Anda di halaman 1dari 53

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pasangan Usia Subur (PUS) adalah pasangan suami istri yang terikat

dalam perkawinan yang sah yang umur istrinya antara 15-49 tahun. 1 Pasangan

Usia Subur adalah pasangan suami-istri yang istrinya berumur 15-49 tahun

dan masih haid, atau pasangan suami-istri yang istrinya berusia kurang dari 15

tahun dan sudah haid, atau istri sudah berumur lebih dari 50 tahun, tetapi

masih haid (datang bulan).2

Keluarga Berencana (KB) merupakan salah satu pelayanan kesehatan

preventif yang utama bagi wanita. Keluarga Berencana menurut WHO (World

Health Organization) adalah tindakan yang membantu pasangan suami istri

untuk menghindari kelahiran yang tidak diinginkan, mengatur jarak kelahiran,

dan menentukan jumlah anak dalam keluarga. Tujuan program KB adalah

membentuk keluarga kecil sesuai dengan kekuatan sosial ekonomi.3

Program keluarga berencana memberikan kesempatan untuk mengatur

jarak kelahiran atau mengurangi jumlah kelahiran dengan menggunakan

metode kontrasepsi hormonal atau non hormonal. Upaya ini dapat bersifat

sementara ataupun permanen, meskipun masing-masing jenis kontrasepsi

memiliki tingkat efektifitas yang berbeda dan hampir sama.4

Dampak apabila masih banyak pasangan usia subur tidak

menggunakan kontrasepsi yaitu jumlah penduduk semakin besar dan

1
2

semakin meningkat, kekurangan pangan dan gizi sehingga menyebabkan

kesehatan masyarakat yang buruk, pendidikan rendah, kurangnya lapangan

pekerjaan, tingkat kelahiran dan kematian yang disebabkan pendarahan,

hipertensi saat hamil/preeklamsia dan infeksi. Resiko "Kesundulan" atau

kehamilan yang tidak direncanakan, kesundulan atau kehamilan yang tidak

direncanakan dapat memberi dampak yang negatif pada kesehatan ibu, anak

dan kesejahteraan keluarga secara umum. Apabila jarak kehamilan terlalu

dekat, kondisi rahim yang belum sepenuhnya pulih tidak akan dapat

menyediakan makanan dan nutrisi yang cukup bagi janin, akibatnya bayi

dapat lahir dengan kondisi yang tidak sehat dan kurang berat badan, yang

tinggi khususnya di negara berkembang.4

Penggunaan kontrasepsi guna mencegah terjadinya ledakan jumlah

penduduk dunia telah digunakan. Penggunaan kontrasepsi di tiap-tiap negara

telah mengalami peningkatan terutama di Asia dan Amerika Latin serta di

Sub-Sahara Afrika. Secara menyeluruh pengguna kontrasepsi modern telah

meningkat dari 54% pada tahun 1990 menjadi 57,4% pada tahun 2014.

Kemudian Secara regional proporsi pasangan usia subur 15-49 tahun

melaporkan penggunaan metode kontrasepsi modern telah meningkat

minimal 6 tahun terakhir. Di Afrika dari 23,6% menjadi 27,6%, di Asia telah

meningkat dari 60,9% menjadi 61,6%, sedangkan Amerika latin dan Karibia

naik sedikit dari 66,7% menjadi 67,0%.5

Berdasarkan data Riskesdas 2018, tingkat prevalensi pemakaian

jenis alat kontrasepsi pasangan usia subur menunjukan sterilisasi pria 0,2%,
3

kondom pria 11,1%, sterilisasi wanita 3,1%, susuk KB 4,7%, suntik 1 bulan

6,1%, IUD/AKDR/Spriral 6,6%, PIL 8,5%, suntik 3 bulan 42,4%, tidak

menggunakan 27,1%. Berdasarkan data BKKBN Provinsi Jawa Tengah

Capaian peserta KB aktif di Jateng mencapai 78,94 persen dari total 6,8 juta

pasangan usia subur, per Juli 2017. Sementara capaian metode kontrasepsi

jangka panjang mencapai 28,50 persen dari total yang ikut KB 5,4 juta peserta

KB aktif, pada tahun 2017 jumlah PUS yang menjadi peserta KB aktif dengan

metode Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) atau disebut juga IUD

sebanyak 406.097 orang (8,49%), MOW sebanyak 262.761 orang (5,49%),

MOP sebanyak 52.679 orang (1,10%), kondom sebanyak 92.072 orang

(1,92%), implant sebanyak 463.786 orang (9,69%), suntik sebanyak 2.753.967

orang (57,56%), dan pil sebanyak 752.788orang (15,74%).7

Berdasarkan data BKKBN Kabupaten Kebumen (2017) diketahui

bahwa cakupan akseptor KB baru pasca persalinan pada bulan Januari-Febuari

2017 sebanyak 672 akseptor, dengan cakupan proporsi tertinggi yaitu suntik

sebanyak 361 akseptor (53,7%), implant sebanyak 150 akseptor (22,3%), IUD

sebanyak 76 akseptor (11,3%), pil sebanyak 46 akseptor (6,8%), MOW

sebanyak 35 akseptor (5,2%), kondom sebanyak 4 akseptor (0,6%) dan MOP

sebanyak 0 akseptor (0%).9

Data KB di desa Kabuaran PUS 225, KB 171 tidak KB 54,

pesuningan, 211 KB 165 tidak KB 46, Kedungbulus PUS 205 KB 145 tidak

KB 60, prembun PUS 200 KB, 139 tidak KB 61, Pecarikan PUS 198 KB 135

tidak KB 63, sembir kadipaten PUS 180 KB 110 tidak KB 70, Kedungwaru
4

PUS 170 KB 109 tidak KB 61, Mulyosri 167 KB 108 tidak KB 59 dan

sidogede PUS 152 KB 102 tidak KB 50.

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN tahun

2010-2014) mengarahkan pengendalian kelahiran penduduk dengan tiga

prioritas, yaitu revitalisasi program KB, menyerasikan kebijakan

pengendalian penduduk, meningkatkan ketersediaan dan kualitas data yang

akurat dan tepat waktu. Di dalam dokumen RPJMN menyebutkan bahwa

dalam rangka mempercepat pengendalian jumlah angka kelahiran penduduk

melalui program penggunaan metode kontrasepsi. Secara nasional program

KB yang ada di Indonesia lebih diarahkan pada penggunaan Metode

Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) dibandingkan Non-Metode Kontrasepsi

Jangka Panjang (Non- MKJP).6

Usia produktif perempuan pada umumnya adalah 15-49 tahun. Maka

dari itu perempuan atau pasangan usia subur ini lebih diprioritaskan untuk

menggunakan kontrasepsi atau cara KB. Tingkat pencapaian pelayanan KB

dapat dilihat dari cakupan peserta KB yang sedang atau pernah menggunakan

kontrasepsi, tempat pelayanan KB, dan jenis kontrasepsi yang digunakan oleh

akseptor.8

Beberapa factor yang mempengaruhi penggunaan kontrasepsi adalah

pengetahuan, dukungan suami dan pengalaman KB. Semakin baik

pengetahuan seseorang tentang kontrasepsi semakin rasional dalam

menggunakan kontrasepsi. Pengalaman istri dalam penggunaan kontrasepsi

yang dipilih merupakan hal yang tidak terlupakan. Pengalaman baik


5

akan selalu dijadikan acuan untuk mengikuti program keluarga berencana.4

Dukungan suami juga mempengaruhi penggunaan kontrasepsi, karena istri

yang mendapat dukungan dari suami akan menggunakan kontrasepsi secara

terus menerus sedangkan yang tidak mendapatkan dukungan akan sedikit yang

menggunakan kontrasepsi.10

Data Unit Pelaksana Teknis (UPT) KB di desa Pesuningan Kabupaten

Kebumen diperoleh hasil bahwa jumlah Pasangan Usia Subur (PUS) sebanyak

211 peserta dengan rincian, KB dengan metode IUD sebanyak 117 orang

(55,45%), MOW sebanyak 13 orang (6.16%), suntik sebanyak 34 orang

(16,11%), pil sebanyak 1 orang (0,47%) dan 46 orang (21,80%) sedang tidak

menggunakan kontrasepsi. Data yang sedang tidak menggunakan kontrasepsi

karena ingin mempunyai anak segera dan sedang hamil.9

Berdasarkan studi pendahuluan yang telah dilakukan pada bulan

September 2019 di desa Pesuningan kabupaten kebumen didapatkan data

pasangan usia subur sebanyak 211, diantaranya 46 pasangan usia subur tidak

KB dan 165 pasangan usia subur melakukan KB. Hasil wawancara secara

langsung terhadap 10 pasangan usia subur, 50% ibu diantaranya mengatakan

karena tidak tahu tentang jenis- jenis kontrasepsi yang sesuai, keuntungan

dari kontrasepsi dan cara pemakaian kontrasepsi. Kemudian 30% ibu lainnya

mengatakan karena tidak di dukung oleh suami dengan alasan suami

mengeluh saat berhubungan seksual, suami takut efek samping kontrasepsi

yang digunakan istrinya dan 20% ibu diantaranya mengatakan mempunyai


6

pengalaman yang tidak menyenangkan karena mengalami kegagalan dan

mengalami perubahan berat badan.

Berdasarkan fenomena tersebut, maka peneliti tertarik untuk

mengetahui lebih dalam mengenai Gambaran penggunaan alat kontrasepsi

pasangan usia subur Di Desa Pesuningan Kabupaten Kebumen.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka peneliti dapat merumuskan

masalah “Bagaimana Gambaran penggunaan alat kontrasepsi pasangan usia

subur Di Desa Pesuningan Kabupaten Kebumen”?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Mengetahui Gambaran penggunaan alat kontrasepsi pasangan usia subur

Di Desa Pesuningan Kabupaten Kebumen

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui karakteristik responden (suami dan istri) berdasarkan

umur, pendidikan, pekerjaan pada pasangan usia subur di Desa

Pesuningan Kabupaten Kebumen.

b. Gambaran penggunaan alat kontrasepsi pada suami dan istri usia

subur Di Desa Pesuningan Kabupaten Kebumen


7

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Instansi Terkait

Penelitian ini dapat digunakan sebagai masukkan dalam upaya

meningkatkan program keluarga berencana yang diberikan kepada

pasangan usia subur dalam penggunaan kontrasepsi dengan tujuan

yang diinginkan bersama antara suami dan istri.

2. Bagi Masyarakat

Meningkatkan kesadaran pasangan usia subur akan pentingnya

penggunaan kontrasepsi untuk mengatur kelahiran atau menjarangkan

kelahiran dengan memanfaatkan pelayanan kesehatan yang tersedia.

3. Bagi Peneliti Lain

Sebagai referensi tambahan dan data dasar bagi penelitian sejenis yang

meneliti mengenai penggunaan kontrasepsi.

E. Originalitas Penelitian

Tabel 1.1 originalitas penelitian


8

No Peneliti /Judul Metode Hasilpenelitian Perbedaan

1. Gambaran Rancangan Perilaku penggunaan Penelitian sebelumnya


Perilaku Wanita penelitian kontrasepsi Gambaran Perilaku
Dalam adalah RAP sterilisasi wanita di Wanita Dalam
Penggunaan (Rapid wilayah kerja Penggunaan
Kontrasepsi Assesment Puskesmas Kontrasepsi
Strerilisasi Procedure). Pamulang karena Strerilisasi sedangkan
Wanita Di indikasi medis. penelitian sekarang
Pamulang, Kota gambaraan penggunaan
Tangerang alat kontrasepsi pada
Selatan pasangan usia subur
Mizna Sabilla
2016
2 gambaran wanita Metode: Jenis Hasil penelitian Penelitian sebelumnya
usia subur (wus) penelitian menyatakan bahwa gambaran penggunaan
pengguna iud yang akseptor pengguna KB IUD sedangkan
dan implant di digunakan IUD pada variabel penelitian sekarang
provinsi dalam pendidikan gambaraan penggunaan
sumatera selatan penelitian ini menengah alat kontrasepsi pada
Dewi 2016 adalah merupakan variabel pasangan usia subur
penelitian yang paling
kuantitatif dominan yang
yang bersifat mempunyai
deskriptif hubungan pada
analitik Wanita Usia Subur
(WUS) tertinggi
sebesar 6 responden
atau 37,5 persen.
Sedangkan akseptor
pengguna Implant
pada umur kawin
pertama beresiko
sebesar 36
responden atau
64,4 persen,
pendidikan dasar
sebesar 28
responden atau
50,0 persen di
Provinsi Sumatera
Selatan.
3 Faktor – Faktor Penelitian ini Hasil penelitian : Penelitian sebelumnya
Yang menggunakan menunjukkan faktor-faktor yang
Berhubungan metode sebagian besar mempengaruhi
Dengan deskriptif responden memilih pemilihan kontrasepsi
Pemilihan analitik non Metode sedangkan penelitian
Kontrasepsi Kontrasepsi Jangka sekarang gambaraan
Pasangan Usia Panjang. Faktor penggunaan alat
Subur Di sosial ekonomi, kontrasepsi pada
Puskesmas pendidikan, pasangan usia subur
Damau partisipasi
Kabupaten suami/isteri, umur
Talaud memiliki hubungan
Anita Lontaan dengan pemilihan
2014 kontrasepsi, dan
faktor paritas tidak
memiliki hubungan
dengan pemilihan
kontrasepsi.
9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teori

1. Kesehatan Reproduksi

a. Definisi

Kesehatan reproduksi adalah keadaan sehat secara fisik, mental,

dan sosial secara utuh, tidak semata-mata bebas dari penyakit atau

kecacatan yang berkaitan dengan sistem, fungsi, dan proses

reproduksi. Kesehatan reproduksi menurut Depkes RI adalah suatu

keadaan sehat, secara menyeluruh mencakup fisik, mental dan

kedudukan sosial yang berkaitan dengan alat, fungsi serta proses

reproduksi, dan pemikiran kesehatan reproduksi bukan hanya kondisi

yang bebas dari penyakit, melainkan juga bagaimana seseorang dapat

memiliki seksual yang aman dan memuaskan sebelum dan sudah

menikah10

b. Perubahan Fisik Yang Mulai Menandai Kematangan Reproduksi


10

Terjadi pertumbuhan fisik yang cepat pada remaja, termasuk

pertumbuhan organ-organ reproduksi (organ seksual) untuk mencapai

kematangan, sehingga mampu melangsungkan fungsi reproduksi.

Perubahan ini ditandai dengan munculnya tanda-tanda sebagai

berikut10:

1) Perubahan seks primer

Perubahan seks primer ditandai dengan mulai


9
berfungsinya alat-alat reproduksi yaitu ditandai dengan haid

pada wanita dan mimpi basah pada laki-laki.

2) Perubahan seks sekunder

Pada remaja putri yaitu pinggul melebar, pertumbuhan

rahim dan vagina, payudara membesar, tumbuh rambut di ketiak

dan sekitar kemaluan atau pubis.

Pada remaja laki-laki yaitu terjadi perubahan suara,

tumbuhnya jakun, penis dan buah zakar bertambah besar,

terjadinya ereksi dan ejakulasi, dada lebih besar, badan berotot,

tumbuhnya kumis, cabang dan rambut disekitar kemaluan dan

ketiak

c. Dasar Pengetahuan kesehatan Reproduksi pada Pasangan

1) Pengetahuan tentang perubahan fisik, kejiwaan, dan kematangan

seksual. Misalnya informasi tentang haid dan mimpi basah,

tentang alat reproduksi remaja laki-laki dan perempuan.


11

2) Proses reproduksi yang bertanggung jawab sebagai bekal

pemahaman seks bagi kebutuhan manusia secara biologis,

menyalurkan dan mengendalikan naluri seksual yang menjadi

kegiatan positif seperti olahraga atau hobi yang bermanfaat.

Sementara penyaluran berupa hubungan seksual hanya untuk

melanjutkan keturunan yaitu dengan cara menikah terlebih

dahulu.

3) Pergaulan yang sehat antara remaja laki-laki dan perempuan,

serta kewaspadaan terhadap masalah remaja yang banyak

ditemukan. Remaja juga memerlukan pembekalan tentang kiat

untuk mempertahankan diri secara fisik maupun psikis dan

mental dalam menghadapi berbagai godaan, seperti ajakan untuk

melakukan hubungan seksual diluar nikah dan penggunaan

NAPZA.

4) Persiapan pranikah. Informasi ini diperlukan agar calon

pengantin lebih siap secara mental dan emosional dalam

memasuki kehidupan berkeluarga.

5) Kehamilan dan persalinan, serta cara pencegahannya. Remaja

perlu mengetahui tentang hal ini, sebagai persiapan remaja laki-

laki dan perempuan dalam memasuki kehidupan berkeluarga

masa depan.

2. Pasangan Usia Subur (PUS)

a. Definsi PUS
12

Pasangan Usia Subur (PUS) adalah pasangan suami istri yang

terikat dalam perkawinan yang sah yang umur istrinya antara 15-49

tahun. Pasangan Usia Subur adalah pasangan suami-istri yang istrinya

berumur 15-49 tahun dan masih haid, atau pasangan suami-istri yang

istrinya berusia kurang dari 15 tahun dan sudah haid, atau istri sudah

berumur lebih dari 50 tahun, tetapi masih haid (datang bulan).

b. Faktor-faktor yang Memengaruhi PUS Menjadi Akseptor KB

PUS merupakan sasaran utama program KB sehingga perlu

diketahui bahwa: 10

1) Hubungan urutan persalinan dengan risiko ibu-anak paling aman

pada persalinan kedua atau antara anak kedua dan ketiga

2) Jarak kehamilan 2–4 tahun, adalah jarak yang paling aman bagi

kesehatan ibu-anak.

3) Umur melahirkan antara 20–30 tahun, adalah umur yang paling

aman bagi kesehatan ibu-anak.

4) Masa reproduksi (kesuburan) dibagi menjadi 3, yaitu: masa

menunda kehamilan/kesuburan (sampai usia 20 tahun), masa

mengatur kesuburan/menjarangkan (usia 20-30 tahun), masa

mengakhiri kesuburan/tidak hamil lagi (di atas usia 30 tahun).

Masa reproduksi (kesuburan) ini merupakan dasar dalam pola

penggunaan kontrasepsi rasional.

Jumlah anak yang diinginkan dikategorikan berdasarkan jumlah

anak lahir hidup yang mendasari besar keluarga. Keluarga dikatakan


13

sebagai keluarga kecil, jika maksimal memiliki dua anak. Dengan

demikian, pengkategorian jumlah anak yang diinginkan menjadi:

1) sedikit, jika keluarga menginginkan sebanyak banyaknya

memiliki dua anak;

2) sedang, jika keluarga menginginkan anak sebanyak tiga hingga

lima anak;

3) banyak, jika keluarga menginginkan sedikitnya memiliki enam

anak (BPS, 2013)

c. Dampak Mempunyai Banyak anak

Hartoyo (2015) yang menyebutkan nilai anak sebagai nilai

keseluruhan dari seorang anak yang terdiri dari nilai positif dan nilai

negatif. Nilai positif merupakan kepuasan atau kegunaan yang

dirasakan orang tua, sementara itu nilai negatif merupakan biaya

atau beban yang ditimbulkan oleh keberadaan seorang anak.

Manfaat/kepuasan dan biaya/beban tersebut tidak semata-mata aspek

finansial (monetary), tetapi juga aspek psikologis dan sosial. Hartoyo

dkk, 2015, Studi Nilai Anak yang Dinginkan dan Keikutsertaan

Orang Tua dalam KB, Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen

(IKK), Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor

Persepsi orang tua terhadap nilai anak berpengaruh terhadap

jumlah anak yang diinginkan (demand for children). (Sukarno, 2010)

menemukan hubungan positif antara nilai anak dan jumlah anak

yang diinginkan. Ketika anak dipersepsikan memiliki kegunaan dan


14

manfaat yang besar maka orang tua menginginkan jumlah anak yang

lebih banyak. Sementara itu, ketika orang tua berpersepsi bahwa

biaya atau beban karena memiliki anak lebih besar, maka orang tua

meminginkan anak yang lebih sedikit Muchtar dan Purnomo

(2009),Walaupun demikian, ada faktor lain, seperti pendapatan, latar

belakang sosial dan budaya, modernisasi, serta kebijakan pemerintah

yang secara langsung ataupun tidak langsung berpengaruh terhadap

jumlah anak yang diinginkan.

Pengaruh Jumlah anak yang cenderung berlebih (>2 Anak):

1. Meningkatkan risiko terkena penurunan daya ingat Alzheimer

hingga 70 persen lebih besar jika dibandingkan dengan wanita

yang melahirkan satu atau dua anak saja.

2. Karena terlalu banyak anak, anak merasa kurang kasih saying

3. meningkatkan risiko komplikasi kehamilan.

4. Pola asuh terganggu (BkPbn,2013)

3. Keluarga Berencana (KB)

a. Definisi Keluarga Berencana

Keluarga berencana adalah upaya peningkatan keperdulian

masyarakat dalam mewujudkan keluarga kecil yang bahagia sejahtera

(Undang-undang No.10/1992) dalam Program tersebut dibuat oleh

pemerintah untuk meminimalisir laju pertumbuhan penduduk. KB

berarti menjarangkan anak dan orang tua bebas menentukan jumlah

anaknya sendiri.22
15

b. Tujuan keluarga berencana

Tujuan umum keluarga berencana adalah mewujudkan visi dan

misi program KB yaitu membangun kembali dan melestarikan pondasi

bagi pelaksana program KB dimasa mendatang untuk mencapai

keluarga berkualitas. Tujuan program keluarga berencana adalah

untuk meningkatkan derajat kesehatan ibu dan anak, keluarga, serta

masyarakat.23 Sedangkan menurut Aryanti H (2014) tujuan dari

keluarga berencana adalah menurunkan angka kelahiran dengan

menggunakan alat kontrasepsi secara suka rela.9

c. Sasaran keluarga berencana

Sasaran program KB dibagi menjadi 2 yaitu sasaran

langsung dan sasaran tidak langsung, tergantung dari tujuan yang

ingin di capai. Sasaran langsungnya adalah wanita usia subur yang

bertujuan sebagai informasi dan sasaran tidak langsungnya adalah

pelaksana dan pengelola KB, dengan tujuan menurunkan tingkat

kelahiran melalui pendekatan kebijaksanaan kependudukan terpadu

dalam rangka mencapai keluarga yang berkualitas, keluarga

sejahtera.22

d. Pengertian Akseptor KB

Akseptor KB adalah anggota anggota masyarakat yang ikut

gerakan KB dengan melaksanakan penggunaan kontrasepsi. Akseptor

KB disarankan untuk pasangan usia subur (PUS) yang dianjurkan

untuk menggunakan salah satu metode kontrasepsi, karena pada PUS


16

berpeluang besar menghasilkan keturunan dan dapat menimbulkan

angka kelahiran. Akseptor KB dalam penelitian ini adalah WUS yang

sudah menikah dan tinggal bersama dengan suaminya.


17

e. Manfaat program keluarga berencana

Ada tiga manfaat utama bagi akseptor mengikuti program

keluarga berencana. Manfaat KB untuk ibu meliputi: 24

1) Mencegah kehamilan yang tidak diinginkan karena

sudah mempunyai beberapa anak.

2) Mencegah setidaknya 1 dari 4 kematian ibu.

3) Menjaga kesehatan ibu.

4) Merencanakan kehamilan lebih terprogram.

Selain manfaat KB untuk ibu, KB juga bermanfaat untuk anak, yaitu:

1) Mengurangi resiko kematian bayi.

2) Mencegah bayi kekurangan gizi.

3) Kebutuhan ASI eksklusif selama 6 bulan relatif dapat

terpenuhi.

4) Mendapatkan kualitas kasih sayang yang lebih maksimal.

Selain manfaat KB untuk ibu dan anak, KB juga bermanfaat

untuk keluarga, manfaatnya yaitu: Meningkatkan kesejahteraan

keluarga dan harmonisasi keluarga lebih terjaga.

4. Kontrasepsi

Kontrasepsi dibagi menjadi 2 yaitu :

a. Kontrasepsi Hormonal

1) Pengertian

Kontrasepsi ialah usaha-usaha untuk mencegah terjadinya

kehamilan37. kontrasepsi hormonal merupakan salah satu metode


18

kontrasepsi yang paling efektif dan reversibel untuk mencegah

terjadinya konsepsi. Kandungan yang terdapat pada kontrasepsi

hormonal adalah hormon progesteron atau kombinasi hormon

estrogen dan progesteron, prinsip kerjanya mencegah ovarium

mengeluarkan sel telur. Mengentalkan cairan pada leher rahim

sehingga sulit ditembus sperma, membuat lapisan dalam rahim

menjadi tipis dan tidak layak untuk tumbuh hasil konsepsi,

sehingga sel telur berjalan lambat dan akan mengganggu waktu

pertemuan sperma dan sel telur 36.

2) Jenis-jenis kontrasepsi hormonal

Jenis kontrasepsi hormonal, antara lain36:

a) Pil kontrasepsi

Pil kontrasepsi merupakan alat kontrasepsi berupa pil atau

tablet. Pil kontrasepsi terbagi menjadi 2 yaitu pil kombinasi

dan mini pil progestin. Pil kombinasi mengandung hormon

estrogen dan progesterone sedangkan mini pil progestin

mengandung progesteron sintetik atau biasanya di singkat pop

(progesterone only pil) 36

b) Mekanisme kerja

Konrasepsi pil terdiri atas komponen estrogen dan

komponen progestagen, atau salah satu dari komponen hormon

tersebut. Komponen estrogen dalam pil menghalangi maturasi

folikel dalam ovarium dengan cara menekan sekresi FSH.


19

Karena pengaruh estrogen dari ovarium terhadap hipofisis

tidak ada, maka tidak terdapat pengeluaran LH. Pada

pertengahan siklus haid kadar FSH rendah dan tidak terjadi

peningkatan LH, sehingga menyebabkan ovulasi terganggu.

Komponen progestagen dalam pil kombinasi memperkuat

khasiat estrogen untuk mencegah ovulasi, sehingga dalam 95 –

98% tidak terjadi ovulasi 36

c) Kontrasepsi suntik

Terdapat dua hormon yang terkandung dalam kontrasepsi

ini, yaitu hormone progestin dan estrogen seperti hormon yang

terdapat dalam tubuh perempuan. Sehingga kontrasepsi ini

juga disebut sebagai kontrasepsi suntikan kombinasi

(combined injectable contraceptive). Mekanisme kerja

kontrasepsi ini adalah menghalangi ovarium mengeluarkan

ovum (ovulasi) dengan menekan pembentukan Releasing

Factor dari hipotalamus, sehingga folikel tidak terbentuk.

Mengentalkan dinding rahim, sehingga menghambat penitrasi

sperma melalui serviks uteri. Menghalangi implementasi ovum

dalam endometrium 36

Menggunakan metode suntik memiliki keuntungan dan

kekurangan, antara lain36:


20

Keuntungan menggunakan metode suntik ialah,

a) Efektivitas tinggi

b) Pemakaiannya sederhana

c) Cukup menyenangkan bagi aseptor (injeksi 4 kali

setahun)

d) Cocok untuk ibu-ibu yang sedang menyusui

Kekurangan menggunakan metode ini:

a) Sering menimbulkan perdarahan yang tidak teratur

(spotting, breakthrough bleeding)

b) Dapat menimbulkan amenorea.

d) Norplant (implan/susuk)

Norplant adalah alat kontrasepsi yang disusukkan di

bawah kulit. Norplant terdiri dari dua jenis, yaitu norplant I

dan norplant II. Norplant I terdiri dari kapsul sintetik

berongga yang memiliki panjang 34 mm, diameter 2,4 mm,

diisi dengan 36 mg Levonorgestrel (LNG) dan memiliki

masa kerja selama 5 tahun. Sedangkan, norplant II adalah

kapsul sintetik yang tidak berongga, tetapi dibuat dengan

bentuk batang dengan panjang 44 mm, mengandung 70 mg

Levonorgestrel (LNG), lama kerja norplant jenis ini selama

3 tahun 37.

Mekanisme kerja kontrasepsi ini adalah mempersulit

penetrasi sperma dengan mengentalkan lendir serviks uteri.


21

Kontrasepsi ini juga menimbulkan perubahan pada

endometrium sehingga tidak cocok untuk implantasi zygot.

Keunggulan menggunakan kontrasepsi ini adalah cocok

untuk para wanita yang tidak boleh mengkonsumsi obat

yang mengandung estrogen, tidak menaikkan tekanan darah

karena perdarahan yang terjadi lebih ringan, jika

dibandingan dengan menggunakan kontrasepsi dalam rahim

(AKDR) kontrasepsi ini memiliki resiko terjadinya

kehamilan ektopik lebih kecil. Selain itu alat kontrasepsi ini

juga bersifat reversibel yaitu bisa digunakan dalam jangka

panjang (5 tahun)37.

Selain kelebihan alat kontrasepsi ini juga memiliki efek

samping yaitu, pola haid terganggu, seperti spotting,

memanjangnya perdarahan haid atau lebih sering berdarah

(metrorrhagia), tidak terjadinya menstruasi, rasa mual,

timbul sakit kepala dan timbulnya jerawat. Waktu

pemasangan kontrasepsi ini paling baik pada saat sedang

haid atau pada saat pra-ovulasi dari siklus haid, sehingga

adanya kehamilan dapat disingkirkan. Selain waktu

pemasangan, waktu pelepasan juga dilakukan jika terdapat

indikasi seperti efek samping yang timbul sangat

mengganggu dan tidak dapat diatasi dengan pengobatan


22

biasa, atas permintaan pengguna jika mau hamil lagi, sudah

habis masa pakainya, dan jika terjadi kehamilan 37.

b. Kontrasepsi Non-Hormonal

Kontrasepsi non-hormonal adalah kontrasepsi yang tidak

mengandung hormon, di antaranya yaitu sebagai berikut:

1) Alat Kontrasepsi Dalam Rahim(AKDR)

Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) atau yang dikenal

dengan IUD (Intra-Uterine Devices) merupakankontrasepi non

hormonal yang dipasang di rahim 38

AKDR merupakan alat kontrasepsi yang dipasang dalam

rahim dengan menjepit kedua saluran yang menghasilkan

indung telur sehingga tidak terjadi pembuahan, terdiri dari bahan

plastik polietilen, ada yang dililit oleh tembaga dan ada yang

tidak 3

Beberapa jenis alat KB yang bekerja dari dalam rahim

untuk mencegah pembuahan sel telur oleh sperma, salah satunya

adalah spiral, yang bisa bertahan dalam rahim dan terus

menghambat pembuahan sampai 10 tahun lamanya. Setelah itu

harus dikeluarkan dan diganti. Bahan spiral yang paling umum

digunakan adalah plastik, atau plastik bercampur tembaga 38

2) Kontrasepsi Mantap

Kontrasepsi mantap adalah satu metode kontrasepsi yang

dilakukan dengan cara mengikat atau memotong saluran telur


23

(pada perempuan) atau saluran sperma (pada lelaki). Kontap

adalah salah satu cara kontrasepsi untuk mengakhiri kelahiran,

yang dikenal dengan dua macam, yaitu Kontap Pria atau MOP

atau Vasektomi dan Kontap Wanita atau MOW atau

Tubektomi38

Efektifitasnya tinggi, dengan angka kegagalan rendah dan

kejadian kegagalan disebabkan oleh tehnik operatif yang kurang

baik ataupun rekanalisasi spontan, serta efek samping minimal.

Keuntungannya lebih aman (keluhan lebih sedikit), lebih praktis

(hanya memerlukan satu kali tindakan) dan lebih efektif (tingkat

kegagalan sangat kecil) serta ekonomis 38

3) MOW (Metoda Operasi Wanita / Tubektomi)

MOW adalah tindakan penutupan terhadap kedua saluran telur

kanan dan kiri, yang menyebabkan sel telur tidak dapat

melewati sel telur, dengan demikian sel telur tidak dapat

bertemu dengan sperma laki-laki sehingga tidak terjadi

kehamilan. Cara yang dilakukan dengan mengoklusi (mengikat

dan memotong atau memasang cincin) tubafalopi maka sperma

tidak dapat bertemu dengan ovum 38

4) MOP (Metoda Operasi Pria / Vasektomi)

Salah satu bentuk kontrasepsi pria yaitu vasektomi, yang

dilakukan melalui sebuah insisi kecil di skrotum dan lumen vas

deferens dirusak untuk menghambat lewatnya sperma dari


24

testis38 MOP atau vasektomi adalah prosedur klinik untuk

menghentikan kapasitas reproduksi pria dengan melakukan

oklusi vas deferens sehingga alur tranportasi sperma terhambat

dan proses fertilitasi (penyatuan dengan ovum tidak terjadi).

Tindakan oklusi dilakukan terhadap kedua saluran mani sebelah

kanan dan sebelah kiri sehingga tidak dapat menyebabkan

kehamilan 38

c. Alat kontrasepsi

Kontrasepsi adalah obat atau alat yang berfungsi untuk menunda,

atau menjarangkan kehamilan, serta memberhentikan kesuburan

Kontrasepsi adalah upaya untuk mencegah terjadinya kehamilan. Upaya

itu dapat bersifat sementara, dapat pula bersifat permanen. Penggunaan

alat kontrasepsi mempengaruhi angka kelahiran.13

a. Jenis-jenis alat kontrasepsi

Menurut efektifitasnya, metode kontrasepsi dibagi menjadi

metode kontrasepsi sederhana/ alamiah (MAL, senggama terputus dan

sistem kalender, efektif (suntik, pil, KB, implant), dan mantap

(vasektomi/MOP, dan tubektomi/MOW).25

1) Kontrasepsi sederhana/alamiah

Kontrasepsi sederhana/alamiah (Metode Amenore

Laktasi-MAL), merupakan kontrasepsi alami dengan cara

menyusui. Menyusui mempunyai efek menjarangkan kelahiran

anak, dimana hal ini sangat penting di negara berkembang


25

sebagai alat untuk membatasi jumlah penduduk. Metode dengan

menyusui dapat dijadikan sebagai alat kontrasepsi bila

memenuhi syarat, yaitu: menyusui secara penuh, belum

menstruasi, usia bayi kurang dari 6 bulan, metode ini bisa

efektif sampai 6 bulan, harus dilanjutkan dengan pemakaian

metode kontrasepsi lainnya.26

Adapun keuntungan menggunakan alat kontrasepsi

secara alamiah yaitu: tidak mengganggu senggama, tidak perlu

pengawasan medis, tidak perlu obat dan alat, serta tanpa biaya.

Selain itu, ada manfaat untuk bayi dan untuk ibu dari

penggunaan kontrasepsi alamiah. Untuk bayi, manfaatnya

adalah untuk mendapatkan kekebalan pasif mendapatkan

antibodi perlindungan lewat ASI, sumber asupan gizi yang

terbaik dan sempurna untuk tumbuh kembang bayi yang

optimal. Sedangkan untuk ibu manfaatnya yaitu dapat

meningkatkan hubungan psikologis ibu dan bayi.

Kontraindikasi penggunaan kontrasepsi dengan ASI adalah

sudah mendapat menstruasi setelah persalinan, tidak menyusui

secara ekslusif, bayi sudah berumur 6 bulan, bekerja dan

terpisah dari bayi lebih lama.26

Alat kontrasepsi sederhana/alami lainnya, yaitu dengan

metode coitus interuptus (metode senggama terputus) yaitu

teknik mencegah kehamilan dengan mengeluarkan penis dari


26

kemaluan wanita sebelum terjadinya pancaran sperma.

Keuntungannya yaitu tanpa biaya, efektif jika dilakukan dengan

benar, dapat digunakan sebagai pendukung metode lainnya.

Kerugiannya yaitu akan terjadi kehamilan jika ada sperma yang

keluar sebelum ejakulasi, kontraindikasinya yaitu ejakulasi

dini, tidak bersedia melakukan senggama terputus.27

Metode kontrasepsi yang lain yaitu dengan Sistem

kalender/ pantang berkala yaitu metode kontrasepsi dimana

pasangan suami istri tidak melakukan senggama saat masa

subur. Kerugiannya yaitu akan terjadi kehamilan jika salah

menghitung masa subur dan tidak bisa diterapkan jika siklus

haid tidak teratur

2) Kontrasepsi efektif

Metode kontrasepsi efektif dibagi menjadi kontrasepsi

hormonal dan non hormonal yang termasuk kontrasepsi

hormonal yaitu pil KB, suntik, dan implant. Metode kontrasepsi

pil KB ada dua macam, yaitu pil KB kombinasi (estrogen dan

progresteron) dan mini pil (progresteron). Kontrasepsi pil

progrestin (mini pil) adalah pil KB yang mengandung hormon

progesterone sintesis saja. Kontraindikasi dari mini pil yaitu:

hamil/diduga hamil, perdarahan pervaginam yang belum jelas

penyebabnya, menggunakan obat tuberkolusis atau obat


27

epilepsi, kanker payudara atau riwayat kanker payudara,mioma

uteri, riwayat stroke.26

Beberapa kentungan dan kerugian pil KB adalah: tidak

mengganggu hubungan seksual, tidak mempengaruhi ASI,

setelah akseptor menghentikan pemakaian, dapat segera hamil

kembali. Disamping keuntungan alat kontrasepsi pil KB,

adapun kerugian menggunakan alat kontrasepsi tersebut, yaitu:

mengalami gangguan menstruasi, terjadi peningkatan berat

badan, harus di minum setiap hari dan pada waktu yang sama

yakni diminum pada malam hari, karena aktivitas levonorgestrel

(hormon yang mengambat ovulasi) mengurangi gerakan saluran

telur (dan menurunkan kadar globulin pengikat hormon seks

didalam sirkulasi, resiko kehamilan ektopik yaitu kehamilan

dengan implantasi yang terjadi diluar rongga uterus menjadi

tinggi (4 dari 100 kehamilan).29

Cara pemakaian yang tepat menggunakan alat

kontrasepsi pil KB, yaitu:26

a) Minum pil pertama pada hari 1-5 siklus menstruasi.

b) Minum pil setiap hari pada saat yang sama. Bila menyusui

antara 6 minggu dan 6 bulan pasca persalinan tidak

menstruasi, mini pil dapat diminum setiap saat.

c) Bila lupa 1 atau 2 pil, minum segera pil yang terlupa dan

gunakan metode pelindung sampai akhir bulan begitu. Bila


28

terlambat lebih dari 3 jam, minumlah pil tersebut begitu

ingat.

Alat kontrasepsi hormonal lainnya yakni suntik.

Kontrasepsi suntikan depo progrestin merupakan salah

satu jenis metode kontrasepsi hormonal. Kontrasepsi hormonal

jenis KB suntikan ini di Indonesia semakin banyak dipakai

karena kerjanya yang efektif, pemakaiannya yang praktis,

harganya relatif murah dan aman. Kontrasepsi suntik tidak

berpengaruh pada hubungan suami-istri.30 Keuntungan atau

manfaat kontrasepsi suntik diantararanya klien tidak perlu

menyimpan obat, jangka panjang dan efek sampingnya sangat

kecil.26 Masalah yang sering terjadi dalam kontrasepsi suntik

adalah terlambatnya akseptor KB mendapatkan suntikan, dapat

terjadi perdarahan yang tidak teratur, terjadi amenorea,

berat badan bertambah dan muncul keluhan pusing dan mual.

Kelebihan penggunaan kontrasepsi suntik yaitu pemakaian

sederhana dan aman Kontraindikasi dari KB suntik adalah

riwayat kanker payudara dan organ reproduksi, perdarahan

pervaginam yang tidak diketahui penyebabnya.31

Implant merupakan kontrasepsi jangka panjang untuk

mengatur jarak kelahiran.32 Implant terdiri dari 2 batang

kapsul silastik, yang mengandung 75 mg levonorgestrel

dengan lama kerja 3 tahun. Lokasi pemasangan dibagian dalam


29

lengan atas melalui suatu tindakan operasi kecil. Khasiat

kontrasepsi jenis implant ini timbul beberapa jam setelah

insersi, sedangkan tingkat kesuburan atau fertilisasi akan

kembali segera setelah pencabutan. Ada keuntungan dari

penggunaan alat kontrasepsi implant, yaitu: efektifitasnya

tinggi, perlindungan jangka panjang, pengembalian kesuburan

yang cepat setelah pencabutan/ pemberhentian pemakaian,

tidak mengganggu kegiatan senggama, tidak mengganggu ASI,

dan dapat dicabut setiap saat sesuai dengan kebutuhan.26

Akan tetapi ada kerugian dari penggunaan alat

kontrasepsi jenis implant. Kontrasepsi implant dapat

menyebabkan perubahan pola menstruasi, berupa perdarahan

bercak (spotting). Selain itu juga menimbulkan keluhan yang

terjadi seperti, peningkatan berat badan, timbul jerawat,

perubahan perasaan (mood) atau kegelisahan, membutuhkan

tindak pembedahan minor untuk insersi dan pencabutan,

tidak memberikan efek protektif terhadap infeksi menular

seksual termasuk AIDS, pasien tidak dapat menghentikan

sendiri pemakaian kontrasepsi. Kontraindikasi pemasangan

implant yaitu hamil/diduga hamil, perdarahan pervaginam

yang belum jelas penyebabnya, hamil/ diduga hamil, kanker

payudara atau riwayat kanker payudara, diabetes mellitus.26


30

Alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR) atau intra

uterine device (IUD)/ T/ Spiral adalah satu alat kontrasepsi

modern diletakkan dalam kavum uteri sebagai usaha

kontrasepsi, menghalangi fertilisasi, dan menyulitkan telur

berimplantasi dalam uterus. IUD merupakan alat kontrasepsi

non hormonal yang di pasang di rahim.33 Benda asing dalam

rahim tersebut akan menimbulkan reaksi yang dapat mencegah

sel telur yang telah dibuahi kedalam rahim. Keuntungan

dengan menggunakan metode ini adalah tidak mengganggu

produksi ASI jika sedang menyusui dan dapat digunakan

jangka panjang 2-5 tahun. Sedangkan kerugian menggunakan

metode ini adalah, rasa tidak enak diperut, perdarahan, infeksi,

dan gangguan pola menstruasi. Kontraindikasi pemasangan

IUD dibagi menjadi kontraindikasi mutlak seperti hamil,

infeksi traktus genitalia, metroragia, dan TBC pelvis. Selain itu

ada kontraindikasi relatif seperti kelainan uterus (mioma, polip,

jaringan parut bekas seksio cesarea, insufisiensi serviks, tumor

ovarium, gonore, dismenore.34

3) Kontrasepsi mantap

Medis Operatif Wanita (MOW) merupakan tindakan

penutupan terhadap kedua saluran telur kanan dan kiri, yang

menyebabkan sel telur tidak dapat melewati saluran tersebut,

dengan demikian sel telur tidak dapat bertemu dengan sperma


31

laki-laki sehingga tidak akan terjadi kehamilan.35 Keuntungan

menggunakan metode ini adalah: Perlindungan untuk mencegah

kehamilan sangat tinggi, dapat digunakan seumur hidup,

tidak ada efek samping dalam hasrat berhubungan seksual,

ekonomis (hanya memerlukan satu kali tindakan.35 Metode

kontrasepsi dengan vasektomi/ MOP adalah salah satu bentuk

pemandulan dengan pemotongan kedua saluran mani disebelah

kanan dan kiri. Keuntungan menggunakan alat kontrasepsi ini

adalah tingkat kegagalan yang kecil, berjangka panjang dan

efek samping yang kecil. Kontraindikasi dari vasektomi yaitu

pasangan suami-istri masih menginginkan anak lagi, suami

menderita penyakit kelamin, jika keadaan suami istri tidak

stabil, da nada tanda-tanda peradangan pada buah zakar.30

d. Faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan KB

Faktor keputusan untuk menggunakan alat kontrasepsi tidak

terlepas dari faktor perilaku yang dimiliki oleh masing-masing individu.

Faktor- faktor penyebab perilaku memilih menggunakan alat kontrasepsi

dibagi menjadi 3, adalah sebagai berikut:11

a. Faktor presdiposisi

Merupakan faktor internal dari individu itu sendiri, keluarga,

kelompok atau masyarakat yang mempermudah untuk menentukan

alat kontrasepsi yang digunakan. Contoh: usia, tingkat pendidikan,

tingkat pengetahuan.
32

1) Usia

Usia merupakan suatu indeks perkembangan seseorang.

Usia individu terhitung mulai saat dilahirkan, semakin cukup

umur, tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih

matang dalam berfikir dan bekerja. Berdasarkan hasil penelitian

didapatkan bahwa terdapat hubungan antara umur terhadap

penggunaan alat kontraspesi.12

Penggunaan alat kontrasepsi lebih rendah pada Pasangan

Usia Subur adalah pasangan suami-istri yang istrinya berumur 15-

49 tahun dan masih haid, atau pasangan suami-istri yang istrinya

berusia kurang dari 15 tahun.

2) Tingkat pendidikan

Pendidikan adalah upaya untuk memberikan pengetahuan

sehingga terjadi perubahan perilaku positif yang meningkat.

Tingkat pendidikan berpengaruh terhadap keinginan seseorang dan

pasangan untuk menentukan jumlah anak.13 Tingkat pendidikan

masyarakat sebagai landasan utama dalam memahami masalah

keluarga berencana dan alat kontrasepsi sangat menentukan

keberhasilan program BKKBN. Pendidikan merupakan sarana

utama dan suksesnya tujuan pelaksanaan keluarga berencana.

Pendidikan diperlukan untuk mendapatkan informasi misalnya hal-

hal yang menunjang kesehatan, sehingga dapat meningkatkan

kesehatan dan kualitas hidup. wanita berpendidikan tinggi


33

berkeinginan memiliki sedikit anak dibandingkan dengan yang

berpendidikan rendah.13

3) Tingkat pengetahuan

Pengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu dan dan ini

terjadi setelah orang melakukan pendengaran, penciuman, rasa dan

raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata

dan telinga. Hasil penelitian yang dilakukan terdapat hubungan

yang signifikan antara tingkat pengetahuan seseorang dengan

penggunaan alat kontrasepsi. Pengetahuan seseorang tentang

sesuatu dapat berbeda-beda ada yang kurang, cukup dan baik. Hal

tersebut tergantung dari pendidikan metode dan fasilitas untuk

mendapat pengetahuan. Hasil penelitian tersebut pengetahuan

tentang alat kontraspesi dari responden yang paling banyak adalah

yang tingkat pengetahuannya cukup. Menurut penelitian tersebut

menunjukan bahwa pengetahuan sangat perlu diberikan kepada

calon akseptor KB agar dapat diterima dengan baik.14

b. Faktor pendukung

Merupakan faktor yang mendukung individu untuk memilih alat

kontrasepsi. Contoh: keamanan alat kontrasepsi, ketersediaan alat

kontrasepsi, dan tempat pelayanan kontrasepsi.

c. Faktor pendorong
34

Merupakan faktor yang menguatkan perilaku, seperti sikap dan

ketrampilan petugas kesehatan, atau petugas yang lain. Contoh:

dukungan suami, sosial budaya, dan tingkat sosial ekonomi/

pendapatan.

1) Dukungan suami

Dukungan adalah kekuatan yang mengatur perilaku untuk

pencapaian tujuan dari seseorang yang memiliki hubungan dengan

individu. Sedangkan dukungan suami merupakan suatu bentuk

perwujudan dari sikap perhatian dan kasih sayang kepada istri.15

Dukungan suami merupakan salah satu faktor penguat yang

dapat mempengaruhi seseorang dalam berperilaku. Aspek- aspek

dukungan dari keluarga (suami), yaitu: dukungan emosional,

informasi, instrumental, dan penghargaan serta dorongan terhadap

ibu secara moral maupun material, dimana dukungan suami

mempengaruhi ibu untuk menjadi akseptor Keluarga Berencana

(KB). Dukungan suami terdiri dari 4 bentuk, yaitu dukungan

informasional, penilaian, instrumental dan emosional. Pada

dukungan informasional suami ikut serta dalam mencarkan

informasi terkait KB. Pada dukungan penilaian suami ikut serta

dalam berkonsultasi dan memilih alat kontrasepsi yang digunakan.

Pada dukungan instrumental suami bersedia untuk mengantarkan

ke tempat pelayanan untuk pemasangan dan membiayainya.16 Pada

dukungan emosional suami bersedia untuk membantu istri dalam


35

mencari pertolongan saat ada komplikasi. Selain itu, dukungan

emosional yang lain seperti mendorong adanya ungkapan

perasaan, memberikan nasehat atau informasi terkait alat

kontrasepsi, dan menanyakan kondisi setelah menggunakan alat

kontrasepsi.17

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Rafidah dan Wibowo

(2012) pada ibu yang mendapat dukungan dari suami lebih patuh

terhadap jadwal untuk ber-KB. Dukungan instrumental dan

emosional yang kurang oleh suami mempengaruhi WUS dalam

melakukan kunjungan ulang untuk melakukan KB.17

2) Sosial budaya

Masyarakat Indonesia terkenal dengan kebudayaannya

yang beragam, dan mempengaruhi perilaku manusia yang

mempunyai kebudayaan tersebut. Budaya merupakan

pemahaman, perasaan, suatu bangsa meliputi pengetahuan,

kepercayaan, seni, moral, hukum, adat istiadat dan pembawaan

lainnya yang diperoleh dari anggota masyarakat itu sendiri.

Budaya juga dapat diartikan sebagai pandangan dunia dan satu set

tradisi yang kelompok sosial tertentu menggunakan dan

mengirimkan ke generasi berikutnya.18 Kebudayaan menunjuk

pada berbagai aspek kehidupan dalam setiap masyarakat, yang

oleh para anggotanya dikembangkan sebagai pola-pola budaya

ideal yang memuat hal-hal yang oleh sebagian masyarakat


36

tersebut diakui sebagai kewajiban yang harus dilakukan

pada keadaan tertentu. Tidak semua orang dalam kebudayaannya

selalu berbuat seperti apa yang telah dipatokkan, sebab bila

masyarakat selalu mengikuti kepercayaan yang ada pada

masyarakatnya maka tidak akan ada apa yang disebut dengan

batasan budaya. Budaya masyarakat biasanya bersifat

keagamaan.18

Keyakinan dan ajaran agama, yang memandang anak

adalah sebuah ketentuan dari Allah serta budaya keluarga besar

yang mempercayai bahwa banyak anak banyak rezeki masih

diyakini oleh masyarakat sehingga orang enggan menggunakan

alat kontrasepsi. Kebudayaan yang lain yaitu menginginkan

kelahiran anak dengan jenis kelamin tertentu walaupun

sudah memiliki banyak anak.19

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Assalis H. (2015)

menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara sosial budaya

dengan pemilihan metode kontrasepsi dengan hasil dari 116

responden, sebanyak 60 responden memiliki sosial budaya yang

tidak mendukung, dan sebagian mendukung.20

3) Tingkat sosial ekonomi/pendapatan

Menurut Tjitoherijanto (2008) dalam Wulandari F.I.

(2013), Pendapatan adalah seluruh penerimaan baik berupa uang

maupun barang baik dari pihak lain maupun dari hasil sendiri.
37

Sedangkan pendapatan rumah tangga adalah pendapatan yang

diperoleh seluruh anggota keluarga yang bekerja. Pendapatan

dapat terbagi dalam 3 jenis, yaitu:21

a) Upper class (Tingkat Atas)

Mereka yang berada pada lapisan ini umumnya tingkat

pendapatannya tinggi, mereka juga memiliki benda-

benda berharga seperti uang, tanah luas, mobil dan sebagainya.

Pekerjaannya seperti wiraswasta, manager, banker, dan

sebagainya. Berdasarkan penetapan Upah Minimum

Kabupaten (UMK) Kabupaten Brebes tahun 2017 sebesar Rp

1.418.000 tiap bulannya sehingga besarnya pendapatan lapisan

ekonomi kelas atas 3x diatas UMK.

b) Middle class (Menegah)

Keluarga pada lapisan ini tingkat pendapatannya cukup untuk

memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, tetapi kepemilikan

barang-barang berharga hanya sebagai tabungan. Pekerjaannya

berupa perdagangan, pegawai, negri dan sebagainya. Pada

lapisan ekonomi tingkat menengah besar pendapatan

perbulannya 2x diatas Upah Minimum Kabupaten (UMK).

c) Lower class (Tingkat bawah)

Keluarga pada lapisan ini tingkat pendapatannya

rendah dan tidak tetap karena pekerjaan mereka juga tidak

tetap. Pekerjaannya meliputi buruh, pedagang kecil dan


38

sebagainya. Pada lapisan ekonomi tingkat bawah, besar

pendapatan perbulannya kurang atau sama dengan Upah

Minimum Kabupaten (UMK).

Tingkat pendapatan keluarga berpengaruh terhadap

penggunaan alat kontrasepsi, ibu dengan tingkat penghasilan

yang tinggi akan cenderung menyisihkan sebagian

penghasilannya untuk melakukan KB yang notabene masih

berbayar. Sedangkan ibu yang berpenghasilan rendah akan

memilih alat kontrasepsi yang lebih ekonomis bahkan ada

yang tidak melakukan KB karena terkendala biaya.

Hasil penelitian oleh Wulandari & Hastuti (2013)

terdapat hubungan yang signifikan tingkat pendapatan keluarga

dengan pemilihan jenis alat kontrasepsi suntik di BPM Puji

Utomo Desa Kedung Jeruk, Kecamatan Mojogedang

Kabupaten Karanganyar. penggunaan alat kontrasepsi

memerlukan sejumlah biaya untuk memperoleh dan

menggunakannya. Pengguna alat kontrasepsi yang efektif

mengurangi ketidakpastian tentang kapan melahirkan anak dan

memberi kesempatan untuk memanfaatkan waktu dan tenaga

pada peran ekonomi dalam keluarga. Besarnya biaya untuk

mendapatkan alat atau cara KB berhubungan dengan tingkat

sosial ekonomi pendapatan keluarga. Untuk memenuhi

kebutuhan ber-KB keluarga akan menyesuaikan dalam


39

memilih alat atau cara KB sesuai dengan tingkat

kemampuannya. Besar biaya, selain terkait erat dengan

kemampuan ekonomi suatu keluarga, juga berhubungan

dengan jenis tempat memperoleh alat/cara KB salah satunya

alat kontrasepsi suntik yang lebih ekonomis.21


40

B. Kerangka Teori
Pasangan Usia Subur

Faktor penyebab
perilaku individu :
Faktor presdiposisi Pemilihan alat
1. Usia kontrasepsi
2. Pendidikan pasangan usia
3. Pengetahuan subur

Faktor pendukung
a. Keamanan alat
kontrasepsi alat kontrasepsi
b. Ketersediaan alat hormonal dan
kontrasepsi non hormonal
c. Tempat pelayanan

Faktor pendorong
a. Dukungan suami
b. Sosial budaya
c. Tingkat sosial

Keterangan :

: Tidak di teliti

: Di Teliti

Bagan 2.1. Kerangka teori

BAB III
41

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Desain Penelitian

Jenis penelitian ini menggunakan penelitian deskriptif kuantitatif

adalah suatu penelitian untuk mengetahui yaitu suatu metode penelitian yang

dilakukan dengan tujuan utama untuk membuat gambaran atau deskriptif

tentang suatu keadaan secara objektif.36

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran penggunaan alat

kontrasepsi pasangan usia subur di Desa Pesuningan Kabupaten Kebumen.

Penelitian ini menggunakan desain survay yaitu desain penelitian yang

bertujuan untuk mengetahui distribusi antar variabel yang diidentifikasi pada

satu satuan waktu.36

B. Waktu dan Tempat Penelitian

1. Waktu penelitian

Penelitian ini dilakukan pada bulan September 2019 – Maret 2020

2. Tempat penelitian

Penelitian ini laksanakan di Desa Pesuningan Kabupaten Kebumen

C. Populasi, Sampel dan Teknik Sampling

1. Populasi

Merupakan keseluruhan sumber data yang diperlukan dalam suatu

penelitian37. Populasi yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah seluruh

pasangan usia subur di Desa Pesuningan Kabupaten Kebumen sebanyak

211 responden.

33
42

2. Sampel

Merupakan bagian populasi yang akan diteliti atau sebagian jumlah

dari karakteristik yang dimiliki oleh populasi(25). Sampel dalam penelitian

ini adalah pasangan usia subur di Desa Pesuningan Kabupaten Kebumen.

Jumlah sampel penelitian dihitung dengan rumus Solvin

N
n=
1+ N (d 2 )

Dimana:

n = Jumlah sampel

N = Jumlah populasi

d = presisi( di tetapkan 0,1tingkat kepercayaan 90%)

211
n=
1+ 211 (0 , 052 )

211
n=
1,52 = 138,1 dan dibulatkan menjadi 138 pasien .

Untuk menentukan layak atau tidaknya sampel yang mewakili keseluruhan

populasi untuk diteliti, berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi sebagai

berikut :

1. Kriteria inklusi

Kriteria inklusi yaitu karakteristik subyek penelitian dari suatu

populasi target dan terjangkau yang akan diteliti. 37 Kriteria inklusi

dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Pasangan usia subur di Desa Pesuningan Kabupaten Kebumen


43

Umur istrinya antara 15-49 tahun.1 Pasangan Usia Subur adalah

pasangan suami-istri yang istrinya berumur 15-49 tahun dan masih

haid, atau pasangan suami-istri yang istrinya berusia kurang dari

15 tahun dan sudah haid, atau istri sudah berumur lebih dari 50

tahun, tetapi masih haid (datang bulan).

b. Bersedia menjadi responden

2. Kriteria eksklusi

Kriteria eksklusi adalah upaya menghilangkan atau

mengeluarkan subyek yang tidak memenuhi kriteria sebagai

responden karena berbagai sebab(26). Kriteria eksklusi dalam penelitian

ini adalah :

a. Memiliki pasangan seksual lebih dari 1

b. Ketika salah satu pasangan suami atau istrinya sedang tidak dapat

ditemui

c. Tidak diperbolehkan menggunakan KB

3. Teknik Sampling

Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini adalah dengan

menggunakan teknik purposive sampling yaitu metode pemilihan sampel

yang dilakukan dengan memilih semua individu yang ditemui dan

memenuhi kriteria pemilihan, sampai jumlah sampel yang diinginkan

terpenuhi.38

D. Definisi Operasional
44

Tabel 3.1 Definisi operasional variabel penelitian

Skala
No Variabel Definisi Instrumen Hasil Ukur
Ukur
1. Penggunaan Alat kontrasepsi Lembar Pada istri Nominal
alat adalah obat atau Observasi 1. Hormonal
kontrasepsi alat yang di 2. Non hormonal
pada suami gunakan untuk
menunda kehamilan Pada suami
dan istri usia
serta 1. kondom
subur memberhentikan 2. Vasektomi (MOP)
kesuburan 3. Coitus interuptus /
Untuk istri terdapat senggama terputus
1.
kontrasepsi
hormonal dan non
hormonal, untuk
suami terdapat jenis
kontrasepsi
kondom,
vasektomi, dan
coitus interuptus

E. Alat Pengumpulan Data

1. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

a. Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh dari sumber pertama

melalui prosedur dan teknik pengambilan data yang berupa interview

maupun menggunakan instrumen pengukuran yang khusus dirancang

sesuai tujuannya38. Data diperoleh dengan memberikan kuesioner yang

berisi pertanyaan tentang karakteristik ibu (umur, pendidikan dan

pekerjaan) dan kuesioner penggunaan alat kontrasepsi pasangan usia

subur di Desa Pesuningan Kabupaten Kebumen


45

b. Data Sekuder

Data sekunder adalah data yang diperoleh dari sumber tidak

langsung yang biasanya berupa data, dokumentasi dan arsip-arsip

resmi37. Data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini meliputi

data pasangan usia subur di Desa Pesuningan Kabupaten Kebumen.

2. Instrumen Penelitian

Instrumen Penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh

peneliti dalam mengumpulkan data agar mempermudah dalam

memperoleh informasi sehingga mudah untuk diolah.36 Instrumen yang

digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner. Kuesioner dalam

penelitian ini dibagi menjadi 2 bagian :

a. Karakteristik Responden

Kuesioner tentang karakteristik responden yang meliputi nama,

umur, pendidikan, status ekonomi, pekerjaan, jumlah anak, dan jumlah

pasangan.

b. Kuesioner penggunaan alat kontrasepsi pasangan usia subur di Desa

Pesuningan Kabupaten Kebumen

Jumlah kuesioner tersebut terdiri dari jenis pertanyaan tertutup

dengan jawaban ya dan tidak. Pertanyaan mengenai informasi tentang

penggunaan alat kontrasepsi pasangan usia subur di Desa Pesuningan

Kabupaten Kebumen.
46

F. Prosedur pengumpulan data

Langkah-langkah dalam mengumpulkan data adalah sebagai berikut :

1. Tahap Persiapan

Langkah awal yang dilakukan peneliti yaitu mengajukan surat

permohonan melakukan penelitian kepada STIKES Karya Husada

Semarang. Setelah surat permohonan jadi, peneliti memberikan surat

tersebut kepada dinas kesehatan Kabupaten Kebumen, setelah

mendapatkan surat pengantar lalu peneliti mengadakan penelitian di Desa

Pesuningan Kabupaten Kebumen

2. Tahap Pelaksanaan

a. Peneliti menentukan responden yang akan dijadikan sampel penelitian,

kemudian memperkenalkan diri dan menjelaskan tujuan penelitian

kepada responden dengan memberikan Surat Pengantar Penelitian.

b. Setelah responden setuju untuk dijadikan responden dalam penelitian,

maka responden disarankan untuk mengisi lembar informed consent.

c. Peneliti menjelaskan tentang pengisian kuesioner

d. Peneliti memberikan kuesioner kepada responden sesuai dengan

kuesioner penelitian untuk diisi.

e. Peneliti memeriksa kelengkapan data dan pengisian kuisioner setelah

selesai pengambilan data.


47

3. Tahap Penutupan

Langkah terakhir yang dilakukan peneliti yaitu lembar kuesioner

yang telah diisi kemudian dikumpulkan, diolah dengan menggunakan

program komputer dan dianalisa.

G. Cara Pengolahan Data

Setelah data terkumpul maka langkah selanjutnya adalah pengolahan

data, dilakukan melalui tahap yaitu :

1. Editing (koreksi)

Dilakukan dengan cara mengkoreksi data yang diperoleh dari

pemeriksaan.

2. Scoring

Scoring adalah memberikan penilaian terhadap item-item yang perlu diberi

penilaian atau skor.

3. Coding (pengkodean)

Menandai masing-masing data hasil penelitian, biasanya dalam bentuk

angka berdasarkan kategori yang digunakan.

Pada istri

Kode 1 : hormonal

Kode 2 : non hormonal

Pada suami

Kode 1 : Coitus interruptus

Kode 2 : Kondom
48

Kode 3 : Vasektomi

4. Tabulating (penyusunan data)

Penyusunan data merupakan pengorganisasian data sehingga dengan

mudah dapat dijumlah.

H. Analisa Data

Menganalisa data yang diperoleh dari hasil pengumpulan dapat

disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi yang meliputi umur,

Pendidikan, Pekerjaan serta penggunaan alat kontrasepsi pasangan usia subur

Di Desa Pesuningan Kabupaten Kebumen. Setelah didapatkan maka dilakukan

perhitungan distribusi frekuensi dengan rumus :

F
X= × 100 %
n

Keterangan :

X : Hasil prosentase

F : Frekuensi hasil pencapaian

n : Total setelah observasi

I. Etika Penelitian

Dalam melakukan penelitian ini, sebelumnya peneliti menentukan etika

penelitian terhadap calon responden antara lain sebagai berikut :

1. Lembar persetujuan (Informed consent)

Lembar persetujuan disampaikan kepada calon responden, peneliti

menjelaskan maksud dan tujuan penelitian, apabila bersedia menjadi


49

responden, maka peneliti mohon kesediaan responden untuk

menandatangani lembar persetujuan.Bila calon responden tidak bersedia,

peneliti tidak memaksa dan harus menghormati hak calon responden.

2. Kerahasiaan (Confidentiality)

Peneliti menjamin kerahasiaan semua informasi yang diberikan oleh

responden dan akan dijaga hanya digunakan untuk kepentingan peneliti.36

3. Manfaat (Beneficience)

Prinsip ini mengharuskan peneliti untuk memperkecil resiko dan

memaksimalkan manfaat.Penelitian terhadap manusia diharapkan dapat

memberikan manfaat untuk kepentingan manusia secara individu atau

masyarakat secara keseluruhan.Prinsip ini meliputi hak untuk

mendapatkan perlindungan dari kejahatan dan kegelisahan dan hak untuk

mendapatkan perlidungan dari eksploitasi.


50

DAFTAR PUSTAKA

1. Pinem, S., 2011. Kesehatan Reproduksi dan Kontrasepsi, Jakarta: TransInfo


Media.

2. BKKBN. (2015). Keluarga berencana dan kontrasepsi. Cetakan ke-5. Jakarta.


Pustaka sinar harapan.

3. Rismawati, S. 2012. UNMEET NEED : Tantangan Program Keluarga


Berencana dalam menghadapi Ledakan Penduduk Tahun 2030. Publikasi
Penelitian. Bandung : Fakultas Kedokteran UNPAD.

4. Gustikawati, D.A. 2014. Faktor Pendukung dan Penghambat Istri PUS


dalamPenggunaan Alat Kontrasepsi Implant di Puskesmas 1 Denpasar Utara.
Publikasi Penelitian.Denpasar: Jurusan Kesehatan Masyarakat Universitas
Udaya

5. Dwi Hadya Jayani, 2019 "Jumlah Penduduk Indonesia 269 Juta Jiwa,
Terbesar Keempat di Dunia," katadata, 2019.

6. Witjaksono J (2012).Rencana Aksi Keluarga Berencana dan Kesehatan


Reproduksi Tahun 2012-2014.Deputi Bidang KB dan KR BKKBN.

7. BKKBN (2016). Petunjuk Teknis Kampung KB.

8. Depkes, R.I. BukuKesehatanIbudanAnak (KIA). Jakarta: depkes RI dan JICA

9. Aryanti, H., 2014. Faktor-faktor yang berhubungan dengan penggunaan


kontrasepsi pada wanita kawin usia dini di Kecamatan Aikmel Kabupaten
Lombok Timur. Tesis (tidak dipublikasikan), Fakultas Ilmu Kesehatan
Masyarakat, Universitas Udayana, Denpasar-Bali.

10. Novitasary,M.D., Mayulu N & Kawengian S.E.S (2013). Hubungan antara


aktifitas fisik dengan obesitas pada wanita usia subur peserta jamkesmas di
Puskesmas Wawonasa Kecamatan Singkil Manado. Vol.1 no 2 Juli 2013.
Jurnal e-Biomedik

11. Megawati & Adisty. (2015). Hubungan Antara Faktor-Faktor Yang


Mempengaruhi Penggunaan Kb Dengan Pengetahuan Tentang Kb Di Wilayah
Kerja Puskesmas Kapitu Kecamatan Amurang Barat. Jurnal Ilmiah Farmasi –
Unsrat Vol. 4 No. 4.

12. Nurhayati, Sri & Mariyam. Pengetahuan dan kemampuan ibu dalam
perawatan daerah perianalpada bayi usia 0-12 bulan di Desa Surokonto wetan
Kecamatan Pageruyung Kabupaten Kendal

41
51

13. Saskara, A.G.D. Ida & Marhaeni A.I.N. (2015). Pengaruh faktor sosial,
ekonomi, dan demografi terhadap penggunaan alat kontrasepsi di
Denpasar.Vol. 8 no 2 Agustus 2015. Jurnal Ekonomi Kuantitatif

14. Dahlan, M. S. (2013). Statistik untuk kedokteran dan kesehatan edisi 5.


Jakarta: Salemba Medika

15. Astuti, E. 2014. Deskriptif Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Wanita Usia


Subur (WUS) Tidak Menggunakan Alat Kontrasepsi. Akademi Kebidanan
YLPP Purwokerto. Vol. 5 No. 2 Desember 2014. Hlm. 99-108.

16. Sulastri S, Nirmasari C. Hubungan Dukungan Suami dengan Minat Ibu dalam
Pemakaian Kontrasepsi IUD di Bergas. 2014;2–7.

17. afidah, I., & Wibowo, A. (2012). Pengaruh Dukungan Suami Terhadap
Kepatuhan Akseptor Melakukan KB Suntik. Jurnal Biometrika Dan
Kependudukan, 1(1), 72–78

18. Pilliteri, 2010. Maternal & Child Health Nursing: Care of the Childbearing
and Childrearing Family (5th ed.). California: Lippincott.

19. Wijhati, Ellyda. 2011. Pengaruh Faktor Budaya Terhadap Pemilihan IUD
Pada Pasangan Usia Subur Puskesmas Sewon II Kabupaten Bantul DIY.
Stikes „Aisyiyah Yogyakarta

20. Assalis, Hasanudin. (2015). Hubungan Sosial Budaya Dengan Pemilihan


Metode Kontrasepsi. Lampung. Jurnal: Universitas Malahayati Lampung.

21. Wulandari F.I., Hastuti R. 2013. Hubungan Tingkat Pendapatan Keluarga


Dengan Pemilihan Alat Kontrasepsi Suntik. Jurnal Ilmiah Rekam Medis dan
Informatika Kesehatan.

22. Nurekawati,E.E., Santosa S & Sarwono (2016). Pola Peresebaran dan


karakteristik sosial demografi peserta keluarga berencana menurut jalur
pelayanan penggunaan alat kontrasepsi dan metode kontrasepsi yang di pakai
PUS di Kecamatan Matesih, Kabupaten Karanganyar tahun 2013). Vol.2 no 1
Januari 2016. Jurnal GeoEco

23. Sari,Y.S., Indrayani I. I. & Vidyarini T. N (2016). Ideologi dalam iklan


keluarga berencana periode 2004-2014. Vol.6no 1 Juli 2016.

24. Purwanti, D.,(2012) Konsep dasar kb dan jenis-jenis kontrasepsi

25. Windarti, Yunik (2015). Pengaruh pengetahuan akseptor dengan pemilihan


kontrasepsi implant. Vol.8 no 2 Agustus 2015. Jurnal Ilmiah Kesehatan
52

26. Hidayati, R. 2011).Metode dan teknik penggunaan alat kontrasepsi.Jakarta:


Salemba Medika

27. Sulaemang, (2015). Al-,azl (senggama terputus) dalam perspektif hadis


(disyarah secara tahlili). Vol. 10 no 2 November 2015.

28. Trisnawarman, D., & Erlysa, W., (2007). Sistem penunjang keputusan
pemilihan metode/alat kontrasepsi.Vol.9 no 1 Desember 2007.

29. Ashari, (2015). Penerapan sistem pakar untuk mengidentifikasi masalah


kehamilan dengan metode dempster-Shafer. Vol. 1 no 2 2015. Jurnal ISSN

30. Anggraeni N., & Dayanti E.D., (2013). Hubungan tingkat social ekonomi
dengan penggunaan IUD. Karya Tulis Ilmiah. Akademi Kebidanan Ngudia
Husada Madura, Madura

31. Utami, Sri A., (2016). Tingkat keparahan gingivitis pada pemakaian alat
kontrasepsi suntik yang mengandung hormone progresteron dan
kombinasi hormon estrogen-progresteron di wilayah kerja Puskesmas
Sumbersari Kabupaten Jember. Skripsi strata satu Universitas Jember.

32. Windarti, Yunik (2015). Pengaruh pengetahuan akseptor dengan


pemilihan kontrasepsi implant. Vol. 8 no 2 Agustus 2015. Jurnal Ilmiah
Kesehatan

33. Christiani, C.D., Wahyuningsih, & Martono B., (2015). Faktor-faktor


yang mempengaruhi pemakaian Metode Kontrasepsi Jangka Panjang
(MJKP) Provinsi Jawa Tengah. Jurnal Ilmiah

34. Ratna, I., dan Indrayanti, (2012). Perbedaan pengaruh penggunaan alat
kontrasepsi IUD dan suntik terhadap siklus haid perempuan di
Kecamatan Marpoyan Damai Pekanbaru.Vol. 11 no 2. Jurnal Kajian Gender
dan Islam.

35. Seto, Dhini H, Saryono, & Iswati N., (2011). Faktor-faktor yang
mempengaruhi minat wanita usia subur memilih metode kontrasepsi wanita
(MOW) Di Desa Butuh. Vol. 7 no 2 Juni 2011. Jurnal Ilmiah Kesehatan
Keperawatan

36. Prawirohardjo, Sarwono. 2011. Ilmu Kandungan. Jakarta : PT Bina Pustaka


Sarwono Prawirohardjo
37. Masruroh 2012. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan KB. Jakarta: ECG.
Hal. 75, 415.
38. Asih, Oesman. 2009. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pemakaian
Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP),. Jakarta: BKKBN
53

39. Notoadmodjo, 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan Jakarta : Rineka Cipta.

40. Alimul Hidayat A.A., (2010). Metode Penelitian Kesehatan Paradigma


Kuantitatif, Jakarta: Heath Books.

41. Sugiyono, 2013. Metodelogi Penelitian Kuantitatif, kualitatif dan R & D.


Bandung : Alfabeta.

Anda mungkin juga menyukai