II Tahun 2020 | 79 – 85
1
lilis.suryanifa@gmail.com*
*Corresponding Author
dari pendidikan perawat baik di luar insiden yang dilaporkan. Menurut Institute
maupun di dalam negeri yang telah diakui of Medicine (IOM) tahun 2000, sekitar 7.000
oleh pemerintah sesuai dengan perundang- orang diperkirakan meninggal setiap tahun
undangan dan memiliki bukti yang tertulis karena kesalahan dalam pemberian obat.
berupa surat tanda registrasi (Siti & Tipe kesalahan yang menyebabkan
Indrayana, 2015). Tugas perawat dalam kematian pada pasien meliputi salah dosis
memberikan asuhan keperawatan adalah 40,9%, salah obat 16%, salah rute pemberian
mengumpulkan data, menganalisis, dan 9,5%. Laporan tentang Insiden Keselamatan
menginterpretasikan data, serta Pasien di Indonesia (2007). menyebutkan
mengembangkan rencana tindakan kasus kesalahan pemberian obat sebanyak
keperawatan (Hidayat, 2004). Meskipun 24,80% (Fatonah, Rihiantoro, Irawan, Ari, &
demikian, setiap perawat tidak pernah Nurdiantini, I., Prastiwi, S., & Nurmaningsari,
berharap untuk mengalami kesalahan 2016). Berdasarkan Kemenkes (2008)
dalam proses keperawatan salah satunya kesalahan dalam pemberian obat
kesalahan medikasi, kemungkinan akan menduduki peringkat pertama (24,8%) dari
selalu ada bahwa setiap perawat akan 10 besar insiden yang dilaporkan. Hasil
membuat kesalahan medikasi di suatu studi pendahuluan pada tanggal 08 Februari
waktu selama kariernya. Kesalahan 2018 di RS X Karawang, di dapatkan dari
medikasi mencakup memberikan kepada hasil wawancara 7 perawat terdapat 6 orang
klien yang salah, memberikan medikasi atau yang tidak mengetahui prinsip pemberian
dosis yang salah, memberikan pada waktu obat 12 benar.
yang salah, atau memberikan melalui rute Menurut Dermawan, (2015) Perawat
yang salah (Kowalski, 2017). Keputusan harus terampil dan tepat saat
Menteri Kesehatan Nomor 1027/ MENKES / memberikan obat, tidak sekedar
SK / IX /2004 menyatakan, kejadian yang memberikan pil untuk diminum (oral) atau
dapat menimbulkan ancaman keselamatan injeksi obat melalui pembuluh darah
pasien antara lain kejadian kesalahan dalam (parenteral), namun juga mengobservasi
pemberian obat atau Medication Error (ME). respons klien terhadap pemberian obat
Pemberian medikasi merupakan salah tersebut. Pengetahuan tentang manfaat dan
satu fungsi terpenting dalam keperawatan. efek samping obat sangat penting dimiliki
Fungsi ini juga merupakan salah satu perawat. Perawat memiliki peran yang
fungsi yang berisiko sangat tinggi utama dalam meningkatkan dan
menyebabkan bahaya pada klien. Penting mempertahankan kesehatan klien dengan
untuk mengikuti aturan pemberian yang mendorong klien untuk lebih proaktif jika
aman dengan sungguh-sungguh. Pada saat membutuhkan pengobatan. Perawat
pemberian obat untuk memastikan berusaha membantu klien dalam
keamanan setiap klien, setiap perawat membangun pengertian yang benar dan
harus familier dengan rute pemberian yang jelas tentang pengobatan,
direkomendasikan, dosis, kerja yang mengonsultasikan setiap obat yang
diharapkan, kemungkinan efek samping, dipesankan dan turut serta bertanggung
dan pertimbangan keperawatan terhadap jawab dalam pengambilan keputusan
medikasi yang diresepkan (Kowalski, 2017). tentang pengobatan bersama dengan
(Tong, Zhang, Xu, &Qi, 2015) tenaga kesehatan lain. Perawat dalam
melaporkan: di Amerika Serikat, 1 diantara memberikan obat juga harus
200 orang menghadapi risiko kesalahan memperhatikan resep obat yang diberikan
pelayanan di rumah sakit, dibandingkan harus tepat, hitungan yang tepat pada dosis
dengan risiko naik pesawat terbang yang yang diberikan sesuai resep dan selalu
hanya 1 per 2.000.000 maka risiko menggunakan prinsip 12 benar, yaitu:
mendapatkan kesalahan pelayanan di a. Benar klien
rumah sakit lebih tinggi. Di Indonesia kasus Klien yang benar dapat dipastikan
yang paling sering terjadi adalah kesalahan dengan memeriksa identitas klien, dan
obat yang tidak jarang menjadi tuntutan, meminta klien menyebutkan namanya
hukum dan berakhir di pengadilan. Laporan sendiri. Beberapa klien akan menjawab
Peta Nasional Insiden Keselamatan Pasien dengan nama sembarangan atau tidak
(Kongres Persi tahun 2007) kesalahan dalam merespon, maka gelang identifikasi harus
pemberian pemberian obat menduduki diperiksa pada setiap klien pada setiap kali
peringkat pertama (24,8%) dari 10 besar pengobatan.
mengenai obat yang telah diberikan serta k. Benar reaksi terhadap makanan
respons klien terhadap pengobatan. Obat memiliki efektivitas jika diberikan
pada waktu yang tepat. Jika obat itu harus
g. Benar pendidikan kesehatan perihal diminum sebelum makan (antecimuma.c)
medikasi klien untuk memperoleh kadar yang diperlukan
Perawat mempunyai tanggung jawab harus diberi satu jam sebelum makan
dalam melakukan pendidikankesehatan misalnya tetrasikilin dan sebaiknya ada
pada pasien, keluarga, dan masyarakat obat yang harus diminum setelah makan
luas terutama yang berkaitan dengan obat misalnya indomestamin.
seperti manfaat obat secara umum, l. Benar reaksi dengan obat lain
penggunaan obat yang baik dan benar, Pada penggunaan obat seperti
alasan terapi obat dan kesehatan yang chloramphenicol sebelum diberikan dengan
menyeluruh, hasil yang diharapkan setelah omeparazol penggunaan pada penyakit
pemberian obat, efek samping dan reaksi kronis.
yang merugikan dari obat, interaksi obat Dari hasil observasi perawat dalam
dengan obat dan obat dengan makanan, memberikan obat hanya menjalankan 5-6
perubahan-perubahan yang diperlukan benar, dan pernah terjadi beberapa kali
dalam menjalankan aktivitas sehari-hari nyaris cedera, tapi tidak sampai terjadi
selama sakit dan sebagainya. cedera bagi pasien (Utami, 2015). Dengan
h. Benar hak klien untuk menolak menjalankan prinsip 12 benar dalam
Klien berhak untuk menolak dalam pemberian obat akan dapat mengurangi
pemberian obat. Perawat harus adanya kesalahan medikasi dan mengurangi
memberikan inform consent dalam risiko yang akan terjadi kepada pasien.
pemberian obat Berdasarkan uraian sebelumnya, peneliti
1)Hak klien mengetahui alasan pemberian tertarik untuk meneliti bagaimana
obat hubungan pengetahuan dengan perilaku
Hak ini adalah prinsip dari perawat dalam menjalankan prinsip
memberikan persetujuan setelah pemberian obat dua belas benar.
mendapatkan informasi (informed
concent), yang berdasarkan pengetahuan METODE PENELITIAN
individu yang diperlukan untuk membuat
suatu keputusan. Desain penelitian ini adalah penelitian
2)Hak klien untuk menolak pengobatan dengan pendekatan kuantitatif yaitu
Klien dapat menolak untuk pemberian bersifat deskriptif analitik dengan
suatu pengobatan. Adalah tanggung jawab menggunakan rancangan penelitian secara
perawat untuk menentukan, jika crosssectional. Variabel independen dalam
memungkinkan, alasan penolakan dan penelitian ini adalah pengetahuan perawat
mengambil langkah-langkah yang perlu dan variabel dependen perilaku perawat
untuk mengusahakan agar klien mau dalam menjalankan prinsip pemberian obat
menerima pengobatan. Jika suatu dua belas benar. Populasi dalam penelitian
pengobatan ditolak, penolakan ini harus ini adalah semua perawat di ruang rawat
segera didokumentasikan. Perawat yang inap RSUD Karawang sebanyak . Sampel
bertanggung jawab, perawat primer, atau yang digunakan sebanyak 101 responden.
dokter harus diberitahu jika pembatalan Teknik pengambilan sampel dalam
pemberian obat ini dapat membahayakan penelitian ini adalah proportionate
klien, seperti dalam pemberian insulin. stratified random sampling. Instrumen
Tindak lanjut juga diperlukan jika terjadi yang digunakan berupa kuesioner
perubahan pada hasil pemeriksaan pengetahuan perawat tentang dua belas
laboratorium, misalnya pada pemberian benar sebanyak 13 soal dan pada perilaku
insulin atau warfarin. perawat menggunakan kuesioner sebanyak
i. Benar pengkajian 12 soal. Pengujian dilakukan dengan
Perawat selalu memeriksa tanda-tanda menggunakan uji validitas kuesioner
vital sebelum pengkajian. mengenai kode etik. Uji validitas kuesioner
j. Benar evaluasi dilakukan untuk mengukur sah atau
Perawat selalu melihat atau tidaknya suatu kuesioner sebagai alat
memantau efek kerja dari obat setelah pencari data. Kriter yang digunakan dalam
pemberiannya.
penelitian ini adalah uji chi-square dengan pada responden di ruang rawat inap RS X
taraf signifikan(p=0,05). Karawang dengan latar belakang
pendidikan D3 sebanyak 53 orang (52,5%),
dengan jenis kelamin perempuan sebanyak
60 orang (59,4%).
Hasil dan pembahasan
Tabel 3. Distribusi responden
Tabel 1. Karakteristik responden di RS X berdasarkan pengetahuan dan perilaku
Karawang perawat tentang prinsip pemberian obat
Mean Std. Min- dua belas benar.
Karakteristik
Median Deciantion Max Pengetahuan Frekuensi %
35,16 Kurang 56 55,4
Usia 6,908 25-52
36,00 Baik 45 44,6
Berdasarkan Tabel 1, menunjukan Total 101 100,0
bahwa hasil data rata-rata usia perawat Perilaku Frekuensi %
adalah 35,16 tahun, umur termuda 25
Kurang 46 45,5
tahun dan umur tertua 52 tahun.
Baik 55 54,5
Tabel 2. Karakteristik responden di RS X Total 101 100,0
Karawang Berdasarkan Tabel 3 diatas
menunjukkan bahwa distribusi frekuensi
Pendidikan Frekuensi % pengetahuan perawat diruang rawat inap RS
D3 53 52,5 X Karawang, dengan pengetahuan kurang
S1/Ners 48 47,5 sebanyak 56 orang (55,4%), yang
Total 101 100,0 berpengetahuan baik 55 orang (54,5%).
Berdasarkan Tabel 2 diatas
menunjukan bahwa frekuensi pendidikan
OR
N N N P Value
95L%/CI)
Kurang 6 14 20
Pengetahuan Baik 6 75 81
Total 12 89 101 0,016 5,357
Kurang 30,00% 70,00% 100%
Perilaku Baik 7,40% 92,60% 100%
Total 11,90% 88,10% 100% 92,6 (1,508-19,025)
Karawang tergolong baik. Hal ini terjadi ini diharapkan dapat sebagai tolak ukur
karena perawat telah melaksanakan prinsip dalam upaya untuk meningkatkan
ini secara sempurna dan sebagian besar pengetahuan perawat tentang prinsip dua
perawat mengetahui secara jelas komponen belas benar sehingga tidak terjadi insiden
prinsip 12 benar. Pelaksanaan prinsip 12 seperti salah pemberian obat.
benar dalam pemberian obat karena
berdasarkan hasil penelitan, perawat Daftar Pustaka
melakukan prinsip 12 benar yang tergolong Dermawan, D. (2015). Farmakologi untuk
dalam kategori baik yaitu benar obat, benar keperawatan. (Tutik Rahmayu
dosis, benar klien, benar rute, benar waktu, ningsih, Ed.). Yogyakarta: Gosyen
benar dokumentasi, hak klien untuk Publishing.
menolak. Perawat di ruang rawat inap RSUD Dewi, A. W. dan M. (2010). Teori
Karawang menggunakan prinsip 12 benar &Pengukuran Pengetahuan, Sikap,
dalam pemberian obat. Hal ini dapat dan Perilaku Manusia. (J. Budi,Ed.)
disimpulkan bahwa pengetahuan perawat (01 ed.). Yogyakarta: Nuha Medika.
di ruang rawat inap RSUD Karawang cukup Donsu, J. D. T. (2017).
baik terkait prinsip 12 benar dalam PsikologiKeperawatan.Yogyakarta:Pu
pemberian obat. staka Baru Press.
Hal ini didukung oleh teori Fatonah, S., Rihiantoro, T., Irawan, H., Ari,
Notoatmadjo (2003) pengetahuan S., &Nurdiantini, I., Prastiwi, S.,
merupajan hal yang penting dalam &Nurmaningsari, T. (2016). Nursing
perubahan perilaku seseorang. Perilaku News Volume 1, Nomor 2, 2016.
yang didasari oleh pengetahuan akan lebih JournalNursingNews, XI(1), 31–
langgeng dari pada perilaku yang tidak 37.https://doi.org/10.1021/BC0498
didasari oleh pengetahuan. Proses 98Y
pembentukan atau perubahan perilaku Ghozali, I. (2011). H.Imam-
dipengaruhi oleh beberapa factor, Lawrence GhozaliM.ComAkt-Aplikasi Analisis-
Green dikutip Notoatmodjo, (2007). Multivariate-Program-IBM-SPSS19-
Menjelaskan terhadap beberapa faktor yang edisi-5.-intro.pdf.semarang: Badan
memperngaruhi perilaku, secara garis besar PenerbitUniversitas Diponogro.
terdapat 3 bagian, antara lain: faktor Diambildarihttp://wineebali.com/bu
predisposisi (predisposing factor): ku/wpcontent/uploads/2018/04/Pr
pengetahuan, sikap, kepercayaan, of..Dr_ .H.Imam-GhozaliM.ComAkt.
keyakinan, nilai, dan persepsi kebutuhan Aplikasi-Analisis-Multivariate
dan kemampuan seseorang; faktor Program-IBM-SPSS19-edisi-5intro.pdf
pemungkin (enabling factor): ketersediaan Hidayat, A. (2004). Peran perawatmenurut
sumber-sumber kesehatan, ketersediaan, konsorsorium ilmu kesehatan.
dan keterjangkauan sumber pelayanan Jakarta: SalembaMedika.
kesehatan, aturan, prioritas dan komitmen Hidayat, A. A. A. (2012). KebutuhanDasar
pemerintah atau masyarakat terhadap Manusia : aplikasi konsep dan proses
kesehatan, serta keterampilan baru yang keperawatan. (D.Sjabana, Ed.) (02
dibutuhkan untuk mengubah perilaku atau ed.). Jakarta:Salemba Medika.
lingkungan; dan faktor pendorong Kemenkes. (2008). Profil
(reinforcingfactor): dukungan social, KesehatanIndonesia. Jakarta.
dukungan keluarga, pengaruh kelompok KepMenKes. (2004). StandarPelayanan
sebaya atau anjuran/saran dari petugas Kefarmasian diApotek, Departemen
kesehatan dan pelatihan, sehingga bagian KesehatanRI. Jakarta.
dari faktor predisposisi perilaku terhadap Kowalski, C. B. R. & M. T. (2017). Buku ajar
perawat adalah pengetahuan. keperawatan dasar : farmakologi dan
pemberian medikasi. (E. A. M. & D.
Kesimpulan Yulianti,Ed.) (10 ed.). Jakarta: EGC
Terdapat hubungan yang bermakna Mahfudhah, A. N., & Mayasari, P. (2018).
antara pengetahuan dengan perilaku PEMBERIAN OBAT OLEH PERAWAT
perawat dalam menjalankan prinsip DIRUANG RAWAT INAP RUMAH
pemberian obat dua belas benar. Hasil uji SAKIT UMUM KOTA BANDA
statistik diperoleh p value = 0,016(α< 0,05), ACEHDRUG ADMINISTRATION
OR 5,357, CI (1,508-19,025). Hasil penelitian BYNURSES INHOSPITALIZATION
84| Journal Of Health Science
Lilis Suryani dkk| Peningkatan Perilaku Perawat Melalui …..