Anda di halaman 1dari 14

Bahagia sering dihubungkan dengan sukses-sukses duniawi.

Namun, tidak sedikit


diantara mereka yang sukses duniawi, ternyata hidup menderita, bahkan hingga
bunuh diri. Ketenangan jiwa raga hanya mampu di hasilakan melalui iman dan
mengikuti petunjuk Al-Quran. Agamalah yang menjadi pengkalnya. Benarkah
demikian?

A. Menelusuri Konsep dan Karateristik Agama sebagai Jalan Menuju Tuhan dan
Kebahagiaan.

Menurut Al-Alusi bahagia adalah perasaan senang dan gembira karena bisa
mencapai keinginan dan cita- cita yang dituju dan dimpikan. Pendapat lain
menyataam bahwa bahagia atau kebahagiaan adalah tetap dalam kebaikan atau
masuk kedalam kesenangan dan kesuksesaan.

Sedangkan Ibnu Qayyim al-Jauziyah berpendapat bahwa kebahagiaan adalah


perasaan tentram karena hati yang sehat dan berfungsi baik.

Kitab Mizanul Amal, Al-Ghazali menyebut bahwa as-sa'adah (bahagia) terbagi


menjadi dua.

Kebahagiaan Hakiki ;

- Kebahagiaan Hakiki (kebahagiaan ukhrawi) : Diperoleh dengan modal ilmu, iman


dan amal. Kebahagiaan ini abadi, dan manfaatnya melekat pada setiap individu.

- Kebahagiaan Duniawi (Kebahagiaan Majasi) :

Kebahagiaan ini bisa didapat oleh orang yang beriman maupun tidak memiliki
iman. Contohnya Harta. Kebahagiaan ini fana dan tidak abadi.
Berikut adalah ciri-ciri hati yang sehat, menurut Ibnu Qayyim Al-Jauziyah ;

1. hati yang sehat lebih menyukai hal yang bisa memberi manfaat dan
kesembuhan daripada terhadap hal yang membahayakan dan menyakitkan,
sedangkan hati yang sakit sebaliknya.

2. Menjauhi dunia dan menempatkan diri di akhirat, sehingga seakan-akan


merupakan salah satu putra dan penghuni akhirat yang datang ke dunia sebagai
perantau yang mengambil sekedar kebutuhannya saja, kemudian kembali ke
negeri asalnya.

3. Senantiasa memacu pemiliknya ber-ibadah dan tunduk kepada Allah Ta’ala.


Maka hati akan terasa tentram.

4. Tidak berhenti mengingat Allah.

5. Apabila terlewatkan dari wiridnya, ia merasakan kepedihan yang melebihi


kepedihan orang rakus yang kehilangan hartanya.

6. Merindukan kebakitan sebagaimana orang lapar yang merindukan makanan


dan minuman.

7. Apabila memasuki waktu sholat, kecemasan dan kesedihannya terhadap dunia


menjadi lenyap, ia betul-betul keluar dari dunia dan menemukan ketenangan dan
kebahagiaan dalam sholat tersebut.

8. Pelit terhadap waktu agar tidak berlaku sia-sia, melebihi kepelitan orang yang
paling pelit terhadap hartanya.
9. Allah satu-satunya perhatian dalam hidupnya.

10. Senantiasa memperhatikan perbaikan amal, melebihi perhatiannya terhadap


amal itu sendiri.

Yang selanjutnya perlu anda ketahui adalah ciri-ciri hati yang sakit, menurut Thibb
al-Qulub.

1. Banyak bergaul dengan orang yang tidak baik.

2. At-Tamanni (Berangan-angan)

3. Menggantungkan diri kepada selain Allah.

4. Asy-Syab'u (Kenyang)

- Kenyang makan barang haram, 'li zatihi'.

- Kenyang makan makanan hasil curian, 'li ghairihi'.

5. Terlalu banyak tidur.

6. Berlebihan melihat hal-hal yang tidak berguna.

7. Berlebihan dalam berbicara.


B. Menanyakan Alasan Mengapa Manusia Harus Beragama dan Bagaimana
Agama Dapat Membahagiakan Umat Manusia?

Kunci beragama berada pada fitrah mamusia yang berarti sesuatu yang telah
menjadi karakter (tabiat) yang secara kebahasaan berarti Suci.

Meminjam pernyataan Prof. Udin Winataputra, fitrah adalah lahir dengan


membawa iman. Sedangkan menurut teologi islam, manusia lahir dengan
membawa dosa, yakni dosa warisan yang mereka harus membebaskan diri dari
dosa tersebut selama kehidupannya, berupaya agar menjaga kesucian dan
keimanan agar hatinya kembali kepada Allah.

Firman Allah SWT, dalam Al-Quran ;

‫ذ‬ ‫اق ۚ ذأذلق أ‬ ‫ك قللِدديِّقن أحقنيِففاً ۚ فق م‬


‫ك الدديِّنن املقأيِدنم أولأقكككان أأمكثأككأر الناككاً ق‬
‫س‬ ‫س أعلِأميِأهاً ۚ أل تأمبقديِّأل لقأخملِ ق‬
‫ق ا‬ ‫اق الاقتيِ فأطأأر الاناً أ‬
‫ت ا‬
‫طأر أ‬ ‫فأأ أققمم أومجهأ أ‬
‫أل يِّأمعلِأنموُأن‬

"Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah; (tetaplah atas)
fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada
peubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia
tidak mengetahui." ( QS Ar-Rum/30:3)

Yang dimaksud pasa firman diatas adalah

Penjelasan : (Maka hadapkanlah) hai Muhammad (wajahmu dengan lurus kepada


agama Allah) maksudnya cenderungkanlah dirimu kepada agama Allah, yaitu
dengan cara mengikhlaskan dirimu dan orang-orang yang mengikutimu di dalam
menjalankan agama-Nya (fitrah Allah) ciptaan-Nya (yang telah menciptakan
manusia menurut fitrah itu) yakni agama-Nya. Makna yang dimaksud ialah,
tetaplah atas fitrah atau agama Allah. (Tidak ada perubahan pada fitrah Allah)
pada agama-Nya. Maksudnya janganlah kalian menggantinya, misalnya
menyekutukan-Nya. (Itulah agama yang lurus) agama tauhid itulah agama yang
lurus (tetapi kebanyakan manusia) yakni orang-orang kafir Mekah (tidak
mengetahui) ketauhidan atau keesaan Allah.

C. Menggali Sumber Historis, Filosofis, Psikologis, Sosiologis, dan Pedagogis


tentang Pemikiran Agama sebagai Jalan Menuju Kebahagiaan.

Sumber agama secara Historis adalah sejarah mengenai proses manusia mencari
Tuhan sebab beragama adalah kebutuhan dasar manusia yang paling hakiki.
Bahkan sebuah buku buatan Ibnu Thufail mengulas mengenai kebenaran bisa
ditekukan kalau ada keserasian antara akal manusia dan wahyu.

Agama memiliki kendali besar pada manusia, argumen-argumen bahkan


terbentuk sebagai landasan mengapa manusia beragama.

1. Argumen Psikologis

Menurut Al-Quran, manusia adalah makhluk yang membutuhkan ketenganan


jiwa, ketentraman hati dan kebahagiaan rohani. Kebahagian rohani hanya akan
didapat jika manusia dekat dengan pemilik kebahagiaan yang hakiki. Sedangkan
menurut teori mistisisme, Tuhan ( sumber kebahagiaan hakiki ) hanya mempu
dekat atau menerima orang-orang yang berada pada jalan fitrah, sementara fitrah
didapat oleh orang-orang yang mengikuti agama Islam. Karena Islam sendiri
mengajarkan kebaikan dan cara agar mampu dekat dengan yang Maha atas segala
Kuasa.

2. Argumen Sosiologis

Menurut Al-Quran, manusia adalah makhluk sosial yang artinya tidak bisa hidup
sendirian dan tidak mampu mencapai tujuan hidup tanpa adanya keterlibatan
orang lain agar mampu hidup ditengah masyarakat. Secara sosial didunia, manusia
butuh berinteraksi dengan sesamanya, lingkungan. Demikian serupa dengan
manusia yang juga butuh berinteraksi dengan sebab adanay dirinya, karena tidak
mungkin manusia berwujud dengan sendirinya.

Ada Allah yang berwujud Hakiki, yang Maha memuliakan, mematikan,


menghinakan, mengayakan, memiskinkan dan menghidupkan.

Berikut salah satu potongan terjemah ayat yang menjelaskan kedudukan manusia.

"Wahai manusia! Bertakwalah kepada Tuhanmu yang telah menciptakan kamu


dari diri yang satu (Adam), dan (Allah) menciptakan pasangannya (Hawa) dari
(diri)-nya; dan dari keduanya Allah memperkembangbiakkan laki-laki dan
perempuan yang banyak. Bertakwalah kepada Allah yang dengan nama-Nya kamu
saling meminta, dan (peliharalah) hubungan kekeluargaan. Sesungguhnya Allah
selalu menjaga dan mengawasimu." ( QS An -Nisa 4 : 1 )

Berikut beberapa faktor penyebab manusia hidup beragama.

1. Adanya diringan seksual


2. Kenyataan bahwa manusia adalah maklhluk serba terbatas dan lemah.

3. Karena adanya perasaan senang dengan sesama.

4. Adanya kesaamaan.

5. Adanya norma dan aturan sosial.

6. Manusia yang ingin penghargaan dan pengakuan dari sesamanya.

7. Berinteraksi, berkomunikasi dan beradaptasi adalah kebutuhan dasar manusia.

8. Potensi yang didorong untuk terus berkembang.

Manusia adalah makhluk budaya. Menurut argumentasinya, manusia diberi


anugerah yang sangat berharga oleh Tuhan, yaitu akal dan hati. Dengan
kemampuan akal dan hatinya, manusia dapat menciptakan budaya dan
mengembangkannya yang menyebab kan hidupnya berbeda dengan kehidupan
binatang.

Sehingga akal dan budi tersebut dipergunakan untuk memahami apa yang
terdapat pada dataran empirisnya atau agama yang tampil dalam bentuk formal
yang menggejala di masyarakat. Melalui pemahaman pada kebudayaan tersebut,
manusia mampu mengamalkan ajaran agama dengan baik.

Melalui proses kebudayaan yang melekat, lahirlah argumen pedagogis yang


bersifat mendidik. Makhluk belajar sepanjang hayat yang didasari dengan nilai-
nilai Islam. Proses belajar yang islami adalah berlangsung secara dialogis sesuai
tuntunan Tuhannya dan kepada tuntunan perubahan sosialnya, sehingga
cenderung ke arah pola hidup harmonis.

D. Membangun Argumen tentang Tauhidullah sebagai Satu-satunya Model


Beragama yang Benar

Sebagaimana diketahui bahwa misi utama Rasulallah saw adalah mengajak


manusia kepada Allah. La ilaha illallah adalah kalimat kokoh yang melandalan
teologis agama yang dibawa rasul Allah dan nabi.

Tauhidullah sendiri memebebaskan manusia dari takhayul, khurafat, mitos dan


bidah. Tauhidullah menempatkan manusia pada tempat yang bermartabat, tidak
mrnghambakan diri pada makhluk yang lebih rendah derajatnya dari manusia.

Salah satu firman Allah mengatakan ;

"Allah meneguhkan hati orang-orang yang beriman dengan ucapan yang kokoh
didalam kehidupan dunia dan kehidupan akhirat." ( QS Ibrahim 14 : 27 )

Tauhidullah adalah barometer kebenaran agama-agama sebelum islam. Agama-


agama sebelum islam yang menggunakan Tauhidullah. Maka sudah dapat
dipastikan bahkan agama tersebut syirik, unsur menyekutukan Allah, agama
melenceng, salah dan sesat. Keyakinan seseirang akan Tauhidullah mampu
berkurang atau rusak karena disebabkan faktor-faktor dibawah ini :

1. Sifat Al-Kibr (Sombong)

"Akan kamu palingkan dari ayat-ayat Kami orang-orang yang sombong


dimuka bumi tanpa hak...." ( QS Al-Araf 7 : 146 )
Mengutip kecil dari ayat firman diatas, manusia cenderung akan
menjauhi Tauhidullah sebab mereka sombong dan seolah-olah berbangga diri tak
membutuhkan Tuhan.

2. Sifat Azh-Zhulm (Kezhaliman) dan Al-Kizb (Kebohongan)

Bebaskan diri kita dari belenggu kezaliman dan kedustaan sebab Allah
tidak akan memberikan hidayah kepada kaum yang bersikap Zalim dan
mengingkari.

3. Sikap Al-ifsad (perusakan)

Bebaskan diri dari sikap merusak muka bumi, membatalkan perjanjian


dan memutuskan perintah-printah yang mestinya disampaikan sebab nantinya
kita akan menjadi orang yang merugi.

4. Sikap Al-Ghaflah (lupa)

Melalu berdhikir dan berpikir mengenai Allah adalah cara terbaik


mengingat Allah. Tidaklah seseirang berpaling dari Allah kecuali Lupa.

5. Al-Ijram (berbuat dosa)

Membebaskan diri dari Ijram yakni berbuat dosa karena dosa mempu
mengotori hati kita.

6. Sikap ragu menerima kebenaran.

Bebaskan diri kita melalui sikap ragu menerima kebenaran jika kita
sendiri tau bahwa kebenaran itu memang nyata adanya.
E. Mendeskripsikan Esensi dan Urgensi komitmen terhadap Nilai-nilai Tauhid
untuk mencapai Kebahagiaan.

Tauhid adalah modal mendasar hidup manusia menuju keselamatan dan


kesejahteraan. Tauhid (bahasa Arab: ‫ )توُحيِد‬adalah konsep dalam aqidah Islam yang
menyatakan keesaan Allah. Islam mengajarkan bahwa Allah esa (satu) tidak dari
segi bilangan. Melainkan dari segi bahwa Allah tidak mempunyai sekutu atau
serupa. Allah satu dari segi Dzatnya, dengan makna bahwa tidak ada dzat yang
serupa dengan Dzat Allah.

Berikut ini adalah dalil dari Qur'an mengenai keutamaan dan keagungan tauhid, di
antaranya :

"...dan sesungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk
menyerukan): Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thaghut itu." (An-Nahl 16:36)

"Maka sembahlah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya. Ingatlah,


hanya kepunyaan Allah-lah agama yang bersih (dari syirik)." (Az-Zumar 39:2-3)

"Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan


memurnikan keta`atan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama dengan lurus."
(Al-Bayyinah 98:5)

Nilai-nilai hidup yang dibangun diatas jiwa tauhid merupakan nilai positif, nilai
kebenaran, dan nilai ilahi yang abadi yang mengandung kebenaran mutlak dan
universal, menjadikan agaman sebagai rahmatan lil alamin. Agama pembawa
kedamaian, keselamatan, kesejahteraan dan kebahagian umat mamusia lahir dan
batin. Berikut nilai-nilai yang perlu ditanamkan dan dikembangkan ;

1. Al-Amanah

Al-Amanah berarti percaya. Bisa dipercaya sebab kejujuran (Al-Amin) yang dimiliki.

2. Al-Adalah

Al-Adalah atau biasa dikenal Al-Adl yang berarti lurus dan sama. Adanya
kesemibangan antara hak dan kewajiban.

3. Al-Hurriyah

Kebebasan manusia dalam bentuk berkehendak dan mewujudkan kehendak


dengan perbuatan adalah hak asasi manusia. Manusia punya kebebasan dalam
mengembangkan pikiran lewat ilmu, filsafat atau pembaharuan pemahaman
terhadap agama.
Kesimpulan (Konklusi)

Kebahagiaan dalam islam adalah kebahagiaan autentik ; lahir dan tumbuh dari
nilai-nilai hakiki islam dan mewujud dalam diri seseorang hamba yang mampu
menunjukan sikat taubat (introspeksi dan koreksi diri) untuk selalu berpegang
pada nilai-nilai kebenaran ilahiah, mensyukuri karunua Allah serta menjunjun
tinggi kejujuran.
BACAAN

Prof. Dr. Anwar, Rosihon, M.Ag. , H.Badruzzaman M Yunus, M.A. dan Saehudin, S.
Th.I. 2009. Pengantar Studi Islam. Bandung : CV PUSTAKA SETIA.

Syahidin, Andy Hadiyanto, dkk. Cetakan l. 2016. Pendidikan Agama Islam untuk
perguruan tinggi. Jakarta : Direktorat Jendral Pembelajaran dan Kemahasiswaan.

http://www.hidayatullah.com/kajian/gaya-hidup-
muslim/read/2016/08/08/99045/10-ciri-hati-yang-sehat.html

https://tafsirq.com/30-ar-rum/ayat-30#diskusi

https://risalahmuslim.id/quran/an-nisaa/4-1/

http://ipi-smt5.blogspot.com/2010/01/pendekatan-paedagogis-dan-
psikologis.html?m=1

https://id.wikipedia.org/wiki/Tauhid

https://islamhariini.com/ilmu-tauhid/

https://didit-pekiringan.blogspot.com/2014/11/pengertian-al-adl-menjadikan-
pribadi.html

Anda mungkin juga menyukai