Anda di halaman 1dari 8

1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Perawat merupakan tenaga kesehatan yang telah menyelesaikan
program pendidikan keperawatan baik di dalam maupun di luar negeri
yang diakui oleh Pemerintah Republik Indonesia, teregister dan diberi
kewenangan untuk melaksanakan praktik keperawatan sesuai dengan
peraturan perundang-undangan (Persatuan Perawat Nasional Indonesia ,
2005).
Perawat memiliki beberapa peran dalam melaksanakan tugasnya
sesuai dengan hak dan kewenangannya (Asmadi, 2008). Peran tersebut
diantaranya sebagai pemberi asuhan keperawatan, pembuat keputusan
klinis, pelindung dan advocate klien, manajer kasus, rehabilitator, pemberi
kenyamanan, komunikator, penyuluh dan pendidik, kolaborator (Perry &
Potter, 2005).
Obat merupakan salah satu bagian terpenting dalam proses
penyembuhan penyakit, pemulihan kesehatan dan juga pencegahan
terhadap suatu penyakit.(Perry & Potter, 2005)
Penentuan obat untuk pasien adalah wewenang dari dokter, tetapi
para perawat dituntut untuk turut bertanggung jawab dalam pengelolaan
obat tersebut. Mulai dari memesan obat sesuai order dokter, menyimpan
dan meracik obat sesuai order hingga memberikan obat kepada pasien.
Memastikan bahwa obat tersebut aman bagi pasien dan mengawasi akan
1
terjadinya efek samping dari pemberian
obat tersebut pada pasien. Karena

hal tersebut maka perawat dalam menjalankan perannya harus dibekali


dengan ilmu keperawatan sesuai UU No. 23 th. 1992 pasal 32 ayat 3.
Tindakan pemberian obat menjadi salah satu tindakan penting
seorang

perawat

dalam

menjalankan

peran

kolaborasinya.Saat

memberikan obat pada pasien perawat perlu memperhatikan aspek enam


tepat yang meliputi: tepat pasien(right client), tepat obat (right drug) tepat
dosis (right dosis, tepat waktu (right time), tepat cara (right route) dan
tepat dokumentasi (right documentation). (Kee dan Hayes, 2000)
Hal ini diperlukan pleh perawat sebagai pertanggunggugatan secara
legal tindakan yang dilakukannya. Mengingat di ruang rawat inap seorang
perawat harus memberikan berbagai macam obat kepada beberapa pasien
yang berbeda. (Iyer & Camp, 2005).
Berdasarkan penelitian dari Auburn University di 36 rumah sakit
dan nursing home di Colorado dan Georgia, USA pada tahun 2002 dari
3216 jenis pemberian obat 43 % diberikan pada waktu yang salah , 30 %
tidak diberikan, 17 % diberikandengan dosis yang salah, dan 4 %
diberikan obat yang salah. Pada penelitian ini juga dikemukakan hasil
penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Institute of medicine error
pada tahun 1999 yaitu kesalahan medis telah menyebabkan lebih dari satu
juta cedera dan 98. 000 kematian dalam setahun. Data yang didapat JCHO
juga menunjukkan bahwa 44.000 dari 98.000 kematian yang terjadi di
rumah sakit setiap tahun disebabkan oleh kesalahan medis. Joint
Comission And Accreditation of Health Organitation (2003)
Virawan (2012) dalam penelitiannya tentang faktor-faktor yang
mempengaruhi kepatuhan staf perawat menggunakan enam benar dalam

menurunkan kasus pasien safety di Rumah Sakit Surya Husada,


menunjukkan dari 148 responden didapatkan benar pasien, benar cara,
benar obat semuanya benar, sedangkan 13 (8,8%) responden yang tidak
melaksanakan benar dosis, 12 (8,1%) responden yang tidak melakukan
benar waktu, dan 26 (17,6%) responden yang tidak melakukan benar
dokumentasi.
Penelitian lain yang dilakukan oleh Kuntarti (2004) menunjukkan
bahwa secara umum prinsip penerapan enam tepatdalam pemberian obat
oleh 81 perawat di RSCM Jakarta berada pada tingkat sedang sampai
tinggi. Hasil ini ditunjukkan dengan data penerapan tepat waktu tingkat
penerapannya

sedang sebanyak

63%, tepat obat 75,3% tingkat

penerapannya tinggi, penerapan tepat cara 51,9% tingkat penerapannya


sedang, penerapan tepat dosis yang penerapannya tinggi hanya 19,8%
sedangkan ketepatan dokumentasi ketepatan penerapannya 59,3% tinggi.
Hal ini didukung oleh hasil penelitian Yunie (2007) tentang
hubungan tingkat pendidikan dan lama kerja perawat dengan penerapan
prinsip enam tepat dalam pemberian obat di ruang rawat inap Rumah
Sakit Kariadi Semarang dari 70 orang perawat menunjukkan 60% perawat
menerapkan tepat pasien, 81,4 % perawat sudah menerapkan tepat dosis,
penerapan tepat obat 70 % perawat sudah menerapkan, sedangkan
penerapan tepat cara 98,9% perawat belum menerapkan dan penerapan
tepat dokumentasi 82,9% belum dilakukan oleh perawat.
Hasil penelitian Yulhelmi (2009) tentang gambaran pelaksanaan
prinsip enam benar dalam pemberian obat di Rumah Sakit M. Jamil
Padang Sumatera Barat, menunjukkan bahwa dari 70 perawat yang telah

melaksanakan prinsip benar pasien, benar obat, benar dosis, dan benar
cara. Namun lebih dari separuh responden (58,6%) tidak melaksanakan
prinsip benar waktu. Sedangkan lebih dari separuh responden lagi (52,8%)
tidak melaksanakan prinsip benar pendokumentasian.
Penelitian Lestari (2010) tentang pengalaman perawat dalam
menerapkan prinsip enam benar dalam pemberian obat di ruang rawat inap
Rumah Sakit Mardi Rahayu Kudus menyebutkan apabila melakukan
kesalahan penulisan obat yang dilakukan bukan merupakan suatu
hukuman atau pengakuan, ini merupakan analisis objektif apa yang terjadi
dan bagaimana penatalaksanaan suatu resiko yang dilakukan dan berbeda
dengan yang ditemukannya bahwa sangsi bagi perawat yaitu ditegur
sampai dikeluarkan.
Data penelitian mengenai tingkat pengetahuan farmakologi
(pemberian obat) yang dilakukan oleh Kuntarti pada tahun 2004 di Rumah
Sakit Dr. Cipto Mangunkusumo (RSCM) Jakarta di kemukakan sekitar
61,7% perawat belum pernah mengikuti seminar atau pelatihan tentang
pemberian obat dan hanya 38,3% perawat yang sedah mengikuti kegiatan
tersebut.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut diatas maka rumusan masalah
dalam penelitian ini adalah Apakah Ada Hubungan Antara Tingkat
Pengetahuan dan Motivasi Perawat Dengan Penerapan Prinsip Enam Tepat
Dalam Pemberian Obat Di Ruang Rawat Inap RSUD Dr. R. Soetijono
Blora ?
C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum
Mengetahui hubungan antara tingkat pengetahuan perawat dengan
penerapan prinsip enam tepat dalam pemberian obat di ruang rawat
inap RSUD Dr. R. Soetijono blora
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui tingkat pengetahuan perawat tentang prinsip
enam tepat di RSUD Dr. Soetijono Blora.
b. Mengetahui tingkat penerapan prinsip enam tepat dalam
pemberian obat.
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi RSUD Dr. R. Soetijono Blora
Memberikan masukkan kepada

RSUD

Dr.Soetijono

Blora

mengenai pelaksanaan pemberian obat pada pasien oleh perawat,


sehingga dapat dijadikan dasar untuk meningkatkan mutu
pelayanan kesehatan.
2. Bagi Stikes Surya Global
Memberi informasi mengenai penerapan prinsip enam tepat
pemberian obat pada pasien di lapangan rumah sakit, sehingga
pengajaran tentang penerapan prinsip enam tepat lebih baik.
3. Bagi Peneliti Selanjutnya
Menambah wawasan keilmuan dan pengalaman dalam
melaksanakan penelitian serta dapat meningkatkan pengalaman
bagi peneliti selanjutnya dalam memperluas dan mengembangkan
penelitian mengenai penerapan prinsip enam tepat dalam
pemberian obat pada pasien.
E. Ruang Lingkup Penelitian
1. Lingkup Variabel
Variabel bebas (independent), yaitu tingkat pengetahuan
Variabel terikat (dependent), yaitu penerapan prinsip enam tepat
2. Lingkup Responden

Responden dalam penelitian adalah semua perawat pelaksana


yang bertugas di Ruang Rawat Inap RSUD Dr.R.Soetijono Blora
3. Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan pada bulan Januari Februari 2015
F. Keaslian Penelitian
1. Sumarni (2013) yang meneliti tentang Hubungan Tingkat
Pengetahuan dan Sikap Perawat Tentang Pemberian Obat Terhadap
Tindakan

Pendokumentasian

Keperawatan.

Penelitian

ini

merupakan penelitian deskriptif korelasi dengan pendekatan crosssectional. Hasil penelitian ini menunjukkan 44 orang (75,9 %)
memiliki pengetahuan yang tinggi tentang pemberian obat terhadap
tindakan pendokumentasian. Persamaan penelitian ini adalah samasama meneliti tentang pemberian obat, sedangkan perbedaannya
dengan penelitian ini adalah variabel dependent, tempat penelitian.
2. Harmiady R (2014) yang meneliti tentang FaktorFaktor Yang
Berhubungan Dengan Pelaksanaan Prinsip 6 Benar Dalam
Pemberian Obat Oleh Perawat Pelaksana Di Ruang Interna Dan
Bedah Rumah Sakit Haji Makassar. Penelitian ini merupakan
penelitian deskriptif dengan pendekatan cross-sectional study.
Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan pengetahuan perawat
dengan pelaksanaan prinsip enam benar dalam pemberian obat
dengan nilai = 0,001, tidak ada hubungan pendidikan perawat
dengan pelaksanaan prinsip enam benar dalam pemberian obat
dengan nilai = 0,571 dan ada hubungan motivasi kerja perawat
dengan pelaksanaan prinsip enam benar dalam pemberian obat

dengan nilai = 0,000. Persamaan penelitian ini adalah sama-sama


meneliti tentang pemberian obat, sedangkan perbedaannya dengan
penelitian ini adalah variabel independent dan tempet penelitian.
3. Maynafi A (2012) yang meneliti tentang Hubungan Antara Faktor
Internal Perawat Dengan Pelaksanaan Prinsip 12 Benar Dalam
Pemberian Obat Di Ruang Rawat Inap Rsud Kraton Kabupaten
Pekalongan. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif
korelatif dengan pendekatan cross-sectional. Hasil uji chi square
dengan 5% menunjukan tidak ada hubungan antara tingkat
pendidikan dengan pelaksanaan prinsip 12 benar dalam pemberian
obat dengan nilai adalah 0,972. Ada hubungan antara pengetahuan
dan motivasi dengan pelaksanaan prinsip 12 benar dalam
pemberian obat dengan masing-masing nilai =0,001 dan 0,001.
Persamaan penelitian ini adalah sama-sama meneliti tentang
pemberian obat, sedangkan perbedaannya dengan penelitian ini
adalah variabel independent, variabel dependent dan tempat
penelitian.
4. Lestari (2010) yang meneliti tentang Pengalamam Perawat Dalam
Menerapkan Prinsip Enam Benar Dalam Pemberian Obat Di Ruang
Rawat Inap Rumah Sakit Mardi Rahayu Kudus. Penelitian ini
merupakan penelitian kualitatif dengan metode wawancara yang
mendalam.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dari

pengalaman, tidak dapat melakukan penerapan prinsip enam benar


diantaranya beban yang overload yang bisa menimbulkan human

error dan pembelaan diri, serta situasi lingkungan, dan pengaturan


ketenagaan serta manejemen yang ada. Persamaan penelitian ini
adalah sama-sama meneliti tentang pemberian obat, sedangkan
perbedaannya dengan penelitian ini adalah variabel independent
dan tempat penelitian.

Anda mungkin juga menyukai