Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN STUDI MINGGUAN

MATA KULIAH MKU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA

Tanggal: Senin, 4 September 2023


NAMA MAHASISWA: Fariha Nidaul Hasanati
NIM: 1107623092
KODE SEKSI MATA KULIAH: 1000000184

SUMMARY

A. Konsep Tauhid
Menauhidkan Allah artinya menghadirkan kembali rasa bertuhan sebagai fitrah
kemanusiaan secara tulus tanpa batasan- batas pengertian dan konsep manusia.
Bertauhid letaknya dalam rasa hati nurani yang terdalam, ketika manusia menyadari
kelemahan dan keterbatasan dirinya sehingga ia memasrahkan dirinya pada suatu Zat,
yang dirasakan kehadirannya dan sulit untuk dideskripsikan.Semua manusia dengan
demikian adalah makhluk yang bertuhan, dan perasaan bertuhan dapat dipastikan akan
menuju suatu titik yang sama yaitu "tuhan sejati" yang tidak bisa dijelaskan dengan
bahasa dan logika secara utuh.

Para nabi mengajarkan tauhid artinya mengajarkan kepada umat manusia untuk kembali
menyadari dan merasakan kehadiran 'Tuhan dalam hidupnya, tanpa sekat definisi,
bahasa, dan konsep logika, Apabila manusia menyadari hakekat kebertuhanan mereka
dapatdipastikan bahwa manusia akan bersatu dalam satu kesatuan ketuhanan dan satu
kesatuan kemanusiaan. Satu tuhan berarti satu kesadaran tentang keberadaan tuhan
dan akan melahirkan kesatuan kemanusiaan. Rasa bertuhan yang satu inilah yang
sesungguhnya auhidullah. Tuhan yang belum didefinisikan dengan logika dan bahasa,
tapi dirasakan kuasanya melalui bebagai tanda di dalam alam ciptaan Nya.

Menauhidkan Allah bukan berarti menamai tuhan dengan suatu nama dan menolak
nama yang lain, karena penamaan atas 'Tuhan hanyalah dampak dari perbedaan
bahasa. Menauhidkan Tuhan bukan berarti mengajukan konsep tertentu tentang
bagaimana seharusnya mendeskripsilkan Tuhan, karena konsep tentang tuhan
hanyalah hasil dari budaya dan pemikiran manusia.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa bertauhid (mengesalkan Allah) bukan
sebatas membicarakan tuhan dalam ranah rasional dan konseptual. Bertauhid sejatinya
adalah bagaimana kita mampu merasakan kehadiran Tuhan dengan berbagai tanda
Nya sehingga kita secara total berserah diri kepada kepastian Nya.
B. Sifat-Sifat Tuhan
1. Wujud (ada)
2. Qidam (terdahulu)
3. Baqa’ (kekal)
4. Mukhalafatu lil hawadisi (berbeda dengan makhluk ciptaan-Nya)
5. Qiyamuhu bi nafsihi (berdiri sedniri)
6. Wahdaniyah (Esa/Tunggal)
7. Qudrat (berkuasa)
8. Iradah (berkehendak)
9. Ilmu (mengetahui)
10. Hayat (hidup)
11. Sama’ (mendengar)
12. Nashar (melihat)
13. Kalam (berfirman)
14. Kaunuhu Qadiran (berkuasa)
15. Kaunuhu Muridan (berkehendak)
16. Kaunuhu ‘Aliman (mengetahui)
17. Kaunuhu Hayyan (hidup)
18. Kaunuhu Sami’an (mendengar)
19. Kaunuhu Bashiran (melihat)
20. Kaunuhu Mutakaliman (berfirman)

C. Perkembangan Konsep Kebertuhanan

Perbedaan konsep tuhan antar umat beragama terjadi karena perbedaan bahasa dan
budaya. Perkembangan pemikiran manusia melahirkan berbagai konsep tentang 'Tuhan.
Ada dua teori tentang perkembangan pemikiran manusia tentang tuhan, paham evolusi dan
revolusi. Kedua paham tersebut menjelaskan tahapan pemikiran tentang tuhan secara
berkebalikan. Konsep revolusionisme beranggapan bahwa mula-mula manusia meyakini
monoteisme lalu secara bertahap berubah menjadi henoteisme, politeisme, animism, dan
dinamisme. Sebaliknya kelompok evolusionisme meyakini bahwa manusia mula-mula
meyakini 'Tuhan secara dinamisme, animism, politeisme, henotcisme, dan monoteisme.

Paham revolusionisme menjelaskan bahwa secara fitrah manusia scjatinya bertauhid


(menganut monoteisme) merasakan kehadiran 'Tuhan yang satu. Namun seiring dengan
semakin terkooptasinya ruh manusia dengan dorongan-dorongan materialistic ragawi maka
kesadaran tersebut menjadi luntur sedikit demi sedikit. Lalu berkembanglah henotesime
paham satu tuhan untuk satu agama atau satu komunitas. Keyakinan yang menyatakan
bahwa tuhannya orang Islam adalah Allah sedangkan tuhanhya orang Kristen adalah Yesus
ini merupakan paham henoteisme, karena secara tidak langsung ia mengakui ada dua
tuhan yang berbeda, walaupun dalam agamanya ia hanya menyembah satu tuhan.
Semakin manusia dijajah oleh kepentingan dunia (materialistis dan ragawi) maka ia akan
kehilangan focus bertuhan akibatnya ia semakin membuat sekat kehidupan dengan
pembenaran teologis. Misalnya dalam komunitas agama yang satu keudian terpecah belah
menjadi berbagai aliran yang satu sama lain saling mengkafirkan. 'Tindakan saling
mengkafirkan tersebut ditengarai sebagai manifestasi politeisme bahwa ada banyak konsep
tentang 'Tuhan yang saling bermusuhan satu dengan lainnya. Semakin Parah dunia
menguasai kesadaran manusia maka manusia semakin kehilangan control 'Tuhan atas
dirinya, kini ia menjadi sangat terpengaruh oleh tatanilai Pragmatisme sebagai kebenaran,
ini merupakan manifestasi animism, di mana ada kepentingan di situ ada Tuhan. Dan
puncak kerusakan kebertuhanan manusia adalah ketika manusia menjadi makhluk
materilistik, yang hidupnya sepenuh disetir oleh kepentingan instingtif ragawi dan ambisi
kebendaan, ini merupakan wujud dinamisme.

Sementara paham evolusionisme melihat dari perkembangan peradaban manusia. Bahwa


konsep manusia tentang tuhan berjalan secara evolusi dari tahap terendah yang sangat
bendawi sampai tingkat tertinggi abstrak. Mulanya manusia merasakan bahwa setiap benda
di alam memiliki kekuatan dan akan ketika berhasil bila dapat menguasai setiap benda
tersebut. Paham dinamisme mewakili fase awal ini, ketika manusia menandai setiap
benda/materi punya kuasa atas dirinya. Selanjutnya seiring dengan perkembangan
kemampuan berpikir manusia, berkembang paham animism yang mengarahkan manusia
untuk menemukan adanya kekuatan ghaib di balik materi, bahwa yangmembuat materi
berdaya magis dan bermakna bagi manusia adalah kekuatan ghaib yang ada dibaliknya.
Karena manusia mulai berhasil merumuskan genus, jenis, dan klasifikasi maka selanjutnya
mereka melakukan klasifikasi kekuatan ghaib yang ada di alam, sehingga lahirlah
politeisme. Politeisme meyakini bahwa setiap genus materi yang sama memiliki kekuatan
gaib yang satu. Di sini lahir konsep tentang dewa, tuhan yang menguasai sebuah gejala
atau fenomena alam. Semakin berkembang akal manusia, mereka pun meyakini bahwa
semua gejala alam hanya diatur oleh satu kekuatan gaib. Kekuatan gaib yang satu tersebut
berbeda-beda antara satu komunitas dengan lainnya. Ini adalah pemikran henoteisme
banyak agama dengan banyak tuhan. Dan puncak pencapaian manusia ditandai dengan
puncak perkembangan pemikiran dan peradaban, ketika ia menemukan bahwa & balik
semua gejala dan fenomena alam hanya ada satu keuatan gaib. Paham monoteisme,
banyak kelompok, banyak entitas, banyak agama, sejatinya menuju pada Tuhan yang satu.

D. Nilai-Nilai Ketuhanan dalam Lingkungan Pendidikan, Keluarga, dan Pekerjaan

1. Dalam dunia pendidikan juga diperlukan adanya pendidikan agama dalam hal
Ketuhanan, yaitu cara mereka beribadah, beriman, berkeyakinan, dan mengerjakan
segala sesuatunya yang diniatkan karena Allah Swt., karena tanpa-Nya segala
sesuatu tidak akan berjalan lancar atas kehendak dari-Nya. Jadi, dalam dunia
Pendidikan pun diperlukan nila-nilai kebertuhanan agar kita tahu apa yang ada di
balik berjalannya suatu proses Pendidikan dan menjadikan kita paham akan
kehidupan yang kekal setelah kehidupan dunia. Dan kita dapat mempraktikan nilai-
nilai agama. Dalam dunia Pendidikan seperti berbagi ilmu, sopan santun,
melaksanakan kewajiban sebagai umat muslim dan taat beragama.

2. Dalam Pendidikan agama serta nilai-nilai agama yang diajarkan oleh keluarga
tentunya akan terpengaruh besar akan kehidupan anaknya dalam hal beragama
tentunya dan dengan diajarkannya dengan cara pembiasaan seperti shalat, mengaji,
zakat, mengaji dan lain sebagainya itu merupakan hal yang patut dlilaksanakan juga
dalam sebuah keluarga agar terciptanya keberkahan dan ketentraman hati dalam
keluarga tersebut. Keharmonisan dalam keluarga juga dapat menjadi tolak ukur bagi
anak dalam duniaPendidikan, baik sains atau Pendidikan agama. Anak yang
dilahirkan dari keluarga muslim akan condong muslim, juga sebaliknya jika keluarga
non-muslim anak juga dilahirkan dalam keadaan non-muslim. Tetapi itu juga tidak
menutup kemungkinan untuk seseorang berpindah keyakinan atau agama lain.
Untuk itu penanaman agama dan keyakinan yang kuat terhadap anak atau keluarga
harus mampu membuatnya menjadi escorang yang taat beragama dan
berketuhanan dengan mengamalkan seluruh perbuatan baik seperti berbakti dengan
keluarga menghargai perbedaan, dan tetap menjalankan syariat yang ada dalam
agamanya.

3. Dengan percaya bahwa Allah Swt. lah yang hanya dapat melancarkan segala
urusan, segala pekerjaan maka ia akan lebih mengamalkan apa yang ada dalam
agama dan keyakinannya tentang beragama dan berketuhanan. Entah dengan
mudah berbagi kepada orang lain bahkan mengamalkan segala sunnah cara shalat
tepat waktu, dalam kehidupan pekerjaannya, serta baik terhadap sesama di
lingkungan pekerjaannya.

E. Kebertuhanan Sebagai Fitrah Manusia

Kata Fitrah berasal dari akar kata (bahasa Arab), Fathara, masdarnya adalah fathrun. Yang
artinya artinya dia memegang erat, memecah, membelah, mengoyak-koyak atau
meretakkannya. Fatharahu (Dia telah menciptakannya); yakni Dia menyebabkannya ada,
secara baru, untuk pertama kalinya. Seperti penjelasan diatas bahwa Allah menciptakan
manusia dari tanah liat yang digumpalkan kemudian meniupkan roh kedalamnya sehingga
terciptalah manusia sebagai khalifah bumi, untuk itu manusia harus sadar darimana dia
berasal dan untuk apa dia diciptakan.

Menurut Ar-Ruum 30 sebagaimana ditafsirkan oleh Zubdatut 'Tafsir Min Fathil Qadir /
Syaikh Dr. Muhammad Sulaiman Al Asyqat, mudarris tafsir Universitas Islam Madinah
"Tetaplah berpegang teguh wahai nabi dan orang yang mengikutimu kepada agama Islam.
Murnikanlah pandangan dan tujuanmu hanya kepadaNya seraya berpaling dari setiap
agama lain dan menuju jalan lurus serta mengikuti fitrah yaitu suatu keadaan yang mana
Allah menciptakan manusia sesuai keadaan itu yaitu tunduk kepada Tuhan yang Maha
Kuasa, Maha Bijaksana dan Maha Esa yang mana tidak ada sekutu bagiNya. Tidak ada
satupun yang mampu mengubah fitrah ketuhanan, yaitu dari fitrah bertauhid menjadi fitrah
untuk syirik. Kelaziman fitrah itu adalah agama yang lurus yang tidak ada penyimpangan di
dalamnya. Akan tetapi kebanyakan manusia seperti orang-orang kafif Mekah tidak
mengetahui kebenaran dan ilmu 'Tauhid karena mereka tidak mau berpikir."

F. Argumen Tetntang Moderasi Teologi Islam


Tuhan dalam Islam bukanlah tuhan yang otoriter dengan kemahakuasaanya (absolutism),
sehingga ia berhak untuk berbuat sekehndaknya. Ia juga bukan tuhan yang melepaskan
tanggungjawab sepenuhnya kepada manusia sehingga manusia bisa berbuat semau
dirinya. Tuhan dalam konsep Islam adalah tuhan yang atas kuasa dan kemauanya
membagi beberapa kekuasaan dan kemauan relative kepada manusia dalam bingkai
ikhtiyar (usaha). Sebagi penguasa mutlak alam semesta Allah menentukan semua aturan
secara global atas alam semesta ini, namun Ia membagikan beberapa kemampuan relative
kepada manusia untuk menentukan nasibnya sendiri.

G. Model-Model Artikulasi Rasa Berketuhanan


Model artikulasi adalah model pembelajaran dimana peserta didik harus lebih aktif lagi
terhadap pembelajaran agar masing masing atau setlap peserta didik dapat dengan jelas
mengetahui apa itu "Rasa Kebertuhanan". Masing-masing individu mampu, bertanya,
menjelaskan terhadap sesama teman atau berdiskusi secara serius mengenai rasa
kebertuhanan seperti apa, bagaimana, cara mengimplementasikannya dan lain sebagainya.
Menurut Bastiar, (2007) model pembelajaran artikulasi memiliki tujuan untuk membantu
siswa dalam cara mengungkapkan kata-kata dengan jelas dalam mengembangkan
pengetahuan, pemahaman serta kemampuan yang dimiliki sehingga siswa dapat membuat
suatu keterhubungan antara materi dengan disiplin ilmu, Sehingga peserta didik dapat
memahami, dan dapat melatih pemikirannya tentang kebertuhanan dalam menyampaikan
pendapat, ide atau gagasannya yang bisa diterima oleh orang lain. Model penyampaian pun
setiap orang pasti akan berbeda-beda sehingga terjadi interaksi yang baik hingga
menunjukan adanya tujuan atau kesepakatan yang telah dibicarakan mengenai
kebertuhanan. Pada dasarnya rasa kebertuhanan ini juga tak luput dari pengawasan orang
yang lebih cerdas dalam hal agama agar tidak ada salah persepsi terhadap apa yang
disampaikan dan dilakukan. Oleh karena itu, didikan dari lingkungan manapun juga pasti
akan berpengaruh terhadap ide atau gagasan yang dimiliki seseorang baik peserta didik
maupun pendidik.

Dalam hal rasa kebertuhanan, model artikulasi dibutuhkan seperti mungkin ketika
seseorang diberi informasi atau masukan oleh temannya lebih diterima dibandingkan orang
lain, untuk itu peserta didik harus mampu berfilkir secara rasional dan berdasarkan fakta
yang ada mengenai apa yang disampaikan atas ide atau gagasannya tersebut, sehingga
tidak ada kekeliruan atau kesalahan dalam menyamaikan proses pembelajaran apalagi
dalam hal agama khususnya kebertuhanan. Seseorang yang melakukan ini pun harus
memilïki rasa kebertuhanan yang kuat akan dirinya sendiri. Seperti bagaimana ia
memahami rasa kebertuhanan serta memahami apa yang ada dalam rasa bertuhan
tersebut.

Oleh karena itu, sangat penting sekali model artikulasi rasa kebertuhanan ini yang mampu
mengembangkan pengetahuan, pemahaman, penalaran siswa dalam mengenal rasa
kebertuhanannya, dengan cara merangsang pemikirannya serta perasaannya dalam
beragama atau bertuhan sehingga nilai-nilai ketauhidan yang telah dipaparkan seperti
diatas dapat berguna dan dapat diamalkan dengan cara yang baik dan juga benar. 'Tidak
ada lagi rasa ketidakpercayaan atau penyaman Tuhan dengan segala hal apapun itu.

H. Tauhid Sebagai Spirit Persatuan Kemanusiaan

Prinsip tauhid atau monoteisme Islam yang terumus dalam untaian laa ilaaha illlah bersifat
komprehensif dan oleh karenanya mencakup banyak pengertian. Di antaranya pengertian-
pengertian itu, sebagaimana dijelaskan Yunahar llyas dalam bukunya Kuliah Aqidah Islam
adalah:

1. Laa khaliqa illallah, tidak ada yang menciptakan kecuali Allah


2. Laa raziqa illallah, tidak ada yang maha memberi rezeki kecuali Allah
3, Laa hafidza illallah, tidak ada yang maha memelihara kecuali Allah
4. Laa mudabbiria illallah, tidak ada yag maha mengelola kecuali Allah
5. Laa malika illallah, tidak ada yang maha memilki kecuali Allah
6. Laa waliya illallah, tidak ada yang maha memimpin kecuali Allah
7. Laa hakima illallah, tidak ada yang maha menentukan kecuali Allah
8. La ghoyata illallah, tidak ada yang maha menjadi tujuan kecuali Allat
9. Laa ma'buda illallah, tidak ada yang maha disembah kecuali Allah.

Beberapa hal yang akan mengahncurkan kehidupan manusia jika tidak memahami arti
tauhid adalah:

1. Harta benda atau materi


larta benda atau materi bisa menghancurkan persatuan manusia karena dengan adanya
harta manusia bisa menjadi sombong bahkan riya. Dengan sikap inilah perpecahan
manusia bisa terjadi bahkan ada beberapa orang yang rela melakukan apapun demi terlihat
memiliki banyak harta seperti korupsi, menipu, mencuri dan lain sebagainya.

2. Tahta atau kekuasaan


'Tahta atau kekuasaan juga bisa menjadi penghancur persatuan manusia karena tidak
sedikit manusia yang menginginkan sebuah jabatan, meskipun hanya demi mendapatkan
pujian manusia lain.

3. Syahwat atau seks


Syahwat atau seks bisa menghancurkan persatuan manusia karena manusia yang tidak
bisa menahan syahwatnya akan melakukan berbagai cara demi memuaskan syahwatnya,
dia tidak akan ingat lagi bahwa Allah selalu mengawasi dimanapun dia berada.

Anda mungkin juga menyukai