Anda di halaman 1dari 10

Al Fatih Magz

Edisi ke 4

Fokus Utama

Tsaqofah:
Pitstop Dakwah

Buletin Al Fatih Channel


LDK Al Fatih LIPIA
Kabinet Robbani www.alfatihlipia.org @ldkalfatihlipia
Assalamu'alaikum Wr. Wb.

Pembaca yang semoga dirahma oleh Allah


TIM REDAKSI Ta’ala, Islam mewajibkan bagi se ap pemeluknya
PENASIHAT
untuk berdakwah khususnya bagi mereka yang
MUHAMMAD RIDHO memiliki kapasitas dalam keilmuan. Dalam Islam
pun Allah dan Rasulnya telah memberikan cara dan
PENANGGUNG JAWAB
YAHYA AYYASY
metode dalam berdakwah agar dakwah tersebut
dapat diterima oleh masyarakat. Pada edisi kali ini
PEMIMPIN REDAKSI
kami akan membahas tata cara dan adab adab yang
AINUL MARDHIYAH
berkaitan dalam menyampaikan dakwah dengan
EDITOR tujuan supaya dakwah kita bisa diterima masyarakat
MUHAMMAD FAYYADH
dan kami juga akan membahas lika liku yang terjadi
KONTRIBUTOR dalam dunia dakwah dan bagaimaina kita
MIQDAR QUR’ANI menghadapinya
UST. TRIO EDO ADHA
Semoga edisi kali ini dapat bermanfaat untuk
DESAIN LAYOUT para pembaca dan sekitarnya, selamat membaca
MEDCEN AL-FATIH dan mengamalkannya.

Wassalaamu'alaikum Wr. Wb.


Fokus Utama Al Fatih Magz
Edisi ke 4

Adab Dakwah
Oleh: Miqdar Qur’ani
Dimanapun kaki seorang muslim berpijak, dialah duta Islam di daerah
tersebut. Apapun profesi dan posisi kita yang mengaku beragama Islam, kehidupan
kita akan disorot dari ujung rambut sampai ujung kaki. Se ap perkataan dan
perbuataan kita menjadi tolak ukur Islam di mata masyarakat. Lebih-lebih jika kita
hidup di sebuah daerah yang mayoritas beragama non muslim. Maka, Islam di mata
mereka adalah segala gerak-gerik dan sepak terjang yang kita lakukan di kehidupan
nyata. Atas dasar inilah, Syaikh Hasan Al Banna pernah berkata, “Kita adalah da'i
sebelum profesi-profesi lainnya.” Sebagai seorang muslim maka kita juga dianjurkan
untuk mengajak para manusia kepada Allah SWT dengan ilmu, kompetensi, dan
pengalaman yang kita miliki. Kesholihan yang Allah anugrahkan kepada diri-diri kita
harus kita tularkan kepada muslim-muslim yang lain agar terbentuk komunitas
muslihin, orang-orang yang akan melakukan perbaikan di se ap aspek kehidupan.
Zaman teknologi dan informasi yang terus berkembang pesat ini semakin
memudahkan kita untuk berdakwah. Lebih-lebih melalui sosial media, segala konten,
foto, dan video mampu viral hanya dalam hitungan de k saja. Hal ini menimbulkan
efek posi f dan nega f. Maka alangkah baiknya jika seorang muslim mengetahui
adab-adab dalam berdakwah :

1. Ikhlas kepada Allah SWT


Rasulullah SAW bersabda dalam hadits yang diriwayatkan oleh Bukhori dan
Muslim, “Sesungguhnya amalan seseorang tergantung niatnya…”. Amalan ha yang
bernama niat ini memiliki efek yang sangat dahsyat. Niat dapat menjadikan sebuah
amalan diterima. Di sisi lain, niat juga dapat menjadikan sebuah amalan tertolak di sisi
Allah SWT. Saking pen ngnya niat dalam kehidupan seorang muslim, Imam Asy Syafi'i,
Imam Ahmad, Imam Abu Daud, Imam At Tirmidzi, dan Imam Ad Daruqutni sepakat
bahwa niat adalah seper ga dari ajaran Islam.

-2-
Fokus Utama Al Fatih Magz
Edisi ke 4

Bagi seorang da'i, menjaga niat bukanlah hal yang mudah. Berbagai nilai
kebaikan yang disampaikan lewat mimbar, organisasi, sosial media, dan berbagai
media dakwah lainnya tentu akan mendapatkan tepukan tangan meriah, pujian
membahana, ratusan like, dan lain sebagainya. Setan dak akan nggal diam dengan
euforia dakwah yang sedang berlangsung. Ha para da'i akan dibisiki olehnya dan
dibelokkan niatnya. Niat yang awalnya berdakwah hanya karena Allah SWT berubah
menjadi berdakwah karena pujian, pengakuan, bahkan naudzubillah pundi-pundi
recehan. Hadits tentang niat mungkin sudah berulangkali didengar dan disampaikan,
akan tetapi apakah mereka sudah benar-benar mengamalkan

2. Berlandaskan ilmu
Allah SWT berfirman dalam surat Yusuf ayat 108 : Katakanlah: "Inilah jalan
(agama)ku, aku dan orang-orang yang mengiku ku mengajak (kamu) kepada Allah
dengan hujjah yang nyata, Maha Suci Allah, dan aku ada termasuk orang-orang yang
musyrik".
Imam Al Baghawi menafsirkan hujjah yang nyata (‫ )اﻟﺑﺻــــــــــــــــﯾرة‬dengan ilmu
pengetahuan yang dapat membedakan antara yang haq dan bathil. Ar nya sebelum
berdakwah, seorang da'i wajib membekali dirinya dengan ilmu yang berlandaskan
dari al qur'an dan as sunnah. Seminimal mungkin seorang da'i harus membekali
dirinya dengan 2 jenis pengetahuan :
A. Fiqhun nushus (Pengetahuan terhadap nash-nash Al Qur'an dan As Sunnah)
Al Qur'an dan as sunnah merupakan warisan para nabi yang dak boleh
di nggalkan oleh seorang muslim. Didalamnya terdapat petunjuk dan pedoman
hidup seorang manusia yang mengatur manusia dari bangun dur sampai dur lagi,
dari masalah ibadah sampai masalah muamalah, dari masalah keluarga sampai
masalah negara. Berbagai nilai-nilai kebaikan yang ada di dalamnya adalah amunisi
pertama dan utama bagi seorang da'i. Semakin mereka menguasai keduanya,
semakin mudah hidayah akan sampai kepada ha -ha manusia atas izin Allah SWT.

-3-
Fokus Utama Al Fatih Magz
Edisi ke 4

B. Fiqhul waqi' (Pengetahuan terhadap kondisi dan realita lingkungan)


Selain pengetahuan terhadap Al Qur'an dan As Sunnah, seorang da'i juga
harus membekali dirinya dengan penguasaan, pengetahuan, dan pemahaman
tentang kondisi kekinian dan realitas medan dakwah. Secara luas, sebisa mungkin
seorang da'i memahami situasi kekinian dan realitas kontemporer baik secara
internal (sesama muslim) maupun eksternal (non muslim). Secara sempit dan
terfokus, seorang da'i seminimal mungkin mengetahui kondisi target objek dakwah
dari segi karakternya, sifatnya, dan lingkungannya. Pengetahuan terhadap poin-poin
yang disebutkan tadi akan memudahkan seorang da'i dalam membaur dengan objek
dakwah, menjawab kebutuhan mereka, mengetahui teknik pendekatan yang harus
digunakan, strategi kaderisasi dakwah jangka panjang, dan lain sebagainya.
Fiqhun nushus yang diiringi dengan fiqhul waqi' akan menghasilkan dakwah
mun jah. Dakwah yang kuat dari segi maddah (amunisi) dan thoriqoh (cara
penyampaian). Dakwah yang bukan hanya berhasil menumbuhkembangkan hidayah
dalam ha seorang manusia, akan tetapi mengajak mereka untuk ikut bergerak dalam
barisan dakwah untuk Allah SWT.

3. Menyeimbangkan lisanul maqool (perkataan) dan lisanul haal (teladan)


Dakwah seringkali hanya dikaitkan dengan segala sesuatu yang keluar dari
lisan atau tulisan seseorang. Padahal ada sebuah metode dakwah yang memiliki efek
lebih besar dari keduanya, yaitu lisaanul haal, perbuatan dan keteladanan yang
tercermin dari seorang da'i. Ke ka perang Khandaq, Rasulullah SAW memberikan
teladan dengan mengangkat batu-batu besar tanpa sungkan meskipun beliau adalah
rasul akhir zaman, pemimpin umat Islam, presiden Madinah, dan tentunya panglima
perang Khandaq. Ke ka ada sahabat yang meminta beliau agar mengangkat batu-
batu yang kecil saja, beliau menolak sembari menyarankan kepadanya untuk
mengangkat batu-batu besar lainnya. Sebuah aksi nyata yang hari ini telah hilang

-4-
Fokus Utama Al Fatih Magz
Edisi ke 4

diantara diri-diri kita. Jika ada, seringkali dibungkus dengan kepen ngan-kepen ngan
pribadi atau golongan saja, naudzubillah.
Maka selain membekali diri dengan ilmu dan mengasah retorika, seorang da'i
sebisa mungkin harus memberikan keteladan dengan perbuatan-perbuatannya yang
mulia serta dak menyelisihi terhadap apa-apa yang telah disampaikannya. Allah
SWT berfirman dalam surat Shaf ayat 2 : “Wahai orang-orang yang beriman mengapa
kalian mengatakan apa yang dak kalian lakukan?”. Sebuah ayat yang harus terus-
menerus kita renungkan dalam diri-diri kita. Sudahkah kita benar-benar melakukan
apa-apa yang kita katakan ?

4. Mengedepankan akhlaq
Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad, Rasulullah SAW bersabda,
“Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan kesholihan akhlaq.” Dari hadits
ini kita mengetahui bahwa salah satu risalah utama Rasulullah SAW adalah
penyempurnaan akhlaq manusia agar senan asa menjaga adab dan budi peker yang
baik. Maka seorang da'i sebagai pengemban risalah kenabian harus menghiasi dirinya
dengan akhlaq islami nan menawan. Akan tetapi ada beberapa faktor yang seringkali
membuat seorang da'i melupakan aspek akhlaq dalam berdakwah. Diantaranya
adalah :
A. Merasa paling tahu terhadap isi Al Qur'an dan As Sunnah
B. Tidak sabar terhadap tahapan-tahapan dalam berdakwah
C. Iri dan dengki terhadap pencapaian da'i yang lain, dsb.
Sehebat apapun ilmu dan wawasan seorang da'i jika tanpa diiri akhlaq yang
menyertai, maka dakwah bukan hanya dak diterima, akan tetapi bahkan bisa
menjadi momok yang dibenci dan ditaku oleh masyarakat. Akhlaq adalah cara paling
ampuh untuk membangun chemistry antara da'i dan objek dakwah untuk nan nya
bersama-sama meraih hidayah dan terus memperbaharui keimanan menjadi insan
yang lebih baik dari hari ke hari.

-5-
Fokus Utama Al Fatih Magz
Al-fatih Magz.
Edisi ke 4

5. Bersabar dari segala dinamika


Allah SWT berfirman dalam surat Adz Dzariyaat ayat 51: ““Demikianlah dak
seorang rasulpun yang datang kepada orang-orang yang sebelum mereka, melainkan
mereka mengatakan: Dia adalah seorang tukang sihir atau seorang gila.” Para Rasul
terdahulu dengan kekhusyu'an iman, kedalaman ilmu, dan mukjizat yang luar biasa
masih saja mendapatkan olokan, hujatan, bahkan perbuatan dak mengenakkan dari
orang-orang disekitarnya. Di awal-awal masa dakwah, Rasulullah SAW pun seringkali
dilecehkan oleh orang-orang Quraisy baik dengan perkataan maupun perbuatan. Dari
olok-olokan berupa julukan-julukan, bantahan terang-terangan, kekerasan fisik,
bahkan percobaan pembunuhan. Akan tetapi segala ujian dihadapi oleh Rasulullah
SAW dengan penuh kesabaran. Sifat sabar inilah yang menjadikan beliau tetap tegar
diatas jalan dakwah, memo vasi para sahabat yang lainnya, serta menjadikan
dakwah berada dalam trek tahapan-tahapan penuh hikmah.
Kesabaran bahkan memiliki kaitan erat dengan kemuliaan seseorang. Umar
bin Kha ab RA pernah berkata, “Sebaik-baik bekal kehidupan yang aku ketahui adalah
sabar. Jika sabar menjelma menjadi seorang manusia, maka dia adalah manusia yang
mulia.” Kesabaran bagi seorang da'i adalah tameng dari segala kejenuhan, kesedihan,
kehampaan, dan berbagai dinamika yang didapatkan ke ka sedang berdakwah.
Bersabarlah wahai para da'i karena Allah SWT sedang menyiapkan sebaik-baik tempat
kembalimu di surga kelak, insya Allah.

-6-
Tsaqofah Al Fatih Magz
Edisi ke 4

Pitstop Dakwah
Oleh: Al Ustadz Trio Edo Adha
Ha nya gusar. Wajahnya penuh dengan tanda tanya. Sulit sekali rasanya
menerima fakta yang dilihat dan dirasakan. Bagaimana bisa ada kader dakwah yang
ber kai dengan berujung mengumbar aib sesama? Ada juga yang terlibat dalam love
affair, penyelewangan asmara yang dibalut indah dengan nama dakwah? Tidak
mungkin. Ini pas salah. Ini pas fitnah. Namun, ini benar-benar banyak terjadi dalam
realitas dakwah.
Dalam berjamaah, dimana sebuah moral, adab dan idealisme dijunjung nggi,
hal-hal yang mencorengnya sangat membuat diri shock menerimanya. Sehingga,
kecendrungan untuk mengingkarinya lebih besar, karena seakan manusia didalamnya
menganggap ada sebuah masalah besar diluar yang harus lebih diperha kan dan
diselesaikan. Padahal, menyelesaikan masalah internal dan individual yang ada pada
tubuh jamaah akan memberikan jalan terang dan terbuka bagi masalah eksternal.
Sesungguhnya Allah dak akan mengubah keadaan suatu kaum, sebelum kaum itu
sendiri mengubah apa yang ada pada diri mereka” (TQS. Ar-Ra'd [13]: 11).
Dari permasalahan kompleks yang ada, membuat kita seharusnya menarik
rem kendaraan secara perlahan. Ibarat dalam perlombaan bermotor atau otomo f,
kendaraan kita masukan pada tempat pemberhen an (Pitstop), guna untuk
penyesuaian mekanis dan perbaikan. Berhen bukan untuk meninggalkan
perlombaan. Melainkan untuk mempersiapkan secara matang dan kembali ikut serta
sebagai pemenang.
Jadi, selama di tempat pemberhen an (Pitstop), hal besar apa yang harus kita
perbaiki dalam (kendaraan) jamaah saat ini?

1. Mengop malisasi peran Tarbiyah pada pertumbuhan Individu Jamaah.


Tarbiyah mengisi pribadi seseorang dari kekosongan ruh, kedangkalan akal,
dan kelemahan jasad menuju kematangan dan kedewasaan. Mengop malkan peran

-7-
Tsaqofah Al Fatih Magz
Edisi ke 4

tarbiyah dibutuhkan sebuah keteladanan, perha an, pengorbanan serta keikhlasan


dari para pengempuh amanah dalam membina individu jamaah. Adanya
permasalahan dalam tubuh jamaah sesungguhnya dak akan membuat per kaian
dan pertengkaran didalammnya, malah akan disikapi dengan baik dan menjadi
khazanah indah dalam berdakwah, sedangkan kuncinya adalah tarbiyah yang mampu
mendewasakan jiwa. Singkatnya, tarbiyah akan membentuk jiwa-jiwa yang tangguh,
berfikiran luas dan terbuka, serta berlapang dada pada sesama.

2. Mempelajari Adab dan E ka dalam berjamaah


Disini, mungkin ba n juga cukup menjerit dengan realitas kehidupaan
berjamaah. Ada banyak individu-individu yang berstatus intelektual yang tergabung
dalam jamaah, namun dak peduli pada adab dan e ka dalam bermuamalah pada
sesama. Berlaku acuh pada perintah dan tah qiyadah. Tidak terbuka dan menerima
masukan/intervensi yang tujuan membangun jamaah. Merasa benar dengan apa
yang difikirkan dan dak mau disatukan dengan yang lainnya.
Dengan permasalahan ini, mungkin kita harus mengingat kembali pesan dari
Imam Malik ; “Pelajarilah adab sebelum mempelajari suatu ilmu.” Pesan yang begitu
indah dan sangat menyentuh. Sehingga, sangat menjadi utama bagi seorang kader
dakwah untuk memahami dan mempelajari adab dan e ka dalam berjamaah.

3. Menyelaraskan Tujuan Jamaah


Ru nitas dakwah selama ini mungkin sudah menyedot banyak perha an
kader dakwah. Sehingga, kadang lupa untuk mengisi asupan jiwa yang sudah
merasakan kekeringan yang menyebabkan kerja besar itu terasa hampa, bahkan
terkadang merasa jauh dari jalan dan tujuan pada awalnya. Maka, pada Pitstop
dakwah ini, menyelaraskan tujuan besar untuk kemenangan bersama adalah.

-8-
Tsaqofah Al Fatih Magz
Edisi ke 4

hal utama. Sebesar apapun tujuan, sebaik dan semulia apapun tujuan, tanpa
penyelasaran dalam jamaah, maka itu kan menjadi duri dalam perjalanan. Ibarat
seekor burung yeng hendak terbang dari sangkar dan tujuannya adalah mencari
makan buat anak-anaknya. Maka dibutuhkan sepasang sayap yang sehat, dak cacat,
serta kuat. Terpen ng, sayap itu haruslah dikepakkan dengan selaras agar bisa
mencapai tujuan. Begitu juga dalam berjamaah. Tidak cukup mempunyai kader yang
intelektual, religius, sehat dan kuat fisiknya, namun terpecah dak menyatu dan dak
selaras pada tujuan.
Dengan memperha kan 3 masalah dalam Pitstop dakwah saat ini, semoga
dapat memicu pertumbuhan dalam dakwah. Dalam situasi yang sulit sekalipun
akan keluar sebagai pemenang.

-9-

Anda mungkin juga menyukai