Anda di halaman 1dari 17

Fitrah Manusia

Bertuhan
Kelompok I
Kusuma Dewi 08311940000028 Luluk Quthrotun 0231194000040
Rasyid Yuniarto 0231194000008 Sulthan Hasanal Hakim 021194000079
Fani Kustiningrum 0231194000014
Spiritualitas Sebagai
Landasan Kebertuhanan
spirit/spi·rit/ n 1 semangat. 2 jiwa; sukma; roh

Secara terminologis, spiritualitas berasal dari kata “spirit”.

Dalam literatur agama, istilah spirit memiliki dua makna substansial, yaitu karakter
dan inti dari jiwa-jiwa manusia

Spirit merupakan bagian terdalam dari jiwa, dan sebagai media atau sarana yang
memungkinkan manusia berhubungan dengan Tuhan.

Lebih jauh, spiritualitas dipahami sebagai sebuah pemaknaan pribadi dalam


konteks kehidupan setelah mati
Dan (demi) jiwa serta penyempurnaan (ciptaan)nya, maka Allah
mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan/perilaku) kejahatan dan
ketakwaannya. Sungguh beruntung orang yang menyucikanya, dan
sungguh orang merugi yng mengotorinya (QS. Asy-Syams/91:7-10)

• Berdasarkan ayat tersebut dapat dipahami bahwa manusia


mempunyai jiwa, dan jiwa manusia memiliki potensi untuk
berbuat baik maupun berbuat buruk
QS. Ar Rum/30:30
Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus
kepada agama Allah; (tetaplah atas) fitrah
Allah yang telah menciptakan manusia
menurut fitrah itu. Tidak ada peubahan pada
fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi
kebanyakan manusia tidak mengetahui,

• Al Qurthubi dalam menafsirkan ayat tersebut mengatakan bahwa fitrah bermakna


kesucian, yaitu kesucian jiwa dan rohani
• Ibnu Katsir mengartikan fitrah sebagai “mengakui ke-Esa-an Allah/tauhid”
• Sejak lahir manusia telah membawa tauhid, dan berusaha mencapai ketauhidan
tersebur. Fitrah inilah yang menjadikan manusia memiliki spiritualitas yang
menjadi landasan kebertuhanan bagi manusia.
Manusia Memerlukan
Spiritualitas
Spiritualitas dapat dipahami sebagai pengalaman batin manusia secara
umum yang dapat melahirkan makna, moralitas, dan tujuan hidup.

Dalam konteks individual, ketika seseorang sedih atau sakit, kekuatan


spiritual dapat membantu individu tersebut menuju penyembuhan dan
memenuhi ketenangan hati melalui pemenuhan kebutuhan spiritual.

Dalam konteks bermasyarakat, spiritualitas berperan dalam meningkatkan


rasa solidaritas, saling membutuhkan, dan saling menolong satu sama lain

Krisis spiritual dapat menyebabkan terjadinya penyakit jiwa yang dapat


mendatangkan keburukan bagi diri sendiri ataupun orang lain.
Di era modernisasi ini, orientasi kehidupan manusia lebih mengarah ke aspek fisik-
material menyebabkan aspek keagamaan dan spiritualitas terpojok

Akibatnya manusia modern banyak kehilangan kehangatan spiritual, ketenangan


jiwa, dan kedamaian

Menurut Carl Gustav Jung, manusia modern mengalami keterasingan dari diri
sendiri dan lingkungan sosial, bahkan jauh dari Tuhan.

Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi serta filsafat rasionalisme tidak dapat
memenuhi kebutuhan spiritualitas manusia, akibatnya tak heran saat ini banyak
dijumpai orang depresi dan gelisah karena tak punya pegangan hidup
Jika hal ini terus terjadi, manusia akan kehilangan makna hidup dan
terjadi disorientasi tujuan hidup. Ini menyebabkan manusia modern
terjebak pada jaan pintas untuk mengejar kesenangan materi dan fisik
belaka.

Hal tersebut akhirnya menimbulkan benih konflik yang mengakibatkan


hilangnya rasa aman dan damai.

Al-Quran memandang manusia sebagai makhluk mulia tetapi juga


memperingati manusia bahwa mereka akan mengalami kejatuhan ketika
perilakunya didominasi hawa nafsu.
Diperlukan prmbinaan jiwa secara sistematis dengan memadukan olah
pikir (tafakkur wa ta ‘ammul), olah rasa (tadzawwuq), olah jiwa
(riyadhah), dan olah raga (rihlah wa jihad).

Sayyed Hossein Nasr mengimbau manusia modrn untuk mendalami


tasawuf untuk memenuhi kebutuhan spiritual mereka.

Tasawuf sebagai metode penyucian jiwa memiliki prinsip-prinsip


positif: muhasabah (introspeksi), taubah (kembali kpd Allah), dzikir
(memingat Allah), dan taqorrub (mendekatkan diri kepada Allah)
Eksistensi Tuhan dari
Berbagai Perspektif
1. Tinjauan Psikologis
Dalam perspektif psikologi, manusia dapat merasakan eksistensi tuhan
ketika menglami ketidakberdayaan atau titik terendah dalam hidup. .

Pengalaman tersebut menyadarkan manusia bahwa pengalaman batin


dapat membuat manusia terbuka pada sesuatu yang gaib
2. Tinjauan Sosiologis
Dalam perspektif sosiologis, Tuhan diilustrasikan sebagai sumber
kebenaran dan kebajikan universal yang diyakini dan dipahami umat
manusia

Sebagai sumber kebenaran dan kebajikan, Tuhan memberikan spirit


kepada umat manusia untuk membingkai kehidupan manusia dengan
etika Tuhan
3. Tinjauan Teologis
Dalam ilmu teologi, eksistensi Tuhan tidak dapat ditemukan hanya
melaui prakarsa manusia, namun dengan dasar wahyu-Nya.

Tanpa wahyu Tuhan, manusia tak akan mengenali Tuhannya.


Epistemologi Manusia dalam
Mengimani Tuhan
Indikator praktis keimanan dapat dilihat dari sikap dan perilaku yang
dilakukan manusia.

Selama seseorang memiliki sedikit saja keimanan, maka orang tersebut


dikatakan sabagai orang beriman.

Meskipun dikatakan beriman, manusia punya indikator kekufuran.


Apabila ia terus melakukan kekufuran maka ia akan terjerumus dalam
kekufuran itu sendiri.
terima kasih.

Anda mungkin juga menyukai