Anda di halaman 1dari 9

TUGAS KELOMPOK

LAPORAN PENDAHULUAN
GANGGUAN TERMOREGULASI (HIPERTERMI)
DI RUANG SERUNI RUMAH SAKIT BHAYANGKARA SEMARANG

Disusun Oleh :
1. Kholidatus Sa’diyah (1801018)
2. Kumala Dewi Septiani (1801019)
3. Regan Petrus Wibowo (1801032)

PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KARYA HUSADA
SEMARANG
2019 / 2020
LAPORAN PENDAHULUAN
GANGGUAN TERMOREGULASI (HIPERTERMI)

1. Pengertian Hipertermi

Hipertermi adalah peningkatan suhu tubuh yang berhubungan dengan


ketidakmampuan tubuh untuk menghilangkan panas ataupun mengurangi produksi panas.
Hipertermi terjadi karena adanya ketidakmampuan mekanisme kehilangan panas untuk
mengimbangi produksi panas yang berlebihan sehingga terjadi peningkatan suhu tubuh.
Hipertermi tidak berbahaya jika dibawah 39°C. Selain adanya tanda klinis, penentuan
hipertermi juga didasarkan pada pembacaan suhu pada waktu yang berbeda dalam satu
hari dan dibandingkan dengan nilai normal individu tersebut (Potter & Perry,2010).
Menurut Wilkinson (2009) hipertemia merupakan keadaan suhu tubuh seseorang yang
meningkat diatas rentang normalnya. Hipertemi terjadi karena pelepasan pirogen dari
dalam leukosit yang sebelumnya telah terangsang oleh pirogen eksogen yang dapat
bersala dari mikrooganisme atau merupakan suatu hasil reaksi imunologik yang tidak
berdasarkan suatu infeksi (Noer,2009).
Sedangkan menurut Dorland (2009) hipertemia/febris/demam adalah peningkatan
suhu tubuh diatas normal. Hal ini dapat diakibatkan oleh stress fisiologik seperti ovulasi,
sekresi hormon thyroid berlebihan, olahraga berat, sampai lesi sistem syaraf pusat atau
infeksi oleh mikroorganisme atau ada penjamu proses noninfeksi seperti radang atau
pelepasan bahan-bahan tertentu seperti leukimia. demam diasosiasikan sebagai bahan dari
respon fase akut, gejala dari suatu penyakit dan perjalan patologis dari suatu penyakit
yang mengakibatkan kenaikan set-point pusat pengaturan suhu tubuh (Sugarman,2009).
Dari beberapa pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa hipertemia adalah keadaan
dimana suhu tubuh meningkat diatas rentang normal dan tubuh tidak mampu untuk
menghilangkan panas atau mengurangi produksi panas. Rentang normalnya suhu tubuh
anak berkisar antara 36,5-37,5°C.
2. Etiologi
Hipertemi dapat disebabkan karena gangguan otak atau akibat bahan toksik yang
mempengaruhi pusat pengaturan suhu. Zat yang dapat menyebabkan efek perangsangan
terhadap pusat pengaturan suhu sehingga menyebabkan demam yang disebut pirogen. Zat
pirogen ini dapat berupa protein, dan zat lain. Terutama toksin polisakarida, yang dilepas
oleh bakteri toksi/pirogen yang dihasilkan dari degenerasi jaringan tubuh dapat
menyebabkan demam selama keadaan sakit.
Faktor penyebabnya:
1. Dehidrasi
2. Penyakit atau trauma
3. Ketidakmampuan atau menurunnya kemampuan untuk berkeringat
4. Pakaian yang tidak layak
5. Kecepatan metaolisme meningkat
6. Pengobatan/ anesthesia
7. Terpajan pada lingkungan pada lingkungan panas (jangka panjang)
8. Aktivitas yang berlebihan

3. Tanda dan Gejala

Beberapa tanda dan gejala pada hipertermi menurut NANDA (2012):


1. Kenaikan suhu tubuh diatas rentang normal
2. Konvulsi (kejang)
3. Kulit kemerahan
4. Pertambahan RR
5. Takikardi
6. Saat disentuh tangan terasa hangat

Fase – fase terjadinya hipertermi


Fase I : awal
 Peningkatan denyut jantung .
 Peningkatan laju dan kedalaman pernapasan .
 Menggigil akibat tegangan dan kontraksi obat .
 Kulit pucat dan dingin karena vasokonstriksi .
 Merasakan sensasi dingin .
 Dasar kuku mengalami sianosis karena vasokonstriksi .
 Rambut kulit berdiri .
 Pengeluaran keringat berlebih .
 Peningkatan suhu tubuh

Fase II : proses demam


 Proses menggigil lenyap .
 Kulit terasa hangat / panas .
 Merasa tidak panas / dingin .
 Peningkatan nadi & laju pernapasan .
 Peningkatan rasa haus .
 Dehidrasi ringan sampai berat .
 Mengantuk , delirium / kejang akibat iritasi sel saraf .
 Lesi mulut herpetik .
 Kehilangan nafsu makan .
 Kelemahan , keletihan dan nyeri ringan pada otot akibat katabolisme protein

Fase III : Pemulihan


 Kulit tampak merah dan hangat .
 Berkeringat .
 Menggigil ringan .
 Kemungkinan mengalami dehidrasi .
4. Patofisiologi
Substansi yang menyebabkan deman disebut pirogen dan berasal baik dari oksigen
maupun endogen. Mayoritas pirogen endogen adalah mikroorganisme atau toksik,
pirogen endogen adalah polipeptida yang dihasilkan oleh jenis sel penjamu terutama
monosit, makrofag, pirogen memasuki sirkulasi dan menyebabkan demam pada tingkat
termoregulasi di hipotalamus.
Peningkatan kecepatan dan pireksi atau demam akan engarah pada meningkatnya
kehilangan cairan dan elektrolit, padahal cairan dan elektrolit dibutuhkan dalam
metabolisme di otak untuk menjaga keseimbangan termoregulasi di hipotalamus anterior.
Apabila seseorang kehilangan cairan dan elektrolit (dehidrasi), maka elektrolit-
elektrolit yang ada pada pembuluh darah berkurang padahal dalam proses metabolisme di
hipotalamus anterior membutuhkan elektrolit tersebut, sehingga kekurangan caiaran
elektrolit mempengaruhi fungsi hipotalamus anterior dalam mempertahankan
keseimbangan termoregulasi dan akhirnya menyebabkan peningkatan suhu tubuh.
5. Pathways

6. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan darah lengkap : mengindetifikasi kemungkinan terjadinya resikoinfeksi.
2. Pemeriksaan urine
3. Uji widal : suatu reaksi oglufinasi antara antigen dan antibodi untuk pasien
thypoid. Suatu reaksi aglutinasi antara antigen dan antibody . Aglutinin yang spesifik
terhadap salmonella thypi terdapat dalam serum klien dengan typhoid juga terdapat
pada orang yang pernah divaksinasi . Tujuan dari uji widal ini adalah untuk
menentukan adanya aglutinin dalam serum klien yang disangka menderita typhoid .
4. Pemeriksaan elektrolit : Na, K, Cl5)
5. Uji tourniquet (Siswantara, 2013).
7. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan Keperawatan
Penatalaksanaan keperawatan yang diberikan yaitu:
1. Observasi keadaan umu pasien
Rasional: mengetahui perkembangan keadaan umum dari psien
2. Observasi tanda-tanda vital
Rasional: mengetahui perubahan tanda-tanda vital dari pasien
3. Anjurkan pasien memakai pakaian yang tipis
Rasional: membantu mempermudah penguapan panas
4. Anjurkan pasien banyak minum
Rasional: mencegah terjadinya dehidrasi sewaktu panas
5. Anjurkan pasien banyak istirahat
Rasional: meminimalisir produksi panas yang diproduksi oleh tubuh
6. Beri kompres hangat dibeberapa bagian tubuh, seperti ketiak, lipatan paha, leher
bagian belakang
Rasional: mempercepat dalam penurunan produksi panas
7. Beri Health Education ke pasien dan keluarganya mengenai pengertian,
penanganan,dan terapi yang diberikan tentang penyakitnya
Rasional: meningkatkan pengetahuan dan pemahaman dari pasien dan keluarganya

8. Komplikasi
1. Stupor
Stupor (soporo koma), yaitu keadaan seperti tertidur lelap, tetapi ada respon
terhadap nyeri .
2. Letargi
Letargi adalah suatu keadaan di mana terjadi penurunan kesadaran dan pemusatan
perhatian serta kesiagaan. Kondisi ini juga seringkali dipakai untuk
menggambarkan saat seseorang tertidur lelap, dapat dibangunkan sebentar namun
kesadaran yang ada tidak penuh, dan berakhir dengan tertidur kembali.
3. Kejang
Kejang adalah kondisi di mana otot-otot tubuh berkontraksi secara tidak
terkendali. Seluruh gerakan kita dikendalikan oleh otak yang mengirim sinyal-
sinyal listrik melalui saraf ke otot. Jika sinyal dari otak mengalami gangguan atau
terjadi keabnormalan, otot-otot tubuh akan berkontraksi dan bergerak tanpa
terkendali.
4. Koma
Koma adalah situasi darurat medis ketika seseorang mengalami keadaan tidak
sadar dalam jangka waktu tertentu. Ketidaksadaran ini disebabkan oleh
menurunnya aktivitas di dalam otak yang dipicu oleh beberapa kondisi seperti
cedera otak parah, keracunan alkohol, atau infeksi otak.

9. Pengkajian
1. Identitas
Umur untuk menentukan jumlah cairan yang diperlukan
2. Riwayat kesehatan
Keluhan utama (keluhan yang dirasakan pasien saat pengkajian) panas
3. Riwayat kesehatan sekarang
(Riwayat penyakit yang diderita pasien saat masuk rumah sakit): sejak kapan
timbul demam, sifat demam, gejala lain yang menyertai demam (misalnya: mual,
muntah, nafsu makn, eliminasi, nyeri otot dan sendi dll), apakah menggigil,
gelisah.
4. Riwayat kesehatan yang lalu (riwayat penyakit yang sama atau penyakit lain yang
pernah diderita oleh pasien).
5. Riwayat kesehatan keluarga (riwayat penyakit yang sama atau penyakit lain yang
pernah diderita oleh anggota keluarga yang lain baik bersifat genetik atau tidak).

10. Diagnosa Keperawatan


1. Hipertermia berhubungan dengan dehidrasi ditandai dengan keluarga pasien
mengatakan pasien panas tinggi, keadaan pasien masih lemas, N = 172 x/menit,
RR = 35 x/menit, S = 38,5 ºC, BB : 7,3 Kg, SpO2 = 98 %, keadaan umum pasien
sedang, akral teraba hangat, kulit tampak memerah, pasien tampak rewel.
2. Diare derhubungan dengan inflamasi gastrointestinal ditandai dengan keadaan
pasien masih lemas, BAB cair 5 kali, ada ampasnya, pasien muntah 2 kali, muntah
seperti yang dimakan dan diminum, bising usus 30 x/menit, pasien tampak rewel,
ibu pasien nampak mengganti pampers pasien.
11. Intervensi Keperawatan
1. Hipertermia berhubungan dengan dehidrasi
Tujuan : Menurunkan suhu tubuh agar pada batas normal
Intervensi :
NIC 1 = Perawatan Demam
a) Pantau suhu dan tanda – tanda vitalnya
b) Beri obat atau cairan IV (misalnya antipiretik, agen antibakteri, dan
agen anti menggigil)
c) Dorong konsumsi cairan
d) Fasilitasi istirahat, terapkan pembatasan aktivitas jika diperlukan
e) Kaji riwayat demam

NIC 2 = Manajemen Cairan


a) Monitor status hidrasi (misalnya membran mukosa lembab, denyut
nadi adekuat, dan tekanan darah ortostatik)
b) Monitor tanda –tanda vital pasien
c) Berikan terapi IV seperti yang ditentukan
a) Monitor status gizi
2. Diare derhubungan dengan inflamasi gastrointestinal
Tujuan : Mengurangi frekuensi BAB cair pada pasien
Intervensi :
NIC 1 = Manajemen Diare
a) Tentukan riwayat diare
b) Instruksi pasien atau anggota keluarga untuk mencatat warna, volume,
frekuensi, dan konsistensi feses
c) Berikan makanan dalam porsi kecil namun sering serta tingkatkan
porsi secara bertahap
d) Monitor tanda dan gejala diare
e) Amati turgor kulit secara berkala

NIC 2 = Manajemen Obat


a) Tentukan obat apa yang diperlukan, dan kelola menurut resep dan/atau
protokol
b) Pantau kepatuhan mengenai regimen obat
c) Kaji ulang pasien dan/atau keluarga secara berkala mengenai jenis dan
jumlah obat yang dikonsumsi

DAFTAR PUSTAKA
Attas, Andi Wahyuningsih. 2012. “Pengelolaan Pasien Pasca Henti Jantung di
Intensive Care Unit”.Jakarta: Jurnal Majalah Kedokteran Terapi Intensif. Vol, 2
No,2:94-98
Doegoes, Marilynn E. 2009. Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman untuk
Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta : EGC
Dorland, W.A.N. 2009. Kamus Kedokteran Dorland. Edisi 29. Alih Bahasa:
Huriwati Hartanto. Jakarta: EGC
Isfarida, Eka. 2010. “Fisiologi Manusia: Hipotermi dan Hipertermi”.
Skripsi. Pendidikan MIPA. Palembang: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,
Universias Muhammadiyah Palembang
Noer, Sjaifoellah. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid 1. Jakarta: Gaya
Baru
Siswantara, Dwi. TT. “Laporan Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan Pada
Pasien dengan Masalah
Hipertermi”. www.academia.edu/8880172/Laporan_Pendahuluan_dan_Asuhan_Kepe
rawatan_pada_Pasien_dengan_Masalah_Hipertermi Diakses pada 29 Maret 2017
pukul 14.04 am
Potter dan Perry. 2010. Fundamental Keperawatan buku 3 edisi 7. Jakarta:
Salemba Medika
Wilkinson, Judith M. 2009. Buku Saku Diagnosis Keperawatan: NIC dan
NOC. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai