Anda di halaman 1dari 29

MATA KULIAH

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

KONSEP KETAUHIDAN DAN


IMPLIKASINYA DALAM
KEHIDUPAN SOSIAL

UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA - 2024 Muhammad Yusro


PENDAHULUAN-1

▪ Ibnu Arabi pernah mengatakan


bahwa Tuhan ada dua, Tuhan
yang dikonseptualisasikan dan
diimani (al-Ilaah al mu’taqad/ al-
Ilaah fil i’tiqaad) dan Tuhan yang
sejati (al-Ilah al-Haqiiqi/ al-Ilah fil
haqiiqah).
PENDAHULUAN-2

▪ IBNU ARABI : Seorang sufi termahsyur bernama lengkap


Muhammad bin Ali bin Muhammad bin Ahmad bin
Abdullah bin Hatim At-Tha’i atau dikenal dengan Ibnu
Arabi memiliki perjalanan hidup yang dipenuhi dengan
hikmah. Ibnu Arabi lahir pada 17 Ramadan 560 Hijriah
atau 28 Juli 1165 Masehi di Mursia, Spanyol (Andalusia).
terdapat dua karyanya yang kontroversial melahirkan
dua kubu pemikiran, yakni menghujat dan membela.
▪ Kedua karyanya yang populer tersebut adalah Futūhāt
Makiyyah dan Fushūsul Hikam. Ketika sedang menulis
tafsir Al-Quran yang berjudul Al-Jam'u wa At-Tafsir fi
Asrar Ma'ani At-tanzil, tepatnya di ayat ke-65 Surat Al-
Kahfi, Allah SWT memanggil Ibnu Arabi. Beliau wafat
pada 28 Rabiutsani 638 Hijriah atau 16 November 1240
Masehi pada malam Jumat.
PENDAHULUAN-3

▪ Tuhan dalam konseptualisasi adalah Tuhan yang


dipersepsi oleh suatu komunitas, kemudian
diteorisasikan menjadi paham teologis.
▪ Persepsi manusia tentang selalu mengalami
keterbatasan, karena akal manusia yang relative
tidak akan mungkin menjangkau kemutlakan
Tuhan. Perdebatan teologis tidak akan pernah
tuntas karena perbedaan kemampuan berpikir
manusia.
▪ Tuhan yang ada dalam pikiran mereka bukanlah
tuhan yang sejati, Tuhan sebagai suatu zat
adikodrati yang seharusnya disembah.
PENDAHULUAN-3

▪ Menurut Ibnu Arabi, Tuhan yang sejati


adalah tuhan yang tidak bisa didefinisikan
atau dibatasi dengan konsep-konsep hasil
pikiran manusia.
▪ Tuhan yang menguasai dan mengatur jagad
raya tidak harus dijelaskan dengan logika
untuk diimani, namun Ia hendaknya
dihadirkan dalam rasa, menjiwai semua
prilaku dan sikap.
▪ Nabi yang diutus oleh Tuhan
seluruhnya mengajarkan tauhid
(monoteisme).
▪ Al-Quran menjelaskan bahwa
KONSEP semua nabi mengajarkan
umatnya untuk berserah diri
TAUHID (1) kepada Allah yang satu.
▪ Allah yang satu adalah Tuhan
yang tidak seperti makhluknya,
tidak dapat dijelaskan dengan
persepsi inderawi.
▪ Men-Tauhidkan Allah artinya
menghadirkan kembali rasa
bertuhan sebagai fitrah
kemanusiaan secara tulus tanpa
batasan-batas pengertian dan
KONSEP konsep manusia.
TAUHID (2) ▪ Bertauhid letaknya dalam rasa hati
nurani yang terdalam, ketika
manusia menyadari kelemahan dan
keterbatasan dirinya sehingga ia
memasrahkan dirinya pada suatu
Zat yang dirasakan kehadirannya
dan sulit untuk dideskripsikan.
▪ Rasa bertuhan merupakan fitrah
setiap manusia, karena di dalam
dirinya telah ditiupkan ruh Tuhan,
sehingga manusia menyadari
KONSEP keberadaan Tuhan.
TAUHID (3) ▪ Bertauhid sejatinya adalah
bagaimana kita mampu
merasakan kehadiran Tuhan
dengan berbagai tanda-Nya
sehingga total berserah diri
kepada kepastian-Nya.
Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya
malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal,
(yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau
dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan
langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau
menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah
kami dari siksa Neraka.
QS. Ali Imron : 190-191
Perkembangan Konsep Kebertuhanan

▪ Ada dua teori tentang perkembangan pemikiran manusia tentang


tuhan, paham revolusi dan evolusi. Kedua paham menjelaskan
tahapan pemikiran tentang Tuhan secara berkebalikan.
▪ Paham revolusionisme menjelaskan bahwa secara fitrah manusia
sejatinya bertauhid (menganut monoteisme) merasakan kehadiran
Tuhan yang satu. Namun seiring dengan semakin terkooptasinya ruh
manusia dengan dorongan-dorongan materialistic maka kesadaran
tersebut menjadi luntur sedikit demi sedikit. Lalu berkembanglah
henoteisme paham satu tuhan untuk satu agama atau satu komunitas.
 Semakin manusia dijajah oleh kepentingan
dunia (materialistis dan ragawi) maka ia akan
kehilangan focus bertuhan, akibatnya ia
semakin membuat sekat kehidupan dengan
pembenaran teologis. Misalnya dalam
komunitas agama yang satu kemudian
terpecah belah menjadi berbagai aliran yang
satu sama lain saling mengkafirkan.
 Tindakan saling mengkafirkan tersebut
ditengarai sebagai manifestasi politeisme
bahwa ada banyak konsep tentang Tuhan
yang saling bermusuhan satu dengan lainnya.
 Semakin parah dunia menguasai kesadaran
manusia maka manusia semakin kehilangan
control Tuhan atas dirinya, kini ia menjadi
sangat terpengaruh oleh tata nilai
pragmatisme sebagai kebenaran, ini
merupakan manifestasi animism, di mana ada
kepentingan di situ ada Tuhan.
 Dan puncak kerusakan kebertuhanan manusia
adalah ketika manusia menjadi makhluk
materilistik, yang hidupnya sepenuh disetir oleh
kepentingan instingtif ragawi dan ambisi
kebendaan, ini merupakan wujud dinamisme.
 Sementara paham evolusionisme melihat dari
perkembangan peradaban manusia. Bahwa konsep
manusia tentang tuhan berjalan secara evolusi dari
tahap terendah yang sangat bendawi sampai
tingkat tertinggi abstrak.
 Mulanya manusia merasakan bahwa setiap benda di
alam memiliki kekuatan, dan manusia akan berhasil
bila dapat menguasai benda-benda tersebut.
 Paham dinamisme mewakili fase awal ini, ketika
manusia menandai setiap benda/ materi punya
kuasa atas dirinya.
 Selanjutnya seiring dengan perkembangan
kemampuan berpikir manusia, berkembang paham
animism yang mengarahkan manusia untuk
menemukan adanya kekuatan ghaib di balik materi.
 Karena manusia mulai berhasil merumuskan genus,
jenis, dan klasifikasi maka selanjutnya mereka
melakukan klasifikasi kekuatan ghaib yang ada di
alam, sehingga lahirlah politeisme.
 Politeisme meyakini bahwa setiap genus materi yang
sama memiliki kekuatan gaib yang satu. Di sini lahir
konsep tentang dewa, tuhan yang menguasai
sebuah gejala atau fenomena alam.
Semakin berkembang akal manusia,
mereka pun meyakini bahwa semua
gejala alam hanya diatur oleh satu
kekuatan gaib, kekuatan gaib yang
satu tersebut berbeda-beda antara
satu komunitas dengan lainnya. Ini
adalah pemikiran henoteisme
banyak agama dengan banyak
tuhan.
 Dan puncak pencapaian manusia
ditandai dengan puncak
perkembangan pemikiran dan
peradaban, ketika ia menemukan
bahwa di balik semua gejala dan
fenomena alam hanya ada satu
keuatan gaib.
 Paham monoteisme, banyak kelompok,
banyak entitas, banyak agama,
sejatinya menuju pada Tuhan yang satu.
Nilai-Nilai Ketuhanan dalam Lingkungan
Pendidikan, Keluarga dan Pekerjaan

 Penanaman nilai-nilai agama bukan hanya sebatas tentang akhlak,


akidah etika moral, dan membaca Al-Qur’an saja, melainkan butuh
juga penanaman nilai-nilai agama seperti kepercayaan akan
mengesakan tuhan dengan sepenuh hati dan yakin serta percaya
tidak ada yang bisa menyamakan-Nya.
 Dengan itu kita harus tetap belajar dan mendalami ilmu
pengetahuan kita tentang Tuhan kita, hubungannya dengan alam
semesta dan seluruh makhluk. Jangan sampai kita salah persepsi
tentang keberadaan Tuhan, sifat Tuhan, cara beriman kepada Tuhan
dan lain sebagainya
Lingkungan Pendidikan

 Di era globalisasi seperti saat ini banyak orang yang


mengesampingkan agama demi kehidupan dunianya saja.
Mereka tidak mengenal Tuhan mereka sendiri yang disetiap
kegiatannya pasti ada Dia yang merencanakan segalanya.
 Dalam dunia pendidikan, sejak Sekolah Dasar, Sekolah Menengah
Pertama, Sekolah Menengah Atas, hingga Perguruan Tinggi pun
saat ini mengajarkan Pendidikan Agama yang tentunya akan
membuat peserta didik dan pendidik lebih memahami bahwa
Tuhan ada di setiap nafas dan langkah kaki kita selama di dunia.
Lingkungan Keluarga

 Dalam lingkungan keluarga, nilai-nilai agama dalam berketuhanan


juga sangat penting, karena dimana lingkungan keluarga adalah
lingkungan paling utama bagi setiap kalangan manusia dari
berbagai asal manapun, kebanyakan orang banyak yang dari
keluarga ia dilahirkan, dibesarkan, dirawat, diasuh, diberi
penghidupan yang cukup, dididik, dimengerti, dan diberikan segala
sesuatunya demi tercukupinya kebutuhan.
 Agama diajarkan dengan cara pembiasaan seperti shalat, mengaji,
zakat, mengaji dan lain sebagainya itu merupakan hal yang patut
dilaksanakan juga dalam sebuah keluarga agar terciptanya
keberkahan dan ketentraman hati dalam keluarga tersebut.
Lingkungan Pekerjaan

 Dalam lingkungan pekerjaan nilai agama dan


kebertuhanan pun pasti akan diperlukan dan akan
terus menempel pada diri setiap manusia, karena
dengan ketuhanan tersebut mampu mengubah hidup
seseorang dengan kehendak-Nya.
 Jika banyak dari lingkungan pekerjaan tersebut yang
kurang mengimani tuhan mereka, maka tidak
menutup kemungkinan orang itu juga akan bersikap
acuh terhadap keyakinan, agama, bahkan kepada
Tuhan nya sendiri.
Kebertuhanan Sebagai Fitrah Manusia

 Manusia adalah mahluk yang diciptakan Allah dengan keadaan yang


paling sempurna dibanding dengan mahluk lainnya seperti hewan
dan tumbuhan.
 Kenapa manusia paling sempurna? Karena memiliki akal, dan akal
yang terus digunakan manusia seakan manusia ini tidak pernah puas
akan apa yang didapatkan dalam hidupnya.
 Akal lah yang menuntut manusia untuk mendapatkan jawaban atas
setiap pertanyaan yang muncul dalam benaknya, meski tidak semua
pertanyaan butuh jawaban, tapi akal yang membuat manusia tumbuh
dan berkembang hingga ajal tiba.
Kebertuhanan Sebagai Fitrah Manusia

 Kata Fitrah berasal dari akar kata (bahasa Arab), Fathara,


masdarnya adalah fathrun. Yang artinya artinya dia
memegang erat, memecah, membelah, mengoyak-koyak
atau meretakkannya. Fatharahu (Dia telah
menciptakannya); yakni Dia menyebabkannya ada,
secara baru, untuk pertama kalinya. Seperti penjelasan
diatas bahwa Allah menciptakan manusia dari tanah liat
yang digumpalkan, kemudian meniupkan roh kedalamnya
sehingga terciptalah manusia sebagai khalifah bumi, untuk
itu
Kebertuhanan Sebagai Fitrah Manusia

 Manusia harus sadar darimana dia berasal dan untuk apa


dia diciptakan. Al-Qur’an mengatakan bahwa manusia
memiliki derajat yang lebih tinggi di banding langit, bumi
dan para malaikat (jika manusia bisa menjadi sebaik-
baiknya manusia), tetapi di sisi lain Al-Qur’an juga
mengatakan bahwa manusia bisa lebih hina daripada
setan dan binatang ternak. (jika manusia tidak bisa
mengendalikan hawa nafsunya).
‫اس‬
َ ‫ه‬ ‫ن‬‫ال‬ ‫ر‬َ َ
‫ط‬ َ ‫ف‬ ‫ي‬ ‫ت‬
ِ ‫ه‬ ‫ال‬ ِ
‫َّللا‬
‫ه‬ ‫ت‬َ ‫ر‬َ ْ
‫ط‬ ‫ف‬
ِ ۚ ‫ا‬ً ‫ف‬ ‫ي‬‫ن‬
ِ ‫ح‬
َ ‫ين‬
ِ ‫لد‬
ِ ‫ل‬
ِ ‫ك‬
َ َ َ ‫فَأ‬
‫ه‬ ‫ج‬
ْ ‫و‬ ‫م‬
ْ ‫ق‬
ِ َ
‫ين ْالقَ ِي ُم َو َٰلَ ِكنه‬ ُ ‫الد‬ ِ ‫َّللا ۚ َٰذَ ِل َك‬
ِ‫ق ه‬ ْ
ِ ‫علَ ْي َها ۚ ََل ت َ ْب ِدي َل ِلخ‬
‫َل‬ َ
َ ‫اس ََل يَ ْعلَ ُم‬
‫ون‬ ِ ‫أ َ ْكث َ َر النه‬

Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus


kepada agama Allah; (tetaplah atas) fitrah
Allah yang telah menciptakan manusia
menurut fitrah itu. Tidak ada peubahan
pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang
lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak
mengetahui (QS. Ar Ruum:30)
‫وب ََل‬ ٌ ُ‫اْل ْن ِس ۖ لَ ُه ْم قُل‬ِ ْ ‫يرا ِم َن ْال ِج ِن َو‬ ً ‫َولَقَ ْد ذَ َرأْنَا ِل َج َهنه َم َك ِث‬
‫ان ََل‬ٌ َ‫ون ِب َها َولَ ُه ْم آذ‬ َ ‫ْص ُر‬ ِ ‫ون ِب َها َولَ ُه ْم أ َ ْعيُ ٌن ََل يُب‬ َ ‫يَ ْفقَ ُه‬
ُ‫ض ُّل ۚ أُو َٰلَئِ َك ه ُم‬ َ ‫أ‬ ‫م‬
َ ْ َ ِ َ ُ
‫ه‬ ْ
‫ل‬ ‫ب‬ ‫ام‬ ‫ع‬‫ن‬ْ َ ْ
‫اْل‬ َ
‫ك‬ ‫ك‬َ ‫ئ‬
ِ َ ‫ل‬َٰ ‫و‬ُ ‫ون ِب َها ۚ أ‬
َ ُ‫يَ ْس َمع‬
َ ُ‫ْالغَا ِفل‬
‫ون‬
Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk (isi neraka Jahannam)
kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati,
tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat
Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak
dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan
Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak
dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah).
Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih
sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai. (QS. Al
A’raf:179)
Pengertian Syirik
Menyekutukan Allah atau mempercayai bahwa ada kekuatan lain selain
kekuatan Allah yang dapat menentukan sesuatu.
Pembagian Syirik
▪ Syirik besar adalah : mempercayai Tuhan selain Allah yang diikuti dengan
pemujaan atau penyembahan kepadanya secara terang-terangan.
Seperti : menyembah berhala/patung/pohon, dsb.
▪ Syirik kecil adalah : keyakinan seorang muslim kepada selain Allah
disamping meyakini Allah sebagai Tuhan yang wajib disembah. Seperti :
mempercayai/meyakini benda-benda atau kekuatan-kekuatan gaib
selain Allah seperti kepercayaan kepada tempat-tempat atau benda-
benda keramat, ramalan-ramalan nasib.
Bentuk-bentuk syirik menurut Al-Qur’an
1. Penyembahan yang semata-mata dihadapkan kepada
selain Allah
2. Menyekutukan Allah dengan sesuatu selain Allah
3. Menjadikan pemimpin-pemimpin agama sebagai Tuhan
4. Menjadikan hawa nafsu sebagai Tuhan
5. Keyakinan hidup di dunia selamanya
6. Sifat Riya dalam melaksanakan ibadah
Bahaya Syirik
▪ Syirik selain merusak iman dan amal juga
membahayakan kepada diri dan masyarakat.
▪ Syirik akan membelenggu jiwa dan membungkam
fikiran sipelakunya, sebab keterikatannya kepada
benda akan mengakibatkan ketergantungan kepada
benda-benda yang diyakininya itu sehingga dapat
menghilangkan pikiran jernih manusia, misalnya
orang-orang suka mencari
pertolongan/perlindungan dalam perkara yang gaib
TERIMA KASIH
JAZAKUMULLAHU KHOYRAN KATSIRAN

Anda mungkin juga menyukai