Anda di halaman 1dari 36

BAB III

BAGAIMANA AGAMA
MENJAMIN KEBAHAGIAAN
“Setelah mempelajari bab ini mahasiswa
mampu menunjukkan sikap
* tobat ( selalu introspeksi dan koreksi diri)
* berpegang pada nilai- nilai kebenaran
ilahiyah,
* mampu mensyukuri karunia Allah berupa
nikmat iman, islam dan kehidupan,
*bertanggung jawab terhadap sikap dan
perilaku yang dilakukan secara sadar,
* serta menjunjung tinggi kejujuran,
kebenaran dan keadilan dalam menjalani
kehidupan pribadi, sosial dan profesional.”
A. Menelusuri Konsep dan
Karakteristik Agama sebagai Jalan
Menuju Tuhan dan Kebahagiaan.
Menurut Al- Alusi bahagia adalah
perasaan senang dan gembira karena
bisa mencapai keinginan/ cita- cita
yang dituju dan diimpikan.
Pendapat lain menyatakan bahwa
kebahagiaan adalah tetap dalam
kebaikan, atau masuk dalam
kesenangan atau kesuksesan.
Ibnu Qayyim Al-Jauziyah berpendapat
kebahagiaan adalah perasaan senang
dan tenteram karena hati sehat dan
berfungsi dengan baik.
Dalam kitab Mizanul amal, Al-
Ghozali menyebutkan bahwa;
As- sa’adah ( bahagia) terbagi dua,
1. pertama bahagia hakiki (
kebahagiaan ukhrowi)
2. kedua bahagia majasi.
( kebahagiaan duniawi).
Kebahagiaan ukhrowi diperoleh
dengan modal: iman, ilmu dan amal,
sedangkan kebahagiaan duniawi bisa
didapat oleh orang beriman dan juga
tidak beriman.
Ibnu Athaillah mengatakan,
“Allah memberikan harta kepada
orang yang dicintaiNya dan kepada
orang yang tidak dicintaiNya, tetapi
Allah tidak akan memberikan iman
kecuali kepada orang yang dicintainya.”
Menurut Al Ghazali
kebahagiaan harta tidak melekat
pada dirinya, namun pada
manfaatnya. Nabi Muhammad saw
bersabda,;
“Harta yang terbaik adalah harta
yang ada pada seseorang lelaki
yang baik pula (sholeh).” (HR. Ibnu
Hibban).
Karakteristik hati yang sehat:
1. Hati bisa menerima makanan yang
berfungsi sebagai nutrisi dan obat.
Adapun makanan bagi hati adalah iman,
sedangkan obatnya adalah Al- quran.
2. Selalu berorientasi pada masa depan
dan akhirat.
Sabda Nabi; “hiduplah kamu di muka bumi
ini laksana orang asing atau orang yang
sedang bepergian dan siapkan dirimu
untuk menjadi ahli kubur( HR. Bukhori).
Ali bin Abi Tholib menyatakan;
“Dunia pergi meninggalkan kita,
sedangkan akhirat datang menjemput
kita .
Masing- masing bagian ada ahlinya,
maka jadilah dirimu bagian dari akhirat
bukan ahli dunia, sebab sekarang
waktunya beramal dan tidak ada
akhirat, sedang nanti ( akhirat) ada
hisab, tetapi tidak ada amal.
3. Tidak pernah lupa dari
mengingat Allah ( berdzikir).
4. Jika sudah masuk dalam
sholat, ia akan mendapatkan
ketenangan, kenikmatan dan
kebahagiaan.
5. Hati yang sehat selalu
berorientasi kepada kualitas
amal , bukan pada amal semata.
Menurut Kitab Thibb Al-Qulub, faktor- faktor
yang menyebabkan hati manusia menjadi sakit,
yaitu;
1. Banyak bergaul dengan orang- orang yang
tidak baik.
2. At- tamanni ( berangan- angan), Sabda Nabi
saw,:
“Orang yang cerdik adalah orang yang
menundukkan nafsunya dan beramal untuk
bekal setelah kematiannya. Dan orang yang
lemah adalah orang keinginannya mengikuti
nafsunya dan berangan- angan kosong terhadap
Allah SWT”. (HR Addarul Quthni).
3.Menggantungkan diri kepada selain Allah
SWT.
Allah berfirman:
“ Sesungguhnya Tuhanmu hanyalah Allah,
yang tiada Tuhan selain Dia. Pengetahuan-
Nya meliputi segala sesuatu” (QS
Thoha/20;98)
“Sesungguhnya orang mempersekutukan (
sesuatu) dengan Allah, maka pasti Allah
SWT mengharamkan kepadanya surga dan
tempatnya di neraka dan tidak ada bagi
orang- orang yang dholim itu seorang
4. Asy- Syab’u (terlalu kenyang).
Kekenyangan terbagi tiga;
a. Kenyang dengan barang haram(li
dzatihi), misal ; (bangkai, darah
babi, anjing, burung berkuku
tajam, binatang bertaring dsb.)
b. Kenyang dengan perkara
haram(li ghairihi), misal; makan
hasil curian, barang ghosob, barang
yang didapat tanpa ridha.
c. Kenyang dengan dengan
perkara mubah (isrof)
QS.Al-a’rof; 31,“Wa Kuluu
wasyrobuu wala tusrifuu”......
Sabda Nabi saw.
satu pertiga untuk makan,
satu pertiga untuk minum dan
satu pertiga untuk udara(nafas).
5. Terlalu banyak tidur.
Banyak tidur dapat mematikan
hati, memberatkan badan, menyia-
nyiakan waktu dan dapat menim-
bulkan kelupaan dan kemalasan.
6. Berlebihan dalam melihat hal-
hal yang tidak berguna.
7. Berlebihan dalam berbicara.
B. Menggali Sumber Historis,
Filosofis dan Sosiologis, tentang
Pemikiran Agama sebagai jalan
Menuju Kebahagiaan.
1. Argumentasi Historis Kebutuhan
manusia terhadap agama.
Secara historis, beragama merupakan
kebutuhan dasar manusia yang paling
hakiki.
Ibnu Thufail menguraikan kebenaran
bisa ditemukan manakala ada
keserasian antara akal manusia dan
wahyu.
Dengan akal manusia mencari Tuhan bisa
sampai kepada Nya,
akan tetapi perlu konfirmasi Tuhan melalui
wahyu, agar ia dapat menemukan yang
hakiki.
Datanglah wahyu untuk menjawab
pertanyaan asasi manusia QS. Al – Ikhlas;
“Katakanlah (Muhammad) Dialah Allah,
Tuhan Yang Maha Esa, Allahlah tempat
bergantung. Tidak beranak dan tidak
diperanakkan. Dan tidak ada seorangpun
yang setara dengan Dia.”
2. Argumentasi Psikologis Kebutuhan
Manusia terhadap Agama.
-Menurut Al-Quran, dimensi manusia
adalah makhluk rohani, jasmani dan
makhluk sosial.
-Sebagai makhluk rohani, manusia
membutuhkan ketenangan jiwa, dan
ketentraman hati
- Kebahagiaan rohani hanya dapat
didapat jika manusia dekat dengan
pemilik kebahagiaan hakiki.
Menurut teori mistisme Islam, bahwa
Tuhan Mahasuci, Mahaindah, dan hanya
bisa didekati oleh orang yang berjiwa suci.
Hadits Qudsi:
“Hambaku senantiasa mendekatkan diri
kepada-Ku dengan An- nawafil, sehingga
Aku mencintainya. Barangsiapa yang telah
Aku cintai, maka pendengarannya adalah
Pendengaran-Ku, penglihatannya adalah
penglihatan-Ku dan tangannya adalah
tangan-Ku( HR. Muslim).
3. Argumentasi sosiologis
kebutuhan manusia terhadap
Agama.
Manusia adalah makhluk sosial,
dalam arti tidak dapat hidup
sendirian tanpa keterlibatan
orang lain. QS An-nisa’;1
*Secara horizontal manusia butuh
berinteraksi, yakni ;
dengan sesamanya dan
lingkungannya ( flora/fauna).
*Secara vertikal manusia lebih
butuh berinteraksi dengan zat
yang menjadi sebab ada dirinya.
.
Hal- hal yang menjadi sebab manusia
harus hidup bermasyarakat, yakni:
a. Adanya dorongan seksual,
mengembangbiakkan keturunan.
b. Manusia adalah makhluk serba terbatas
dan lemah.
c. Manusia bermasyarakat karena biasa
mendapt bantuan dari kecil hingga dewasa.
d. Adanya kesamaan keturunan, teritorial,
senasib, kesamaan keyakinan, cita-cita,
budaya dll.
e. Manusia tunduk dan patuh pada
aturan dan norma sosial.
f. Perilaku manusia mengharapkan
suatu penghargaan dan pengakuan
dari orang- orang yang ada
disekitarnya.
g. Potensi manusia akan berkembang
bila hidup ditengah- tengah manusia
dan masyarakatnya.
D. Membangun Argumentasi tentang
Tauhidullah sebagai satu- satunya
Model Beragama yang Benar.
Landasan teologis agama yang dibawa
Nabi Muhammad SAW. serta para
Nabi dan Rasul adalah kalimat tauhid
yaitu ; “Laa ilaaha illallah” (tidak ada
Tuhan yang berhak disembah kecuali
Allah).
Tauhidullah membebaskan manusia
dari takhayul, bid’ah dan kurofat,
serta menempatkan manusia pada
posisi yang bermartabat, tidak
menghambakan kepada makhluk .
Sabda Nabi; Laa ilaaha illallah adalah
bentengku. Barangsiapa masuk
kebentengku, maka ia aman dari
adzab.(al-hadits).
Laa ilaaha illallah adalah kalimat
taibah(thayyibah), yang digambarkan
oleh Al- quran laksana sebuah pohon
yang akarnya tertancap kedalam
tanah, batangnya berdiri tegak dengan
kokoh, dahan dan rantingnya
mengeluarkan buah-buahan yang
lebat dan bermanfaat untuk manusia.
(Seperti ; pohon kurma)
Laa ilaha illallah merupakan
barometer agama- agama sebelum
Islam, bahwa agama yang dibawa para
Nabipun namanya Islam, sebagaimana
argumentasi Quran dalam wahyu
Tuhan;
1. Barangsiapa mencari agama selain
Islam sebagai agama, maka tidak akan
diterima dan di akhirat termasuk
orang yang merugi (QS.Ali Imran; 85).
2. Sesungguhnya agama yang diridai
Allah adalah Agama Islam(QS.Ali
Imran; 19).
3. Maka apakah mereka mencari
agama selain agama Allah, padahal
hanya kepada-Nya menyerahkan diri
segala yang di langit dan di bumi, baik
dengan suka maupun terpaksa, dan
hanya kepada Allah mereka
dikembalikan (QS. Ali Imran; 83).
Menurut Said Hawa, Tauhidullah
merupakan satu- satunya jalan menuju
kebahagiaan itu, tauhid dapat rusak
dengan hal- hal berikut;
1. Sifat Al- Kibr (sombong).
Allah tidak mau memperhatikan orang
yang bersikap sombong terhadap ayat-
ayat Allah.
Firman- Nya
“Akan Kami palingkan dari ayat- ayat Kami
orang- orang yang sombong di muka bumi
tanpa hak...(QS. Al-A’rof; 146)
2. Sifat Azh- Zhulm (kezaliman) dan
sifat Al-Kizb (kebohongan).
3. Sikap Al- Ifsad ( melakukan
perusakan).
4. Sikap Al-Goflah ( lupa).
5. Al- Ijram (berbuat dosa). QS Al-
Muthaffifin;14. “Sekali- kali tidak,
tetapi apa yang mereka kerjakan
mengotori hati mereka”.
6. Sikap ragu menerima kebenaran.
Bebaskan diri kita dari sikap ragu- ragu
menerima al- haq (kebenaran) jika kita
melihat kebenaran begitu jelas. Allah
berfirman, QS. Al-An’am; 110,
”Dan Kami memalingkan hati mereka dan
penglihatan mereka seperti mereka belum
pernah beriman kepadanya (Al-quran)
pada permulaannya, dan Kami biarkan
mereka dalam kesesatan yang sangat”
(QS,Al-An’am; 110).
E. Mendeskripsikan Esensi dan Urgensi
Komitmen terhadap Nilai- nilai Tauhid untuk
Mencapai Kebahagiaan.
Mengapa jiwa membutuhkan tauhid ;

1.Sebagai modal dasar hidup yang dapat


mengantarkan manusia menuju keselamatan
dan kesejahteraan.
2.Sebagai roh kehidupan dan menjadi cahaya
kegelapan.
3.Sebagai nilai positif, nilai kebenaran dan nilai
Ilahi yang abadi yang mengandung kebenaran
mutlak dan universal.
Nilai- nilai universal yang perlu
ditanamkan dan dikembangkan agar
menjadi roh kehidupan adalah:
1.Al- Amanah (terpercaya).
2.Al- Adalah (keadilan)
Sec .Etimologi berarti keadilan
Perspektif etika Islam adalah adanya
keseimbangan antara hak dan
kewajiban.
Perspektif hukum ; “Wadh’u syai’in fi
mahallihi”
3. Al- Hurriyah.
Kebebasan manusia dalam
berkehendak (berfikir,
berfilsafat dan pemba-
haruan pemahaman
terhadap agama).
Rangkuman tentang kontribusi Agama
dalam mencapai kebahagiaan.
-Agama sebagai jalan kebahagiaan yaitu
sejahtera di dunia dan bahagia di akhirat.
-Kebahagiaan hakiki hanya milik Allah ,
tidak mungkin dicapai kalau tidak diberikan
oleh-Nya.
-Untuk meraihnya ikutilah cara- cara yang
telah ditetapkan Allah dengan menghindari
jalan kesesatan dan penyimpangan

Anda mungkin juga menyukai