Edisi ke 4
Fokus Utama
Tsaqofah:
Pitstop Dakwah
Adab Dakwah
Oleh: Miqdar Qur’ani
Dimanapun kaki seorang muslim berpijak, dialah duta Islam di daerah
tersebut. Apapun profesi dan posisi kita yang mengaku beragama Islam, kehidupan
kita akan disorot dari ujung rambut sampai ujung kaki. Se ap perkataan dan
perbuataan kita menjadi tolak ukur Islam di mata masyarakat. Lebih-lebih jika kita
hidup di sebuah daerah yang mayoritas beragama non muslim. Maka, Islam di mata
mereka adalah segala gerak-gerik dan sepak terjang yang kita lakukan di kehidupan
nyata. Atas dasar inilah, Syaikh Hasan Al Banna pernah berkata, “Kita adalah da'i
sebelum profesi-profesi lainnya.” Sebagai seorang muslim maka kita juga dianjurkan
untuk mengajak para manusia kepada Allah SWT dengan ilmu, kompetensi, dan
pengalaman yang kita miliki. Kesholihan yang Allah anugrahkan kepada diri-diri kita
harus kita tularkan kepada muslim-muslim yang lain agar terbentuk komunitas
muslihin, orang-orang yang akan melakukan perbaikan di se ap aspek kehidupan.
Zaman teknologi dan informasi yang terus berkembang pesat ini semakin
memudahkan kita untuk berdakwah. Lebih-lebih melalui sosial media, segala konten,
foto, dan video mampu viral hanya dalam hitungan de k saja. Hal ini menimbulkan
efek posi f dan nega f. Maka alangkah baiknya jika seorang muslim mengetahui
adab-adab dalam berdakwah :
-2-
Fokus Utama Al Fatih Magz
Edisi ke 4
Bagi seorang da'i, menjaga niat bukanlah hal yang mudah. Berbagai nilai
kebaikan yang disampaikan lewat mimbar, organisasi, sosial media, dan berbagai
media dakwah lainnya tentu akan mendapatkan tepukan tangan meriah, pujian
membahana, ratusan like, dan lain sebagainya. Setan dak akan nggal diam dengan
euforia dakwah yang sedang berlangsung. Ha para da'i akan dibisiki olehnya dan
dibelokkan niatnya. Niat yang awalnya berdakwah hanya karena Allah SWT berubah
menjadi berdakwah karena pujian, pengakuan, bahkan naudzubillah pundi-pundi
recehan. Hadits tentang niat mungkin sudah berulangkali didengar dan disampaikan,
akan tetapi apakah mereka sudah benar-benar mengamalkan
2. Berlandaskan ilmu
Allah SWT berfirman dalam surat Yusuf ayat 108 : Katakanlah: "Inilah jalan
(agama)ku, aku dan orang-orang yang mengiku ku mengajak (kamu) kepada Allah
dengan hujjah yang nyata, Maha Suci Allah, dan aku ada termasuk orang-orang yang
musyrik".
Imam Al Baghawi menafsirkan hujjah yang nyata ( )اﻟﺑﺻــــــــــــــــﯾرةdengan ilmu
pengetahuan yang dapat membedakan antara yang haq dan bathil. Ar nya sebelum
berdakwah, seorang da'i wajib membekali dirinya dengan ilmu yang berlandaskan
dari al qur'an dan as sunnah. Seminimal mungkin seorang da'i harus membekali
dirinya dengan 2 jenis pengetahuan :
A. Fiqhun nushus (Pengetahuan terhadap nash-nash Al Qur'an dan As Sunnah)
Al Qur'an dan as sunnah merupakan warisan para nabi yang dak boleh
di nggalkan oleh seorang muslim. Didalamnya terdapat petunjuk dan pedoman
hidup seorang manusia yang mengatur manusia dari bangun dur sampai dur lagi,
dari masalah ibadah sampai masalah muamalah, dari masalah keluarga sampai
masalah negara. Berbagai nilai-nilai kebaikan yang ada di dalamnya adalah amunisi
pertama dan utama bagi seorang da'i. Semakin mereka menguasai keduanya,
semakin mudah hidayah akan sampai kepada ha -ha manusia atas izin Allah SWT.
-3-
Fokus Utama Al Fatih Magz
Edisi ke 4
-4-
Fokus Utama Al Fatih Magz
Edisi ke 4
diantara diri-diri kita. Jika ada, seringkali dibungkus dengan kepen ngan-kepen ngan
pribadi atau golongan saja, naudzubillah.
Maka selain membekali diri dengan ilmu dan mengasah retorika, seorang da'i
sebisa mungkin harus memberikan keteladan dengan perbuatan-perbuatannya yang
mulia serta dak menyelisihi terhadap apa-apa yang telah disampaikannya. Allah
SWT berfirman dalam surat Shaf ayat 2 : “Wahai orang-orang yang beriman mengapa
kalian mengatakan apa yang dak kalian lakukan?”. Sebuah ayat yang harus terus-
menerus kita renungkan dalam diri-diri kita. Sudahkah kita benar-benar melakukan
apa-apa yang kita katakan ?
4. Mengedepankan akhlaq
Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad, Rasulullah SAW bersabda,
“Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan kesholihan akhlaq.” Dari hadits
ini kita mengetahui bahwa salah satu risalah utama Rasulullah SAW adalah
penyempurnaan akhlaq manusia agar senan asa menjaga adab dan budi peker yang
baik. Maka seorang da'i sebagai pengemban risalah kenabian harus menghiasi dirinya
dengan akhlaq islami nan menawan. Akan tetapi ada beberapa faktor yang seringkali
membuat seorang da'i melupakan aspek akhlaq dalam berdakwah. Diantaranya
adalah :
A. Merasa paling tahu terhadap isi Al Qur'an dan As Sunnah
B. Tidak sabar terhadap tahapan-tahapan dalam berdakwah
C. Iri dan dengki terhadap pencapaian da'i yang lain, dsb.
Sehebat apapun ilmu dan wawasan seorang da'i jika tanpa diiri akhlaq yang
menyertai, maka dakwah bukan hanya dak diterima, akan tetapi bahkan bisa
menjadi momok yang dibenci dan ditaku oleh masyarakat. Akhlaq adalah cara paling
ampuh untuk membangun chemistry antara da'i dan objek dakwah untuk nan nya
bersama-sama meraih hidayah dan terus memperbaharui keimanan menjadi insan
yang lebih baik dari hari ke hari.
-5-
Fokus Utama Al Fatih Magz
Al-fatih Magz.
Edisi ke 4
-6-
Tsaqofah Al Fatih Magz
Edisi ke 4
Pitstop Dakwah
Oleh: Al Ustadz Trio Edo Adha
Ha nya gusar. Wajahnya penuh dengan tanda tanya. Sulit sekali rasanya
menerima fakta yang dilihat dan dirasakan. Bagaimana bisa ada kader dakwah yang
ber kai dengan berujung mengumbar aib sesama? Ada juga yang terlibat dalam love
affair, penyelewangan asmara yang dibalut indah dengan nama dakwah? Tidak
mungkin. Ini pas salah. Ini pas fitnah. Namun, ini benar-benar banyak terjadi dalam
realitas dakwah.
Dalam berjamaah, dimana sebuah moral, adab dan idealisme dijunjung nggi,
hal-hal yang mencorengnya sangat membuat diri shock menerimanya. Sehingga,
kecendrungan untuk mengingkarinya lebih besar, karena seakan manusia didalamnya
menganggap ada sebuah masalah besar diluar yang harus lebih diperha kan dan
diselesaikan. Padahal, menyelesaikan masalah internal dan individual yang ada pada
tubuh jamaah akan memberikan jalan terang dan terbuka bagi masalah eksternal.
Sesungguhnya Allah dak akan mengubah keadaan suatu kaum, sebelum kaum itu
sendiri mengubah apa yang ada pada diri mereka” (TQS. Ar-Ra'd [13]: 11).
Dari permasalahan kompleks yang ada, membuat kita seharusnya menarik
rem kendaraan secara perlahan. Ibarat dalam perlombaan bermotor atau otomo f,
kendaraan kita masukan pada tempat pemberhen an (Pitstop), guna untuk
penyesuaian mekanis dan perbaikan. Berhen bukan untuk meninggalkan
perlombaan. Melainkan untuk mempersiapkan secara matang dan kembali ikut serta
sebagai pemenang.
Jadi, selama di tempat pemberhen an (Pitstop), hal besar apa yang harus kita
perbaiki dalam (kendaraan) jamaah saat ini?
-7-
Tsaqofah Al Fatih Magz
Edisi ke 4
-8-
Tsaqofah Al Fatih Magz
Edisi ke 4
hal utama. Sebesar apapun tujuan, sebaik dan semulia apapun tujuan, tanpa
penyelasaran dalam jamaah, maka itu kan menjadi duri dalam perjalanan. Ibarat
seekor burung yeng hendak terbang dari sangkar dan tujuannya adalah mencari
makan buat anak-anaknya. Maka dibutuhkan sepasang sayap yang sehat, dak cacat,
serta kuat. Terpen ng, sayap itu haruslah dikepakkan dengan selaras agar bisa
mencapai tujuan. Begitu juga dalam berjamaah. Tidak cukup mempunyai kader yang
intelektual, religius, sehat dan kuat fisiknya, namun terpecah dak menyatu dan dak
selaras pada tujuan.
Dengan memperha kan 3 masalah dalam Pitstop dakwah saat ini, semoga
dapat memicu pertumbuhan dalam dakwah. Dalam situasi yang sulit sekalipun
akan keluar sebagai pemenang.
-9-