Disusun oleh :
Kelompok 3 1B
1. Hesti Lestiani ( 3022041055 )
2. Mietha Adhelia Astari ( 3022041086 )
3. Muhammad Faisal ( 3022041091 )
4. Mutia Kusuma Dewi Rukmana ( 3022041049 )
5. Neng Devi ( 36022041100 )
6. Rifki ( 3022041121 )
7. Yulia Agustina ( 30220041159 )
DAFTAR ISI
1
BAB 1 .................................................................................................................................................................. 3
PENDAHULUAN............................................................................................................................................ 3
1.1. Latar Belakang ........................................................................................................................................ 3
1.2. Rumusan Masalah................................................................................................................................... 3
1.3. Tujuan Penulisan .................................................................................................................................... 3
1.4 Manfaat .................................................................................................................................................... 3
BAB II ................................................................................................................................................................. 4
TINJAUAN PUSTAKA................................................................................................................................... 4
2.1. Pengertian Komunikasi ......................................................................................................................... 4
2.3. Manfaat Komunikasi Terapeutik ........................................................................................................ 4
2.4 Syarat-syarat Komunikasi ...................................................................................................................... 5
2.5. Bentuk Komunikasi ............................................................................................................................... 5
2.6. Pengertian Dewasa ................................................................................................................................ 6
2.7 TUGAS PERKEMBANGAN AWAL MASA DEWASA (20-40) ................................................. 8
2.8. DEWASA PERTENGAHAN ............................................................................................................ 8
BAB III................................................................................................................................................................ 9
PEMBAHASAN ................................................................................................................................................ 9
3.1. Komunikasi Pada Orang Dewasa ........................................................................................................ 9
3.2. Suasana Komunikasi .............................................................................................................................. 9
3.3. Model-model Konsep Komunikasi dan Penerapanya Pada orang ............................................10
BAB IV ..............................................................................................................................................................14
PENUTUP .......................................................................................................................................................14
4.1. Kesimpulan ...........................................................................................................................................14
4.2. Saran ......................................................................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................................................................14
2
BAB 1
PENDAHULUAN
1.4 Manfaat
Agar mengetahui bagaimana pentingnya mengetahui tehnik komunikasi pada orang dewasa .
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
4
2.4 Syarat-syarat Komunikasi
Terapeutik Stuart dan Sundeen (dalam Christina, dkk 2003) mengatakan ada 2 persyaratan dasar untuk
komunikasi terapeutik efektif :
Semua komunikasi harus ditujukan untuk menjaga harga diri pemberi maupun penerima pesan.
Komunikasi yang diciptakan saling pengertian harus dilakukan terlebih dahulu sebelum memberikan
sarana, informasi maupun masukan.
5
sering digunakan sebagai dasar peenting dalam menentukan pendapat interpersonal.. d. Sentuhan
Kasih sayang, dukungan emosional, dan perhatian diberikan melalui sentuhan. Sentuhan merupakan
bagian penting dalam hubungan perawat-klien, namun harus memperhatikan norma sosial.
6
Dalam hukum Perdata, belum dewasa adalah belum berumur umur 21 tahun dan belum pernah kawin.
Apabila mereka yang kawin belum berumur 21 tahun itu bercerai, mereka tidak kembali lagi dalam
keadaan belum dewasa. Perkawinan membawa serta bahwa yang kawin itu menjadi dewasa dan
kedewasaan itu berlangsung seterusnya walaupun perkawinan putus sebelum yang kawin itu mencapai
umur 21 tahun (pasal 330 KUHPerdata). Hukum perdata memberikan pengecualian-pengecualian
tentang usia belum dewasa yaitu, sejak berumur 18 tahun seorang yang belum dewasa, melalui
pernyataan dewasa, dapat diberikan wewenang tertentu yang hanya melekat pada orang dewasa.
Seorang yang belum dewasa dan telah berumur 18 tahun kini atas permohonan, dapat dinyatakan
dewasa harus tidak bertentangan dengan kehendak orang tua.
Dari uraian tersebut kita lihat bahwa seorang yang telah dewasa dianggap mampu berbuat karena
memiliki daya yuridis atas kehendaknya sehingga dapat pula menentukan keadaan hukum bagi dirinya
sendiri. Undang-undang menyatakan bahwa orang yang telah dewasa telah dapat memperhitungkan
luasnya akibat daripada pernyataan kehendaknya dalam suatu perbuatan hukum, misalnya membuat
perjanjian, membuat surat wasiat. Bila hakim berpendapat bila seseorang dinyatakan dewasa maka ia
harus menentukan secara tegas wewenang apa saja yang diberikan itu. Setelah memperoleh pernyataan
itu, seorang yang belum dewasa, sehubungan dengan wewenang yang diberikan, dapat bertindak
sebagai pihak dalam acara perdata dengan domisilinya. Bila ia menyalahgunakan wewenang yang
diberikan maka atas permintaan orang tua atau wali, pernyataan dewasa itu dicabut oleh hakim. \
7
dihubungkan dengan perbuatan kawin, hukum adat mengakui kenyataan bahwa apabila seorang pria
dan seorang wanita itu kawin dan dapat anak, mereka dinyatakan dewasa, walaupun umur mereka itu
baru 15 tahun. sebaliknya apabila mereka dikawinkan tidak dapat menghasilkan anak karena belum
mampu berseksual, mereka dikatakan belum dewasa.
4. Menurut konsep Undang-undang R.I sekarang
Berdasarkan Undang-undang R.I yang berlaku hingga sekarang, pengertian belum dewasa dan dewasa
belum ada pengertiannya. Yang ada baru UU perkawinan No. 1 tahun 1974, yang mengatur tentang:
a. izin orang tua bagi orang yang akan melangsungkan perkawinan apabila belum mencapai umur 21
tahun (pasal 6 ayat 2);
b. umur minimal untuk diizinkan melangsungkan perkawinan, yaitu pria 19 tahun dan wanita 16
tahun (pasal 7 ayat 2);
c. anak yang belum mencapai umur 18 tahun atau belum pernah kawin, berada didalam kekuasaan
orang tua (pasal 47 ayat 1);
d. anak yang belum mencapai umur 18 tahun atau belum pernah kawin, yang tidak berada dibawah
kekuasaan orang tuanya, berada dibawah kekuasaan wali (pasal 50 ayat 1). Tetapi tidak ada
ketentuan yang mengatur tentang "yang disebut belum dewasa dan dewasa" dalam UU ini.
8
7) Menerima dan menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan fisiologis yang terjadi pada tahap
ini.
8) Mencapai dan mempertahankan prestasi yang memuaskan dalam karir pekerjaan.
9) Menyesuaikan diri dengan orang tua yang semakin tua.
BAB III
PEMBAHASAN
9
1. Suasana Hormat menghormati
Orang dewasa akan mampu berkomunikasi dengan baik apabila pendapat pribadinya
dihormati,ia lebih senang kalau ia lebih turut berfikir dan mengemukakan fikirannya.
2. Suasana Saling Menghargai
Segala pendapat, perasaan, pikiran, gagasan, system nilai yang dianut perlu dihargai.
Meremehkan dan menyampingkan harga diri mereka akan dapat menjadi kendala dalam jalannya
komunikasi.
3. Suasana Saling Percaya
Saling mempercayai bahwa apa yang disampaikan itu benar adanya akan dapat membawa hasil
yang diharapkan
4. Suasana Saling Terbuka
Terbuka untuk mengungkapkan diri dan terbuka untuk mendengarkan orang lai, Hanya dalam
suasana keterbukaan segala alternative dapat tergali.
Komunikasi verbal dan non verbal adalah sling mendukung satu sama lain. Seperti pada anak-
anak,perilaku non verbal sama pentingnya pada orang dewasa. Expresi wajah,gerakan tubuh dan nada
suara member tanda tentang status emosional dari orang dewasa. Tetapi harus ditekankan bahwa orang
dewasa mempunyai kendala hal-hal ini.
Orang dewasa yang dirawat di rumah sakit merasa tidak berdaya, tidak aman dan tidak mampu
dikelilingi oleh tokoh-tokoh yang berwenang. Status kemandirian mereka telah berubah menjadi status
dimana orang lain yang memutuskan kapan mereka makan dan kapan mereka tidur. Ini merupakan
pengalaman yang mengancam dirinya, dimana orang dewasa tidak berdaya dan cemas, dan ini dapat
terungkap dalam bentuk kemarahan dan agresi. Dengan dilakukan komunikasi yang sesuai dengan
konteks pasien sebagai orang dewasa oleh para professional,pasien dewasa akan mampu bergerak lebih
jauh dari imobilitas bio psikososialnya untuk mencapai penerimaan terhadap maslahnya.
10
interpersonal. Model ini memberikan keuntungan bahwa sumber imformasi jelas dan berkompeten,
pesan langsung kepada penerima tanpa perantara.
Tetapi model ini juga mempunyai keterbatasan yaitu tidak terlihatnya hubungan transaksional diantara
sumber pesan dan penerima Penerapannya terhadap komunikasi klien dewasa : Bila komunikasi ini
diterapkan pada klien dewasa, Klien akan lebih mudah untuk menerima penjelasan yang disampaikan
kerena tanpa adanya perantara yang dapat mengurangi penjelasan imformasi. Tetapi tidak ada
hubungan transaksional antara klien dan perawat, juga tidak ada feedback untuk mengevaluasi tujuan
komunikasi.
2. Model Komunikasi Leary
Refleksi dari model komunikasi dari leary (1950) ini menggabungkan multidimensional yang
ditekankan pada hubungan interaksional antara 2 orang,dimana antara individu saling mempengaruhi
dan dipengaruhi.Leary mengamati tingkah laku klien, dimana didapatkan tingkah laku tersebut
dipengaruhi oleh lingkungan sekitar.
Dari gambaran model leary : pesan komuniksai dpat terjadi dalam 2 dimensi 1) Dominan-subbmission
2) Hate-love Model leary dapt diterapkan dibidang kesehatan karena dalam bidang kesehatan ada
keseimbangan kesehatan antara professional dengan klien. Selama beberap tahun pasien akut
ditempatkan pada peran submission dan profesi kesehatan selalu mendominasi peran dan klien
ditempatkan dalm keadaan yang selalu patuh. Seharusnya dalam berkomunikasi ada keseimbangan
asertif dalm menerima dan member antara pasien dan professional.
Penerapan Pada Klien dewasa Bila konsep ini diterapkan pada klien dewasa, peran dominan oleh
perawat hanya mungkin dilakukan dalam keadaan darurat/akut untuk menyelamatkan kehidupan
klien, sehingga klien harus patuh terhadap segala yang dilakukan perawat. Kita tidak dapat menerapkan
posisi dominan ini pada klien dewasa yang dalam keadaan kronik karena klien dewasa mempunyai
komitmen yang kuat terhadap sikap dan pengetahuan yang kuat dan sukar untuk dirubah dalam waktu
yang singkat.
Peran love yang berlebihan juga tidak boleh dterapkan pada klien dewasa, karena dapat mengubah
konsep hubungan professional yang dilakukan lebih kearah hubungan pribadi. Model ini menekankan
pentingnya “Relationsjhip” dalam membanmtu klien pada pelayanan kesehatan secara langsung.
Komunikasi therapeutic adalah keterampilan untuk mengatasi stress yang menghambat psikologikal
dan belajar bagaimana berhubungan efektif denagn orang lain.
Pada komunikasi ini perlu diterapkan kondisi empati, congruen (sesuai dengan situasi dan kondisi),
dan penghargaan yang positif (positif regard), Sedangkan hasil yang diharapkan dari klien melalui
model komunikasi ini adalah adanya saling pengertian dan koping yang lebih efektif. Bila diterapkan
pada klien dewasa dikondisikan untuk lebih mengarah pada kondisi dimana individu dewasa berada di
dalam keadaan stress psikologis
3. Model Interaksi King
11
Model king memberikan penekanan pada proses komunikasi antara perawat-klien. King menggunakan
system perspektif untuk menggambarkan bagaimana professional kesehatan (perawat) untuk memberi
bantuan kepada klien.
Pada dasarnya model ini meyakinkan bahwa interaksi perawat-klien secara simultan membuat
keputusan tentang keadaan mereka dan tentang orang lain dan berdasarkan persepsi mereka terhadap
situasi. Keputusan berperan penting yang merangsang terjadi reaksi. Interaksi merupakan proses
dinamis yang meliputi hubungan timbal balik antara persepsi, keputusan dan tindakan perawat-klien.
Transaksi adalah hubungan Relationship yang timbale balik antara perawat-klien selama berpartisipasi.
Feedback dalam model ni menunjukan pentingnya arti hubungan perawat-klien.
Penerapannya Terhadap Komunikasi Klien Dewasa Model ini sesuai untuk klien dewasa karena
mempertimbangkan factor-faktor instrinsik dan ekstrinsik klien dewasa yang pada akhirnya bertujuan
untuk menjalin transaksi. Adanya feedback yang menguntungkan untuk mengetahui sejauh mana
imformasi yang disampaikan dapat diterima jelas oleh klien untuk mengetahui ada tidaknya persepsi
yang salah tehadap pesan yang disampiakan. 4. Model Komunikasi Kesehatan Komunikasi ini
difokuskan pada transaksi antara professional kesehatan-klien. 3 faktor utama dalam proses
komunikasi kesehatan yaitu :
1) Relationship,
2) Transaksi, dan
3) Konteks.
Hubungan Relationship dikondisikan untuk hubungan interpersonal, bagaimana seorang
professional dapat meyakinkan orang tersebut. Profesional kesehatan adalah seorang yang memiliki
latar belakang pendidikan kesehatan, training dan pengalaman dibidang kesehatan. Klien adalah
individu yang diberikan pelayanan. Orang lain penting untuk mendukung terjadinya interaksi
khususnya mendukung klien untuk mempertahankan kesehatan.Transaksi merupakan kesepakatan
interaksi antara partisipan didalam proses kumunikasi tersebut. Konteks yaitu komunikasi kesehatan
yang memiliki topik utama tentang kesehatan klien dan biasanya disesuaikan dengan temapt dan
situasi.
Penerapannya Terhadap komunikasi klien Dewasa Model komunikasi ini juga dapat diterapkan pada
klien dewasa, karena professional kesehatan (perawat) memperhatikan karekterisitikdari klien yang
akan mempengaruhi interaksinya dengan orang lain. Transaski yang dilakukan secara
berkesinambungan, tidak statis dan umpan balik. Komunikasi ini juga tidak melibatkan orang lain yang
berpengaruh terhadap kesehatn klien. Konteks komunikasi disesuaikan dengan tujuan, jenis pelayanan
yang diberikan.
Dalam berkomunikasi dengan orang dewasa memerlukan suatu aturan tertentu seperti : sopan santun,
bahasa tertentu, melihat tingkat pendidikan, usia, factor, budaya, nilai yang dianut, factor psikologi dll,
sehingga perawat harus memperhatikan hal-hal tersebut agar tidak terjadi kesakahpahaman. Pada
12
komunikasi pada orang dewasa diupayakan agar perawat menerima sebagaimana manusia seutuhnya
dan perawat harus dapat menerima setiap orang berbeda satu dengan yang lain.
Berdasarkan pada hal tertentu diatas, model konsep komunikasi yang tepat dan dapat diterapkan pada
klien dewasa adalah model komunikasi ini menunjukan hubungan relationship yang memperhatikan
karakteristik dari klien dan melibatkan pengirim dan penerima, serta adanya umpan balik untuk
mengevalusi tujuan komunikasi. Komunikasi merupakan alat yang efektif untuk mempengaruhi
tingkah laku manusia kearah yang lebih baik sehingga perawat perlu untuk menguasai tehnik dan model
konsep komunikasi yang tepat untuk setiap karakteristik klien.
a. Orang dewasa memiliki pengetahuan, sikap dan keterampilan yang menetap dalam dirinya
yang sukar untuk dirubah dalam waktu singkat sehingga perlu model komunikasi yang tepat
agar tujuan dapat tercapai.
b. Model konsep komunikasi yang sesuai untuk klien dewasa adalah model interaksi king dan
model komunikasi kesehatan yang menekankan hubungan relationship yang saling member
dan menerima serta adanya feedback untuk mengevaluasi apakah imformasi yang disampaikan
sesuai dengan yang ingin dicapai.
13
BAB IV
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Dari uraian dan role play diatas maka dapat dipahami bahwa Terapeutik merupakan kata sifat
yang dihubungkan dengan seni dari penyembuhan atau segala sesuatu yang memfasilitasi proses
penyembuhan.
Komunikasi terapeutik merupakan komunikasi profesional perawat yang direncanakan dan dilakukan
untuk membantu penyembuhan atau pemulihan pasien. Dengan memiliki keterampilan berkomunikasi
terapeutik pada orang dewasa perawat akan lebih mudah menjalin hubungan saling percaya dengan
klien, sehingga akan lebih efektif mencapai tujuan asuhan keperawatan yang telah diterapkan,
memberikan kepuasan profesional dalam pelayanan keperawatan dan akan meningkatkan profesi.
Disamping itu, salah satu tujuan komunikasi terapeutik dewasa adalah membantu pasien untuk
memperjelas dan mengurangi beban perasaan atau pikirannya serta dapat mengambil tindakan untuk
mengubah situasi yang ada bila pasien percaya pada hal-hal yang diperlukan. penerapan komunikasi
pada dewasa.
4.2. Saran
1. Berdasarkan kesimpulan diatas maka kami selaku penulis berpesan kepada tenaga kesehatan
khususnya perawat, ketika berkomunikasi pada pasien dewasa hendaknya perawat memiliki sikap
atetif (memperdulikan, sabar, mendengarkan dan memperhatikan tanda-tanda non verbal,
mempertahankan kontak mata)
2. Selain itu perawat juga harus bersikap merespon, serta memberi dukungan dan dapat menimbulkan
sikap saling percaya. Sehingga memudahkan bagi perawat untuk melakukan asuhan keperawatan
kepada pasien dewasa dengan mengetahui permasalahannya dengan jelas. 3. Kepada instansi
keperawatan hendaknya dapat membimbing dan memfasilitasi mahasiswanya agar menjadi
perawat yang profesional dalam berkomunikasi guna memberikan asuhan keperawatan kepada
pasien dewasa.
DAFTAR PUSTAKA
Damaiyanti, Mukhripah. (2008). Komunikasi Terapeutik Dalam Praktek Keperawatan. Refika
ADITAMA. Bandung.. Potter, Patricia A. (1997). Fundamental Keperawatan. EGC buku
14
Kedokteran. Jakarta. Purwanto, Heri. (1999). Pengantar Perilaku Manusia. EGC Buku
Kedokteran. Jakarta.
15