Anda di halaman 1dari 16

BAGAIMANA MANUSIA BERTUHAN

PENGERTIAN SPIRITUAL

 Secara etimologi kata “spirit” berasal dari kata Latin “spiritus”, yang berarti “roh, jiwa, sukma,
kesadaran diri, wujud tak berbadan, nafas hidup, nyawa hidup.”

 Para filosuf mengonotasikan “spirit” dengan Kekuatan yang menganimasi dan memberi energi
pada cosmos.

 Makhluk Immaterial.

 Wujud ideal akal pikiran (intelektualitas, rasionalitas, moralitas, kesucian atau keilahian)

A. Konsep Spiritualitas sebagai Landasan Kebertuhanan


B. Doe (dalam Muntoha,2010;36);
C. Spiritualitas : kepercayaan akan adanya kekuatan nonfisik yang lebih besar dari
pada kekuatan diri kita; suatu kesadaran yang menghubungkan kita langsung kepada
Tuhan; atau sesuatu unsur yang kita namakan sebagai sumber keberadaan kita
D. Zohar ;
E. Spiritualitas adalah kemampuan internal bawaan otak dan jiwa manusia, yang
sumber terdalamnya adalah inti alam semesta sendiri.
F. Ahmad suaedy ;
G. spiritualitas adalah dorongan bagi seluruh tindakan manusia, maka
spiritualitasbaru bisa dikatakan dorongan bagi respons terhadap problem
problem masyarakat konkret dan kontemporer.
H. Ginanjar(2004;107-109) ;
I. spiritualitas merupakan energy dalam diri yang menimbulkan rasa kedamaian dan
kebahagiaan tidak terperi yang senantiasa dirindukan kehadirannya.

Perspektif Islam;
Spiritualitas adalah jiwa halus yang ditiupkan oleh Tuhan kedalam diri manusia.
Al Qusyairi dalam tafsirnya Latha’if al-Isyarat
Roh memang lathifah (jiwa halus) yang ditempakan oleh Tuhan dalam diri manusia
sebagai poensi untuk membentuk karakter yang terpuji.
Bakat bertuhan yang dimiliki manusia karena adanya Roh (fitrah manusia)
Perlu dipahami;
Pengaruh Roh dalam hati manusia tidak selamanya maksimal.
Pada saat tertentu cahaya Roh meredup, membuat hati sulit untuk menangkap kebenaran yang
terpancar dialam semesta ini.
fitrah Allah = naluri beragama
Beragama tauhid
B. Mengapa manusia memerlukan spiritualitas
Ketenangan dan kedamaian merupakan
Kebutuhan manusia yang paling penting.
Manusia modern kehilangan cara mengenali diri sendiri dan menjalani kehidupan dengan benar.
Ciri Modernisasi dan globalisasi :
1. Munculnya budaya global 4. Materialistis
2. Kebebasan dalam bersikap 5. Dominasi sikuat atas silemah
3. Rasionalisme
Hilangnya realitas Ilahi = kehampaan spiritual
Kemajuan IPTEK serta Rasionalisme tidak mampu memenuhi kebutuhan manusia dalam aspek
aspek nilai transenden.
Agar manusia kembali memiliki etika moral dan sentuhan manusiawi dalam kehidupannya
Penguatan spiritual
Perlu pelatihan jiwa secara sistematis, dramatis dan berkesinambungan dengan memadukan
antara olah pikir (tafakur wa ta’amul), olah rasa (tadzawwuuq), olah jiwa (riyadhah), dan olah
raga (rihlah wa jihad).
Sayyed Hossein Nashr :
menawarkan terapi sosial dengan tasawuf
Tasawuf memiliki peran dalam membangun moral spiritualitas umat
Tasawuf dapat menghentikan egosentris, dorongan hawa nafsu , orientasi kepada materi yang
berlebihan. Manusia dilatih untuk mengedepankan makna dan visi ilahiah dalam kehidupan.
C. Konsep Tuhan dalam perspektif psikologis,sosiologis,filosofis dan Teologis
Perspektif Psikologis;
Dengan adanya roh, manusia mampu merasakan dan menyakini keberadaan
Tuhan dan kehadiranNya dalam setiap Fenomena dialam semesta ini.
Melalui 4 penelitian bidang neurosains yang mendukung hipotesis bahwa dalam
diri manusia terdapat hardware Tuhan :
1. Penelitian terhadap osilasi 40 Hz yang melahirkan kecerdasan spiritual
2. Penelitian tentang alam bawah sadar yang melahirkan teori suara hati dan EQ.
3. Penemuan God spot dalam temporal di sekitar pelipis.
4. Kajian tentang somatic maker.
Perspektif Sosiologis ;
Konsep tentang kebertuhanan sebagai bentuk ekspresi kolektif suatu komunitas
beragama.
Objek dari penelitian sosiologi agama adalah masyarakat beragama. Manusia
dalam hidupnya senantiasa bergumul dengan ketidakpastian akan masa
depannya. Yakni ketidakmampuannya dalam mencapai keinginan yang
diharapkan, baik yang bersifat sehari-hari maupun yang ideal.
Kebertuhanan umat manusia dimulai dari tahap animisme, dinamisme,
politeisme kemudian monoteisme.
(Teori evolusi tentang pemikiran manusia tentang adikodrati)
Persfektif filsafat.
Mulyadhi Kartanegara mengemukakan argument filsafat:
1. Dalil al huduts (al-Kindi, w.866)
2. Dalil al-Imkan (Ibn sina,w.1037)
3. Dalil al-Inayah (Ibn Rusyd,w.1198)
Argumen ibn rusyd ini didasari oleh pengamatan atas keteraturan dan keterpaduan
alam emesta. Penjelasannya,
a. fasilitas, yang dibuat untuk kenyamanan dan kebahagiaan manusia,dibuat untuk
kepentingan manusia menjadi bukti adanya rahmat Allah.
b. Keserasian alam seharusnya ditimbulkan oleh sebuah agen yang sengaja melakukannya
dengan tujuan tertentu dan bukan karena kebetulan.
Perspektif Teologis
Kesadaran tentang Tuhan,baik buruk, cara beragama hanya bisa diterima kalau berasal
dari Tuhan sendiri.
Wahyu = merupakan dasar keimanan
Tanpa inisiatif Tuhan melalui wahyuNya manusia tidak mampu menjadi makhluk yang berTuhan
dan beribadah kepadaNya.
 Perspektif Teologis
Dalam perspektif teologis, masalah ketuhanan, kebenaran, dan keberagaman yang dianggap
sakral dan dikultuskan (dari Tuhan sendiri melalui wahyu-Nya).
Tuhan menjadi dasar keimanan dan keyakinan umat beragama
Melalui wahyu

1. Manusia dapat mengenal Tuhan


2. Manusia mengetahui cara beribadah
3. Manusia mengetahui cara memuji dan mengagungkan Tuhan
Contoh : Agama Islam yang diturunkan kepada Nabi Muhammad yang diajarkan dan ditekankan
monoteisme di tengah politeisme yang terjadi di Arab
Kesimpulan : Tanpa inisiatif Tuhan melalui wahyu-Nya, manusia tidak
mampu menjadi makhluk yang bertuhan dan beribadah kepada-Nya

D. Cara Manusia Menyakini dan Mengimani Tuhan


Tuhan
Dzat yang maha transenden dan ghoib (ghaibul ghuyub)
Manusia hanya mampu merespon dan mempersepsi tajaliyat (manifestasi-manifestasi) Tuhan
dialam semesta ini.
Tajalli Tuhan yang esa ditangkap oleh segala sesuatu (termasuk manusia) secara berbeda beda.
Menyebabkan Keyakinan dan keimanan seseorang pun berbeda tingkatannya.
Dua aspek dalam keimanan. Yakni keyakinan dan indikator praktis.
Orang yang memiliki keimanan kepada Allah harus dibuktikan dengan amal saleh.
E. Mendeskripsikan Esensi dan Urgensi Visi Ilahi untuk membangun dunia yang Damai
Kesadaran dan kecerdasan spiritual
Konsisten dalam kebaikan dan kebenaranTuhan.
maka manusia harus membangun relasi yang baik dengan Tuhan.
Manusia mengasah spiritualitasnya sehinnga ia merasakan kehadiran Tuhan, maka ia akan dapat
melihat segala sesuatu dengan visi Tuhan (Ilahi)
Visi ilahi dibutuhkan umat manusia, sehingga tindak dan sikap prilaku manusia didasari dengan
semangat kecintaan kepadaTuhan sebagai manifestasi kebenaran universal dan pengabdian
serta pelayanan kepada sesama ciptaan Tuhan.

BAGAIMANA AGAMA MENJAMIN KEBAHAGIAAN?

Agama Menunjukkan jalan


Bahagia hidup didunia dan akhirat
Ikutilah cara cara yang telah ditetapkan Penciptanya dalam agama tersebut.
Sehingga Tercapai tujuan hidup: sejahterah di dunia dan bahagia di akhirat
Kebahagiaan dalam Islam adalah kebahagiaan autentik : lahir dan tumbuh dari nilai-nilai hakiki
Islam dan mewujud dalam diri seseorang hamba yang mampu menunjukkan sikap tobat
(intropeksi dan koreksi diri) untuk selalu berpegang pada nilai-nilai Ilahiah, mensyukuri karunia
Allah berupa nikmat iman, islam dan kehidupan, serta menjunjung tinggi kejujuran, kebenaran
dan keadilan dalam menjalani kehidupan pribadi, sosial dan professional.
Artinya: “maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah; (tetaplah atas) Fitrah
Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu.Tidak ada perubahan pada fitrah
Allah. (itulah) agama yang lurus. tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui
(Q.S.ArRum30;30)
Fitrah Allah = naluri beragama (Tauhidullah)
Mengganti kefitrahan(agama) sama artinya menghilangkan jati diri pada manusia. dan Allah
melarang hal tersebut.
C. Sumber Historis, filosofis, psikologis, sosiologis,Pedagogis tentang agama sebagai jalan
menuju kebahagiaan
 Teologis;
beragama itu adalah fitrah, jika manusia hidup sesuai fitrahnya maka ia akan
bahagia.
 Historis;
sepanjang sejarah hidup manusia, beragama itu merupakan kebutuhan dasar
manusia yang paling hakiki. Dari mulai masyarakat primitif sampai
masyarakat modern.
 Filosofis
Ibnu tufail; bahwa kebenaran bisa ditemukan manakala ada keserasian
antara akal manusia dan wahyu. Dengan akalnya manusia mencari
Tuhan dan bisa sampai keTuhan.
Namun penemuannya itu perlu konfirmasi dari Tuhan melalui wahyu.
 Psikologis
Manusia adalah makhluk rohani. Manusia membutuhkan ketenangan jiwa ketentraman hati
dan kebahagiaan rohani. Kebahagian rohani hanya dapat dicapai jika manusia dekat dengan
pemilik kebahagian yang hakiki.
Agamalah yang mampu memberi penjelasan tersebut. Tanpa agama manusia akan salah jalan.
 Sosiologis
Manusia adalah makhluk sosial, manusia tidak dapat hidup sendiri dan tidak bisa mencapai
tujuan hidupnya tanpa keterlibatan orang lain. manusia tidak mungkin hidup jika terlepas dari
kehidupan masyarakatnya.
Secara horizontal manusia butuh berinteraksi dengan sesamanya dan lingkungannya. Secara
vertikal manusia butuh berinteraksi dengan zat yang yang menjadi sebab ada dirinya.
 Pedagogis
Manusia makluk yang menciptakan kebudayaan dan dengan berbudaya itulah manusia
berusaha mencukupi kebutuhan hidupnya. Manusia tidak lepas dari kebudayaan, Dimana ada
manusia disitu ada kebudayaan.

Dengan adanya keseimbangan antara hubungan secara horizontal yakni dengan sesama
manusia, dan secara vertikal dengan pencipta
manusia akan mendapatkan
kebahagiaan hakiki.
(Mustahil mendapakan kebahagiaan tanpa landasan agama)

ٌ‫ش ْيطَا ِن ۚ إِنَّهُ لَ ُك ْم َع ُد ٌّو ُمبِين‬


َّ ‫ت ال‬ ِّ ‫يَا أَيُّ َها الَّ ِذينَ آ َمنُوا اد ُْخلُوا فِي ال‬
ِ ‫س ْل ِم كَافَّةً َواَل تَتَّبِ ُعوا ُخطُ َوا‬

Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam keseluruhan, dan janganlah
kamu turut langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu.
QS Albaqoroh 208
Maka Dengan memosisikan diri sebagai Abdullah dan khalifahtullah secara intergral dan
seimbang, manusia meraih dan mendapatkan kebahagiaan lahir bathin, jasmani dan rohani.

D. Tauhidullah sebagai satu - satunya model beragama yang benar


Landasan teologis agama yang benar, dibawa Rosulullah Saw dan rosul-rosul sebelumnya ;
“La Ilaha Illallah”
Tidak ada Tuhan Selain Allah
1. Membebaskan manusia dari takhayul, khurafat, mitos dan bid’ah
2. Menempatkan manusia pada tempat yang bermartabat, tidak merendahkan diri
kepada makhluk yang lebih rendah dari derajatnya.
Manusia yang bertauhidullah dengan benarlah yang berpotensi
untuk mendekati potensi kamil.
Menurut Said Hawa.
Bahwa jalan menuju Tauhidullah bisa rusak karena:
1.Sifat Al-Kibr (sombong)
2. Siifat Az-Zhulm (kezaliman )dan Al –Kizb(kebohongan)
3.Sikap Al-ifsad(melakukan perusakan)
4.Sikap Al-Ghaflah (lupa)
5. Al-Ijram (berbuat dosa)
6.Sikap ragu menerima kebenaran

Nilai –nilai hidup yang dibangun diatas jiwa tauhid merupakan nilai positif, nilai kebenaran,
dan nilai Ilahi yang abadi yang mengandung kebenaran mutlak dan universal.
1. As-shidq (kejujuran)
2. Al-amanah
3. Al-adalah
4. Al-huriyyah (kemerdekaan)
5. Al-musawa (persamaan)
6. Tanggung jawab sosial
7. At-tasamuh (toleransi)
8. Tabadul ijtima’ (saling memberi manfaat)
9. At-tarohum (kasihsayang)
BAGAIMANA MEMBUMIKAN ISLAM DI INDONESIA
Tinjauan Historis Islam Masuk ke Indonesia
• Islam hadir di Nusantara ini sebagai agama baru dan pendatang. Dikarenakan kehadirannya
lebih belakang dibandingkan dengan agama Hindu, Budha, Animisme dan Dinamisme.
• Islam harus menempuh strategi dakwah tertentu, melakukan berbagai adaptasi dan seleksi
dalam menghadapi budaya dan tradisi yang berkembang di Indonesia.
• Perkembangan Islam di Nusantara ini merasakan berbagai pengalaman, disebabkan adanya
keberagaman budaya dan tradisi pada setiap pulau tersebut. Bahkan dalam satu pulau saja bisa
melahirkan berbagai budaya dan tradisi. Perjumpaan Islam dengan budaya (tradisi) lokal itu
seringkali menimbulkan akulturasi budaya.
• Kondisi ini menyebabkan ekpresi Islam tampil beragam dan bervariasi sehingga kaya kreativitas
kultural-religius, tetapi dalam wilayah dan/bidang tertentu telah terjadi penyimpangan dari
Islam yang diajarkan oleh Nabi Muhammad Saw setidaknya kekurangsempurnaan dalam
mengamalkan ajaran-ajaran dasar Islam (Maarif, 2015: 62)
• Realitas ini merupakan risiko akulturasi budaya, tetapi akulturasi budaya tidak bisa dibendung
ketika Islam memasuki wilayah baru. Jika Islam bersikap keras terhadap budaya atau tradisi lokal
yang terjadi justru pertentangan terhadap Islam itu sendiri bahkan peperangan dengan
pemangku budaya, tradisi atau adat lokal seperti perang Padri di Sumatera. Maka jalan yang
terbaik adalah melakukan seleksi terhadap budaya maupun tradisi yang tidak bertentangan
dengan ajaran Islam untuk diadaptasi sehingga mengekpresikan Islam yang khas. Ekpresi Islam
lokal ini cenderung berkembang sehingga menimbulkan Islam yang beragam.
Peran Walisongo Dalam Dakwah Islam
• Dalam konteks sejarah penyebaran Islam di Nusantara tepatnya pada aba ke -15 dan khususnya
di tanah Jawa, Walisongo mempunyai peran yang cukup besar dalam proses akulturasi Islam
dengan budaya. Budaya dijadikan sebagai media dalam menyebarkan Islam dan mengenalkan
nilai dan ajaran Islam kepada masyarakat secara persuasif. Kemampuan memadukan kearifan
local dan nilai-nilai Islam mempertegas bahwa agama dan budaya lokal tidak dapat dipisahkan
satu dengan yang lain. Secara sosiologis, keberadaan Walisongo hampir semua berada di titik
tempat pusat kekuatan masyarakat, yaitu di Surabaya, Gresik, Demak, dan Cirebon. Bahkan
kerabat mereka pun memiliki peran yang signifikan juga dalam penyebaran Islam secara
kultural.
• Dalam konteks praktik keagamaan yang dijalankan masyarakat Indonesia yang berhubungan
dengan gerakan dakwah Walisongo dtampak sekali terdapat usaha membumikan Islam. Fakta
tentang pribumisasi Islam yang dilakukan Walisongo dalam dakwahnya terlihat sampai saat ini.
Sejumlah istilah local yang digunakan untuk menggantikan istilah yang berbahasa Arab,
contohnya Gusti Kang Murbeng (Allahu Rabbul Alamin), Kanjeng Nabi, Kyai (al-Alim), Guru
(Ustadz), bidadari (Hur), sembahyang (shalat), dan lain-lain.

Sejak masa Wali Songo, Islam di Indonesia memiliki dua model.


1. Kelompok formalis lebih mengutamakan aspek fikih dan politik kenegaraan.
2. kelompok esensialis memprioritaskan aspek nilai dan kultur dalam berdakwah.
Di era kemerdekaan sampai dengan era pascareformasi, polemik antara kedua model
keberagamaan ini masih tetap ada.

Prinsip dan Etika Dakwah Islam


Dakwah pada prinsipnya merupakan ajakan, seruan, atau panggilan. Sebagai kewajiban agama
sudah selayaknya dakwah itu dijauhkan dari unsur paksaan atau pun kekerasan baik dalam
bentuk terang-terangan atau pun tersembunyi. Adapun dari segi materinya pun harus mampu
menyentuh hati dan menggugah akal mereka sehingga rasionalitas dan emosionalitas sasaran
dakwah berjalan secara seimbang. (Ismail, 2018: 171).
Setiap aktifitas dakwah baik itu ditujukan pada diri sendiri atau pun kepada kelompok non-
muslim haruslah berpegang teguh kepada etika dan prinsip dakwah. Hal tersebut telah
difirmankan oleh Allah swt (An-Nahl: 125).
‫ض َّل ع َْن َسبِيلِ ِه ۖ َوه َُو أَ ْعلَ ُم‬
َ ‫ك هُ َو أَ ْعلَ ُم بِ َم ْن‬
َ َّ‫ة َو ْال َموْ ِعظَ ِة ْال َح َسنَ ِة ۖ َو َجا ِد ْلهُ ْم بِالَّتِي ِه َي أَحْ َسنُ ۚ إِ َّن َرب‬+ِ ‫يل َربِّكَ بِ ْال ِح ْك َم‬
ِ ِ‫ع إِلَ ٰى َسب‬
ُ ‫ا ْد‬
‫د‬
َ‫ِ ُ ِ ين‬َ ‫ت‬ ْ
‫ه‬ ‫م‬ ْ
‫ال‬ ‫ب‬
Artinya: “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan
bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih
mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-
orang yang mendapat petunjuk.”

Dalam masyarakat yang pluralistik saat ini diperlukan pengembangan kiat-kiat baru bagi para
pendakwah dengan menyelaraskan dengan kemajuan tekhnologi dan modernitas. Penggunaan
media massa dan internet dirasa sangat pas dalam menyebarkan dakwah yang lebih luas lagi.
Artinya, metode seperti ini juga menandakan sama dengan para Walisongo pada zaman dahulu
menggunakan media tradisional.

Tuntutan modernitas dan globalisasi menuntut model pemahaman agama yang saintifik, yang
secara serius memperlihatkan pelbagai pendekatan, Pendekatan Islam monodisiplin tidak lagi
memadai untuk menjawab tantangan zaman yang dihadapi umat Islam di pelbagai tempat. Agar
diperoleh pemahaman Islam yang saintifik di atas diperlukan pembacaan teks-teks agama
(Quran, Al-Hadīts, dan turats) secara integratif dan interkonektif dengan bidang-bidang dan
disiplin ilmu lainnya.

MENGGALI SUMBER TENTANG PRIBUMISASI ISLAM


HISTORIS
SOSIOLOGIS
TEOLOGIS DAN FILOSOFIS

Menggali sumber historis


• Pribumisasi islam diperkenalkan oleh KH Abdurrahman Wahid.
• Pribumisasi Islam adalah psikologi indigenos yang mengembangkan spiritualitas keberagamaan
berangkat dari kearifan lokal.
.
• Pribumisasi menampik bahwa praktik bahwa praktik keislaman “tidak selalu identik”dengan
pengalaman Arab (Arabisme).
• Pribumisasi islam mengambil bentuk seni vokal (tembang) yang dipergunakan untuk
menyampaikan pesan-pesan moral islam.
• Dakwah yang dilakukan oleh para dai selalu mempertimbangkan kearifan lokal.
Dakwah Wali Songo di Pulau Jawa merupakan contoh yang sengaja melakukan akulturasi islam.
Misal : tembang, permainan rakyat, dan pagelaran wayang
Menggali Sumber Sosiologis
Keberhasilan islamisasi generasi awal disebabkan oleh 2 faktor yaitu:
1. faktor strategi dakwah
Para dai musilm berhasil melakukan pendekatan persuasif, kultural, dan politik terhadap
penduduk Indonesia.

2. faktor daya tarik ajaran islam itu sendiri


Prinsip egalitarian/kesejajaran manusia pada satu sisi dan corak sufistik yang dibawa oleh para
dai imigran pada sisi lain Ajaran tentang kesamaan derajat, menarik di kalangan prbumi,
terutama di kalangan yang selama ini hidup dalam strata/kasta rendah yang sering menjadi
objek eksploitasi oleh kasta di atasnya. Corak islam sufistik karena adanya titik-titik persamaan
dengan kepercayaan dan agama mereka, dan sarat dengan ajaran moral dan kontemplatif tidak
begitu asing bagi tradisi masyrakat setempat

Menggali Sumber Filosofis


• Tauhid bukan sekadar pengakuan bahwa tiada ilah selain Allah tapi pemaknaan terhadap tauhid
melampaui dari sekedar eksistensinya yang tunggal.
• Hanya Dia yang tunggal, dan selain Dia adalah plural
• Hanya Yang Esa saja yang memiliki kebenaran dan kekuasaan mutlak, sedangkan yang plural
pastilah memiliki kebenaran dan kekuasaan yang relatif.
• Artinya sebagai makhluk, kita harus mampu memanfaatkan dan mendayagunakan fitrah
pluralitas kita ini, sebagai media untuk menampilkan kebenaran dan keindahan Tuhan di alam
ini.
Menggali Sumber Teologis
Dalam QS Al-Maidah/5:48 bahwa tujuan penciptaan realitas yang plural adalah agar manusia
saling berlomba-lomba untuk berjuang mewujudkan masyarakat utama.
Hal ini berarti , bahwa islam berupaya menginkari dan melenyapkan (QS Al-Baqarah/2:256)
karena Tuhan menciptakan perbedaan sebagai sarana untuk mendorong berlomba dalam
kebaikan di antara umat manusia.
Urgensi Pribumisasi Islam
• Islam mengajarkan bahwa perbedaan itu adalah fitrah dari Tuhan, tetapi dalam menjalani hidup
hendaknya kita tidak mempertajam perbedaan tersebut.
• Kita harus mencari unsur-unsur persamaan di antara sesama manusia. Contoh : berbeda suku
bangsa, adat, dan bahasa tetapi harus mengedepankan kesadaran bahwa kita adalah bangsa
Indonesia
• Mendeskripsikan dan Mengkomunikasikan Pribumisasi Islam sebagai Upaya Membumikan Islam
di Indonesia
• Corak keberagamaan masyarakat Islam di Indonesia

Menelusuri Transformasi Wahyu dan Implikasinya Terhadap Corak Keberagamaan

• HIGH TRADITION

Islam menurut bagian ini adalah firman Allah yang menjelaskan syariat-syariat yang terhimpun
dalam shuhuf/kitab suci (al quran) yang secara tegas menyatakan bahwa hanya Tuhan yang paling
mengetahui maksud dan makna firman-Nya. Sehingga kebenaran islam dalam high tradition adalah
benar dan mutlak.

• LOW TRADITION

Pada bagian ini islam dan firman Allah berinteraksi dengan realita dan keberagaman yang ada di
masyarakat. Penafsiran islam dan pemaknaan islam dapat menjadi fleksibel guna menyelaraskan
keadaan dan kondisi di masyarakat yang berbeda-beda. Pada bagian ini islam telah menjadi bagian
dari kehidupan bumi dan membaur dengan keadaan sosial-budaya masyarakat yang berbeda-beda.
Sehingga tercipta berbagai madzhab dan aliran dalam agama islam

Insane kamil

Unsur pembentuk manusia

Jasad

Roh

Hati Nurani
Sirr (Rasa)

Jasad

Keberadaannya di dunia dibatasi dengan umur. Wujud nafsu manusia tidak lain adalah wujud
jasad ini yang sengaja diciptakan oleh Allah untuk diuji. Karena wujud jasad ini sebagai ujian,
maka oleh Allah jasad diberi hati (yakni hati sanubari) yang watak jasadnya persis seperti iblis,
yakni abā wastakbara (takabur) dan anā khairun minhu (ujub, merasa lebih baik, bahkan
dibandingkan dengan khalifah Allah sekalipun).

Kewajiban jasad adalah menjalankan syariat, yakni menjalankan ibadah badan dan ibadah harta
(seperti salat wajib, puasa Ramadan, membayar zakat, menunaikan ibadah haji ke Baitullah bagi
yang mampu, dan peduli memajukan lingkungan).

Hati nurani

Letaknya tepat di tengah-tengah dada. Tandanya ”deg-deg”. Disebut juga dengan hati jantung.
Hati nurani dijadikan Allah dari cahaya, wataknya seperti para malaikat-Nya yang rela sujud
(patuh dan tunduk) kepada wakil-Nya Tuhan di bumi (QS Al-Baqarah/2: 30-34).

Jadi, hati nurani itu selalu tunduk dan patuh kepada Allah dan rasul-Nya, seperti para malaikat
yang telah dimampukan Tuhan untuk menundukkan nafsu dan syahwatnya. Bukti adanya hati
dalam diri manusia adalah adanya cinta dan benci. Kewajiban hati adalah menjalankan tarekat,
yakni mencintai Allah dengan jalan mengingat-ingat-Nya (berzikir) dan menaati rasul-Nya

Roh

letaknya di dalam hati nurani. Roh adalah daya dan kekuatan Tuhan yang dimasukkan ke dalam
jasad manusia, ditandai dengan keluar-masuknya nafas, menjadi hidup seperti kita di dunia
sekarang ini. Ciri adanya roh adalah kita dihidupkan di dunia ini. Kewajiban roh adalah
menjalankan hakikat, yakni merasa-rasakan daya-kuat-Nya Tuhan.

Oleh karena itu, Tuhan sangat murka kepada orang-orang sombong, yakni manusia-manusia
yang merasa mempunyai kelebihan (merasa pintar, merasa kaya, merasa hebat, dan lain-lain)
padahal yang sebenarnya mereka dibuat pintar oleh Tuhan, dibuat kaya oleh Tuhan, dibuat
hebat oleh Tuhan, dan lain-lain. Maksudnya, untuk diuji (Apakah merasakan daya-kuat-Nya
Tuhan atau diakui sebagai daya dan kekuatan sendiri?).

Sirr (rasa)

Letaknya di tengah-tengah roh yang paling halus (paling dalam). Rasa inilah yang kembali ke
akhirat. Rasa adalah jati diri manusia. Bukti adanya rasa adalah kita dapat merasakan berbagai
hal dan segala macam (asin, pahit, getir, enak dan tidak enak, sakit dan sehat, senang dan susah,
sakit hati, frustrasi, dan lain-lain).
Kewajiban sirr (rasa) adalah mencapai ma’rifat billāh, yakni merasa-rasakan kehadiran Tuhan;
bahwa ternyata Tuhan itu dekat sekali dengan kita; bahkan lebih dekat dibanding urat nadi di
leher, atau lebih dekat dibandingkan dengan jarak antara hitam dan putihnya mata kita (tentu
bagi orang yang sudah mencapai ma’rifat billāh).

Akal bukanlah unsur manusia melainkan pembantu utama hati; Diiibaratkan perdana menteri
sebagai pembantu utama raja, antara lain diungkapkan oleh Imam Ghazali. Oleh karena itu, Al-
Quran dalam mengungkapkan hati menggunakan “kata benda‟ (karena merupakan salah satu
unsur manusia) sedangkan untuk kata akal Al-Quran menggunakan “kata kerja‟ (karena sebagai
fungsi hati).

Jika sang raja baik, maka ia akan memerintah perdana menteri untuk menjalankan kebaikan-
kebaikan bagi rakyat di negerinya; sebaliknya, jika sang raja angkara murka, maka sang perdana
menteri akan diperintahkan untuk menjalankan proyek-proyek ambisiusnya yang merusak
bangsa dan rakyat. Demikian juga hati.

Jika hati nurani yang menjadi raja, maka sang akal akan memikirkan garapan dunia demi
subḫana-Ka (memahasucikan Allah), yakni untuk kebajikan dan kemaslahatan umat manusia
sesuai dengan perintah Allah dan rasul-Nya. Namun, jika hati sanubari, yang menjadi rajanya,
tidak baik, maka sang akal akan digunakan untuk mengumbar nafsu dan syahwat serta
memperkokoh watak „aku‟-nya.

amah
arah
mah
iyah
ah
ainah
Muthm
Mardl
Rodliy
Laww
Mulhi
kamil
Amm

Nafsu Ammārah, dengan ciri-ciri: sombong, iri-dengki, dendam, menuruti nafsu, serakah, jor-
joran, suka marah, membenci, tidak mengetahui kewajiban, akhirnya gelap tidak mengenali
Tuhan.

Nafsu Lawwāmah, dengan ciri-ciri: enggan, cuek, suka memuji diri, pamer, dusta, mencari aib
orang, suka menyakiti, dan pura-pura tidak mengetahui kewajiban.
Nafsu Mulhimah, dengan ciri-ciri: suka sedekah, sederhana, menerima apa adanya, belas kasih,
lemah lembut, tobat, sabar, tahan menghadapi kesulitan, dan siap menanggung betapa
beratnya menjalankan kewajiban.

Nafsu Muthma`innah, dengan ciri-ciri: suka beribadah, suka bersedekah, mensyukuri nikmat
dengan memperbanyak amal, bertawakal, rida dengan ketentuan Allah, dan takut kepada Allah.
Nafsu tangga ke-4 inilah start awal bagi orang-orang yang berkehendak kembali kepada Tuhan
(masuk surga-Nya). Hati yang mengimani janj-janji Allah Swt tanpa keraguan, kekhawatiran
ataupun kepanikan .

Nafsu Rādhiyah, dengan ciri-ciri: pribadi yang mulia, zuhud, ikhlas, wira’i, riyādhah, dan
menepati janji. Legowo atas nikmat-nikmat Allah Swt yang diberikan kepadanya

Nafsu Mardhiyyah, dengan ciri-ciri: bagusnya budi pekerti, bersih dari segala dosa
makhluk, rela menghilangkan kegelapannya makhluk, dan senang mengajak serta
memberikan penerangan kepada roh-nya makhluk. Amal ibadahnya sesuai dengan
kehendak-Nya. 3 nafsu ini dipanggil ketika seseorang meninggal dunia.

Nafsu Kāmilah, dengan ciri-ciri dianugerahi: ’Ilmul-yaqīn, ’ainul-yaqīn, dan ḫaqqul-yaqīn.


Orang yang sudah mencapai tangga nafsu tertinggi ini matanya akan terang benderang
sehingga bisa melihat sesuatu yang tidak bisa dilihat oleh orang-orang yang memiliki
nafsu di bawahnya, terlebih-lebih lagi orang-orang umum.

Dalam perspektif tasawuf, jalan untuk membentuk insan kamil haruslah mengikuti jalan yang
ditempuh oleh kaum sufi (yang lurus, bukan kaum sufi yang menyimpang).

Misalnya dalam shalat, hal yang harus dilakukan : (1), memulai shalat jika Tuhan yang akan
disembah itu sudah dapat dihadirkan dalam hati, sehingga ia menyembah Tuhan yang benar-
benar Tuhan; (2) berniat shalat karena Allah. Artinya, ibadah shalat yang didirikannya itu
dilakukan dengan ikhlas karena Allah tanpa ada pamrih dunia (ingin disebut orang beragama,
ingin mendapat pujian, atau ada niat-niat mencari dunia) dan tidak pula ada pamrih akhirat; (3)
selalu menjalankan shalat dan keadaan hati hanya mengingat Allah; dan (4) shalat yang telah
didirikannya itu dapat mencegah perbuatan keji dan mungkar.

Kalau kuliah : Kewajiban syariatnya Anda kuliah karena memenuhi perintah Allah dan Rasul-Nya
bahwa kaum muslimin wajib mencari ilmu akhirat dan ilmu duniawi, dengan niat karena Allah
(tidak untuk mengejar pekerjaan bergengsi atau mengejar pangkat dan jabatan). Kemudian rasul
pun memerintahkan umatnya untuk bekerja secara profesional. Artinya, kuliah pun harus
dilakukan dengan sungguh-sungguh. Adapun kewajiban hakikatnya, ketika mengikuti kuliah dan
mengerjakan tugas-tugas kuliah keadaan hati selalu mengingat-ingat Allah.

Keimanan dengan “yakin” tidak sekedar percaya

Iman kepada Allah Swt : Ma’rifatun wa tashdiqun. Ma’rifat maksudnya mengenal Allah secara
yakin (ma’rifat billah), sedangkan tashdiq maksudnya membenarkan bahwa orang yang
mengenalkan Tuhan secara benar adalah Rasulullah. Oleh karena itu penjelasan tentang Tuhan
harus bersumber dari Rasulullah

Iman kepada qodlo qodar : Suka dengan takdir tuhan. Dibuatnya hidup serba mudah (dikayakan,
dipintarkan, dihebatkan dan lain-lain) bersyukur karena bertambahnya ibadah dan amal sosial.
Namun, sekaligus takut jika dirinya malah menyalahgunakan kemudahan hidupnya untuk
mengumbar hawa nafsu dan syahwat. Dibuat hidupnya serba susah (dimiskinkan, disakitkan dan
segala derita lainnya) disyukuri juga, karena jika dijalani dengan sabar, akan mendatangkan
perbagai kebaikan dari Allah, sekaligus berikhtiar dan berdo’a untuk melepaskan kesulitan
hidupnya.

Syahadat : Menyaksikan Tuhan yang bernama Allah, yakni keimanan kepada Allah sehingga
mencapai derajat ma’rifatullah. Kemudian menyaksiakan bahwa nabi saw Rasulullah dengan
berguru kepadanya dan meneladaninya

Sholat : Mendirikan shalat dengan khusuk, mengingat-ingat Allah, dan menjaga kondisi sholat
walau di luar waktu sholat dengan selalu mengingat-ingat Allah (sholat al-Daim) sehingga
sholatnya mempunyai dampak yakni mencegah perbuatan keji dan munkar

Taubat, wara, zuhud, faqir, sabar, tawakkal

Menanamkan karakter taubat sehingga benar-benar merasakan bahwa Anda adalah orang
paling banyak melakukan berbuat dosa dan kesalahan, lalu bangkit untuk selalu beristigfar.

Nabi Muhammad saw. mengungkapkan, bahwa dirinya bertobat paling sedikit 70 atau 100 kali
dalam sehari-semalam, dan beliau saw. sadar benar atas kesalahannya.

Anda berlatih untuk selalu sadar dengan kehalalan makanan, pakaian, dan tempat tinggal.
Kemudian Anda hanya makan makanan yang halal, minum minuman yang halal, berpakaian
dengan pakaian yang halal, bertempat tinggal yang halal, dan barang yang dipilih dari yang halal-
halal, menghindari yang syubhat (tidak jelas halal-haramnya) terlebih-lebih lagi yang haram.

BAGAIMANA MEMBANGUN PARADIGMA QURANI

Al-Quran

Mengapa Al-Quran dijadikan Paradigma

1. Adanya keyakinan dalam hati orang-orang beriman (Terhadap kebenaran Al-Quran)

2. Al-Quran mengandung gagasan yang sempurna mengenai kehidupan

3.Al-Quran mengandung suatu gagasan murni yang bersifat metahistoris*

Menggali Sumber Historis, Filosofis, Psikologis, Sosiologis, dan Pedagogis tentang Paradigma
Qurani untuk Kehidupan Modern
Menggali Sumber Historis, Filosofis, Psikologis, Sosiologis, dan Pedagogis tentang Paradigma
Qurani untuk Kehidupan Modern

Syekh Amir Syakib arsalan menyimpulkan bahwa umat Islam mundur karena mereka
meninggalkan ajarannya, sedangkan non-Islam maju justru karena mereka meningglkan
ajarannya.

Mengapa umat Islam untuk dapat maju tidak perlu mengambil jalan sekulerisasi?

pertama, karena ajaran Islam yang sumbernya Al-Quran dan hadis bersifat syumul artinya
mencakup segala aspek kehidupan.

Kedua, ajaran Islam bersifat rasional, artinya sejalan dengan nalar manusia sehingga tidak
bertentangan dengan Iptek.

Ketiga, ajaran Islam berkarakter tadarruj artinya bertahap dalam wurūd dan implementasinya.

Keempat, ajaran Islam bersifat taqlilat-takaalif artinya tidak banyak beban karena beragama itu
memang mudah

Kelima, ajaran yang diangkat Al-Quran berkarakter i‟jāz artinya bahwa redaksi Al-Quran dalam
mengungkap pelbagai persoalan, informasi, kisah dan pelajaran selalu dengan gaya bahasa yang
singkat, padat, indah, tetapi kaya makna, jelas dan menarik.

Kebenaran wahyu adalah absolut

Argumen akal tentang kebenaran wahyu tidak memberikan pengaruh sedikit pun terhadap
kebenaran itu. Demikian sebaliknya, argumen akal yang menyatakan ketidakbenaran wahyu
tidak lantas membuat wahyu itu menjadi tidak benar. Akan tetapi, apabila akal melakukan
penalaran yang valid, maka ia akan sesuai dengan kebenaran wahyu.

LANDASAN IPTEK ADALAH MA’RIFATULLĀH

Imam Junaid al-Bagdadi menyatakan, “Meskipun orang tahu segala sesuatu tetapi jika dia tidak
mengenal Allah sebagai Tuhannya, maka identik dengan tidak tahu sama sekali”.

Mendeskripsikan Esensi dan Urgensi Paradigma Qurani dalam Menghadapi Kehidupan Modern

• Ciri utama kehidupan modern

adanya pembangunan yang berhasil dan membawa kemajuan, kemakmuran, dan pemerataan

Pembangunan yang berkesinambungan yang berimplikasi terhadap perubahan pola hidup


masyarakat ke arah kemajuan, dan kesejahteraan
Dalam konsep Islam, kemajuan dan kemodernan yang integral adalah sesuatu yang harus diraih
dan merupakan perjuangan yang tak boleh berhenti. Berhenti dalam proses pencapaiannya
berarti berhenti dalam perjuangan, suatu sikap yang dilarang dalam Islam.

....ِ ‫اَل تَ ْقنَطُوا ِم ْن َرحْ َم ِة هَّللا‬.....

janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah swt.(QS. Az Zumar: 53-54)

• Paradigma Qurani dalam pengembangan Iptek, misalnya, jelas akan memungkinkan munculnya
ilmu-ilmu alternatif yang khas yang tentu saja tidak sekularistik.

• Paradigma Qurani dalam pengembangan budaya, juga akan melahirkan budaya masyarakat yang
Islami yang tidak sekuler dalam proses, hasil, dan aktualisasinya.

• Paradigma Qurani dalam Pengembangan ekonomi, jelas akan melahirkan konsep dan kegiatan
ekonomi yang bebas bunga dan spekulasi yang merugikan.

• Faktor kemunduran umat Islam pada abad 18, yang biasa disebut abad stagnasi keilmuan

Ismail Razi al-Faruqi menawarkan Langkah-langkah untuk lebih maju agar tidak tertinggal oleh
peradaban Barat

• Menguasai disiplin ilmu modern

• Menguasai warisan khazanah Islam

• Membangun relevansi yang Islami bagi setiap bidang kajian atau wilayah penelitian
pengetahuan modern.

• Mencari jalan dan upaya untuk menciptakan sintesis kreatif antara warisan Islam dan
pengetahuan modern

• Mengarahkan pemikiran Islam pada arah yang tepat yaitu sunatullah

Topic 2

Anda mungkin juga menyukai