Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH KOMUNIKASI DALAM KEPERAWATAN II

KOORDINATOR MATA KULIAH:

IBU DANIA RELINA SITOMPUL, M.KEP Commented [a1]: Mohon maaf nama dosen pengampunya mana
? seharusnya disini nama dosen pengampu bukan coordinator
Saya yang ngajar teori
Ibu dania nanti pas praktek

DISUSUN OLEH:

KELOMPOK 1

1. AMABEL ELLIAN EMANUELLA 113063C118001


2. GITA GLORY SABATINI 113063C118011
3. KRISNA 113063C118017
4. MUFARIKA NISWATUN NUR LAILY 113063C118023
5. NIKITA TESALONIKA 113063C118026

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SUAKA INSAN

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN

TAHUN 2019
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
berkat dan rahmat-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas mata kuliah
Komunikasi dalam Keperawatan II tepat pada waktu-Nya.

Kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua


pihak yang turut berkontribusi dan membantu kami dalam penyusunan makalah
kami. Kami juga memohon maaf untuk ketidaksempurnaan penyusunan makalah
kami. Oleh karena itu kami sangat menerima apabila pembaca mempunyai saran
yang dapat memperbaiki makalah ini. Terima kasih.

Banjarmasin, 27 Agustus 2019

Kelompok 1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ 2

DAFTAR ISI ........................................................................................................... 3

BAB I ...................................................................................................................... 4

PENDAHULUAN .................................................................................................. 4

A. Latar Belakang ......................................................................................... 4

B. Rumusan Masalah ................................... Error! Bookmark not defined.

BAB II ..................................................................................................................... 6

LANDASAN TEORI .............................................................................................. 6

A. Pengertian Komunikasi Terapeutik .......................................................... 6

B. Manfaat Komunikasi Terapeutik .............................................................. 7

C. Tujuan Komunikasi Terapeutik ................................................................ 7

D. Prinsip Dasar Komunikasi Terapeutik ..................................................... 8

E. Karakteristik Perawat yang Memfasilitasi Tumbuhnya Hubungan


Terapeutik ........................................................................................................... 9

F. Helping Relationship.................................................................................... 9

BAB III ................................................................................................................. 13

STUDI KASUS ..................................................................................................... 13

BAB IV ................................................................................................................. 16

PENUTUP ............................................................................................................. 16

A. Kesimpulan ............................................................................................. 16

B. Saran ....................................................................................................... 17

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 18

Commented [a2]: Perbaiki penulisan, sesuaikan cara penulisan


dftar isi yang benar
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Komunikasi senantiasa berperan penting dalam proses kehidupan manusia.


Komunikasi merupakan inti dari kehidupan sosial manusia dan merupakan
komponen dasar dari hubungan antarmanusia, karen akomunikasi yang baik
dapat melancarkan kegiatan sosial manusia. Banyak permasalahan dapat
diidentiofikasi dan dipecahkan melalui komunikasi, tetapi banyak pula hal
kecil dalam kehidupan manusia yang berubah menjadi permasalah yang besar
karena komunikasi.

Tujuan komunikasi adalah menyampaikan ide, memengaruhi orang lain,


mengubah perilaku orang lain, memberikan pendidikan kesehatan dan
memahami ide orang lain.

Komunikasi dalam aktivitas keperawatan adalah hal yang paling mendasar


dan menjadi alat kerja utama bagi setiap perawat untuk memberikan
pelayanan atau asuhan keperawatan, karena perawat secara terus-menerus
selama 24 jam bersama pasien. Dalam setiap aktivitasnya, perawat
menggunakan komunikasi. Pengetahuan tentang komunikasi dan komunikasi
terapeutik sangat penting terkait dengan tugas-tugas perawat dengan
melakukan asuhan keperawatan dan dalam melakukan hubungan profesional
dengan tim kesehatan lainnya.. Penguasaan tentang komunikasi terapeutik
dalam praktik keperawatan akan memungkinkan seorang perawat
melaksanakan praktik keperawatan secara berkualitas. Komunikasi dalam
praktik keperawatan dapat menjadi elemen terapi. Perawat yang memiliki
keterampilan berkomunikasi terapeutik akan mudah menjalin hubungan saling
percaya dengan pasien dan memberikan kepuasan serta meningkatkan citra
profesi keperawatan.

Pengetahuan dan penerapan tentang dasar-dasar komunikasi terapeutik


dalam keperawatan ini sangat penting. Komunikasi dalam praktik
keperawatan dapat menjadi elemen terapi. Perawat yang memiliki
keterampilan berkomunikasi terapeutik akan mudah menjalin hubungan saling
percaya dengan pasien dan memberikan kepuasan serta meningkatkan citra
profesi keperawatan.

Kualitas asuhan keperawatan yang diberikan kepada klien sangat


dipengaruhi oleh kualitas hubungan perawat-klien. Apabila perawat tidak
memperhatikan hal ini, hubungan perawat-klien tersebut bukanlah hubungan
yang memberikan dampak terapeutik yang mempercepat kesembuhan klien,
tetapi hubungan sosial biasa. Untuk itu, penguraian tentang Konsep
komunikasi terapeutik, Prinsip dasar dalam komunikasi terapeutik, Helping
Relationship, dan tujuan komunikasi terapeutik dapat membantu perawat
untuk mengetahui lebih dalam dan menerapkan komunikasi terapeutik yang
benar dalam menjalankan tugasnya sebagai seorang perawat.

B. Tujuan

1. Mengetauhi konsep komunikasi terapeutik.


2. Mengetahui prinsip dasar komunikasi terapeutik.
3. Mengetahui tujuan komunikais terapeutik.
4. Mengetahui pengertian helping relationship.
BAB II

LANDASAN TEORI

A. Pengertian Komunikasi Terapeutik

Istilah komunikasi berasal dari Bahasa Inggris, communication yang


artinya pemberitahuan atau pertukaran ide. Maksudnya adalah pihak
pembicara yang melontarkan pernyataan atau pertanyaan mengharapkan
pertimbangan atau jawaban dari pendengarnya.

Komponen komunikasi terdiri atas beberapa indikator, yaitu:

1. Komunikator, orang yang memprakarsai komunikasi


2. Komunikan, orang yang nmenjadi objek komunikasi, yaitu pihak yang
menerima pesan
3. Pesan, adalah sesuatu yang disampaikan dalam komunikasi
4. Media, segala sarana yang dipergunakan oleh komunikator untuk
menyampaikan pesan
5. Efek, akibat, atau dampak adalah hasil dari komunikasi.

Menurut As Homby (1974) mengatakan bahwa terapeutik kata sifat yang


dihubungkam dengan seni dari penyembuhan hal ini menggambartkan bahwa
dalam menjalani proses komunikasi terpeutik, seorang poerawat melakukan
kegiatan dari mulai pengkajian, menentukan masalah keperawatan,
menentukan rencana tindakan, melakukan tindakan keperawatan sesuai
dengan yang telah direncanakan sampai pada evaluasi yang semuanya itu bisa
idcapai dengan maksimal apabila t erjadi proses komunikasi efektif dan
intensif.

Komunikasi terapeutik adalah kemampuan atau keterampilan perawat


untuk membantu kilen beradaptasi terhadap stres, mengatasi gangguan
psikologis, serta belajar tentang bagaimana berhubungan dengan orang lain
(Northhouse, 1998). Struart dan Laraia ( 2001) menyatakan bahwa hubungan
terapeutik perawat dengan klien merupakan hubungan interpersonal yang
saling menguntungkan sehingga perawat dan klien memperoleh pengalaman
belajar bersama serta memperbaiki pengalaman emosional klien. Hibdon
(2000) menyimpulkan bahwa pendekatan konseling yang memungkinkan
klien menemukan siapa dirinya merupakan fokus dari komunikasi terapeutik.
Dari beberapa pengertian di atas, dapat di pahami bahwa komunikasi
terapeutik adalah komunikasi yang dilakukan atau dirancang untuk tujuan
terapi. Seorang perawat dapat membantu klien mengatasi masalah yang
dihadapinya melalui komunikasi terapeutik. Komunikasi terapeutik dapat
terlaksana ketika perawat mampu menunjukkan sikap empati, berkomunikasi
secara efektif, serta mampu memberikan respons terhadapa pikiran,
kebutuhan, dan perhatian klien (Mohr, 2003).

B. Manfaat Komunikasi Terapeutik

Manfaat komunikasi terapeutik adalah untuk mendorong dan


menganjurkan kerjasama antara perawat dan pasien melalui hubungan perawat
dengan pasien. Mengidentiifkasi, mengungkapkan perasaan dan mengkaji
masalah, dan evaluasi tindakan yang dilakukan oleh perawat.

C. Tujuan Komunikasi Terapeutik

Komunikasi terapeutik bertujuan untuk mengembangkan pribadi klien ke


arah yang lebih positif atau adaptif. Tujuan lain :

1. Realisasi diri, penerimaan diri, dan peningkatan penghormatan diri

Komunikasi terapeutik diharapkan dapat mengubah sikap dan perilaku


klien. Klien yang merasa rendah diri setelah b erkomunikasi terapeutik
dengan perawat akan mampu menerima dirinya.

2. Kemampuan membina hubungan interpersonal yang tidak superfisial


dan saling bergantung denganorang lain

Melalui komunikasi terapeutik, klien belajar cara menerima dan


diterima oran lain. Dengan komunikasi yang terbuka, jujur, serta
menerima klien apa adanya, perawat akan dapat meningkatkan
kemampuan klien dalam membina hubungan saling percaya.
3. Peningkatan fungsi dan kemampuan untuk memuaskan kebutuhan
serta mencapai tujuan yang realistik

Klien terkadang menetapkan standar diri terlalu tinggi tanpa mengukur


kemampuannya sehingga ketika tujuannya tidak tercapai, klien akan
merasa rendah diri dan kondisinya memburuk. Di sinilah peran perawat
untuk membantu klien menyadari keadaan dirinya, serta memotivasi klien
untuk tetap berusaha dalam prooses rehabilitasi sehingga klien dapat
mencapai tujuannya untuk dapat mencapai tujuannya bisa berjalankembali.

4. Peningkatan identitas dan integritas diri

Klien yang mengalami gangguan identitas dan integritras diri biasanya


tidak mempunyai rasa percaya diri dan merasa rendah diri. Melalui
komunikasi terapeutik, diharapkan perawat dapat membantu klien
meningkatkan identitas dan integritas diri.

D. Prinsip Dasar Komunikasi Terapeutik

1. Hubungan terapeutik perawat-klien

Hubungan perawat dan klien merupakan hubungan terapeutik yang


saling menguntungkan. Hubungan ini didasarkan pada prinsip Humanity of
nurse and clients. Kualitas hubungan perawat dengan klien ditentukan
oleh cara perawat mendefinisikan dirinya sebagai manusia. Hubungan
perawat dengan klien tidak hanya sekedar hubungan seorang penolong
dengan kliennya, tetapi merupakan hubungan antarmanusia yang
bermartabat.

2. Menghargai keunikan klien

Perawat harus mengharagai keunikan klien, karena setiap individu


mempunyai karakter yang berbeda-beda. Karena itu, perawat perlu
memahami perasaan dan perilaku klien dengan melihat perbedaan latar
belakang keluarga, budaya, dan keunikan setiap individu.
3. Menjaga Harga diri

Semua komunikasi yang dilakukan harus dapat menjaga harga diri


pemberi maupun penerima pesan. Dalam hal ini, perawat harus menjaga
harga dirinya dan harga diri klien.

4. Hubungan saling percaya

Komunikasi yang menciptakan tumbuhnya hubungan saling percaya


harus dicapai terlebih dahulu sebelum menggali permasalahn dan
memberikan saran maupun alternatif pemecahan masalah.

E. Karakteristik Perawat yang Memfasilitasi Tumbuhnya Hubungan


Terapeutik

Karakteristik pribadi seorang perawat atau pemberi pelayana kesehatan


sangat menentukan keberhasilan komunikasi dalam pekayanan kesehatan,
karena instrumen yang digunakan perawat saat berkomunikasi adalah dirinya
sendiri.

Berikut adalah karakteristik yang harus dimiliki seorang perawat dalam


melakukan komunikasi terapeutik menurut Mohr (2003):

1. Kejujuran / trustworthy
2. Tidak membingungkan dan cukup ekspresif
3. Bersikap positif
4. Empati, bukan simpati
5. Melihat permasalahan dari kacamat klien
6. Menerima klien apa adanya
7. Sensitif terhadap perasaan klien
8. Tidak terpengaru oleh masa lalu.

F. Helping Relationship

Helping relationship adalah hubungan yang terjadi antara dua atau lebih
individu maupun kelompok yang saling memberikan dan menerima bantuan
atau dukungan untuk memenuhi kebutuhan dasar sepanjang kehidupan.
Perawat adalah sebagai helper yang berperan membantu klien untuk
memenuhi kebutuhan dasar manusia klien.

Tujuan hubungan terapeutik diarahkan untuk mencapai kesembuhan klien


dan beberapa dimensi sebagai berikut:

 Realisasi diri, penerimaan diri dan menghargai diri sendiri


 Mengetahui identitas diri dengan jelas dan meningkatkan integritas diri
 Mampu membentuk hubungan yang hangat, mandiri dalam kapasitas
memberi dan menerima kasih sayang
 Meningkatkan fungsi dan kemampuan dalam memenuhi kebutuhan dan
mencapai tujuan yang realistis

Untuk mencapai tujuan hubungan terapeutik, berbagai aspek dari


pengalaman hidup klien harus dikaji. Perawat memberikan kesempatan
kepada klien untuk mengungkapkan pikiran dan perasaannya dan
menghubungkannya dengan perilaku yang diamati dan dilaporkan,
memperjelas area konflik dan kecemasan.

Karakteristik yang harus dimiliki untuk menumbuhkan helping


relationship menurut Rogers (1961) (dalam Stuart, 2009)

 Bisakah saya dipercayai, diandalkan dan konsisten dalam bersikap


terhadap orang lain?
 Bisakah saya berkomunikasi dengan jelas dan tidak ambigu?
 Bisakah saya menunjukkan sikap positif terhadap orang lain seperti sikap
hangat, caring, menyenangkan, interest, dan respect ?
 Bisakah saya menerima orang lain dengan berbagai karakter?
 Bisakah saya menyampaikan sikap kepada orang lain?, atau dapatkah saya
hanya menerima dia secara kondisional, menerima beberapa aspek
perasaan orang lain dan diam-diam atau secara terbuka tidak menyetujui
orang lain?
 Bisakah saya menilai dengan sensitif bahwa tindakan saya tidak dianggap
sebagai ancaman
 Bisakah saya bebas dari ancaman evaluasi eksternal
 Dapatkah saya memahami orang lain yang sedang dalam proses
“berubah”, atau apakah saya akan terikat dengan masa lalunya dan masa
lalu saya?

Proses Pembinaan pada helping relationship dapat dijelaskan dalam empat


fase berurutan, yaitu:

1. Fase prainteraksi
Fase prainteraksi mirip dengan tahap perencanaan sebelum melakukan
wawancara. Biasanya, perawat memiliki informasi tentang klien
sebelum melakukan wawancara.
2. Fase Perkenalan
Fase perkenalan disebut juga fase orientasi atau fase prabantuan,
sangat penting karena mengatur sifat keseluruhan hubungan. Tiga
tahap yang terdapat dalam fase perkenalan adalah membuka hubungan,
mengklarifikasi masalah, membuat serta memfokuskan kontrak.
3. Fase kerja
Fase kerja memiliki dua tujuan utama: mengali dan memahami pikiran
dan perasaan serta memfasilitasi dan mengambil tindakan.
4. Fase Terminasi
Fase terminasi dalam hubungan ini biasanya berjalan sulit diliputi
kebimbangan. Akan tetapi jika fase sebelumnya berjalan secara efektif,
klien umumnya memiliki pandangan yang positif serta merasa mampu
untuk mengatasi masalah secara, mandiri.

Bina Hubungan saling percaya merupakan langkah awal tindakan


keperawatan pada klien dengan isolasi sosial, untuk menanamkan rasa percaya
kepada klien sehingga jika klien sudah percaya dengan perawat maka tindakan
keperawatan selanjutnya pun akan berjalan sesuai rencana. Pada kenyataannya
tindakan keperawatan berupa bina hubugan saling percaya kepada klien
dengan gangguan isolasi sosial: menarik diri, antara individu satu dengan yang
lainnya tidak bisa disamakan keberhasilannya.
Dari banyak literatur yang ditemukan, menyimpulkan bahwa mekanisme
koping individu satu dengan yang lainnya berbeda, sehingga pemberian
tindakan keperawatan membutuhkan batasan waktu yang berbeda pula antara
klien satu dengan yang lain. Isolasi sosial akan menjadi parah bila tidak segera
dilakukan tindakan keperawatan, yang ditandai dengan menyendiri, klien
banyak diam, aktivitas menurun, bahkan klien malas melakukan kebersihan
diri.
BAB III

STUDI KASUS

Contoh Kasus Kendala Komunikasi antara Perawat dengan Klien

Perawat A, laki-laki berusia 24 tahun, suku Jawa, mengalami kesulitan


untuk berkomunikasi dengan salah satu kliennya, yakni Ny. S yang baru
melakukan mastektomi. Ny. S sering diam jika bertemu dengan perawat A,
bahkan memalingkan mukanya sebagai tanda penolakan terhadap kedatangan
perawat A. Jika dilihat, perawat A dan Ny. S mendapatkan berbagai hambatan
sehingga proses komunikasi yang dilakukan tidak berjalandengan semestinya.
Hubungan antara perawat A dan Ny. S yang tidak baik dapat disebabkan oleh
berbagai faktor seperti kesenjangan antara perawat dengan klien, sikap, serta
adanyar esisten dan transferens pada diri klien.

Analisis Kasus

Pada kasus Ny. S ini, beliau baru saja melakukan mastektomi karena
sebuah alasan medis. Pasca operasi, Ny. S belum terbiasa dengan keadaan yang
ada pada dirinya, apalagi beliau adalah seorang wanita. Kemungkinan untuk
terjadinya depresi atau sejenisnya dapat terjadi. Selain itu, perbedaan jenis
kelamin antara klien dan perawat ternyata dapat menimbulkan hambatan
tersendiri. Ny. S mungkin malu jika dirawat oleh perawat A, ditambah lagi
masalah kesehatan yang dialamainya adalah hal yang cukup krusial bagi seorang
wanita. Kecanggungan, rasa malu, rasa tertekan dan masih belum percaya dengan
keadaan yang terjadi membuat Ny. S akhirnya resisten dan cenderung transferens
terhadap perawat A. Hal ini ditunjukkan dengan sikap penolakannya terhadap
kehadiran perawat A. Ny. S juga menunjukkan sikap ketidaksukaannya pada
perawat A dengan diam dan memalingkan muka jika bertemu dengan perawat
tersebut. Hal itu mungkin terjadi sebagai bentuk ekspresi dari rasa
ketidaksukaannya, rasa malu, dan tertekan. Dalam kasus tersebut terdapat
beberapa hal yang menyebabkan kendala dalam berkomunikasi antara perawat
dengan klien, yaitu:
1. Resisten adalah upaya klien untuk tetap tidak menyadari aspek penyebab
kegelisahan yang dialaminya. Dalam hal ini, perubahan akan persepsi sangat
diperlukan klien. Namun, klien tetap berusaha menjauh dari perawat
dikarenakan perawat di anggap memberikan tindakan yang tidak bermanfaat
(menurut klien) dan membuat malu klien.
2. Transferens adalah respon tidak sadar dimana klien mengalami perasaan dan
sikap terhadap perawat yang pada dasarnya terkait dengan tokoh dalam
kehidupannya di masa lalu. Sifat yang paling menonjol adalah ketidaktepatan
respon klien dalam intensitas dan penggunaan mekanisme pertahanan yang
maladaptif. Klien merasa tindakan yang petugas kesehatan dalam menangani
penyakitnya dulu tidak berdampak baik, sehingga klien harus masektomi.
3. Kesenjangan Antara Perawat dan Klien
Kesenjangan yang dimaksud di sini adalah berbagai perbedaan yang ada
antara diri perawat dengan klien yang dapat mengganggu berjalannya proses
komunikasi. Hal ini tentu berpengaruh besar dikarenakan masalah yang
dialami oleh klien sangat krusial untuk wanita. Sehingga ketika perawat
tersebut memiliki perbedaan dalam hal jenis kelamin dan usia, hal itu juga
berdampak dalam persepsi klien terhadap tindakan yang dilakukan oleh
perawat.

Dalam kasus ini, perawat A dituntut untuk sering memberikan health


educatian untuk klien. Seni perawat untuk mengekspresikan perasaan yang
sebenarnya secara spontan juga harus baik. Di samping itu perawat juga harus
mampu menghargai klien dengan menerima klien apa adanya. Menghargai dapat
dikomunikasikan melalui duduk bersama klien yang sedih, minta maaf atas hal
yang tidak disukai klien, dan menerima permintaa klien untuk tidak menanyakan
hal-hal tertentu. Memberi alternatif ide untuk pemecahan masalah. Tepat dipakai
pada fase kerja dan tidak tepat pada fase awal hubungan dengan klien, terutama
pada pasien yang klien itu sendiri sudah tidak merasa hidupnya berguna lagi.
Perawat A perlu menganalisa teknik komunikasi yang tepat setiap kali ia
berhubungan dengan klien. Melalui komunikasi verbal dapat diungkapkan Commented [a3]: Kasus dan analisis masih mengambang dan
tidak nyambung, apakah masalah disini adalah kendala bahasa atau
interaksi/caring yang kurang atau bagaimana, fokuskan pada satu
informasi yang akurat tetapi aspek emosi dan perasaan tidak dapat diungkapkan masalah dan analisis
seluruhnya secara verbal. Dengan mengerti proses komunikasi dan menguasai
berbagai keterampilan berkomunikasi, diharapkan perawat dapat memakai dirinya
secara utuh (verbal dan non verbal) dan perbedaan perbedaan persepsi dapat
teratasi sehingga komunikasi terapeutik kepada klien dapat terjalin.
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang dilakukan atau dirancang


untuk tujuan terapi. Seorang perawat dapat membantu klien mengatasi
masalah yang dihadapinya melalui komunikasi terapeutik. Komunikasi
terapeutik dapat terlaksana ketika perawat mampu menunjukkan sikap empati,
berkomunikasi secara efektif, serta mampu memberikan respons terhadap
pikiran, kebutuhan, dan perhatian klien.

Manfaat komunikasi terapeutik adalah untuk mendorong dan


menganjurkan kerjasama antara perawat dan pasien melalui hubungan perawat
dengan pasien.

Karakteristik yang harus dimiliki seorang perawat dalam melakukan


komunikasi terapeutik menurut Mohr (2003): kejujuran/trustworthy, tidak
membingungkan dan cukup ekspresif, bersikap positif, empati, bukan simpati,
melihat permasalahan dari kacamat klien, menerima klien apa adanya, sensitif
terhadap perasaan klien, tidak terpengaru oleh masa lalu.

Helping relationship adalah hubungan yang terjadi antara dua atau lebih
individu maupun kelompok yang saling memberikan dan menerima bantuan
atau dukungan untuk memenuhi kebutuhan dasar sepanjang kehidupan.
Perawat adalah sebagai helper yang berperan membantu klien untuk
memenuhi kebutuhan dasar manusia klien.

Bina Hubungan saling percaya merupakan langkah awal tindakan


keperawatan pada klien dengan isolasi sosial, untuk menanamkan rasa percaya
kepada klien sehingga jika klien sudah percaya dengan perawat maka tindakan
keperawatan selanjutnya pun akan berjalan sesuai rencana.
B. Saran

1. Bagi Mahasiswa Keperawatan

Mahasiswa keperawatan diharapkan untuk dapat selalu melatih


kemampuannya dalam berkomunikasi secara terapeutik hingga terbiasa
dalam kehidupan sehari-hari dan menjadi seseorang yang memberikan
aura poditif baik kepada klien maupun semua orang di sekitarnya.
DAFTAR PUSTAKA

Mohr. (2003).

Nasir, A., Muhith , A., Sajidin, M., & Mubarak, W. I. (2009). Komunikasi dalam
Keperawatan Teori dan Aplikasi. Jakarta: Penerbit Salemba Medika.

Northhouse. (1998).

Sarfika, R., Maisa, E. A., & Freska, W. (2018). BUKU AJAR KEPERAWATAN
DASAR 2 KOMUNIKASI TERAPEUTIK DALAM KEPERAWATAN.
Dipetik Agustus 27, 2019, dari
http://repo.unand.ac.id/18537/1/buku%20rika.pdf

Suryani. (2005). Komunikasi Terapeutik Teori&Praktek. Jakarta: Penerbit Buku


Kedokteran EGC.

Windiarto, J. (2015). UPAYA PENYELESAIAN KEGAGALAN BERHUBUNGAN


SOSIAL MELALUI INTERVENSI BINA HUBUNGAN SALING PERCAYA
PADA Sdr.S DENGAN GANGGUAN ISOLASI SOSIAL DIRUANGAN
MERPATI RSJ DR RADJIMAN WEDIODININGGRAT LAWANG 2012.
Dipetik Agustus 27, 2019, dari http://eprints.umm.ac.id/19599/

Commented [a4]: Cara penulisan dapus mohon perhatikan, byk


salah

Anda mungkin juga menyukai