Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

KOMUNIKASI PADA ORANG DEWASA UNTUK MEMENUHI TUGAS MAKALAH


KOMUNIKASI KEPERAWATAN
DOSEN PENGAMPU :
ARIF SUSILA, M.Kep

Disusun oleh :
Kelompok 3 1B
1. Hesti Lestiani ( 3022041055 )
2. Mietha Adhelia Astari ( 3022041086 )
3. Muhammad Faisal ( 3022041091 )
4. Mutia Kusuma Dewi Rukmana ( 3022041049 )
5. Neng Devi ( 36022041100 )
6. Rifki ( 3022041121 )
7. Yulia Agustina ( 30220041159 )

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS FALETEHAN SERANG
TAHUN 2021/ 2022

DAFTAR ISI

1
BAB 1 .................................................................................................................................................................. 3
PENDAHULUAN............................................................................................................................................ 3
1.1. Latar Belakang ........................................................................................................................................ 3
1.2. Rumusan Masalah................................................................................................................................... 3
1.3. Tujuan Penulisan .................................................................................................................................... 3
1.4 Manfaat .................................................................................................................................................... 3
BAB II ................................................................................................................................................................. 4
TINJAUAN PUSTAKA................................................................................................................................... 4
2.1. Pengertian Komunikasi ......................................................................................................................... 4
2.3. Manfaat Komunikasi Terapeutik ........................................................................................................ 4
2.4 Syarat-syarat Komunikasi ...................................................................................................................... 5
2.5. Bentuk Komunikasi ............................................................................................................................... 5
2.6. Pengertian Dewasa ................................................................................................................................ 6
2.7 TUGAS PERKEMBANGAN AWAL MASA DEWASA (20-40) ................................................. 8
2.8. DEWASA PERTENGAHAN ............................................................................................................ 8
BAB III................................................................................................................................................................ 9
PEMBAHASAN ................................................................................................................................................ 9
3.1. Komunikasi Pada Orang Dewasa ........................................................................................................ 9
3.2. Suasana Komunikasi .............................................................................................................................. 9
3.3. Model-model Konsep Komunikasi dan Penerapanya Pada orang ............................................10
BAB IV ..............................................................................................................................................................14
PENUTUP .......................................................................................................................................................14
4.1. Kesimpulan ...........................................................................................................................................14
4.2. Saran ......................................................................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................................................................14

2
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Komunikasi merupakan alat yang efektif untuk mempengaruhi tingkah laku manusia, sehingga
komunikasi dikembangkan dan dipelihara secara terus-menerus. Komunikasi bertujuan untuk
memudahkan,melaksanakan, kegiatan-kegiatan tertentu dalam rangka mencapai tujuan optimal,baik
komunikasi dalam lingkup pekerjaan maupun hunbungan antar manusia Kemajuan ilmu pengetahuan
dan tehnologi Bidang Kedokteran dan Keperawatan serta perubahan konsep perawatan dari
perawatan orang sakit secara individual kepada perawatan paripurna serta peralihan dari pendekatan
yang berorientasi medis penyakit kemodel penyakit yang berfokus pada orang yang bersifat pribadi
menyebabkan komunikasi menjadi lebih penting dalam memberikan asuhan keperawatan.
Perawat dituntut untuk menerapkan model komunikasi yang tepat dan disesuaikan dengan tahap
perkembangan pasien. Pada orang dewasa mereka mempunyai sikap,pengetahuan dan keterampilan
yang lama menetap dalam dirinya sehingga untuk merubah perilakunya sangat sulit. Oleh sebab itu
perlu kiranya suatu model komunikasi yang tepat agar tujuan komunikasi dapat tercapai dengan efektif.
Bertolak dari hal tersebut kami mencoba membuat makalah yang mencoba menerapkan model konsep
komunikasi yang tepat pada dewasa.

1.2. Rumusan Masalah


Dalam makalah komunikasi keperawatan ini kami membahas tentang komunikasi pada orang
dewasa.
1.3. Tujuan Penulisan
Penulisan makalah ini betujuan untuk mengetahui bagaimana cara berkomunikasi dengan
orang dewasa

1.4 Manfaat
Agar mengetahui bagaimana pentingnya mengetahui tehnik komunikasi pada orang dewasa .

3
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Komunikasi


Terapeutik Istilah komunikasi berasal dari bahasa inggris yaitu “Communication”. Kata
communucation itu sendiri berasal dari kata latin “communication” yang artinya pemberitahuan atau
pertukaran ide, dengan pembicara mengharapkan pertimbangan atau jawaban dari pendengarnya
(Suryani, 2005).
Terapeutik merupakan kata sifat yang dihubungkan dengan seni dari penyembuhan (As Hornby dalam
intan, 2005). Maka disini dapat diartikan bahwa terapeutik adalah segala sesuatu yang memfasilitasi
proses penyembuhan. Sehingga komunikasi terapeutik itu adalah komunikasi yang direncanakan dan
dilakukan untuk membantu penyembuahan/pemulihan pasien. Komunikasi terapeutik merupakan
komunikasi profesional bagi perawat.

2.2. Tujuan Komunikasi Terapeutik


Dengan memiliki keterampilan berkomunikasi terapeutik, perawat akan lebih mudah menjalin
hubungan saling percaya dengan klien, sehingga akan lebih efektif dalam mencapai tujuan asuhan
keperawatan yang telah diterapkan, memberikan kepuasan profesional dalam pelayanan keperawatan
dan akan meningkatkan profesi. Tujuan komunikasi terapeutik (Purwanto, 1994) adalah :
1) Membantu pasien untuk memperjelas dan mengurangi beban perasaan dan fikiran serta dapat
mengambil tindakan untuk mengubah situasi yang ada bila pasien percaya pada hal yang
diperlukan.
2) Mengurangi keraguan, membantu dalam hal mengambil tindakan yang efektif dan
mempertahankan kekuatan egonya. 3. Memengaruhi orang lain, lingkungan fisik, dan dirinya
sendiri.

2.3. Manfaat Komunikasi Terapeutik


Manfaat komunikasi terapeutik ( Christina, dkk, 2003) adalah :
1) Mendorong dan menganjurkan kerja sama antara perawat dengan pasien melalui hubungan
perawat-klien.
2) Mengidentifikasi, mengungkapkan perasaan, dan mengkaji masalah serta mengevaluasi
tindakan yang dilakukan oleh perawat.

4
2.4 Syarat-syarat Komunikasi
Terapeutik Stuart dan Sundeen (dalam Christina, dkk 2003) mengatakan ada 2 persyaratan dasar untuk
komunikasi terapeutik efektif :
Semua komunikasi harus ditujukan untuk menjaga harga diri pemberi maupun penerima pesan.
Komunikasi yang diciptakan saling pengertian harus dilakukan terlebih dahulu sebelum memberikan
sarana, informasi maupun masukan.

2.5. Bentuk Komunikasi


Bentuk komunikasi terdiri dari komunikasi verbal dan non verbal (Potter dan Perry dalam Christina,
dkk.,2003) :
1. Komunikasi verbal
Komunikasi verbal mempunyai karakteristik jelas dan ringkas. Pembendaharaan kata mudah
dimengerti, mempunyai arti denotatif dan konotatif, intonasi mempengaruhi isi pesan, kecepatan
bicara yang memiliki tempo dan jeda yang tepat. a. Jelas dan ringkas Komunikasi berlangsung efektif,
sederhana, pendek dan langsung. Makin sedikit kata-kata yang digunakan, makin kecil terjadi
kerancuan. Ulang bagian yang penting dari pesan yang disampaikan. Penerima pesan perlu
mengetahui apa, mengapa, bagaimana, kapan, siapa, dan di mana. Ringkas dengan menggunakan
kata-kata yang mengekspresikan ide secara sederhana. b. Pembendaharaan Kata Penggunaan kata-
kata yang mudah dimengerti oleh pasien. Komunikasi tidak akan berhasil jika pengirim pesan tidak
mampu menerjemahkan kata dan ucapan. c. Arti denotatif dan konotatif Perawat harus mampu
memilih kata-kata yang tidak banyak disalahtafsirkan, terutama sangat penting ketika menjelaskan
tujuan terapi, terapi dan kondisi klien. Arti denotatif memberikan pengertian yang sama terhadap
kata yang digunakan, sedangkan ati konotatif merupakan perasaan, pikiran, atau ide yang terdapat
dalam suatu kata. d. Intonasi Nada suara pembicaraan mempunyai dampak yang besar terhadap arti
pesan yang dikirimkan karena emosi seseorang dapat secara langsung mempengaruhi nada suaranya.
2. Komunikasi non
Verbal Komunikasi non verbal berdampak yang lebih besar dari pada komunikasi verbal. Stuart dan
Sundeen dalam suryani, (2006) meengatakan bahwa sekitar 7 % pemahaman dapat ditimbulkan
karena kata-kata, sekitar 30% karena bahasa paralinguistik dan 55% karena bahasa tubuh.
Komunikasi non verbal dapat disampaikan melalui beberapa cara yaitu : a. Penampilan fisik
Penampilan fisik perawat mempengaruhi persepsi klien terhadap pelayanan keperawatanyang
diterima. Adapun contohnya adalah cara berpakaian, dan berhias menunjukan kepribadiannya. b.
Sikap Tubuh dan Cara Berjalan Perawat dapat menyimpulkan informasi yang bermanfaat dengan
mengamati sikap tubuh dan langkah klien.langkah dapat dipengaruhi olehfaktor fisik, seperti rasa
sakit, obat dan fraktur c. Ekpresi wajah Hasil penelitian menunjukan enam keadaan emosi utama
yang tampak melalui ekspresi wajah, terkejut, takut,marah, jijik bahagia dan sedih. Ekspresi wajah

5
sering digunakan sebagai dasar peenting dalam menentukan pendapat interpersonal.. d. Sentuhan
Kasih sayang, dukungan emosional, dan perhatian diberikan melalui sentuhan. Sentuhan merupakan
bagian penting dalam hubungan perawat-klien, namun harus memperhatikan norma sosial.

2.6. Pengertian Dewasa


Istilah Adult berasal dari kata latin yang berarti telah tumbuh menjadi dewasa. Terdapat
berbedaan budaya tentang penentuan usia dewasa. Ada yang menganggap 21 tahun namun secara
hukum orang telah dapat bertanggung jawab akan perbuatannya di usia 18 tahun. Sehingga usia ini
orang dianggap telah syah menjadi dewasa di mata hukum. Masa dewasa dini dimulai usia 18 sampai
40 tahunan, saat perubahan fisik dan psikologis menyertai berkurangnya kemampuan reproduktif
(Elizabeth B. Hurlock).
Istilah "kedewasaan" menunjuk kepada keadaan sesudah dewasa, yang memenuhi syarat hukum.
Sedangkan istilah "Pendewasaan" menunjuk kepada keadaan belum dewasa yang oleh hukum
dinyatakan sebagai dewasa.Hukum membeda-bedakan hal ini karena hukum menganggap dalam lintas
masyarakat menghendaki kematangan berfikir dan keseimbangan psikis yang pada orang belum
dewasa masih dalam taraf permulaan sedangkan sisi lain dari pada anggapan itu ialah bahwa seorang
yang belum dewasa dalam perkembangan fisik dan psikisnya memerlukan bimbingan khusus.
Karena ketidakmampuannya maka seorang yang belum dewasa harus diwakili oleh orang yang telah
dewasa sedangkan perkembangan orang kearah kedewasaan ia harus dibimbing.
1. Menurut konsep Hukum Perdata
Pendewasaan ini ada 2 macam, yaitu pendewasaan penuh dan pendewasaan untuk beberapa perbuatan
hukum tertentu (terbatas). Keduanya harus memenuhi syarat yang ditetapkan undang-undang. Untuk
pendewasaan penuh syaratnya telah berumur 20 tahun penuh. Sedangkan untuk pendewasaan terbatas
syaratnya ialah sudah berumur 18 tahun penuh (pasal 421 dan 426 KUHPerdata).
Untuk pendewasaan penuh, prosedurnya ialah yang bersangkutan mengajukan permohonan kepada
Presiden RI dilampiri dengan akta kelahiran atau surat bukti lainnya. Presiden setelah mendengar
pertimbangan Mahkamah Agung, memberikan keputusannya. Akibat hukum adanya pernyataan
pendewasaan penuh ialah status hukum yang bersangkutan sama dengan status hukum orang dewasa.
Tetapi bila ingin melangsungkan perkawinan ijin orang tua tetap diperlukan. Untuk pendewasaan
terbatas, prosedurnya ialah yang bersangkutan mengajukan permohonan kepada Ketua Pengadilan
Negeri yang berwenang dilampiri akta kelahiran atau surat bukti lainnya. Pengadilan setelah mendengar
keterangan orang tua atau wali yang bersangkutan, memberikan ketetapan pernyataan dewasa dalam
perbuatan-perbuatan hukum tertentu saja sesuai dengan yang dimohonkan, misalnya perbuatan
mengurus dan menjalankan perusahaan, membuat surat wasiat. Akibat hukum pernyataan dewasa
terbatas ialah status hukum yang bersangkutan sama dengan status hukum orang dewasa untuk
perbuatan-perbuatan hukum tertentu.

6
Dalam hukum Perdata, belum dewasa adalah belum berumur umur 21 tahun dan belum pernah kawin.
Apabila mereka yang kawin belum berumur 21 tahun itu bercerai, mereka tidak kembali lagi dalam
keadaan belum dewasa. Perkawinan membawa serta bahwa yang kawin itu menjadi dewasa dan
kedewasaan itu berlangsung seterusnya walaupun perkawinan putus sebelum yang kawin itu mencapai
umur 21 tahun (pasal 330 KUHPerdata). Hukum perdata memberikan pengecualian-pengecualian
tentang usia belum dewasa yaitu, sejak berumur 18 tahun seorang yang belum dewasa, melalui
pernyataan dewasa, dapat diberikan wewenang tertentu yang hanya melekat pada orang dewasa.
Seorang yang belum dewasa dan telah berumur 18 tahun kini atas permohonan, dapat dinyatakan
dewasa harus tidak bertentangan dengan kehendak orang tua.
Dari uraian tersebut kita lihat bahwa seorang yang telah dewasa dianggap mampu berbuat karena
memiliki daya yuridis atas kehendaknya sehingga dapat pula menentukan keadaan hukum bagi dirinya
sendiri. Undang-undang menyatakan bahwa orang yang telah dewasa telah dapat memperhitungkan
luasnya akibat daripada pernyataan kehendaknya dalam suatu perbuatan hukum, misalnya membuat
perjanjian, membuat surat wasiat. Bila hakim berpendapat bila seseorang dinyatakan dewasa maka ia
harus menentukan secara tegas wewenang apa saja yang diberikan itu. Setelah memperoleh pernyataan
itu, seorang yang belum dewasa, sehubungan dengan wewenang yang diberikan, dapat bertindak
sebagai pihak dalam acara perdata dengan domisilinya. Bila ia menyalahgunakan wewenang yang
diberikan maka atas permintaan orang tua atau wali, pernyataan dewasa itu dicabut oleh hakim. \

2. Menurut konsep Hukum Pidana


Hukum pidana juga mengenal usia belum dewasa dan dewasa. Yang disebut umur dewasa apabila telah
berumur 21 tahun atau belum berumur 21 tahun, akan tetapi sudah atau sudah pernah menikah.
Hukum pidana anak dan acaranya berlaku hanya untuk mereka yang belum berumur 18 tahun, yang
menurut hukum perdata belum dewasa. Yang berumur 17 tahun dan telah kawin tidak lagi termasuk
hukum pidana anak, sedangkan belum cukup umur menurut pasal 294 dan 295 KUHP adalah ia yang
belum mencapai umur 21 tahun dan belum kawin sebelumnya. Bila sebelum umur 21 tahun
perkawinannya diputus, ia tidak kembali menjadi "belum cukup umur".
3. Menurut konsep Hukum Adat
Hukum adat tidak mengenal batas umur belum dewasa dan dewasa. Dalam hukum adat tidak dikenal
fiksi seperti dalam hukum perdata. Hukum adat mengenal secara isidental saja apakah seseorang itu,
berhubung umur dan perkembangan jiwanya patut dianggap cakap atau tidak cakap, mampu atau tidak
mampu melakukan perbuatan hukum tertentu dalam hubungan hukum tertentu pula. Artinya apakah
ia dapat memperhitungkan dan memelihara kepentingannya sendiri dalam perbuatan hukum yang
dihadapinya itu.
Belum cakap artinya, belum mampu memperhitungkan dan memelihara kepentingannya sendiri. cakap
artinya, mampu memperhitungkan dan memelihara kepentingannya sendiri. Apabila kedewasaan itu

7
dihubungkan dengan perbuatan kawin, hukum adat mengakui kenyataan bahwa apabila seorang pria
dan seorang wanita itu kawin dan dapat anak, mereka dinyatakan dewasa, walaupun umur mereka itu
baru 15 tahun. sebaliknya apabila mereka dikawinkan tidak dapat menghasilkan anak karena belum
mampu berseksual, mereka dikatakan belum dewasa.
4. Menurut konsep Undang-undang R.I sekarang
Berdasarkan Undang-undang R.I yang berlaku hingga sekarang, pengertian belum dewasa dan dewasa
belum ada pengertiannya. Yang ada baru UU perkawinan No. 1 tahun 1974, yang mengatur tentang:
a. izin orang tua bagi orang yang akan melangsungkan perkawinan apabila belum mencapai umur 21
tahun (pasal 6 ayat 2);
b. umur minimal untuk diizinkan melangsungkan perkawinan, yaitu pria 19 tahun dan wanita 16
tahun (pasal 7 ayat 2);
c. anak yang belum mencapai umur 18 tahun atau belum pernah kawin, berada didalam kekuasaan
orang tua (pasal 47 ayat 1);
d. anak yang belum mencapai umur 18 tahun atau belum pernah kawin, yang tidak berada dibawah
kekuasaan orang tuanya, berada dibawah kekuasaan wali (pasal 50 ayat 1). Tetapi tidak ada
ketentuan yang mengatur tentang "yang disebut belum dewasa dan dewasa" dalam UU ini.

2.7 TUGAS PERKEMBANGAN AWAL MASA DEWASA (20-40)


1) Mulai Bekerja
2) Memilih pasangan
3) Belajar hidup dengan pasangan
4) Mulai membina keluarga
5) Mengasuh anak
6) Mengelola rumah tangga
7) Mengambil tanggung jawab sebagai warga negara
8) Mencari kelompok sosial yang menyenangkan

2.8. DEWASA PERTENGAHAN


1) Masa dewasa pertengahan dimulai pada umur 40 tahun sampai 60 tahun, yakni saat baik
menurunnya kemampuan fisik dan psikologis yang jelas nampak pada setiap orang.
2) Masa Usia Pertengahan
3) Mencapai tanggung jawab sosial dan dewasa sebagai warga Negara
4) Membantu anak-anak remaja belajar untuk menjadi orang dewasa yang bertanggung jawab dan
bahagia
5) Mengembangkan kegiatan waktu senggang untuk orang dewasa
6) Menghubungkan diri sendiri dengan pasangan hidup sebagai suatu individu

8
7) Menerima dan menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan fisiologis yang terjadi pada tahap
ini.
8) Mencapai dan mempertahankan prestasi yang memuaskan dalam karir pekerjaan.
9) Menyesuaikan diri dengan orang tua yang semakin tua.

BAB III

PEMBAHASAN

3.1. Komunikasi Pada Orang Dewasa


Menurut Erikson 1985,pada orang dewasa terjadi tahap hidup intimasi VS isolasi, dimana pada
tahap ini orang dewasa mampu belajar membagi perasaan cinta kasih,minat,masalah dengan orang
lain. Orang dewasa sudah mempunyai sikap-sikap tertentu,pengetahuan tertentu, bahkan tidak jarang
sikap itu sudah sangat lama menetap pada dirinya, sehingga tidak mudah untuk merubahnya. Juga
pengetahuan yang selama ini dianggapnya benar dan bermanfaat belum tentu mudah digantikan
dengan pengetahuan baru jika kebetulan tidak sejalan dengan yang lama. Tegasnya orang dewasa bukan
seperti gelas kosong yang dapat diisikan sesuatu.
Oleh karena itu dikatakan bahwa kepada orang dewasa tidak dapat diajarkan sesuatu untuk merubah
tingkah lakunya dengan cepat. Orang dewasa belajar kalau ia sendiri dengan belajar, terdorong akan
tidak puas lagi dengan perilakunya yang sekarang, maka menginginkan suatu perilaku lain dimasa
mendatang, lalu mengambil langkah untuk mencapai perilaku baru itu.
Dari segi psikologis, Orang dewasa dalam situasi komunikasi mempunyai sikap-sikap tertentu yaitu :
1) Komunikasi adalah sutu pengetahuan yang diinginkan oleh orang dewasa itu sendiri, maka
orang dewasa tidak diajari tetapi dimotivasikan untuk mencari pengetahuan yang lebih
muktahir.
2) Komunikasi adalah suatu proses emosional dan intelektual sekaligus, manusia punya
perasaan dan pikiran.
3) Komunikasi adalah hasil kerjasama antara manusia yang saling member dan menerima,akan
belajar banyak,karena pertukaran pengalaman, saling mengungkapkan reaksi dan
tanggapannya mengenai suatu masalah.

3.2. Suasana Komunikasi


Dengan adanya factor tersebut yang mempengaruhi efektifitas komunikasi orang dewasa,
maka perhatian dicurahkan pada penciptaan suasana komunikasi yang diharapkan dapat mencapai
tujuan yang diinginkan.

Dalam berkomunikasi dengan orang dewasa adalah :

9
1. Suasana Hormat menghormati
Orang dewasa akan mampu berkomunikasi dengan baik apabila pendapat pribadinya
dihormati,ia lebih senang kalau ia lebih turut berfikir dan mengemukakan fikirannya.
2. Suasana Saling Menghargai
Segala pendapat, perasaan, pikiran, gagasan, system nilai yang dianut perlu dihargai.
Meremehkan dan menyampingkan harga diri mereka akan dapat menjadi kendala dalam jalannya
komunikasi.
3. Suasana Saling Percaya
Saling mempercayai bahwa apa yang disampaikan itu benar adanya akan dapat membawa hasil
yang diharapkan
4. Suasana Saling Terbuka
Terbuka untuk mengungkapkan diri dan terbuka untuk mendengarkan orang lai, Hanya dalam
suasana keterbukaan segala alternative dapat tergali.
Komunikasi verbal dan non verbal adalah sling mendukung satu sama lain. Seperti pada anak-
anak,perilaku non verbal sama pentingnya pada orang dewasa. Expresi wajah,gerakan tubuh dan nada
suara member tanda tentang status emosional dari orang dewasa. Tetapi harus ditekankan bahwa orang
dewasa mempunyai kendala hal-hal ini.
Orang dewasa yang dirawat di rumah sakit merasa tidak berdaya, tidak aman dan tidak mampu
dikelilingi oleh tokoh-tokoh yang berwenang. Status kemandirian mereka telah berubah menjadi status
dimana orang lain yang memutuskan kapan mereka makan dan kapan mereka tidur. Ini merupakan
pengalaman yang mengancam dirinya, dimana orang dewasa tidak berdaya dan cemas, dan ini dapat
terungkap dalam bentuk kemarahan dan agresi. Dengan dilakukan komunikasi yang sesuai dengan
konteks pasien sebagai orang dewasa oleh para professional,pasien dewasa akan mampu bergerak lebih
jauh dari imobilitas bio psikososialnya untuk mencapai penerimaan terhadap maslahnya.

3.3. Model-model Konsep Komunikasi dan Penerapanya Pada orang


1. Model Shanon dan Weaver
Suatu model yang menyoroti problem penyampaian pesan berdasarkan tingkat kecermatannya. Model
ini melukiskan suatu sumber yang berupa sandi atau menciptakan pesan dan menyampaikan melalui
suatu saluran kepada penerima.
Dengan kata lain Shannon & Weaver mengasumsikan bahwa sumber imformasi menghasilkan suatu
pesan untuk dikomunikasikan dari seperangkat pesan yang dimungkinkan. Pemancar (Transmitter)
mengubah pesan menjadi suatu signal yang sesuai dengan saluran yang digunakan. Suatu konsep
penting dalam model ini adalah adanya gangguan (Noise) Yang dapat menganggu kecermatan pesan
yang disampaikan. Model Shannon-Weaver dapat diterapkan kepada konsep komunikasi

10
interpersonal. Model ini memberikan keuntungan bahwa sumber imformasi jelas dan berkompeten,
pesan langsung kepada penerima tanpa perantara.
Tetapi model ini juga mempunyai keterbatasan yaitu tidak terlihatnya hubungan transaksional diantara
sumber pesan dan penerima Penerapannya terhadap komunikasi klien dewasa : Bila komunikasi ini
diterapkan pada klien dewasa, Klien akan lebih mudah untuk menerima penjelasan yang disampaikan
kerena tanpa adanya perantara yang dapat mengurangi penjelasan imformasi. Tetapi tidak ada
hubungan transaksional antara klien dan perawat, juga tidak ada feedback untuk mengevaluasi tujuan
komunikasi.
2. Model Komunikasi Leary
Refleksi dari model komunikasi dari leary (1950) ini menggabungkan multidimensional yang
ditekankan pada hubungan interaksional antara 2 orang,dimana antara individu saling mempengaruhi
dan dipengaruhi.Leary mengamati tingkah laku klien, dimana didapatkan tingkah laku tersebut
dipengaruhi oleh lingkungan sekitar.
Dari gambaran model leary : pesan komuniksai dpat terjadi dalam 2 dimensi 1) Dominan-subbmission
2) Hate-love Model leary dapt diterapkan dibidang kesehatan karena dalam bidang kesehatan ada
keseimbangan kesehatan antara professional dengan klien. Selama beberap tahun pasien akut
ditempatkan pada peran submission dan profesi kesehatan selalu mendominasi peran dan klien
ditempatkan dalm keadaan yang selalu patuh. Seharusnya dalam berkomunikasi ada keseimbangan
asertif dalm menerima dan member antara pasien dan professional.
Penerapan Pada Klien dewasa Bila konsep ini diterapkan pada klien dewasa, peran dominan oleh
perawat hanya mungkin dilakukan dalam keadaan darurat/akut untuk menyelamatkan kehidupan
klien, sehingga klien harus patuh terhadap segala yang dilakukan perawat. Kita tidak dapat menerapkan
posisi dominan ini pada klien dewasa yang dalam keadaan kronik karena klien dewasa mempunyai
komitmen yang kuat terhadap sikap dan pengetahuan yang kuat dan sukar untuk dirubah dalam waktu
yang singkat.
Peran love yang berlebihan juga tidak boleh dterapkan pada klien dewasa, karena dapat mengubah
konsep hubungan professional yang dilakukan lebih kearah hubungan pribadi. Model ini menekankan
pentingnya “Relationsjhip” dalam membanmtu klien pada pelayanan kesehatan secara langsung.
Komunikasi therapeutic adalah keterampilan untuk mengatasi stress yang menghambat psikologikal
dan belajar bagaimana berhubungan efektif denagn orang lain.
Pada komunikasi ini perlu diterapkan kondisi empati, congruen (sesuai dengan situasi dan kondisi),
dan penghargaan yang positif (positif regard), Sedangkan hasil yang diharapkan dari klien melalui
model komunikasi ini adalah adanya saling pengertian dan koping yang lebih efektif. Bila diterapkan
pada klien dewasa dikondisikan untuk lebih mengarah pada kondisi dimana individu dewasa berada di
dalam keadaan stress psikologis
3. Model Interaksi King

11
Model king memberikan penekanan pada proses komunikasi antara perawat-klien. King menggunakan
system perspektif untuk menggambarkan bagaimana professional kesehatan (perawat) untuk memberi
bantuan kepada klien.
Pada dasarnya model ini meyakinkan bahwa interaksi perawat-klien secara simultan membuat
keputusan tentang keadaan mereka dan tentang orang lain dan berdasarkan persepsi mereka terhadap
situasi. Keputusan berperan penting yang merangsang terjadi reaksi. Interaksi merupakan proses
dinamis yang meliputi hubungan timbal balik antara persepsi, keputusan dan tindakan perawat-klien.
Transaksi adalah hubungan Relationship yang timbale balik antara perawat-klien selama berpartisipasi.
Feedback dalam model ni menunjukan pentingnya arti hubungan perawat-klien.
Penerapannya Terhadap Komunikasi Klien Dewasa Model ini sesuai untuk klien dewasa karena
mempertimbangkan factor-faktor instrinsik dan ekstrinsik klien dewasa yang pada akhirnya bertujuan
untuk menjalin transaksi. Adanya feedback yang menguntungkan untuk mengetahui sejauh mana
imformasi yang disampaikan dapat diterima jelas oleh klien untuk mengetahui ada tidaknya persepsi
yang salah tehadap pesan yang disampiakan. 4. Model Komunikasi Kesehatan Komunikasi ini
difokuskan pada transaksi antara professional kesehatan-klien. 3 faktor utama dalam proses
komunikasi kesehatan yaitu :
1) Relationship,
2) Transaksi, dan
3) Konteks.
Hubungan Relationship dikondisikan untuk hubungan interpersonal, bagaimana seorang
professional dapat meyakinkan orang tersebut. Profesional kesehatan adalah seorang yang memiliki
latar belakang pendidikan kesehatan, training dan pengalaman dibidang kesehatan. Klien adalah
individu yang diberikan pelayanan. Orang lain penting untuk mendukung terjadinya interaksi
khususnya mendukung klien untuk mempertahankan kesehatan.Transaksi merupakan kesepakatan
interaksi antara partisipan didalam proses kumunikasi tersebut. Konteks yaitu komunikasi kesehatan
yang memiliki topik utama tentang kesehatan klien dan biasanya disesuaikan dengan temapt dan
situasi.
Penerapannya Terhadap komunikasi klien Dewasa Model komunikasi ini juga dapat diterapkan pada
klien dewasa, karena professional kesehatan (perawat) memperhatikan karekterisitikdari klien yang
akan mempengaruhi interaksinya dengan orang lain. Transaski yang dilakukan secara
berkesinambungan, tidak statis dan umpan balik. Komunikasi ini juga tidak melibatkan orang lain yang
berpengaruh terhadap kesehatn klien. Konteks komunikasi disesuaikan dengan tujuan, jenis pelayanan
yang diberikan.
Dalam berkomunikasi dengan orang dewasa memerlukan suatu aturan tertentu seperti : sopan santun,
bahasa tertentu, melihat tingkat pendidikan, usia, factor, budaya, nilai yang dianut, factor psikologi dll,
sehingga perawat harus memperhatikan hal-hal tersebut agar tidak terjadi kesakahpahaman. Pada

12
komunikasi pada orang dewasa diupayakan agar perawat menerima sebagaimana manusia seutuhnya
dan perawat harus dapat menerima setiap orang berbeda satu dengan yang lain.
Berdasarkan pada hal tertentu diatas, model konsep komunikasi yang tepat dan dapat diterapkan pada
klien dewasa adalah model komunikasi ini menunjukan hubungan relationship yang memperhatikan
karakteristik dari klien dan melibatkan pengirim dan penerima, serta adanya umpan balik untuk
mengevalusi tujuan komunikasi. Komunikasi merupakan alat yang efektif untuk mempengaruhi
tingkah laku manusia kearah yang lebih baik sehingga perawat perlu untuk menguasai tehnik dan model
konsep komunikasi yang tepat untuk setiap karakteristik klien.
a. Orang dewasa memiliki pengetahuan, sikap dan keterampilan yang menetap dalam dirinya
yang sukar untuk dirubah dalam waktu singkat sehingga perlu model komunikasi yang tepat
agar tujuan dapat tercapai.
b. Model konsep komunikasi yang sesuai untuk klien dewasa adalah model interaksi king dan
model komunikasi kesehatan yang menekankan hubungan relationship yang saling member
dan menerima serta adanya feedback untuk mengevaluasi apakah imformasi yang disampaikan
sesuai dengan yang ingin dicapai.

13
BAB IV

PENUTUP

4.1. Kesimpulan
Dari uraian dan role play diatas maka dapat dipahami bahwa Terapeutik merupakan kata sifat
yang dihubungkan dengan seni dari penyembuhan atau segala sesuatu yang memfasilitasi proses
penyembuhan.
Komunikasi terapeutik merupakan komunikasi profesional perawat yang direncanakan dan dilakukan
untuk membantu penyembuhan atau pemulihan pasien. Dengan memiliki keterampilan berkomunikasi
terapeutik pada orang dewasa perawat akan lebih mudah menjalin hubungan saling percaya dengan
klien, sehingga akan lebih efektif mencapai tujuan asuhan keperawatan yang telah diterapkan,
memberikan kepuasan profesional dalam pelayanan keperawatan dan akan meningkatkan profesi.
Disamping itu, salah satu tujuan komunikasi terapeutik dewasa adalah membantu pasien untuk
memperjelas dan mengurangi beban perasaan atau pikirannya serta dapat mengambil tindakan untuk
mengubah situasi yang ada bila pasien percaya pada hal-hal yang diperlukan. penerapan komunikasi
pada dewasa.

4.2. Saran
1. Berdasarkan kesimpulan diatas maka kami selaku penulis berpesan kepada tenaga kesehatan
khususnya perawat, ketika berkomunikasi pada pasien dewasa hendaknya perawat memiliki sikap
atetif (memperdulikan, sabar, mendengarkan dan memperhatikan tanda-tanda non verbal,
mempertahankan kontak mata)
2. Selain itu perawat juga harus bersikap merespon, serta memberi dukungan dan dapat menimbulkan
sikap saling percaya. Sehingga memudahkan bagi perawat untuk melakukan asuhan keperawatan
kepada pasien dewasa dengan mengetahui permasalahannya dengan jelas. 3. Kepada instansi
keperawatan hendaknya dapat membimbing dan memfasilitasi mahasiswanya agar menjadi
perawat yang profesional dalam berkomunikasi guna memberikan asuhan keperawatan kepada
pasien dewasa.

DAFTAR PUSTAKA
Damaiyanti, Mukhripah. (2008). Komunikasi Terapeutik Dalam Praktek Keperawatan. Refika
ADITAMA. Bandung.. Potter, Patricia A. (1997). Fundamental Keperawatan. EGC buku

14
Kedokteran. Jakarta. Purwanto, Heri. (1999). Pengantar Perilaku Manusia. EGC Buku
Kedokteran. Jakarta.

15

Anda mungkin juga menyukai