masuk ke tenggorokan lebih
bersih.
b. Menggunakan diafragma (abdomen naik): pernapasan
menggunakan diagrafma lebih efektif efisien dibanding dengan
pernapasan perut karena dapat meningkatkan rasa nyeri pada
pasien post opersi laparatomi.
c. Mengeluarkan nafas perlahan-lahan melaui mulut: dapat
membantu pasien merasa nyaman dan tidak terjadi ketegangan
otot pernapasan agar terhindar dari batuk batuk. Dan dapat
Diulang sebanyak 5 kali.
2. Latihan mengencangkan otot gluteal
a. Tekan otot pantat
b. Menggerakan kaki kanan keatas kemudian ketepi tempat tidur
c. Menahan posisi dalam hitungan 1-5
d. Mengembalikan kaki ke posisi semula (di tengah)
e. Menggerakan kaki kiri keatas kemudian ketepi tempat tidur
f. Mengembalikan kaki ke posisi semula
g. Lakukan selama 5 menit dengan waktu istrahat 1 menit setiap
selesai

14
h. Faktor yang Mempengaruhi Mobilisasi
1) Gaya hidup dan kebiasaan
Mobilitas fisik sangat tinggi pada seseorang yang mempunyai
gaya hidup tinggi.

2) Keutuhan sistem muskuloskeletal


Sistem muskuloskeletal yang utuh lebih mudah memfasilitasi
kebebasan dalam melakukan mobilisasi, sedangkan kecacatan
akan dapat membatasi ruang gerak.
3) Kontrol sistem saraf
Sistem saraf digunakan untuk mengontrol sistem otot dan
tulang
4) Sirkulasi dan oksigenasi
Vaskularisasi diperlukan untuk mengirim nutrisi dan oksigen
yang dibutuhkan oleh sel untuk melakukan metabolisme
5) Energi
Cadangan energi yang semakin menipis dalam otot
menyebabkan kelelahan otot hingga tidak mampu melakukan
pergerakan.
6) Kelaian konginetal
Masalah konginetal seperti serebral palsy, spina bifida,
osteogenesis imperfecta menyebabkan mobilisasi berjalan tidak
sempurna.
7) Gangguan kejiwaan
Proses gangguan kejiwaan seperti depresi dan katatonik dapat
berpengaruh terhadap keinginan untuk melakukan pergerakan.

15
i. Komplikasi
Komplikasi fraktur Menurut Wahid (2013) komplikasi fraktur
dibedakan menjadi komplikasi awal dan lama yaitu:
a. Komplikasi awal
1) Kerusakan arteriPecahnya arteri karena trauma bisa ditandai
dengan tidak adanya nadi, CRT menurun, sianosis bagian distal,
hematoma yang lebar, dan dingin pada ekstremitas yang
disebabkan oleh tindakan emergency splinting, perubahan posisi
pada yang sakit, tindakan reduksi dan pembedahan.
2) Kompartemen syndrom.
Kompartement sindrom merupakan komplikasi serius yang
terjadi karena terjebaknya otot, tulang, saraf, dan pembuluh darah
dalam jaringan parut. Ini disebabkan oleh odema atau peredaran
arah yang menekan otot, tulang, saraaf dan pembuluh darah.
Selain itu karena tekanan dari luar seperti gips dan Pembebatan
yang terlalu kuat.
3) Fatembolismsyndrom
Kompilasi serius yang sering terjadi pada kasus fraktur tulang
panjang. FES terjadi karena sel-sel lemak yang dihasilkan bone
marrow kuning masuk ke aliran darah dan menyebabkan tingkat
oksigen dalam darah yang ditandai dengan gangguan pernafasan,
taki kardi, hipertensi, takipneu dan edema
4) Infeksi
Sistem pertahanan tubuh rusak bila ada trauma pada jaringan.
Pada trauma orthopedik infeksi dimulai pada kulit (superficial)
dan masuk kedalam. Ini biasanya terjadi pada kasus fraktur
terbuka, tapi bisa juga karena pengunaan bahan lain dalam
pembedahansepertipindanplat.
5) Avaskulernekrosis
Avaskuler Nekrosis (AV) terjadi karena aliran daarah ke
tulangrusak atau terganngu yang bisa menyebabkan nekrosis
tulang dan diawali dengan adanya Volkman Ischemia.
6) Shock
Shock terjadi karena kehilangan banyak darah dan meningkatnya
permeabilitas kapiler yang bisa menyebakan menurunnya
oksigenasi.

j. Klasifikasi Fraktur
1) Fraktur tertutup (closed) yaitu bila tidak terdapat hubungan antara fragmen
tulang dengan dunia luar.

16
2) Fraktur terbuka (open/ compound) yaitu bila terdapat hubungan antara
fragmen tulang dengan dunia luar karena adanya perlukaan di kulit. Fraktur
terbuka terbagi atas tiga derajat seperti yang dijelaskan pada tabel 2.1.
Tabel 2.1 Derajat fraktur terbuka
Derajat Luka Fraktur
I Laserasi < 1cm, kerusakan Sederhana, dislokasi fragmen
jaringan lunak sedikit, minimal
tidak ada tanda luka yang
parah, kontaminasi
minimal
II Laserasi > 1cm, tidak ada Dislokasi fragmen jelas
kerusakan jaringan yang
hebat, kontaminasi sedang
III Terjadi kerusakan jaringan Kominutif, segmental,
lunak yang luas, meliputi fragmen tulang ada yang
struktur kulit, otot dan hilang.
neuro vascular,
kontaminasi tinggi
(sumber:

Fraktur sangat bervariasi dari segi klinis, namun untuk alasan praktis,
fraktur dibagi menjadi beberapa kelompok, yaitu:
a) Fraktur komplit (Complete fractures) yaitu tulang terbagi menjadi dua atau
lebih fragmen. Patahan fraktur yang dilihat secara radiologi dapat membantu
untuk memprediksi tindakan yang harus dilakukan setelah melakukan
reduksi.
b) Fraktur tidak komplit (Incomplete fractures) yaitu tulang tidak terbagi
seutuhnya dan terdapat kontinuitas periosteum.

k. Pemeriksaan Penunjang (NIC NOC,2015)


a. X-ray, menentukan lokasi/luasnya fraktur.

17
b. Scan tulang, memperlihatkan fraktur lebih jelas, mengidentifikasi
kerusakan jaringan lunak
c. Arteriogram dilakukan untuk memastikan ada tidaknya kerusakan
vaskuler
d. Hitung darah lengkap, hemokonsentrasi mungkin meningkat,
menurun pada pendarahan, peningkatan leukosit sebagai respon
terhadap peradangan. Profil koagulasi, perubahan dapat terjadi
pada kehilangan darah, tranfusi atau cidera hati.
e. Kretinin trauma otot meningkatkan kreatinin untuk klirens ginjal

a. Kerangka Teori
Mobilisasi Pasien Fraktur

Faktor- faktor yang


Mempengaruhi Mobilisasi
1. Gaya hidup dan kebiasaan
2. Keutuhan sistem
muskuloskeletal Faktor yang mempengaruhi
3. Kontrol sistem syaraf kesiapan:
4. Siskulasi dan oksigenasi 1. Perlengkapan dan
5. Energi pertumbuhan fisiologis
6. Kelainan konginetal
7. Gangguan kejiwaan 2. Motivasi
8. Modalitas terapi
3. Psikologis
a. Traksi
b. Gips
c. pengikatan

Kesiapan mobilisasi

Keterangan:

18
: Diteliti

: Tidak diteliti

B. Variabel Penelitian
Variabel adalah gejala yang menjadi fokus peneliti untuk diamati.

Rencana penelitian ini menggunakan 2 variabel.

1. Variabel bebas (Independent Variable)

Variabel bebas atau independent variable sering disebut juga dengan

variabel yang mempengaruhi. Variabel independen dalam rencana

penelitian ini adalah pelaksanaan discharge planning.

2. Variabel Terikat (Variable Dependent)

Variabel terikat atau dependent variable merupakan variabel yang

dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena adanya variabel

independent (bebas). variabel terikat dari rencana penelitian ini adalah

kesiapan mobilisasi pasien fraktur.

19
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Desain Penelitian


Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah deskriptif

kuantitatif yaitu suatu metode penelitian yang dilakukan dengan tujuan utama

membuat gambaran atau deskriptif tentang suatu keadaan secara obyektif.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Gambaran Kesiapan Mobilisasi Pasien


Fraktur di Ruang Bedah RS A. Penelitian ini menggunakan desain Survey yaitu
desain penelitian yang bertujuan untuk mengetahui suatu individu atau kelompok
dan mengambil sampel dari suatu populasi dengan menggunakan kuesioner
sebagai alat pengumpulan data.
B. Populasi
Populasi merupakan keseluruhan sumber data yang diperlukan dalam
suatu penelitian. Populasi yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah
seluruh pasien fraktur yang dirawat di Ruang Bedah RS A pada bulan Mei -
Juni sebanyak 40 pasien.
C. Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki

oleh populasi tersebut. Besar sampel pada penelitian ini dapat diperoleh

dengan rumus Slovin yaitu:

N
n= 2
1+ N (d )

Keterangan:

n = Jumlah Sampel

N = Jumlah Populasi

d = Tingkat Signifikasi (0,05)

Berdasarkan rumus diatas diperkirakan besar sampel yang diperoleh

yaitu:

20
N
n= 2
1+ N (d )

40

1  40(0,05) 2
40

1  40(0,0025)
40

1  0,1
40

1,1
 36,4
 36

Jadi jumlah responden dalam penelitian ini dalah 36 pasien.

Pemilihan sampel penelitian dilakukan melalui kriteria inklusi dan

kriteria eksklusi. Kriteria inklusi merupakan kriteria umum yang harus

dimiliki sampel penelitian. Adapun kriteria inklusi dan eksklusi pada

sampel penelitian adalah sebagai berikut:

a. Kriteria Inklusi

1) Pasien dengan fraktur

2) Pasien fraktur post operasi dengan anestesi lokal hari 1

3) Pasien fraktur post operasi dengan anestesi umum hari 2

4) Pasien bersedia menjadi responden

b. Kriteria Eksklusi

1) Pasien tidak kooperatif

2) Pasien tidak bersedia menjadi responden

21
D. Teknik Sampling
Teknik sampling yang digunakan pada penelitian ini adalah

Purposive Sampling yaitu teknik penentuan sampel dimana peneliti bisa

menentukan sampel berdasarkan tujuan tertentu.

E. Waktu dan Tempat Penelitian


1. Waktu Penelitian

Waktu penelitian ini dilakukan pada bulan Desember 2019 - Februari

2020.

2. Tempat Penelitian

Tempat penelitian ini dilaksanakan di Ruang Bedah RS A.

b. Definisi Operasional
Tabel 3.1 Definisi Operasional

Variabel Definisi Cara Ukur Hasil Ukur Skala ukur


penelitian Operasional
Kesiapan Respon yang Kuesioner Hasil jawaban Ordinal
mobilisasi pasien ditunjukkan tentang kesiapan dikategorikan
fraktur pasien fraktur mobilisasi pasien menjadi:
tenteng kesiapan fraktur sebanyak 1. Tidak siap,
mobilisasi mulai 20 item nilai ≤ mean
dari mobilisasi peryantaan 2. Siap, nilai >
ringan sampai mean
mobilisasi yang
lebih kompleks

C. Alat Pengumpulan Data


Instrumen penelitian merupakan alat- alat yang digunakan dalam

pengumpulan data. Alat- alat pengumpulan data penelitian dapat berupa form

identitas responden, kuesioner, dan formulir observasi. Instrumen yang

digunakan pada penelitian ini adalah lembar informed concent, dan lembar

kuesioner yang terdiri dari dua bagian yaitu:

22
1. Kuesioner bagian I: pelaksanaan persiapan mobilisasi di RS A, terdapat 20

item pernyataan.

2. Kuesioner bagian II: berisi tentang kesiapan mobilisasi pasien fraktur,

terdapat 20 pernyataan.

Tabel 3.2 Kisi- kisi Kuesioner Kesiapan Mobilisasi

Pernyataan Nomor
Favourable 1, 3, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 14, 15, 16, 18, 19,
20
Unfavourable 2, 4, 11, 12, 13

Kuesioner dikembangkan sendiri oleh peneliti, oleh karena itu akan

dilakukan uji validitas dan reliabilitas yang akan peneliti lakukan di RS B.

Peneliti akan mengambil sampel sebanyak 20 responden untuk uji validitas.

Peneliti memilih melakukan uji validitas di RS B dikarenakan RS B tersebut

memiliki karakteristik yang hampir sama dengan RS A

1. Uji Validitas

Uji validitas pada penelitian ini akan dilakukan di RS B dengan jumlah

responden sebanyak 20 responden. Pengukuran tingkat validitas dalam

penelitian ini dilakukan dengan product moment dengan niali r tabel

untuk 20 responden yaitu 0,444. Uji signifikasi dilakukan dengan

membandingkan nilai r hitung dengan r tabel untuk degree of freedom

(df) n-k dalam hal ini n adalah jumlah sampel dan k adalah jumlah

konstruk. Penghitungan uji validitas dan reliabilitas dilakukan dengan

menggunakan SPSS. Instrumen penelitian ini dinyatakan valid jika nilai r

23
hitung lebih besar dari nilai r tabel dan sebaliknya, jika nilai r hitung

lebih kecil dari r tabel maka instrumen penelitian tidak valid.

V= rH > rT
2. Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas adalah suatu instrumen yang dapat dipercaya untuk

digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah

baik. Instrumen yang baik akan mengarahkan responden untuk memilih

jawaban- jawaban tertentu. Uji reliabilitas dimaksudkan untuk mengukur

seberapa jauh responden memberikan jawaban yang konsisten terhadap

kuesioner yang diberikan. Suatu kuesioner dikatakan reliabel atau handal

jika jawaban seorang terhadap pernyataan adalah konsisten atau stabil

dari waktu ke waktu. Setelah dilakukan pengujian validitas, analisa uji

reliabilitas dilakukan untuk mengetahui apabila instrumen tersebut

konsisten untuk mengukur gejala yang sama. Uji reliabilitas

menggunakan rumus alfa Cronbach, dimana instrumen dinyatakan

reliabel jika nilai alfa Corbach ≥ 0,60

D. Prosedur Pengumpulan Data


Pada dasarnya, penelitian merupakan proses penarikan kesimpulan dari data

yang telah dikumpulkan. Data yang digunakan oleh peneliti terdiri dari:

1. Jenis Data

a. Data Primer

Disebut juga data yang pertama. Data yang diperoleh secara

langsung dari subjek penelitian dengan menggunakan alat

24
pengukuran atau alat pengambil data, langsung pada subjek sebagai

sumber informasi yang dicari. Sumber data primer pada penelitian

ini yaitu berdasarkan kuesioner tentang kesiapan mobilisasi pasien

fraktur telah diisi oleh responden.

b. Data sekunder

Disebut data kedua. Data sekunder adalah data yang di peroleh lewat

pihak lain, tidak langsung diperoleh oleh peneliti dari subjek

penelitinya. Data yang telah disajikan dalam bentuk deskriptif

kuantitatif, hanya menggambarkan apa adanya dalam bentk nasari

dan angka-angka.

Data sekunder dalam penelitian ini adalah data yang diperoleh dari

data rumah sakit dan catatan rekam medis yang ada di RS A

2. Langkah- langkah dalam pengumpulan data yaitu:

a. Peneliti mengajukan surat pengantar untuk melakukan penelitian dari STIKes

Karya Husada Semarang.

b. Peneliti memberikan surat pengantar penelitian kepada Kepala Kesatuan

Bangsa Dan Politik Kabupaten Semarang.

c. Setelah mendapat surat balasan dari Kantor Kesatuan Bangsa dan Politik

Kabupaten Semarang, peneliti memberikan surat pengantar penelitian kepada

Rumah Sakit A.

d. Mendapat izin dari RS peneliti melakukan survey awal dan mengambil data.

e. Melakukan uji validitas di RS A

f. Menentukan responden berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi.

25
g. Menjelaskan tujuan penelitian kepada calon responden atau keluarga yang

bertanggung jawab.

h. Peneliti membagi lembar persetujuan (informed consent) kepada responden

yang bersedia berpartisipasi dalam penelitian dan menjelaskan cara pengisian

kuesioner.

i. Peneliti membagikan kuesioner kepada responden untuk mengisi secara

lengkap.

j. Kuesioner dikembalikan kepada peneliti setelah selesai diisi dan di periksa

kembali kelengkapan kuesioner.

E. Pengolahan dan Analisis Data


1. Metode Pengolahan Data

Pengolahan data dalam penelitian ini dilakukan dengan langkah- langkah

sebagai berikut:

a. Editing

Setelah semua kuesioner terkumpul dilakukan pemeriksaan kembali

untuk meneliti apakah kuesioner yang diajukan telah diisi dengan

lengkap.

b. Scoring

Setelah data terkumpul dan kelengkapannya diperiksa, kemudian

dilakukan tabulasi data dan diberi skoring.

26
Pada lembar kuesioner pelaksanaan kesiapan mobilisasi:

Skor 1 untuk jawaban “Ya”

Skor 0 untuk jawaban “Tidak”.

Pada lembar kuesioner kesiapan mobilisasi pasien fraktur

a) Pernyataan favorable:

Skor 1 untuk jawaban “Tidak Pernah”

Skor 2 untuk jawaban “Kadang- Kadang”

Skor 3 untuk jawaban “Sering”

Skor 4 untuk jawaban “Selalu”

b) Pernyataan unfavorable:

Skor 1 untuk jawaban “Selalu”

Skor 2 untuk jawaban “Sering”

Skor 3 untuk jawaban “Kadang- Kadang”

Skor 4 untuk jawaban “Tidak Pernah”

c. Coding

Selanjutnya data hasil kuesioner dimasukkan dengan cara memberi

kode pada kolom yang telah disediakan ditiap item pernyataan.

Kesiapan Mobilisasi Pasien Fraktur:

1) Kode 1 : Tidak Siap (Skor ≤ Mean)

2) Kode 2 : Siap (Skor > Mean)

d. Tabulating

Merupakan kegiatan memasukkan data-data hasil penelitian,

kedalam table - tabel sesuai kriteria. Data yang didapat akan

27
dianalisis dengan menggunakan komputer untuk mengetahui

distribusi frekuensinya yang nantinya ditampilkan dalam bentuk

tabel distribusi frekuensi.

e. Entry data

Entry data adalah kegiatan atau langkah memasukkan data- data

hasil penelitian ke dalam aplikasi statistik komputer.

f. Cleaning

Cleaning merupakan proses pemeriksaan kembali data- data yang

telah dimasukkan kedalam komputer untuk memastikan bahwa data

telah bersih dari kesalahan- kesalahan baik pada waktu pemberian

kode maupun pemberian skor data.

2. Analisa Data

Analisa data merupakan suatu langkah penting dalam penelitian

terutama bila dalam penelitian tersebut bermaksud untuk mengambil

kesimpulan dari masalah yang diteliti, untuk menganalisa dan perlu

dilakukan metode analisa yaitu suatu metode untuk menganalisa

data yang diperoleh selama penelitian sehingga

menginterpresentasikan hasil penelitian. Analisa data dibagi menjadi

2 yaitu:

a. Analisa Univariat

28
Menganalisa data yang diperoleh dari hasil pengumpulan dapat

disajikan dalam bentuk tabel pelaksanaan discharge planning dan

kesiapan mobilisasi pasien fraktur .

Setelah didapatkan maka dilakukan perhitungan prosentase dengan

rumus:

X = x 100 %

Keterangan:

X : Hasil Prosentase

f : Frekuensi hasil pencapaian

n : Total setelah observasi

F. Etika Penelitian
Penelitian dilaksanakan setelah mendapatkan persetujuan dari berbagai
pihak yang berwenang. Penelitian yang akan dilaksanakan menekankan
pada masalah yaitu:
1. Prinsip menghargai hak

a. Informed Consent (lembar persetujuan)

Lembar ini diberikan kepada responden yang akan diteliti sebagai

lembar persetujuan. Tujuan informed consent adalah agar subjek

mengerti maksud dan tujuan penelitian, serta mengetahui

dampaknya. Jika subjek bersedia untuk menjadi responden maka

mereka harus menandatangani lembar persetujuan dan jika

29
responden menolak maka peneliti harus menghormati hak

responden.

b. Anonymity (tanpa nama)

Untuk menjaga kerahasiaan, peneliti tidak akan mencantumkan

nama responden, tetapi tetapi peneliti hanya menulisakan inisial atau

kode dalam lembar persetujuan tersebut.

c. Confidentiality

Peneliti menjamin kerahasiaan dari hasil penelitian baik informasi

maupun masalah- masalah lainnya. Hasil penelitian akan disimpan

aman dan akan dimusnahkan oleh peneliti jika keseluruhan proses

penelitian telah selesai.

2. Prinsip Manfaat

a. Beneficience

Selama proses penelitian akan mempertimbangkan keuntungan dan

kerugian yang bisa ditimbulkan bagi responden.

b. Nonmaleficience

Selama proses penelitian berjalan, peneliti akan berusaha untuk

tidak melaksanakan hal yang membahayakan responden dengan cara

menghindari tindakan- tindakan yang dapat menimbulkan efek

negatif bagi responden.

c. Protection From Discomfort

30
Peneliti akan meminta responden untuk melaporkan bila ada

ketidaknyamanan saat penelitian dan peneliti berusaha

meminimalkannya.

d. Justice

Selama proses penelitian yang akan dilakukan, peneliti akan

memberikan perlakuan yang sama pada setiap responden.

31
DAFTAR PUSTAKA

1. Smeltzer & Bare. (2013). Keperawatan medical bedah:


Buku Ajar, Edisi 8. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran: EGC.
2. Hutaful Ihtisan, Abid. (2017). Upaya Peningkatan Mobilitas
Fisik Pada Pasien Post ORIF Fraktur Fremur Sinistra . Jurnal
Keperawatan Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Universitas Muhammadiyah Surakarta.
3. Carpintero, P., Caeiro, J., Morales, A., Carpintero, R., Mesa,
M., Silva, S. (2014). Complications of Hip Fractures: A
Review. World Journal Orthopedics. Vol. 5 (4), 402 – 411.
4. Lestari, Y. E. (2014). Pengaruh Rom Exercise Dini pada
Pasien Post Operasi Fraktur Ekstermitas Bawah (Fraktur
Femur dan Fraktur Cruris) Terhadap Lama Hari Rawat di
Ruang Bedah RSUD Gambiran Kota Kediri. Jurnal Ilmu
Kesehatan. Vol. 3, No. 1 Nopember 2014.
5. Marlina. (2017). Mobilisasi Pada Pasien fraktur Melalui
Pendekatan Konseptual Model Dorothea E. Orem. Idea
NUrsing Jurnal, 26-27.
6. Murti dan Swanny. (2016). Pengaruh Perencanaan Pulang
Terhadap Kesiapan Pasien Pulang Pada Pasien Ibu Nifas di RS
Panti Wilasa Citarum Semarang. Jurnal Keperawatan dan
Kebidanan (JIKK). STIKes Tlogorejo Semarang.
7. Suprapti, Eni. (2017). Pengaruh Discharge Planning
Terstruktur Untuk Meningkatkan Kesiapan Pasien TB Paru
Menghadapi Pemulangan (Studi) Eksperimental di RSUD

32
Tugurejo dan RSUD Kota Semarang). Jurnal Ilmu
Keperawatan dan Kebidanan (JIKK), Vol III No. 1, Juni
2017.
8. Nurul Iza, Riani. (2018). Hubungan tingkat kecemasan dengan
pelaksanaan mobilisasi dini pada pasien post operatif fraktur
femur di RSO Prof. Dr. Soeharso Surakarta . Jurnal
Keperawatan Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Universitas Muhammadiyah Surakarta
9. Ibrahim, M.N. (2013). Gambaran Pengetahuan Pasien

Tentang Mobilisasi Post Operasi Appendisitis di Ruang

Bedah  RSUD. Prof.Dr.H.Aloei.Saboe Kota Gorontalo.

2839-2829-1-PB. Diakses dari

http://repository.umy.ac.id/bitstream/handle/123456789/1834

7/Bab%20II.pdf?sequence=3&isAllowed=y pada tanggal 15

Oktober 2019.

10. Hernawilly. (2012). Faktor-faktor yang berkontribusi pada

pelaksanaan ambulasi dini pasien fraktur ekstermitas

bawah. Jurnal Keperawatan. Volume VIII, No. 2.

11. Saryono dan Ridlwan Kamaluddin. (2008). Pemenuhan

Kebutuhan Mobilitas Fisik pada Pasien di Ruang Bedah

dengan Pendekatan NANDA dan NIC. Jakarta: Rekatama.

12. Marlina. (2017). Mobilisasi Pada Pasien fraktur Melalui

Pendekatan Konseptual Model Dorothea E. Orem. Idea

NUrsing Jurnal, 26-27.

33
13. Sachdeva. (1996). Catatan Ilmu Bedah. Edisi 5. Jakarta:

Hipokrates. 221-212.

14. Smeltzer & Bare. (2013). Keperawatan medical bedah:

Buku Ajar, Edisi 8. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran:

EGC.

15. Sugiono. (2010). Metodologi Penelitian Kuantitatif Dan

Kualitatif Dan R & D. Bandung : Alfabetha.

16. Suryono dan Mekar Dwi Anggraini (2013). Metodologi

Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif dalam Bidang

Kesehatan. Yogyakarta: Nuha Medika.

17. Sugiono (2012). Statistik Untuk Penelitian. Bandung:

Alfabeta.

34
Arikunto, S (2015). Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Cetakan ke 13. Jakarta:
Salemba Medika

35

Anda mungkin juga menyukai