Anda di halaman 1dari 10

KELOMPOK 3

DENISA RAHMAH
MUTIA MIRANDA
FARHAN FAHREZI
FARRADHIBA KAYLA AZZAURA

BAGAIMANA AGAMA MENJAMIN KEBAHAGIAAN?


Menurut Al-Alusi bahagia adalah perasaan senang dan gembira karena bisa mencapai keinginan atau cita-
cita yang dituju dan diimpikan.

Menurut Ibnul Qayyim al-jauziyah kebahagiaan itu adalah perasaan senang dan tentram karena hati sehat
dan berfungsi dengan baik.
Karakeristik hati yang sehat:
1. Hati menerima makanan yang Faktor-faktor yang menyebabkan hati
berfungsi sebagai nutrisi dan manusia menjadi sakit:
obat. 1. Banyak bergaul dengan orang-
2. Selalu berorientasi ke masa orang yang salah
depan dan akhirat 2. At-Tamanni(berangan-angan)
3. Selalu mendorong pemiliknya 3. Menggantungkan diri kepada selain
untuk kembali kepada allah allah
4. Tidak pernah lupa untuk 4. Asy-syabu (terlalu kenyang)
mengingat allah 5. Terlalu banyak tidur
Dalam kitab Mizanul’Amal,Al Ghazali menyebutkan bahwa kebahagiaan
terbagi menjadi dua yaitu:
Kebahagiaan hakiki dan kebahagiaan majasi.

Kebahagiaan hakiki adalah kebahagiaan ukhrawi dan dapat diperoleh


dengan modal iman,ilmu,dan amal.

Kebahagiaan majazi adalah kebahagiaan duniawi dan bias didapat oleh


orang yang beriman bias juga didapat oleh orang yang tidak beriman.
Contoh kebahagiaan hakiki:
cacing yang tentu saja kita ketahui semua bahwa habitatnya ialah di dalam tanah atau lumpur.
Apabila dia berusaha keluar dari fitrahnya ini, mungkin pada awalnya dia akan merasa bahagia
karena melihat dunia beserta seluruh kegemerlapannya. Tetapi, pada saatnya nanti dia akan
dimakan ayam, bebek, atau hewan darat lain. Bisa juga dia terinjak manusia atau terlindas
kendaraan yang lewat di sana. Atau dia juga bisa mati kepanasan saat matahari bersinar terik.

Kebahagiaan majazi:
Imam al-Ghazali, seperti dikutip Hamka dalam Tasawuf Modern, mengungkapkan: ”Bahagia dan
kelezatan yang hakiki, ialah bilamana dapat mengingat Allah.” Bahagia di akhirat kelak sangat
tergantung pada saat kita hidup didunia. Didunia tempat menanam di akhirat memetiknya. Bahagia
didunia hendaknya dapat membawa bahagia di akhirat. Bahagia dikhirat ditentukan oleh seberapa
jauh kita hidup sesuai dengan patunjuk & aturan dari Allah SWT, yaitu taat pada pedoman hidup Al
Qur’an dan hadis/sunah Nabi Muhammad SAW. Kegiatan didunia (misalnya bekerja, dll.) hendaklah
diniatkan untuk tujuan tujuan ibadah.
Sumber Historis,Filosofis,Psikologis,Sosiologi,dan Teologis Tentang Pemikiran
Agama sebagai Jalan Menuju Kebahagiaan

Psikologis
Sebagai makhluk rohani,manusia membutuhkan ketenangan
jiwa,ketentraman hati dan kebahagiaan rohani,kebahagiaan rohani
hanya akan didapat jika manusia dekat dengan pemiliknya.
Menurut teori mistisime islam bahwa tuhan
Mahasuci,Mahaindah,dan Mahasegalanya.Tuhan yang Mahasuci
itu tidak dapat didekati kecuali oleh jiwa yang suci.oleh karena itu
agar jiwa bisa dekat dengan tuhan,maka sucikanlah dari sega;a
kotoran dan sifat yang jelek.
Teologis Historis
Beragama itu adalah fitrah.jika Pada sepanjang sejarah hidup manusia
manusia hidup sesuai fitrahnya,maka beragama itu merupakan kebutuhan
ia akan bahagia dan juga sebaliknya. dasar manusia yang paling hakiki. Banyak
buku membicarakan atau mengulas kisah
manusia mencari tuhan
Filosofis
Dari segala sesuatu yang ada di
alam nyata ini tuhan menjadi sebab Sosiologis
pertama dari segala akibat yang kita Di antara karakter manusia menurut
alami saat ini.allah menjamin al-quran, manusia adalah makhluk
kebahagiaan umatnya, hal hal social,yang artinya manusia tidak
disamping itu diakibatkan oleh bias hidup sendirian dan tidak bias
manusia sendiri mencapai tujuan hidupnya.
Kebahagiaan Dunia Tidak Kekal
“Apa yang ada di sisimu akan lenyap, dan apa yang ada di sisi Allah adalah kekal. Dan sesungguhnya Kami akan
memberi balasan kepada orang-orang yang sabar dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan”
(QS : An-Nahl : 96)

Dunia dalam hidup ini tentu tidak kekal, sedangkan yang kekal adalah Allah. Balasan bagi mereka yang megusahakan
dunia untuk kebaikan adalah akhirat. Sedangkan di dunia tentu penuh ujian, silih berganti dengan kedukaan, dan
berbagai masalah.

Kita bisa melihat bahwa setiap hari ada saja yang meninggal, mengalami kebangkrutan, penipuan, sakit, dan lain
sebagainya. Hari ini manusia bisa saja mengalami posisi yang kaya, tinggi jabatannya, namun sekali waktu hal tersebut
mudah saja bagi Allah hilang dan tidak kembali kepada manusia. Untuk itu, pantaslah jika Allah tidak
memperkenankan manusia menjadikan kehidupan dunia di atas segala-galanya.

Anda mungkin juga menyukai