Disusun Oleh :
Dinda Bunga Prawigi (1801009)
Gina Sasanti (1801014)
Hesty Hidayatus Safitri (1801016)
Kumala Dewi Septiani (1801019)
Lilia Intan Permatasari (1801022)
M. Rif’an Maulinnuha (1801024)
Safriliani Dwi Astuti (1801037)
Shofwan Idris (1801040)
Siti Alif Hasna K (1801043)
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat-Nya sehingga makalah
ini dapat tersusun hingga selesai. Kami berharap semoga makalah ini dapat
menambah pengetahuan dan pengalaman untuk para pembaca. Bahkan kami berharap
lebih jauh lagi agar makalah ini bisa pembaca praktekkan dalam kehidupan sehari-
hari.
Kami yakin masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini karena
keterbatasan pengetahuan dan pengalaman kami. Untuk itu kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan
makalah ini.
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................................2
DAFTAR ISI..................................................................................................................2
BAB I.............................................................................................................................2
PENDAHULUAN.........................................................................................................2
Latar Belakang...........................................................................................................2
Rumusan Masalah......................................................................................................2
Tujuan Penulisan........................................................................................................2
BAB II...........................................................................................................................2
PEMBAHASAN............................................................................................................2
Aspek keperawatan transcultural...............................................................................2
Prinsip legal etik keperawatan...................................................................................2
Aplikasi komunikasi..................................................................................................2
BAB III..........................................................................................................................2
PENUTUP.....................................................................................................................2
Kesimpulan................................................................................................................2
Saran...........................................................................................................................2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
A.
B.
BAB II
PEMBAHASAN
Kasus 2
Disebuah ruang rawat inap rumah sakit Candi Suci ada seseorang pasien, Ibu
Sarah 60 tahun, mengalami kematian jaringan di bagian proximal kaki kanan, pasien
mempunyai riwayat penyakit diabetes mellitus. Rencana akan dilakukan tindakan
amputasi sebab apabila tidak dilakukan tindakan tersebut kematian jaringan akan
menjalar dan menyebabkan pasien meninggal dunia. Setelah keluarga konsultasi
dengan pemuka masyarakat ditempat tinggalnya, pasien dan keluarga memutuskan
untuk menolak tindakan medis tersebut. Keputusan diambil karena menurut
kepercayaan sekelompok masyarakat tempat tinggal seorang yang meninggal dunia
harus dalam kondisi utuh.
1. Prinsip Autonomi
Pada kasus diatas dijelaskan bahwa pasien jelas – jelas menolak jika akan
dilakukan tindakan amputasi. Lalu tugas kita sebagai perawat jika mengacu pada
prinsip autonomi kita seharusnya keputusan pasien. Namun kita seharusnya
menjelaskan efek jangka panjang jika pada bagian proximal kaki kanan pasien
tidak di amputasi. Kemudian kita memberikan waktu kepada pasien dan
keluarganya untuk memikirkan ulang hal tersebut. Mungkin terjadi perubahan
pikiran atau ditemukan titik tengahnya antara keinginan pasien dan perawat.
2. Prinsip Benfeficien
Menurut kasus di atas, kita sebagai tenaga kesehatan seharusnya memberikan
tindakan keperawatan yang bermanfaat, meskipun keputusan pasien bertentangan
dengan keputusan secara medis. Kita tetap memberikan asuhan keperawatan yang
berkaitan dengan diagnose keperawatan pasien, contohnya pasien menderita
diabetes mellitus. Kita dapat melakukan asuhan keperawatan sesuai dengan
rencana keperawatan yang sudah direncanakan sesuai dengan kasus diabetes
mellitus yaitu misalnya perawatan luka DM, kebutuhan nutrisi pasien harus
dimonitor, juga dengan kebutuhan BAB dan BAK pasien.
3. Prinsip Maleficient
Prinsip maleficient adalah kita diminta untuk tidak melakukan tindakan yang
merugikan pasien. Berati menurut kasus diatas kita harus melakukan tindakan
sesuai dengan SOP, meskipun pasien menentang untuk dilakukan tindakan
amputasi kita harus tetap professional dalam melakukan asuhan keperawatan.
4. Prinsip Justify
Keadilan pada setiap pasien harus dilaksanakan meskipun pasien tidak
menyetujui tindakan amputasi dan pasien masih berpegang teguh pada
kepercayaan sekelompok masyarakat.
5. Prinsip Vidality
Kita sebagai perawat harus jujur dalam menyampaikan inform consent saat
sebelum dilakukan suatu tindakan yang termasuk tindakan yang berbahaya. Pada
kasus di atas, perawat sudah jujur jika bagian proximal kaki kanan pasien tidak di
amputasi akan mengakibatkan kematian jaringan. Jadi kita tidak usah melibih –
lebih kan ataupun menutupi alasan tersebut.
C. Aplikasi komunikasi
Kepala Ruang Intan : “Silahkan kepada Ketua Tim untuk memimpin jalannya pre
coference pada pagi hari ini”
Ketua Tim Safri : “Terima kasih atas waktunya, pertama yang akan saya bahas
adalah mengenai kasus ibu Sarah. Kasus ibu sarah ini sudah dikonsulkan mengeni
tindakan apa yang seharusnya dilaksanakan, setelah perawat yang melakuan dinas
kemarin siang melakukan konsul dengan dokter, hasilnya adalah harus dilakukan
tindakan amputasi. Namun sebelum kita memberitahukan kabar ini kepada
keluarga maupun pasien, saya ingin mendengarkan kondisi terakhir luka DM pada
kaki pasien, perawat siapa yang melakukan tugas tersebut ?”
Perawat Gina : “Saya bu, kemarin saya melakukan perawatan luka bu Sarah
dibantu dengan perawat Idris. Setelah saya kaji lukanya ternya sudah luas bu area
yang mengalami kematian jaringan, warnannya sudah mulai menghitam, saat saya
meminta untuk menggerakkan kakinya pasien terlihat kesulitan.”
Ketua Tim Safri : “Mendengar pengkajian yang dilakukan oleh perawat Gina
dan Idris jadi memang sudah benar jika dokter menyarankan untuk amputasi.
Apakah kemrin dokter sudah berbicara dengan keluarga pasien mengenai hal ini ?”
Ketua Tim Safri : “Baik, untuk hal megedukasi saya meminta tolong kepada
perawat Rif’an dan Perawat Dinda. Saya minta supaya pasien mau dilakukan
tindakan amputasi, karena bagaimana pun juga kita sudah diberi tugas oleh dokter
untuk membjuk pasien dan hal ini juga untuk kebaikan pasien sendiri. ”
Kepala Ruang Intan : “Kamu gunakan bahasa yang sopan dan dengan nada yang
halus, sambil kamu jelaskan alasannya secara medis kenapa harus dilakukan
tindakan amputasi dan kamu jelaskan juga bagaimana akibatnya bagi pasien
sendiri jika tidak dilakukan tindakan amputasi. Bagaimanapun juga kamu harus
bisa membujuk pasien tersebut.”
Perawat Dinda : “Baik bu, laksanakan.”
Kemudian Kepala ruang Intan menutup pre conference tersebut dan para
perawat menjalankan tugas yang telah diberikan. Perawat Dinda dan Perawat
Rif’an bergegas menuju ruang dimana Bu Sarah dirawat.
Perawat Dinda : “Selamat pagi bu ...” (Perawa Dinda dan Perawat Rif’an
memasuki ruangan)
Pasien Ibu Sarah : “Masih sama seperti kemarin sus, pagi ini apakah luka saya
akan diganti balut lagi ? ”
Perawat Rif’an : “Iya bu nanti akan diganti balut lagi. Kemarin kan dokter
sudah menyarankan untuk amputasi bu, ”
Pasien Ibu Sarah : “Iya suster, sudah. Tapi saya takut sus.”
Perawat Dinda : “Begini bu, sebetulnya tindakan amputasi ini tidak ada efek
yang berbahaya bagi ibu, justru memberikan efek yang baik bagi kesehatan ibu,
kenapa ? Karena jika kaki ibu di amputasi akan memutus jaringan yang mati pada
kaki ibu sehingga tidak meluas ke bagian tubuh yang lain.”
Keluarga pasien (Hesty) : “Saya tidak setuju sus kalau dilakukan tindakan
amputasi,”
Keluarga pasien (Hesty) : “Kemarin setelah di beritahu oleh dokter, saya langsung
konsultasi dengan pemuka masyarakat ditempat tinggalnya, pasien dan keluarga
memutuskan untuk menolak tindakan medis tersebut. Keputusan diambil karena
menurut kepercayaan sekelompok masyarakat tempat tinggal seorang yang
meninggal dunia harus dalam kondisi utuh. ”
Perawat Rif’an : “Tapi bu, jika tidak dilakukan tindakan amputasi justru malah
memperparah kondisi ibu Sarah. Jaringan yang mati ini akan lebih meluas dan
malah menggerogoti tubuh ibu Sarah.”
Perawat Dinda : “Bukannya kami tidak percaya dengan apa kepercayaan yang
di anut oleh sekelompok masyarakat ibu, tapi ini kembali lagi melihat kondisi ibu
Sarah.”
Pasien Ibu Sarah : “Memangnya sudah tidak ada cara lain sus ?”
Perawat Dinda : “Jadi bagaimana bu ? Apakah ibu tetap tidak setuju jika
dilakukan tindakan amputasi ?”
Keluarga pasien (Hesty) : “Tapi saya kasian juga jika melihat saudara saya seperti
ini sus, semua keputusan ini saya kembalikan lagi pada saudara saya, yang penting
saya sudah menyampaikan apa yang menjadi kepercayaan kelompok kami.”
Pasien Ibu Sarah : “Baiklah sus, saya coba memberanikan diri saya untuk
melakukan tindakan tersebut, Jadi dilakukan hari ini juga sus ?”
Perawat Dinda : “Saya coba koordinasikan dulu dengan dokter yang akan
menangani tindakan tersebut ya bu, disini saya akan memberikan lembar
persetujuan dilakukannya tindakan amputasi, ibu bisa tanda tangan disini bu ...”
Perawat Rif’an : “Kami pamit dulu ya bu, terima kasih karena sudah mau
bekerja sama dengan kami.”
Kemudian Perawat Dinda dan Perawat Rif’an kembali ke nurse station untuk
memberitahukan bahwa pasien Ibu sarah dan keluarga telah setuju jika dilakukan
tindakan amputasi.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran