BAB III
AGAMA MENJAMIN KEBAHAGIAAN
Nabi Muhammad SAW bersabda, “Harta yang terbaik adalah harta yang ada pada laki-
laki yang baik pula (shaleh)”. (HR Ibnu Hubban).
1. Keluarga Menjadi Sumber Kebahagiaan
a. Hati yang menerima makanan yang berfungsi sebagai nutrisi dan obat,
seperti makanan “iman”, dan Al- Quran.
b. Berorientasi ke masa depan dan akhirat.
c. Mendorong pemiliknya untuk kembali kepada Allah.
d. Tidak pernah lupa dari mengingat Allah (dzikir).
e. Jika sudah masuk waktu shalat, maka hilanglah semua kebngungan dan
kesibukan urusan duniawinya.
f. Perhatian terhadap waktu agar tdak hilang sia- sia.
g. Berorientasi kepada kualitas amal.
3
a. Banyak bergaul dengan orang- orang tidak baik. Tidak ada yang merusak
manusia, kecuali manusia artinya pergaulan lingkungan sangat
berpengaruh terhadap sikap dan kebiasaan manusia. Jika kita bergaul
dengan orang- orang yang shalih maka kita akan terbawa lingkungan
tersebut, namun sebaliknya jika kita bergaul dengan teman- teman yang
malas, sering bolos kuliah, atau sering bergadang semalaman tanpa adanya
tujuan, maka kita akan terbawa.
b. At- Tamanni (berangan- angan). Berangan- angan identik dengan
menghayal, yaitu impian tanpa usaha dan ikhtiar, bagaikan lautan tanpa
tepi.
c. Menggantungan diri selain kepada Allah. Menggantungkan diri selain
kepada Allah adalah perkara yang paling merusak manusia.
d. Asy- Syab’u (terlalu kenyang). Kekenyangan dibagi dua, pertama,
kenyang dengan barang haram “li dzatihi” seperti: kenyang makan
bangkai, darah, daging babi, dan anjing. Kedua, kenyang makan perkara
yang haram “li ghairihi” seperti hasil curian.
e. Terlalu Banyak tidur. Banyak tidur dapat mematikan hati, memberatkan
badan, menyia- nyiakan waktu, dapat menimbulkan kelupaan dan
kemalasan.
f. Berlebihan melihat hal- hal yang tidak berguna. Peristiwa besar biasanya
berawal dari kelebihan pandangan, betapa banyak pandangan yang
berakibat kerugian besar.
g. Berlebihan dalam bicara. Berbicara berlebih dapat membuka pintu- pintu
kejelekan dan tempat masuknya setan.
3. Memiliki Penguasa adil dan tidak Dzalim
Fitrah manusia dalam surat ar- Rum ayat 30 bahwa ada potensi fitrah beragama
yang terdapat pada manusia. Dalam hal ini dapat ditegaskan bahwa insan adalah manusia
yang menerima pelajaran dan Tuhan tentang apa yang tidak diketahuinya. Manusia
diciptakan sebagai makhluk paing sempurna dengan kemampuan mengenal dan
memahami kebenaran dan kebaikan melalui akalnya sehingga mewujudkan pengetahuan
konseptualnya dalam kehidupan konkret.
Fitrah Allah pada ayat di atas adalah bahwa manusia diciptakan Allah mempunyai
naluri beragama yaitu agama tauhid. Inti agama Islam adalah tauhidullah. Jadi ketika
orang lahir telah dibekali tauhidullah, maka ketia ia hidup di alam ini dan kembal kepada
sang Pencipta harus tetap pada fitrahnya yakni tauhidullah. Dalam hadist yang
diriwayatkan Abu Hurairah, Rasulullah SAW bersabda, “Setiap manusia lahir dalam
keadaan fitrah, orang tuanyalah yang menyebabkan ia menjadi Yahudi, Nasrani atau
Majusi”. Artinya lingkunganlah yang mempengaruhi manuia beralih dari jalan yang
semestinya ke jalan yang tidak diridhai-Nya.
Demikian dengan manusia, jika tidak sesuai dengan fitrahnya maka manusia tidak
akan mendapatkan kesenangan, ketentraman, kenyamanan, dan keamanan, ujungnya
tidak ada kebahagiaan. Kesimpulannya hidup beragama adalah fitrah, dan dengan itu
5
manusia akan merasakan nikmat, nyaman, aman, dan tenang. Sedangkan hidup tanpa
agama, maka manusia akan mengalami ketidaktenangan, ketidaknyamanan,
ketidaktentraman yang pada ujungnya ia hidup dalam ketidakbahagiaan. Oleh karena itu,
bahagia adalah menjalani kehidupan sesuai dengan fitrahnya yang telah diberikan Allah
kepada manusia. (Ristekdikti 2016, 73).
La ilaha illallah adalah kalimah thayyibah, yang digambarkan al- Qur’an laksana
sebuah pohon yang akarnya tertancap ke dalam tanah, batangnya berdiri tegak dengan
kokoh, dan dahan rantingnya mengeluarkan buah- buahan, yang lebat dan manfaat untuk
manusia. Tahidullah adalah barometer kebenaran agama- agama sebelum Islam. Agama
yang dibawa ara nabi pun namanya Islam. Hal ini disampaikan sebagai berikut:
3. “Maka apakah mereka mencari agama yang lain dari agama Allah, Padahal
kepada-Nya-lah menyerahkan diri segala apa yang di langit dan di bumi, baik
dengan suka maupun terpaksa dan hanya kepada Allahlah mereka
dikembalikan”. (QS al Imran: 83).
Tauhidullah yang membawa kepada jalan kehabagiaan menurut Said Hawa dapat
di rusak oleh hal- hal berikut ini yaitu: Sifat al- Kibr (sombong) (QS al- A’raaf: 146),
sifat azh- Zhulm (kezaliman) (QS as- Shaff: 7), sifat al- kizb (kebohongan) (QS Az-
Zumar 3), sifat al- Ifsad (melakukan perusakan) (QS al- baqarah 26-27), sifat al- ghaflah
(lupa) (al- Anbiya’ 1-2), sifat al- ijram (berbuat dosa) (QS al- Hijr 12-13), dan siap ragu
menerima kebenaran (QS al- An’am: 110).
Nilai- nilai hidup dibangun di atas jiwa tauhid merupakan nilai positif, nilai
kebenaran dan nilai ilahi yang abadi yang mengandung kebenaran mutlak dan universal.
Nilai mutlak dan universal yang terdapat di dalamnya dapat menjadikan misi agama ini
sebagai rahmatan lil alamin, agama yang membawa kedamaian, keselamatan,
kesejahteraan, dan kebahagiaan umat manusia lahir dan bathin. Komitmen terhadap nilai-
nilai universal al- Qur’an menjadi syarat mutlak untuk meperoleh kebahagiaan. Nilai-
nilai universal yang perlu ditanamkan dan dikembangkan agar menjadi roh kehidupan
adalah sebagai berikut: Ristekdikti 2016, 85)
DAFTAR PUSTAKA
Ristekdikti, 2016. Pendidikan Agama Islam. Cet. Pertama. Direktorat Jendral
Pembelajaran dan Kemahasiswaan, Kementrian Riset, Teknologi, dan Pendidikan
Tinggi Republik Indonesia.
7