Peta Konsep
Konsep Tauhid
SIfat-Sifat Tuhan
Konsep Ketauhidan dan Implikasinya
A. Pendahuluan
Tuhan merupakan sebuah kekuatan adikodrati yang kehadirannya dirasakan oleh setiap
makhluk yang memiliki akal. Sebagai sesuatu yang adikodrati, Tuhan tidak dapat dikonsepsikan
secara totalitas oleh kelemaham akal manusia. Ibnu Araby pernah mengatakan bahwa Tuhan
ada dua, Tuhan yang dikonseptualisasikan dan diimani (al-Ilaah al mu’taqad/ al-Ilaah fil i’tiqaad)
dan Tuhan yang sejati (al-Ilah al-Haqiiqi/ al-Ilah fil haqiiqah).
B. Konsep Tauhid
Para Nabi yang diutus oleh Tuhan seluruhnya mengajarkan tauhid (monoteisme). Apakah yang
dimaksud dengan tauhid? Apakah tauhid merupakan hasil konseptualisasi manusia tentang Tuhan?
Apakah tauhid artinya hanya mengakui satu tuhan yang kita persepsi dan kemudian menafikan
keberadaan konsep tuhan lainnya?
Al-Quran menjelaskan bahwa semua nabi mengajarkan umatnya utk berserah diri kepada
Allah yang satu. Allah yang satu tersebut adalah Tuhan yang tidak seperti makhluknya, tidak dapat
dijelaskan dengan persepsi inderawi. Dengan kata lain Allah sebagai tuhan yang harus ditundukpatuhi
adalah tuhan sejati yang mengatur alam semesta dan tidak bisa dibatasi oleh konsep buatan manusia.
Menauhidkan Allah artinya menghadirkan kembali rasa bertuhan sebagai fitrah kemanusiaan
secara tulus tanpa batasan-batas pengertian dan konsep manusia. Bertauhid letaknya dalam rasa hati
nurani yang terdalam, ketika manusia menyadari kelemahan dan keterbatasan dirinya sehingga ia
memasrahkan dirinya pada suatu Zat yang dirasakan kehadirannya dan sulit untuk dideskripsikan. Rasa
bertuhan tersebut merupakan fitrah setiap manusia, karena di dalam dirinya telah ditiupkan ruh Tuhan.
Akibat adanya ruh tersebut maka manusia menyadari keberadaan Tuhan.
Semua manusia dengan demikian adalah makhluk yang bertuhan, dan perasaan bertuhan dapat
dipastikan akan menuju suatu titik yang sama yaitu “tuhan sejati” yang tidak bisa dijelaskan dengan
bahasa dan logika secara utuh. Para nabi mengajarkan tauhid artinya mengajarkan kepada umat
manusia untuk kembali menyadari dan merasakan kehadiran Tuhan dalam hidupnya, tanpa sekat
definis, bahasa, dan konsep logika. Apabila manusia menyadari hakekat kebertuhanan mereka dapat
C. Sifat-Sifat Tuhan
Dalam Islam, salah satu upaya untuk menghadirkan Tuhan dengan mencoba untuk menyelami
dan memaknai kebesaran dan karunia Tuhan melalui penggambaran sifat-sfat Nya. Allah Swt memiliki
20 sifat wajib yang patut kita percayai sebagai umat yang beraga Islam. 20 sifat wajib tersebut adalah:
1. Wujud (ada); Sifat Allah Swt yang pertama adalah Wujud yang berarti ada, maksud dari kata ada
ini adalah Allah sebagai pencipta dunia dan seluruh isinya pastilah ada dan sebagai hambaNya kita
patut mempercayai bahwa Allah itu ada. Bukti bahwa Allah itu ada adalah terciptanya langit, bumi
serta adanya kehidupan di bumi ini adalah KuasaNya.
Dia-lah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, kemudian ia bersemayam di atas
‘Arsy. Dia mengetahui apa yang masuk ke dalam bumi dan apa yang naik kepada-Nya, dan Dia
bersama kamu di mana saja kamu berada. Dan Allah Maha melihat apa yang kamu kerjakan.
menurut Q.S. Al-Hadid ayat 4 yang ditafsirkan oleh Zubdatut Tafsir Min Fathil Qadir/ Syaikh
Dr. Muhammad Sulaiman Al Asyqar, mudarris tafsir Universitas Islam Madinah “Allah adalah
Dzat yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, kemudian beristiwa’ di atas ‘Arsy (Singgasana
Raja), Istiwa’ yang sesuai dengan keagunganNya. Dia mengetahui apa yang memasuki bumi berupa hujan, hama
dan hal lainnya. Dia juga mengetahui apa yang keluar dari permukaan bumi berupa tumbuh-tumbuhan, air,
2. Qidam (terdahulu); Sifat AllahSwt yang kedua adalah Qidam (terdahulu), maksud dari kata
terdahulu adalah Dialah yang menciptakan alam semesta dan isinya, tidak ada yang terdahulu
sebelum apa yang Dia ciptakan.
3. Baqa’ (kekal): Sifat Allah Swt yang ketiga adalah Baqa’ (kekal), maksud dari kata kekal adalah Allah
tidak dilahirkan, tidak punah dan tidak mati seperti mahluk yang Dia ciptakan.
4. Mukholafatul lilhawaditsi (berbeda dengan mahluk ciptaanNya): Sifat Allah yang keempat adalah
Mukholafatul lilhawaditsi (berbeda dengan mahluk ciptaanNya), Dialah yang maha Sempurna,
tidak ada satupun mahluk yang dapat menandingiNya.
5. Qiyamuhu Binafsihi (berdiri sendiri): Allah Swt itu berdiri sendiri dan tidak membutuhkan bantuan
siapapun, Allah tidak beranak dan tidak pula diperanakan.
6. Wahdaniyah (Esa/tunggal): Allah Swt itu Satu, tidak beranak dan tidak pula diperanakan. Dialah
satu-satunya Tuhan semesta alam, yang menciptakan semesta dan seisinya.
7. Qudrat (berkuasa): Dia berkuasa atas segala sesuatu dan tidak ada yang mampu menandingi
kuasanya.
8. Iradat (berkehendak): Allah Swt itu Maha menentukan segala sesuatu, ketika Dia berkata
“terjadilah” maka terjadilah apa yang Dia kehendaki dan tidak ada satu mahlukpun yang dapat
menolaknya, apalagi mengubahnya.
9. Ilmu (mengetahui): Allah mengetahui apapun yang tampak atau yang tersembunyi, bahkan apa
yang kamu ucapkan didalam hati Allah pun mengetahui.
10. Hayat (hidup): Allah itu Maha Hidup, Dia tidak akan pernah mati, punah ataupun musnah. Dia
kekal selamanya.
11. Sama’ (mendengar): Allah maha mendengar baik yang diucapkan ataupun yang tersirat didalam
hati.
12. Bashar (melihat): Allah Maha melihat apapun yang tampak dan yang tersembunyi sekalipun, serta
pengelihatan Allah tidak terbatas.
13. Kalam (berfirman): Allah itu berfirman, Dia mampu berkata-kata (berfirman) tanpa bantuan dari
alat apapun.
14. Kaunuhu Qadiran (berkuasa): Allah berkuasa atas segala sesuatu termasuk hidup semua semesta
ciptaanNya.
15. Kaunuhu Muridan (berkehendak): Allah Maha Berkehendak, maka ketika Allah mengkehendaki
sesuatu terjadi, maka tidak aka nada yang dapat menolak bahkan mengubahnya.
16. Kaunuhu ‘Aliman (mengetahui): Allah maha mengetahui segala yang terjadi baik yang terlihat,
maupun yang tidak terlihat sekalipun.
17. Kaunuhu Hayyan (hidup): Allah itu hidup, tidak mungkin baginya mengalami kematian, musnah
ataupun punah dan Allah tidak pernah tidur serta lengah dalam mengawasi hambaNya
2. Lingkungan Keluarga
Dalam lingkungan keluarga, nilai-nilai agama dalam berketuhanan juga sangat penting, karena
dimana lingkungan keluarga adalah lingkungan paling utama bagi setiap kalangan manusia dari
berbagai asal manapun, kebanyakan orang banyak yang dari keluarga ia dilahirkan, dibesarkan,
dirawat, diasuh, diberi penghidupan yang cukup, dididik, dimengerti, dan diberikan segala
sesuatunya demi tercukupinya kebutuhan. Dalam Pendidikan agama serta nilai-nilai agama yang
diajarkan oleh keluarga tentunya akan terpengaruh besar akan kehidupan anaknya dalam hal
beragama tentunya dan dengan diajarkannya dengan cara pembiasaan seperti shalat, mengaji,
zakat, mengaji dan lain sebagainya itu merupakan hal yang patut dilaksanakan juga dalam sebuah
keluarga agar terciptanya keberkahan dan ketentraman hati dalam keluarga tersebut.
Keharmonisan dalam keluarga juga dapat menjadi tolak ukur bagi anak dalam dunia
Pendidikan, baik sains atau Pendidikan agama. Anak yang dilahirkan dari keluarga muslim akan
condong muslim, juga sebaliknya jika keluarga non-muslim anak juga dilahirkan dalam keadaan
non-muslim. Tetapi itu juga tidak menutup kemungkinan untuk seseorang berpindah ke
keyakinan atau agama lain. Untuk itu penanaman agama dan keyakinan yang kuat terhadap anak
atau keluarga harus mampu membuatnya menjadi seseorang yang taat beragama dan
berketuhanan dengan mengamalkan seluruh perbuatan baik seperti berbakti dengan keluarga
menghargai perbedaan, dan tetap menjalankan syariat yang ada dalam agamanya.
3. Lingkungan Pekerjaan
Dalam lingkungan pekerjaan pun tidak jauh berbeda dalam lingkungan Pendidikan dimana
nilai agama dan kebertuhanan pun pasti akan diperlukan dan akan terus menempel pada diri setiap
manusia, sama akan halnya, nilai-nilai ketuhanan sangat diprioritaskan karena dengan ketuhanan
Dari prinsip tauhid diatas bisa disimpulkan bahwa kita sebagai umat Islam yang mengetahui
betul akan hakikat tauhid itu sendiri yang tidak lain adalah keesaan atau mngesakan Allah. Kita wajib
percaya akan janji dan azab Allah itu ada. Karena sudah dijelaskan bahwa Allah lah yang menciptakan,
memberi, memelihara, mengelola, memiliki, memimpin, menentukan, menjadi tujuan dan disembah
segala yang ada dialam semesta ini. Dengan prinsip ini tauhid bisa dijadikan sebagai sprit persatuan
kemanusiaan, karena dengan manusia memahami dirinya berasal dari mana, untuk apa diciptakan maka
semakin kecil lah rasa untuk manusia ingin selalu lebih unggul dari yang lain, sebab semua yang
diciptakan Allah akan kembali padaNya.
Beberapa hal yang akan mengahncurkan kehidupan manusia jika tidak memahami arti tauhid
adalah:
1. Harta benda atau materi
Harta benda atau materi bisa menghancurkan persatuan manusia karena dengan adanya
harta manusia bisa menjadi sombong bahkan riya. Dengan sikap inilah perpecahan manusia bisa
terjadi bahkan ada beberapa orang yang rela melakukan apapun demi terlihat memiliki banyak
harta seperti korupsi, menipu, mencuri dan lain sebagainya.
J. Kesimpulan
Mempelajari tuhan dan ketuhanan akan berdampak pada pola pikir,keseharian hingga waak dan
pribadi sesoang. Mengenal Tuhan sama saja dengan mengenal diri sendiri, jika mengenal Tuhan
dengan baik makan akan mengenal diri sendiri sama baiknya.karena ruh selalu membutuhkan dan
mecari jalan kembali menuju pada penciptanya.
Perbedaan tak semestinya menjadi halangan unuk persatuan, pun terbukan bukan berarti
menyesatkan. Karena dengan memahami perbedaan, seseorang akan mampu melihat dunia dengan
kaca mata yang lebih luas, memahami kondisi dari berbagai posisi dan semakin bijak serta mantap
dalam mengambil keputusan.
Semoga tulisan ini dapat bermanfaat baik bagi pembaca dan terkhusus bai penulis dalam
pebaikan kedepan dari segi karya maupun kehidupan. Besar harapan penulis tulisan ini dapa membawa
dakpak positif dan membuka pandangan pmbaca seluas-luasnya, menambah wawasan dan memperluas
prespektif. Menerapkan ilmu ialah wujud dari rasya syukur atas didapatinya ilmu sendiri dan
pengaplikasian dalam kehidupan sehari-hahi merupakan implementasi rasa menghargai kepada
penulis. Diharapkan setelah membaca ini, kualitas hubungan baik dengan tuhan maupun makhlu-Nya
semakin membaik, meningkatkan kualitas diri dengan bijak dalam mengambil keputusan dan
kedewasaan dalam berpikir.