Anda di halaman 1dari 4

Bagaimana Islam Menjamin Kebahagiaan

Nama : Apriyatun
NIM : 152011913008

Kebahagiaan adalah impian semua manusia bernyawa. Namun, indikasi bahagia


setiap orang berbeda-beda. Bahagia itu sendiri menurut kebanyakan orang adalah ketika
dirinya mampu mendapat apa yang dicita-citakannya. Bahagia ketika mendapat beasiswa,
bahagia ketika mndapat nilai baik, bahagia ketika bertemu teman, atau bahagia hanya sekadar
masih bisa makan. Ada juga yang bahagia jika hatinya terpaut dekat dengan Allah SWT.
Manusia merasa bahagia tidak mungkin dengan hartanya saja namun juga
ketentraman hati menjadi unsur bahagia yang paling besar untuk merasakan kebahagiaan.
Ketentraman hati itu sendiri diperoleh ketika manusia dekat dengan pencipta-Nya.
Sebagaimana dalam kitab Mizanul ‘Amal, Al-Ghazali mengemukakan bahwa as-sa’ādah
(bahagia) terbagi menjadi dua, pertama bahagia hakiki dan kedua bahagia majasi.
Bahagia hakiki adalah kebahagiaan ukhrawi, sedangkan kebahagiaan majasi
adalah kebahagiaan duniawi. Kebahagiaan ukhrawi akan diperoleh dengan modal
iman, ilmu,dan amal. Adapun kebahagiaan duniawi bisa didapat oleh orang yang
beriman dan bisa didapat oleh orang yang tidak beriman.
Manusia tentunya butuh pondasi untuk kehidupannya dan pondasi itu sediri adalah
agama. Agama Islam merupakan pondasi paling sempurna dalam hidup kita. Agama Islam
mengatur seluruh kehidupan. Dengan adanya agama Islam kita bisa membentengi diri dari
kegalauan dan mendapat kebahagiaan yang hakiki di dunia maupun di akhirat. Dengan
menetapkan agama islam sebagai sumber kebahagiaan, kebahagiaan itu akan terus menetap
dalam hati kita. Karena jika kita menetapkan pokok kebahagiaan kita adalah agama islam
maka kita akan sering muhasabah diri yaitu selalu memperbaruhi keadaan hati, kita akan
lebih sering bersyukur dalam segala kondisi kita, kita akan menjadi manusia yang
bertanggungjawab atas kewajiban sebagai manusia yang diciptakan oleh Allah SWT sesuai
dengan firman-Nya dalam Q.S Adz-Dzaariyaat : 56 yang artinya “Dan tidaklah Aku ciptakan
jin dan manusia kecuali untuk beribadah kepada-Ku”.
Dengan menetapkan agama islam sebagai sumber kebahagiaan, kita juga dapat
menjadi sebaik-baiknya manusia sebagai khalifah di bumi sesuai dengan firman Allah SWT
dalam Q.S Al-Baqarah : 30 yang artinya “Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada
para malaikat, “Aku henak menjadikan khalifah di bumi.” Mereka berkata, “Apakah Engkau
hendak menjadikan orang yang merusak dan menumpahkan darah disana, sedangkan kami
bertasbih memuji-Mu an menyucikan nama-Mu?” Dia berfirman, “Sungguh, Aku mengetahui
apa yang tidak kamu ketahui”. Selain itu dengan menetapkan agama islam menjadi sumber
pokok kebahagiaan maka kita akan senantiasa menjadi orang yang jujur. Dengan begitu,
kebahagiaan dihati akan menetap.
Adapun kebahagiaan akan didapat ketika kita mempunyai hati yang sehat.
Karakteristik hati yang sehat adalah hati menerima makanan yang berfungsi sebagai nutrisi
dan obat. Adapun makanan yang paling bermanfaat untuk hati adalah makanan
iman, sedangkan obat yang paling bermanfaat untuk hati adalah Al-Quran, hati selalu
berorientasi ke masa depan dan akhirat. Untuk sukses pada masa depan, kita harus
berjuang pada waktu sekarang. Orang yang mau berjuang pada waktu sekarang adalah
pemilik masa depan, sedangkan yang tidak mau berjuang pada waktu sekarang menjadi
pemilik masa lalu. Nabi Muhammad saw. berkata kepada Abdullah bin Umar r.a.
“Hiduplah kamu di muka bumi ini laksana orang asing atau orang yang sedang
bepergian dan siapkan dirimu untuk menjadi ahli kubur.” (HR Bukhari). Ali bin Abi Thalib
menyatakan bahwa dunia itu pergi meninggalkan kita, sedangkan akhirat datang
menjemput kita. Masing-masing bagian ada ahlinya, maka jadilah dirimu bagian dari ahli
akhirat bukan ahli dunia, sebab sekarang adalah waktu beramal dan tidak ada hisab,
sedangkan nanti ( di akhirat) ada hisab, tetapi tidak ada amal. Jika sudah masuk dalam salat,
maka hilanglah semua kebingungan dan kesibukan duniawinya dan segera keluar dari
dunia sehingga ia mendapatkan ketenangan, kenikmatan, dan kebahagiaan dan
berlinanglah air matanya serta bersukalah hatinya. Perhatian terhadap waktu agar
tidak hilang sia-sia melebihi perhatian kepada manusia lain dan hartanya.
Hati selalu mendorong pemiliknya untuk kembali kepada Allah tidak ada
kehidupan, kebahagiaan, dan kenikmatan kecuali dengan rida-Nya dan dekat dengan-
Nya. Berzikir kepada Allah adalah makanan pokoknya, rindu kepada Allah adalah
kehidupan dan kenikmatannya. Hati tidak pernah lupa dari mengingat Allah (berzikir
kepada Allah), tidak berhenti berkhidmat kepada Allah, dan tidak merasa senang dengan
selain Allah Swt. Jika hati sesaat saja lupa kepada Allah segera ia sadar dan kembali
mendekat dan berzikir kepada-Nya. Hati yang sehat selalu berorientasi kepada kualitas
amal bukan kepada amal semata. Oleh sebab itu, hati selalu ikhlas, mengikuti nasihat,
mengikuti sunnah, dan selalu bersikap ihsan. Itulah ciri-ciri hati yang sehat. Dari ciri-ciri hati
yang sehat diatas dapat disimpulkan bahwa manusia akan merasakan kebahagiaan jika dekat
dengan Tuhannya. Manusia akan terasa hampa dan tidak bahagia ketika manusia tersebut
mempunyai hati yang sakit artinya hati yang jauh dari Tuhannya yakni Allah SWT.
Jika demikian lalu apa yang membuat hati manusia menjadi sakit, dalam kitab Thibb
Al-Qulub penyebab hati sakit yaitu manusia banyak bergaul dengan orang-orang yang tidak
baik, dengan bergaul dengan orang-orang yag tidak baik kita aka terbawa menjadi tidak baik;
manusia banyak angan-angan (At-Tamannī), berangan-angan lebih identik dengan
menghayal. Dengan menghayal manusia akan sedikit bertindak dan hidup dalam hayalannya;
Menggantungkan diri kepada selain Allah, menggantungkan diri kepada selain Allah
adalah perkara yang paling merusak hati manusia. Tidak ada sesuatu yang lebih merusak
hati manusia melebihi menggantungkan diri kepada selain Allah; Asy-Syab’u (terlalu
kenyang), kekenyangan terbagi dua yaitu keyang dengan barang yang haram dan keyang
dengan makan perkara yang haram. Ada lagi yang jenis kenyang disebabkan makan
sesuatu yang mubah tetapi secara berlebihan, seperti berlaku israf (berlebihan) dalam
makan yang halal. Perilaku ini (israf) tidak sehat, merusak organ tubuh dan merusak
hati; Terlalu banyak tidur, banyak tidur dapat mematikan hati, memberatkan badan,
menyia-nyiakan waktu, dan dapat menimbulkan kelupaan dan kemalasan; Berlebihan
melihat hal-hal yang tidak berguna, Berlebihan melihat hal-hal yang tidak berguna
dapat berpengaruh terhadap kesucian hati. Fitnah itu awalnya dari pandangan mata;
dan berlebihan dalam berbicara, berlebihan dalam berbicara dapat membuka pintu-pintu
kejelekan dan tempat masuknya setan.
Banyak alasan mengapa manusia harus beragama dan bagaimana agama
membahagiakan mausia diantaranya. Kunci beragama adalah fitrah dari manusia. Fitrah
manusia aalah suci ketika manusia lahir, manusia dalam keadaan suci dan mengakui
Tuhannya satu yaitu Allah. Tugas menusia adalah berupaya menjaga kesuciannya dan
keimanannya dalam hati hingga manusia kembali kepada Tuhannya. Allah berfirman dalam
Q.S Ar-Rum 30 : 30 yang artinya “Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada
agama Allah; (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut
fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi
kebanyakan manusia tidak mengetahui.”
Argumen psikologis kebutuhan manusia terhadap agama, manusia menurut Al-Quran
adalah makhluk rohani, makhluk jasmani, dan makhluk sosial. Sebagai makhluk rohani,
manusia membutuhkan ketenangan jiwa, ketenteraman hati dan kebahagiaan rohani.
Kebahagiaan rohani hanya akan didapat jika manusia dekat dengan pemilik
kebahagiaan yang hakiki. Argumen sosiologis kebutuhan manusia terhadap agama, diantara
karakter manusia menurut AL-Quran adalah manusia makhluk sosial artinya manusia
membutuhkan manusia lain. Manusia tidak mungkin hidup tanpa bantuan orang lain. Maka
manusia tidak akan lepas dalam kemasyarakatannya.
Argumen tentang Tauhidullah sebagai satu-satunya model beragama yang benar,
Tauhidullah membebaskan manusia dari takhayul, khurafat, mitos, dan bidah.
Tauhidullah menempatkan manusia pada tempat yang bermartabat, tidak menghambakan
diri kepada makhluk yang lebih rendah derajatnya daripada manusia. Manusia adalah
makhluk yang paling mulia dan paling sempurna dibanding dengan makhluk-makhluk
Allah yang lain. Itulah sebabnya, Allah memberikan amanah dan khilafah kepada
manusia. Allah menjamin manusia yang bertauhid akan masuk surga, bahkan manusia yang
semasa hidupnya pernah mengatakan la ilaha illallah akan masuk surga sesuai sabda Nabi
Muhammad Saw, “Barang siapa mengucapkan kalimah la ilaha illallah secara ikhlas, pasti
ia masuk surga.” Rasulullah ditanya, “Apa yang dimaksud keikhlasan itu?” Rasulullah
saw. menjawab, “Bahwa kalimah itu bisa menghalangi orang itu dari hal-hal yang
diharamkan Allah” (HR Thabrani).
Dari Abu Hurairah r.a berkata, “Aku bertanya kepada Rasulullah saw. “Siapakah
orang yang paling bahagia dengan mendapatkan syafaatmu pada hari Kiamat?” Rasulullah
menjawab, “Aku menduga, wahai Abu Hurairah, tidak akan ada yang bertanya tentang
hal ini sebelummu. Namun, karena aku melihat betapa bersungguh-sungguh engkau dalam
mencari hadis, maka aku beritakan bahwa manusia yang paling bahagia dengan
mendapat syafaatku pada hari Kiamat adalah orang yang mengucapkan kalimah “la ilaha
illallah” dengan ikhlas dari hatinya atau dari jiwanya” (HR Bukhari).
Betapa pentingnya tauhidullah dalam kunci kebahagiaan kita khususnya kebahagiaan
di surga kelak. Kalimah la illa hailallah adalah kunci masuk surga-Nya Allah. Setiap orang
harus bersikap hati-hati bahwa tauhidullah yang merupakan satu-satunya jalan menuju
kebahagiaan. Adapun menurut Said Hawa tauhidullah dapat rusak karena Sifat Al-Kibr
(sombong) dalam dirinya. Allah berfirman, “Akan Kami palingkan dari ayat-ayat Kami
orang-orang yang sombong di muka bumi tanpa hak. Seandainya mereka melihat setiap
ayat, mereka tidak memercayainya, dan jika mereka melihat jalan petunjuk, mereka
tidak mengikutinya, dan jika mereka melihat jalan kesesatan, mereka menjadikannya
sebagai jalan. Hal demikian terjadi, sebab mereka mendustakan ayat-ayat Kami, dan
mereka lupa terhadap ayat-ayat itu.”(QS Al-Araf/7: 146).
Sifat yang dapat merusak tauhidullah selanjutnya adalah sifat azh-zhulm (kezaliman)
dan sifat al-kizb (kebohongan), sikap al-ifsad (melakukan perusakan), sikap al-ghaflah (lupa),
al-Ijram (berbuat dosa), sikap ragu menerima kebenaran. Bebaskan diri kita dari sikap
ragu-ragu menerima al-haq (kebenaran) jika kita melihat perkara kebenaran itu begitu
jelas. Allah berfirman, “Kami membolak-balik hati mereka dan penglihatan mereka
seperti ketika mereka tidak percaya pada yang pertama kali, dan kami peringatkan
mereka, dan mereka sedang berleha-leha dalam kesesatannya.”(QS Al-An’am 6: 110).
Cara mewujudkan kebahagiaan yang hakiki adalah dengan mendekatkan kita kepada
pencipta yang hakiki yaitu Allah SWT. Cara mendekatkan kita dengan Allah adalah dengan
menjauhi segala larangan-Nya dan menjalankan segala peritah-Nya. Mengikuti sunnah Nabi
Muhammad Saw serta mentadaburi ayat-ayat Al-Quran menerapkan ilmunya dalam
kehidupan. Dengan demikian jika kita terasa dekat dengan Tuhannya akan menciptakan
kebahagiaan yang hakiki dalam hati.
Kontribusi agama dalam menciptakan kebahagiaan sangatlah berpengaruh besar.
Seperti yang kita ketahui bahwa agama islam adalah agama yang rahmatan lil ‘alamiin
sehingga apabila berpegang teguh pada agama islam kita akan merasakan kebahagiaan dan
ketentraman hidup. Kita mencapai kebahagiaan dengan menaati segala yang diperintahkan
dalam agama islam. Menerapkan ilmu-ilmu dalam agama islam dengan begitu kita akan
merasakan kebahagiaan. Islam adalah agama fitrah mensucikan jiwa yang sudah mulai kotor,
dengan indikasi tersebut maka islam memaparkan kebahagiaan dunia dan juga kebahagiaan
akhirat.
Adapun nilai-nilai yang perlu ditanamkan dan dikembangkan agar memperoleh
kebahagiaan yang pertama adalah nilai al-amanah artinya terpercaya, orang yang jujur akan
dipercaya. Kejujuran menyebabkan seseorang dipercaya. Karena dipercaya,maka ia
menjadi manusia terpercaya (al-Amin). Yang kedua adalah al-adalah artinya keadilan.
Keadilan dalam persepektif etika Islam adalah adanya keseimbangan antara hak dan
kewajiban. Sesuatu yang menjadi hak kita, maka menjadi kewajiban bagi orang lain.
Sebaliknya, sesuatu yang menjadi hak orang lain, maka menjadi kewajiban kita. Yang
terakhir adalah nilai Al-Hurriyyah artinya kebebasan. Kebebabasan manusia dalam
berkehendak dan mewujudkan kehendak dengan perbuatan adalah hak asasi manusia.
Manusia mempunyai kebebasan untuk berpikir dan mengembangkan pemikirannya
lewat ilmu, filsafat, atau pembaharuan pemahaman terhadap agama.
Kesimpulannya bagaimana islam menjamin kebahagiaan adalah sangat menjamin.
Karena dengan kita berpegang islam untuk kebahagiaan maka yang kita dapat tidak hanya
kebahagiaan dunia namun juga kebahagiaan akhirat. Islam adalah sebaik-baiknya agama
yang kita anut ketika kita meninggal dalam artian khusnul khotimah.

Anda mungkin juga menyukai