Kebahagiaan adalah impian semua manusia bernyawa. Namun, indikasi bahagia
setiap orang berbeda-beda. Bahagia itu sendiri menurut kebanyakan orang adalah ketika dirinya mampu mendapat apa yang dicita-citakannya. Bahagia ketika mendapat beasiswa, bahagia ketika mndapat nilai baik, bahagia ketika bertemu teman, atau bahagia hanya sekadar masih bisa makan. Ada juga yang bahagia jika hatinya terpaut dekat dengan Allah SWT. Manusia merasa bahagia tidak mungkin dengan hartanya saja namun juga ketentraman hati menjadi unsur bahagia yang paling besar untuk merasakan kebahagiaan. Ketentraman hati itu sendiri diperoleh ketika manusia dekat dengan pencipta-Nya. Sebagaimana dalam kitab Mizanul ‘Amal, Al-Ghazali mengemukakan bahwa as-sa’ādah (bahagia) terbagi menjadi dua, pertama bahagia hakiki dan kedua bahagia majasi. Bahagia hakiki adalah kebahagiaan ukhrawi, sedangkan kebahagiaan majasi adalah kebahagiaan duniawi. Kebahagiaan ukhrawi akan diperoleh dengan modal iman, ilmu,dan amal. Adapun kebahagiaan duniawi bisa didapat oleh orang yang beriman dan bisa didapat oleh orang yang tidak beriman. Manusia tentunya butuh pondasi untuk kehidupannya dan pondasi itu sediri adalah agama. Agama Islam merupakan pondasi paling sempurna dalam hidup kita. Agama Islam mengatur seluruh kehidupan. Dengan adanya agama Islam kita bisa membentengi diri dari kegalauan dan mendapat kebahagiaan yang hakiki di dunia maupun di akhirat. Dengan menetapkan agama islam sebagai sumber kebahagiaan, kebahagiaan itu akan terus menetap dalam hati kita. Karena jika kita menetapkan pokok kebahagiaan kita adalah agama islam maka kita akan sering muhasabah diri yaitu selalu memperbaruhi keadaan hati, kita akan lebih sering bersyukur dalam segala kondisi kita, kita akan menjadi manusia yang bertanggungjawab atas kewajiban sebagai manusia yang diciptakan oleh Allah SWT sesuai dengan firman-Nya dalam Q.S Adz-Dzaariyaat : 56 yang artinya “Dan tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah kepada-Ku”. Dengan menetapkan agama islam sebagai sumber kebahagiaan, kita juga dapat menjadi sebaik-baiknya manusia sebagai khalifah di bumi sesuai dengan firman Allah SWT dalam Q.S Al-Baqarah : 30 yang artinya “Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat, “Aku henak menjadikan khalifah di bumi.” Mereka berkata, “Apakah Engkau hendak menjadikan orang yang merusak dan menumpahkan darah disana, sedangkan kami bertasbih memuji-Mu an menyucikan nama-Mu?” Dia berfirman, “Sungguh, Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui”. Selain itu dengan menetapkan agama islam menjadi sumber pokok kebahagiaan maka kita akan senantiasa menjadi orang yang jujur. Dengan begitu, kebahagiaan dihati akan menetap. Adapun kebahagiaan akan didapat ketika kita mempunyai hati yang sehat. Karakteristik hati yang sehat adalah hati menerima makanan yang berfungsi sebagai nutrisi dan obat. Adapun makanan yang paling bermanfaat untuk hati adalah makanan iman, sedangkan obat yang paling bermanfaat untuk hati adalah Al-Quran, hati selalu berorientasi ke masa depan dan akhirat. Untuk sukses pada masa depan, kita harus berjuang pada waktu sekarang. Orang yang mau berjuang pada waktu sekarang adalah pemilik masa depan, sedangkan yang tidak mau berjuang pada waktu sekarang menjadi pemilik masa lalu. Nabi Muhammad saw. berkata kepada Abdullah bin Umar r.a. “Hiduplah kamu di muka bumi ini laksana orang asing atau orang yang sedang bepergian dan siapkan dirimu untuk menjadi ahli kubur.” (HR Bukhari). Ali bin Abi Thalib menyatakan bahwa dunia itu pergi meninggalkan kita, sedangkan akhirat datang menjemput kita. Masing-masing bagian ada ahlinya, maka jadilah dirimu bagian dari ahli akhirat bukan ahli dunia, sebab sekarang adalah waktu beramal dan tidak ada hisab, sedangkan nanti ( di akhirat) ada hisab, tetapi tidak ada amal. Jika sudah masuk dalam salat, maka hilanglah semua kebingungan dan kesibukan duniawinya dan segera keluar dari dunia sehingga ia mendapatkan ketenangan, kenikmatan, dan kebahagiaan dan berlinanglah air matanya serta bersukalah hatinya. Perhatian terhadap waktu agar tidak hilang sia-sia melebihi perhatian kepada manusia lain dan hartanya. Hati selalu mendorong pemiliknya untuk kembali kepada Allah tidak ada kehidupan, kebahagiaan, dan kenikmatan kecuali dengan rida-Nya dan dekat dengan- Nya. Berzikir kepada Allah adalah makanan pokoknya, rindu kepada Allah adalah kehidupan dan kenikmatannya. Hati tidak pernah lupa dari mengingat Allah (berzikir kepada Allah), tidak berhenti berkhidmat kepada Allah, dan tidak merasa senang dengan selain Allah Swt. Jika hati sesaat saja lupa kepada Allah segera ia sadar dan kembali mendekat dan berzikir kepada-Nya. Hati yang sehat selalu berorientasi kepada kualitas amal bukan kepada amal semata. Oleh sebab itu, hati selalu ikhlas, mengikuti nasihat, mengikuti sunnah, dan selalu bersikap ihsan. Itulah ciri-ciri hati yang sehat. Dari ciri-ciri hati yang sehat diatas dapat disimpulkan bahwa manusia akan merasakan kebahagiaan jika dekat dengan Tuhannya. Manusia akan terasa hampa dan tidak bahagia ketika manusia tersebut mempunyai hati yang sakit artinya hati yang jauh dari Tuhannya yakni Allah SWT. Jika demikian lalu apa yang membuat hati manusia menjadi sakit, dalam kitab Thibb Al-Qulub penyebab hati sakit yaitu manusia banyak bergaul dengan orang-orang yang tidak baik, dengan bergaul dengan orang-orang yag tidak baik kita aka terbawa menjadi tidak baik; manusia banyak angan-angan (At-Tamannī), berangan-angan lebih identik dengan menghayal. Dengan menghayal manusia akan sedikit bertindak dan hidup dalam hayalannya; Menggantungkan diri kepada selain Allah, menggantungkan diri kepada selain Allah adalah perkara yang paling merusak hati manusia. Tidak ada sesuatu yang lebih merusak hati manusia melebihi menggantungkan diri kepada selain Allah; Asy-Syab’u (terlalu kenyang), kekenyangan terbagi dua yaitu keyang dengan barang yang haram dan keyang dengan makan perkara yang haram. Ada lagi yang jenis kenyang disebabkan makan sesuatu yang mubah tetapi secara berlebihan, seperti berlaku israf (berlebihan) dalam makan yang halal. Perilaku ini (israf) tidak sehat, merusak organ tubuh dan merusak hati; Terlalu banyak tidur, banyak tidur dapat mematikan hati, memberatkan badan, menyia-nyiakan waktu, dan dapat menimbulkan kelupaan dan kemalasan; Berlebihan melihat hal-hal yang tidak berguna, Berlebihan melihat hal-hal yang tidak berguna dapat berpengaruh terhadap kesucian hati. Fitnah itu awalnya dari pandangan mata; dan berlebihan dalam berbicara, berlebihan dalam berbicara dapat membuka pintu-pintu kejelekan dan tempat masuknya setan. Banyak alasan mengapa manusia harus beragama dan bagaimana agama membahagiakan mausia diantaranya. Kunci beragama adalah fitrah dari manusia. Fitrah manusia aalah suci ketika manusia lahir, manusia dalam keadaan suci dan mengakui Tuhannya satu yaitu Allah. Tugas menusia adalah berupaya menjaga kesuciannya dan keimanannya dalam hati hingga manusia kembali kepada Tuhannya. Allah berfirman dalam Q.S Ar-Rum 30 : 30 yang artinya “Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah; (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.” Argumen psikologis kebutuhan manusia terhadap agama, manusia menurut Al-Quran adalah makhluk rohani, makhluk jasmani, dan makhluk sosial. Sebagai makhluk rohani, manusia membutuhkan ketenangan jiwa, ketenteraman hati dan kebahagiaan rohani. Kebahagiaan rohani hanya akan didapat jika manusia dekat dengan pemilik kebahagiaan yang hakiki. Argumen sosiologis kebutuhan manusia terhadap agama, diantara karakter manusia menurut AL-Quran adalah manusia makhluk sosial artinya manusia membutuhkan manusia lain. Manusia tidak mungkin hidup tanpa bantuan orang lain. Maka manusia tidak akan lepas dalam kemasyarakatannya. Argumen tentang Tauhidullah sebagai satu-satunya model beragama yang benar, Tauhidullah membebaskan manusia dari takhayul, khurafat, mitos, dan bidah. Tauhidullah menempatkan manusia pada tempat yang bermartabat, tidak menghambakan diri kepada makhluk yang lebih rendah derajatnya daripada manusia. Manusia adalah makhluk yang paling mulia dan paling sempurna dibanding dengan makhluk-makhluk Allah yang lain. Itulah sebabnya, Allah memberikan amanah dan khilafah kepada manusia. Allah menjamin manusia yang bertauhid akan masuk surga, bahkan manusia yang semasa hidupnya pernah mengatakan la ilaha illallah akan masuk surga sesuai sabda Nabi Muhammad Saw, “Barang siapa mengucapkan kalimah la ilaha illallah secara ikhlas, pasti ia masuk surga.” Rasulullah ditanya, “Apa yang dimaksud keikhlasan itu?” Rasulullah saw. menjawab, “Bahwa kalimah itu bisa menghalangi orang itu dari hal-hal yang diharamkan Allah” (HR Thabrani). Dari Abu Hurairah r.a berkata, “Aku bertanya kepada Rasulullah saw. “Siapakah orang yang paling bahagia dengan mendapatkan syafaatmu pada hari Kiamat?” Rasulullah menjawab, “Aku menduga, wahai Abu Hurairah, tidak akan ada yang bertanya tentang hal ini sebelummu. Namun, karena aku melihat betapa bersungguh-sungguh engkau dalam mencari hadis, maka aku beritakan bahwa manusia yang paling bahagia dengan mendapat syafaatku pada hari Kiamat adalah orang yang mengucapkan kalimah “la ilaha illallah” dengan ikhlas dari hatinya atau dari jiwanya” (HR Bukhari). Betapa pentingnya tauhidullah dalam kunci kebahagiaan kita khususnya kebahagiaan di surga kelak. Kalimah la illa hailallah adalah kunci masuk surga-Nya Allah. Setiap orang harus bersikap hati-hati bahwa tauhidullah yang merupakan satu-satunya jalan menuju kebahagiaan. Adapun menurut Said Hawa tauhidullah dapat rusak karena Sifat Al-Kibr (sombong) dalam dirinya. Allah berfirman, “Akan Kami palingkan dari ayat-ayat Kami orang-orang yang sombong di muka bumi tanpa hak. Seandainya mereka melihat setiap ayat, mereka tidak memercayainya, dan jika mereka melihat jalan petunjuk, mereka tidak mengikutinya, dan jika mereka melihat jalan kesesatan, mereka menjadikannya sebagai jalan. Hal demikian terjadi, sebab mereka mendustakan ayat-ayat Kami, dan mereka lupa terhadap ayat-ayat itu.”(QS Al-Araf/7: 146). Sifat yang dapat merusak tauhidullah selanjutnya adalah sifat azh-zhulm (kezaliman) dan sifat al-kizb (kebohongan), sikap al-ifsad (melakukan perusakan), sikap al-ghaflah (lupa), al-Ijram (berbuat dosa), sikap ragu menerima kebenaran. Bebaskan diri kita dari sikap ragu-ragu menerima al-haq (kebenaran) jika kita melihat perkara kebenaran itu begitu jelas. Allah berfirman, “Kami membolak-balik hati mereka dan penglihatan mereka seperti ketika mereka tidak percaya pada yang pertama kali, dan kami peringatkan mereka, dan mereka sedang berleha-leha dalam kesesatannya.”(QS Al-An’am 6: 110). Cara mewujudkan kebahagiaan yang hakiki adalah dengan mendekatkan kita kepada pencipta yang hakiki yaitu Allah SWT. Cara mendekatkan kita dengan Allah adalah dengan menjauhi segala larangan-Nya dan menjalankan segala peritah-Nya. Mengikuti sunnah Nabi Muhammad Saw serta mentadaburi ayat-ayat Al-Quran menerapkan ilmunya dalam kehidupan. Dengan demikian jika kita terasa dekat dengan Tuhannya akan menciptakan kebahagiaan yang hakiki dalam hati. Kontribusi agama dalam menciptakan kebahagiaan sangatlah berpengaruh besar. Seperti yang kita ketahui bahwa agama islam adalah agama yang rahmatan lil ‘alamiin sehingga apabila berpegang teguh pada agama islam kita akan merasakan kebahagiaan dan ketentraman hidup. Kita mencapai kebahagiaan dengan menaati segala yang diperintahkan dalam agama islam. Menerapkan ilmu-ilmu dalam agama islam dengan begitu kita akan merasakan kebahagiaan. Islam adalah agama fitrah mensucikan jiwa yang sudah mulai kotor, dengan indikasi tersebut maka islam memaparkan kebahagiaan dunia dan juga kebahagiaan akhirat. Adapun nilai-nilai yang perlu ditanamkan dan dikembangkan agar memperoleh kebahagiaan yang pertama adalah nilai al-amanah artinya terpercaya, orang yang jujur akan dipercaya. Kejujuran menyebabkan seseorang dipercaya. Karena dipercaya,maka ia menjadi manusia terpercaya (al-Amin). Yang kedua adalah al-adalah artinya keadilan. Keadilan dalam persepektif etika Islam adalah adanya keseimbangan antara hak dan kewajiban. Sesuatu yang menjadi hak kita, maka menjadi kewajiban bagi orang lain. Sebaliknya, sesuatu yang menjadi hak orang lain, maka menjadi kewajiban kita. Yang terakhir adalah nilai Al-Hurriyyah artinya kebebasan. Kebebabasan manusia dalam berkehendak dan mewujudkan kehendak dengan perbuatan adalah hak asasi manusia. Manusia mempunyai kebebasan untuk berpikir dan mengembangkan pemikirannya lewat ilmu, filsafat, atau pembaharuan pemahaman terhadap agama. Kesimpulannya bagaimana islam menjamin kebahagiaan adalah sangat menjamin. Karena dengan kita berpegang islam untuk kebahagiaan maka yang kita dapat tidak hanya kebahagiaan dunia namun juga kebahagiaan akhirat. Islam adalah sebaik-baiknya agama yang kita anut ketika kita meninggal dalam artian khusnul khotimah.