Anda di halaman 1dari 18

RANGKUMAN

MATERI DARI I SAMPAI XV

Di susun

Nama : Febrison
Nim : 22-12-010
Prodi : Hukum Adat
Mata Kliah : Theologi Hindu Kaharingan
Dosen Pengngampu : MARIATIE,S.Ag,M.Si

FAKULTAS DHARMA SASTRA


INSTITUT AGAMA HINDU NEGERI TAMPUNG PENYANG PALANGKA RAYA
TAHUN 2023-2024
MATERI I PENGUATAN MODERASI BERAGAMA

APA ITU MODERASI ?


Moderasi adalah jalan tengah. Dalam sejumlah forum diskusi kerap terdapat moderator
orang yang menengahi proses diskusi, tidak berpihak kepada siapa pun atau pendapat mana pun,
bersikap adil kepada semua pihak yang terlibat dalam diskusi. Moderasi juga berarti ‘’sesuatu
yang terbaik’’. Sesuatu yang ada di tengah biasanya berada di antara dua hal yang buruk.
Contohnya adalah keberanian. Sifat berani dianggap baik karena ia berada di antara
sifat ceroboh dan sifat takut. Sifat dermawan juga baik karena ia berada di antara sifat boros dan
sifat kikir.

APA ITU MODERASI BERAGAMA ?

Moderasi beragama berarti cara beragama jalan tengah sesuai pengertian moderasi tadi.
Dengan moderasi beragama, seseorang tidak ekstrem dan tidak berlebih-lebihan saat menjalani
ajaran agamanya. Orang yang mempraktekkannya disebut moderat.

PRINSIP-PRINSIP MODERASI BERAGAMA

1. Toleransi, keterbukaan terhadap keaneka ragaman, mengakui dan menghormati


perbedaan sebagai suatu keniscayaan, berada diatas semua golongan

2. Moderasi beragama berkesadaran bahwa sejatinya diturunkan ke bumi untuk mengatur


dan menata kesejahteraan manusia

3. Kehadiran Moderasi Beragama memperlihatkan tekad yang besar dalam upaya


membangun masyarakat yang adil dan menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan

4. Menghargai perbedaan, keragaman merupakan kehendak Tuhan, dan dibangun


perdamaian didalamnya

5. Moderasi beragama menentang penindasan, peminggiran dan ketidakadilan,


menempatkan sesuai pada tempatnya, melaksanakan hak dan bertanggung jawab secara
professional.
MATERI II THEOLOGI HINDU KAHARINGAN

A. Pengertian Theologi
Kata Theologi berasal dari bahasa yunani yang berasal dari kata Theos dan logos. Theos
artinya Tuhan sedangkan logos artinya ilmu Pengetahuan. Jadi Theologi artinya ilmu
pengetahuan yang mempelajari tentang Tuhan, Alam Semesta dan Keyakinan Agama yang
mendasar.

Batang Haring I disebut Kayu Gambalang Nyahu yaitu Hukum Tuhan

Batang Haring II disebut Kayu Erang Tingang yaitu Tata Susila, Adat Istiadat

Batang Haring III disebut Kayu Pampang Saribu yaitu Ilmu Pengetahuan tentang
Upacara

Dengan demikian umat Hindu Kaharingan dituntun dijalan yang benar untuk
memperkuat Iman dan Taqwa, mendapat kekuatan dan ketenangan batin dalam langkah-
langkah kehidupannya yang disebut JALAN BELUM artinya Pedoman Hidup.

Melalui Theologi Hindu Kaharingan dengan penuh keyakinan mengawal


umatnya untuk :

1. Menerapkan ajaran agama dengan baik dan benar tidak membabi

buta

2. Memperkuat Iman dan Taqwa terhadap Tuhan Yang Maha Kuasa

(Ranying Hatalla)

3. Memperkuat Integrasi dan Toleransi

4. Memberikan tuntunan terhadap ajaran-ajaran agama

5. Menempatkan Fanatis agama tanpa mengecilkan toleransi

6. Membuka wawasan pihak lain, agar tidak terjadi benturan-benturan

1. Animisme adalah keyakinan akan adanya roh, bahwa segala sesuatu dialam
semesta ini didiami dan dikuasai oleh roh yang berbeda-beda pula.

2.Dinamisme adalah Keyakinan terhadap kekuatan- kekuatan alam yang


tertinggi.

3. Polytheisme adalah keyakinan terhadap adanya banyak Tuhan, wujud Tuhan


berbeda-beda sesuai dengan keyakinan manusia

4. Monotheisme adalah keyakinan terhadap adanya Tuhan Yang Maha Esa

5. Ateisme Keyakinan yang menyatakan tidak percaya bahwa Tuhan itu ada
MATERI III THEOLOGI HINDU KAHARINGAN

TRI KERANGKA DASAR DALAM THEOLOGI


HINDU KAHARINGAN.
Dalam ajaran Agama Hindu Kaharingan dapat dibagi menjadi tiga bagian yang dikenal dengan
"Tiga Kerangka Dasar", di mana bagian yang satu dengan lainnya saling isi mengisi atau berkaitan dan
merupakan satu kesatuan yang bulat untuk dihayati dan diamalkan guna mencapai tujuan agama dalam
kehidupan.

TATTWA/FILSAFAT (Kebenaran)

Tattwa memiliki dimensi lain yang tidak didapatkan dalam filsafat, yaitu berupa keyakinan.
Filsafat merupakan pergumulan pemikiran yang tidak pernah final. Sedangkan Tattwa berdasarkan
ajaran Hindu Kaharingan adalah pemikiran filsafat yang akhirnya harus diyakini Cinta akan kebenaran.

UPACARA/RITUAL

Upacara yang selalu diiikuti dengan Sesaji atau banten adalah merupakan upacara dalam bentuk
Yadnya atau persembahan suci berupa hasil bumi. Ini merupakan sebuah persembahan yang dilakukan
dengan lascarya atau tulus ikhlas, sebagai ungkapan bersyukur, rasa terima kasih dan bhakti kepada
Maha Pencipta dunia beserta isinya.

IMPEMENTASI TRI KERANGKA DASAR DALAM KONSEP THEOLOGI HINDU


KAHARINGAN.

Acara mengimplementasikan tattwa dan susila dalam wujud tata keberagamaan yang lebih riil
dalam dimensi kebudayaan. Tanpa adanya acara, agama hanyalah seperangkat ajaran yang tidak akan
nampak dalam dunia fenomenal. Secara sosio-antropologis, acara menjadi identitas suatu agama karena
ia melembaga dalam sebuah sistem tindakan. Sebaliknya, tattwa (ketuhanan) sangat abstrak sifatnya,
demikian halnya dengan susila yang tidak hanya dibentuk oleh agama, melainkan juga oleh tradisi, adat,
kebiasaan, tata nilai dan norma-norma sosial.

Dalam pelaksnananya Tri kerangka agama Hindu Kaharingan ini menjadi satu kesatuan yang
utuh. Untuk memudahkan pemahaman, disini dapat dinyatakan bahwa :
1.Dalam memahami dan melaksanakan Tattwa patut bersusila dan berupacara,
2.Dalam memahami dan melaksanakan susila patut bertattwa dan berupacara
3.Dalam tur Narmemahami dan melaksanakan upacara patut bertattwa dan bersusila

MATERI IV THEOLOGI HINDU KAHARINGAN

THEOLOGI DALAM FILSAFAT KETUHANAN AGAMA HINDU KAHARINGAN.

Pemahaman terhadap Filsafat adalah Menurut Plato, adalah merupakan suatu ilmu yang
mencoba untuk mencapai pengetahuan tentang kebenaran yang asli, sedangkan Ketuhanan adalah
Agama tersebut bisa dikelompokkan menjadi dua, politeisme dan monoteisme.

Politeisme, yaitu kelompok tradisi relijius yang terbangun dari keyakinian pada banyak Tuhan,
Mereka meyakini bahwa di balik alam semesta ada sejumlah wujud supranatural.

• Theologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang Tuhan, Alam Semesta dan
Keyakinan Agama dalam menuntun manusia memperoleh jawaban tentang kehidupan, jalan
kebenaran dengan penuh keyakinan

• Theologi dalam Filsafat Ketuhanan menurut agama Hindu Kaharingan adalah Hakekat
ketuhanan ini seperti pula ajaran agama Hindu Kaharingan, maka yang menjadi sumber adalah
kitab suci Panaturan, yang merupakan himpunan sabda suci Tuhan Yang Maha Esa atau wahyu-
Nya yang diterima oleh para Raja Uju Hakanduang di masa yang silam.

kedudukan Tuhan sebagai yang Esa, namun dipersonifikasi dengan berbagai nama,
atribut, dan peran yang berbeda-beda. Jadi, Hindu bukan agama yang memuja banyak Tuhan,
melainkan agama yang memuja satu Tuhan beserta percikan sinar dan jiwa Tuhan yang disebut
berbagai nama dan sebagai bentuk pujian. Sinar dan percikan jiwa Tuhan itu bersifat banyak 2
(nawa rupa), dan ketika dipersonifikasi Hindu memuja Tuhan dalam bentuk (cetana-acetana), 3
(Brahma Wisnu-Siwa), dalam bentuk 5 (Iswara, Brahma, Mahadewa, Wisnu, dan Siwa), dalam
bentuk 7 (Iswara, Brahma, Mahadewa, Wisnu, Siwa, Sadasiwa, Paramasiwa), dalam bentuk 9
(Iswara, Brahma, Mahadewa, Wisnu, Siwa, Maheswara, Rudra, Sangkara, dan Sambu), dalam
bentuk 11 dan 33 dengan komposisi 11 di langit, 11 di sorga, dan 11 di bumi. (Iswara, Brahma,
Mahadewa, Wisnu, Maheswara, Rudra, Sangkara, Sambu, Siwa, Sadasiwa, Paramasiwa) .

Menurut ajaran Hindu Kaharingan menyatakan Tuhan Yang Maha Esa tidak
berwujud, muncul pertanyaan mengapa dalam sistem pemujaan kita membuat bangunan suci
berupa Keramat, Patung, Sapundu dan lain-lain. Dan mempersembah- kan sesajen dan lain-
lain. Bukankah semua bentuk perwujudan maupun persembahan itu ditunjukkan kepada Ranying
Hatalla/Tuhan Yang Maha Esa yang berwujud di alam pikiran manusia.

MATERI V THEOLOGI HINDU KAHARINGAN

PENAFSIRAN TERHADAP PASAL DAN AYAT PANATURAN DITINJAU DARI TEOLOGI

A. Pasal 1 terdiri dari 11 ayat yang menguraikan tentang Awal Segala Kejadian.
 Dalam pasal 1 ini menuturkan atau mensilsilahkan tentang permulaan segala kejadian, bahwa Ia
(Ranying Hatalla) diliputi oleh kekuatan dan kemahakuasaan, selanjutnya IA berfirman dan
menyatakan dirinya adalah Ranying Hatalla Langit yang bertahta pada Balai Bulau Napatah
Hintan Balai Hintan Napatah Bulau, dikelilingi oleh Tasik Malambung Bulau Laut Bapantan
Hintan.

 Pasal 2 terdiri dari 18 ayat yang menguraikan tentang Ranying Hatalla Langit Menciptakan
Bumi, Langit, Bulan, Bintang, Matahari berserta segala Isinya dan membagi gelap dengan yang
terang.

 Dalam pasal 2 ini menuturkan atau mensilsilahkan tentang proses penciptaan oleh yang
maha Kuasa Ranying Hatalla yang mana IA dengan segala kekuasaan melalui proses penciptaan
yaitu menciptakan Bumi, Langit, Bulan Bintang, Matahari dengan segala isinya dan
membagikan yang gelap dengan yang terang.

 Pasal 3 terdiri dari 22 ayat yang menguraikan tentang Bukit Hintan Menyatu dengan Bukit
Bulau.

 Dalam pasal 3 ini menuturkan atau mensilsilahkan tentang kemahakuasaan Ranying


Hatalla Langit yang menjadikan segala kehendaknya, maka pada saat itu pula Bukit Hintan
berbenturan dengan Bukit Bulau yang menimbulkan sinar suci, maka terciptalah tujuh wujud
kekuatan dan kekuasaan yang disebut Raja Uju Hakanduang

 Pasal 4 terdiri dari 42 ayat yang menguraikan “Bukit Hintan dan Bukit Bulau Menyatu Lagi.
Dalam pasal 4 ini menuturkan atau mensilsilahkan tentang Ranying Hatalla Langit dengan
segala kemahakuasaannya dan menimbulkan sinar suci yang menjadi suatu wujud seorang laki-
laki dan seorang perempuan. Wujud yang laki-laki diberi nama Manyamei Malinggar Langit dan
yang perempuan diberi nama Kameluh Bajarumat Hintan. Dan mereka diberi tugas oleh Ranying
Hatalla Langit untuk memelihara dan berkuasa atas yang telah diciptakan oleh-Nya.

MATERI VI THEOLOGI HINDU KAHARINGAN

A. JENIS LAMBANG :

1. Batang Haring (Pohon Kehidupan)

2. Cacak Burung (Lambang Keharmonisan)

3. Dandang Tingang (melambangkan Kehidupan di dunia dan diakherat)

5. Rabayang ( melambangkan )

Dandang Tingang adalah berasal dari bulu ekor burung Enggang/Tingang (Tingang
Rangga Bapatung Nyahu).

B. JENIS SIMBOL :

1. Giling Pinang Rukun Tarahan

2. Sangku Tambak Raja

GILING PINANG RUKUN TARAHAN


Giling Pinang adalah sebuah ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang sifat,
perilaku, dan perkembangan masyarakat agar dapat memberikan contoh terhadap perilaku
moral dalam melakukan aktifitas bermasyarakat dalam keagamaan yang dilakukan seperti
suguhan Sirih dengan Pinang, Kapur Sirih, Gambir diolah sehingga menjadi Giling Pinang
yang dipakai dalam upacara ritual keagamaan bagi umat Hindu Kaharingan dari upacara
Kelahiran, perkawinan maupun Kematian dan upacara persembahyang, dll semuanya
upacara menggunakan Giling Pinang yang mengandung nilai religi pada upacara ritual
keagamaan, Sedangkan Rukun Tarahan adalah berasal dari Tembakau lempenan yang
digolong sehingga berbentuk sebuah Roko sebagaimana contoh pada Gambar.

SANGKU TAMBAK RAJA


Sangku berisikan Beras, Giling Pinang, Rukun Tarahan dan dihias dengan Janur,
Bunga dan Beras Hambaruan selengkapnya disebut Sangku Tambak Raja sebagai Simbol
perwujudan dari seluruh kemahakuasaan Tuhan yatu sebagai penyatuan bhatin Umat
Hindu/Hindu Kaharingan yang melaksanakan Upacara Basarah, oleh sebab itu Sangku
Tambak Raja diletakan ditengah-tengah Ampar atau Meja Kecil.
MATERI VII KONSEP KETUHANAN DALAM THEOLOGI

TUJUH MANISFESTASI RANYING HATALLA


DALAM THEOLOGI HINDU KAHARINGAN
SESUAI FUNGSI DAN TUGAS

Janjalung Tatu Riwut, tugasmu mengendalikan semua arah mata angin yang akan dipergunakan
memberikan tempat tinggal bagiMU, yaitu yang bernama Batang Danum Mendeng Mahejan Langit,
Guhung Tenjek Makang Liu, pada Tasik Gandang Ngarambang Nyahu, Laut Tuwung Hambalat Kilat.
oleh manusia nantinya jikalau mereka meminta kepada-MU. sekaligus AKU memberikan tempat tinggal
bagi-MU, yaitu yang bernama Batang Danum Mendeng Mahejan Langit, Guhung Tenjek Makang Liu,
pada Tasik Gandang Ngarambang Nyahu, Laut Tuwung Hambalat Kilat.

Gambala Rajan Tanggara, tugas-MU sebagaimana tugas Janjalung Tatu Riwut, Engkau ikut
memelihara dan mengendalikan semua .aratLmata angin yang dipergunakjin oleh manusia nantinya,
apabila manusia meminta. Kepada-MU dan tempat Ngarambang Nyahu, Laut Tuwung Hambalat Kilat.

Sangkaria Nyaru Menteng, tugasnya mengandalikan Petir dan Guntur, dan tempat tinggalnya
yaitu yang bernama Batang Danum Mendeng Mahejan Langit, Duhung Tenjek Makang Liu, pada Tasik
Gandang Ngarambang Nyahu, Laut Tuwung Hambalat Kilat.

Raja Tuntung Tahaseng, menempati Batang Danum Banyahu Bulau di dekat Bukit Tunjung
Marakunjung Aseng Panjang, dan tugasnya, yaitu untuk melihat dan memelihara serta mengendalikan
nafas kehidupan bagi manusia nantinya, bagi yang kurang, Demikian pula jikalau manusia meminta
umur panjang kepadanya; Sebelum dia memberikan kepada manusia itu dia memberitahukan terlebih
dahulu Tuhan.

Tamanang Tarai Bulan. Tugasnya yaitu menyimpan dan memelihara semua harta pendapatan
yang didapatkan oleh manusia dalam hidupnya, dan yang tidak dapat dipakai lagi karena Sudah terlalu
lama; Nanti rn i pada saat dia Kembali Tuhan, semua harta kekayaannya itu dikembalikan kepadanya,
dan tempat tinggalnya,yaitu Batang Danum Baputi Nahajulen Tepung, Guhung Bajaleang Nahagitan
Lunuk.

Raja Sapanipas; menempati Bukit Batipas Bara Puting Lumpung Matan Andau, Engkau
memelihara dan menjaga Kiham Batu Tingkes Uju Hatuntung dipertengahan Batang Danum Banvahu
Bulau, Serta tugas baginya, yaitu memperhatikan dan memelihara kehidupan manusia nantinya bagi
yang berakhir atau kurang baik, disitu Engkau memperbaikinya.

Raja Pamise Andau, menempati Bukit Bulau Kangantung Gandang, Kereng Rabia Nunyang
Hapalangka Langit, dan tugasnya untuk memperhatikan dan menghitung jumlah waktu atau siang dan
malam bagi kehidupan setiap manusia, dan bagi manusia yang telah berakhir usiannva sesuai janjinya ia.
kembali menyatu pada Tuhan.

Didalam pelaksanaan tugasnya sebagai manisfestasi Ranying Hatalla dari ketujuh unsur tersebut
menjadi dasar terbentuknya jiwa dan raga manusia, yaitu Kuku, Daging, Darah, Kulit, Urat, Tulang dan
Sumsum. Kemudian ditambah satu unsur tunggal Ranying Hatalla yaitu Hambaruan atau Roh yang
menjadikan menjadi utuh atau hidup, sehingga disebut Kanaruhan Hanya Basakati

 Raja Uju Hakanduang berangkat membawa semua peralatan Upacara Perkawinan, yaitu pohon
Sawang Tanggan Tarung, Manuk Darung Tingang, Lamiang Bua Garing Belum, Manas
Sambelum Perun Tambun dan yang lainnya merupakan kelengkapan Upacara.

 Segala sesuatu yang dibawa oleh Raja Uju Hakanduang, yang semuanya itu adalah oleh
Kebesaran Kekuasaan RANYING HATALLA dan JATHA BALAWANG BULAU,
sebagaimana yang IA kehendaki.

 Setiba Raja Uju Hakanduang di Bukit Batu Nindan Tarung, Kereng Liang Bantilung Nyaring,
mereka langsung bertemu dengan Manyamei Tunggul Garing Janjahunan Laut dan Kameluh
Putak Bulau Janjulen Karangan.

 Pada saat melaksanakan Upacara Perkawinan, disitu Raja Uju Hakanduang menempatkan
Manyamei Tunggul Garing Janjuhanan Laut dan Kameluh Putak Bulau Janjulen Karangan
duduk di atas gong dan tangan kanan mereka berdua memegang Pohon Sawang serta telunjuk
jarinya menunjuk ke atas, begitu pula kaki mereka berdua menginjak batu.

 Mereka berdua berada di atas gong, saat itu pula Raja Uju Hakanduang mengoles darah ayam,
babi, menetes minyak di kepalanya dan mengikat lilis lamiang, manas sambelum, serta seusai itu
manas sambelum, hayak mantar pinang sama hanjenan kapantar.
 Sesudah duduk di atas gong, mereka berdua berdiri untuk menuju pintu rumah dan disitu
tangannya memegang sisi pintu seraya mengucapkan pekikan tujuh kali, mereka berdua berjanji
memegang teguh firman RANYING HATALLA.

MATERI X
Klasifikasi Sebutan Nama Tuhan Sesuai dengan Fungsi
dan Tugas-Nya Perspektif Theologi Hindu Kaharingan

Ranying Hatalla, yang menciptakan semuanya yang ada di alam semesta, yang awalnya gelap
tanpa adanya satu mahlukpun, yang ada hanya Ranying Hatalla dengan cahaya kemuliaanNya yang di
sebut Hintan Kaharingan sebagai cahaya Kehidupan. Dalam struktur ketuhanan dalam tugas dan
fungsinya maka dapat diklasifikasikan kedalam tiga hal pokok. Dalam hal penyebutan maka Ranying
Hatalla ini menyesuaikan dengan tugas dan fungsinya yakni Ranying Hatalla bersifat abstrak sebagai
simbol yang tidak bisa tergambarkan awal dari segala kejadian.

sebagai mana tertuang dalam Kitab Suci Panaturan Pasal 1 ayat 3: “ Aku tuh Ranying Hatalla ije
paling kuasae, Tamparan taluh handiai, tuntang kahapuse, Tuntang kalawa jetuh iete kalawa
pambelum,Ije inanggareKU gangguranan area bagare Hintan Kaharingan Artinya Aku Inilah Ranying
Hatalla yang maha kuasa, Awal dan akhir segala kejadian, Dan cahaya kemulianKu yang terang dan
bersih dan suci adalah cahaya kehidupan Dan Aku sebut Ia Hintan Kaharingan.

Berdasarkan pada ayat Kitab Suci Panaturan di atas, awal dari segalanya hanyalah Ranying
Hatalla, yang menciptakan semuanya yang ada di alam semesta, yang awalnya gelap tanpa adanya satu
mahlukpun, yang ada hanya Ranying Hatalla dengan cahaya kemuliaanNya yang di sebut Hintan
Kaharingan sebagai cahaya Kehidupan.

Sahur Parapah, seperti Sangomang, Jin Tumbang Kahayan, Sahawung, Patahu dll adalah
perwujudan Ranying Hatalla (Tuhan Yang Maha Esa) yang menjadi bagian dari klasifikasi dalam
pemujaan yang dilakukan oleh manusia.

Manusia meyakini adanya kekuatan dan kesaktian dari sahur parapah yang mampu menjaga,
melindungi dan memberkati umat manusia.

Contoh : Kepercayaan terhadap Patahu yang menjaga Kampung halaman di Desa atau di Kota
merupakan bagian dari keyakinan sesorang atau kelompok manusia dalam pemujaan
Dalam ajaran agama Hindu, tidak ada pandangan bahwa Tuhan itu berbeda, antara yang dipuja
umat agama yang satu dan lainnya. Konsep dasar memahami Ketuhanan dalam agama Hindu adalah,
bahwa Tuhan itu satu dan dipuja dengan berbagai cara dan jalan berdasarkan etika.

MATERI XI STRUKTUR KETUHANAN DALAM PEMUJAAN


DARI SUDUT PANDANG THEOLOGI HINDU KAHARINGAN

• Dalam ajaran agama Hindu, tidak ada pandangan bahwa Tuhan itu berbeda, antara yang dipuja
umat agama yang satu dan lainnya. Konsep dasar memahami Ketuhanan dalam agama Hindu
adalah, bahwa Tuhan itu satu dan dipuja dengan berbagai cara dan jalan berdasarkan etika.

• Dalam mewujudkan bhakti kepada Tuhan Yang Maha Esa, dengan sifat-Nya yang Acintya (tidak
dapat terfikirkan), manusia dengan sifatnya yang Awidya (tidaksempurna) memuja Tuhan
dengan berbagai rupa, nama dan sebutan, serta berbagai interprestasi.

Ketujuh manisfestasi tersebut yaitu:

1) Raja Janjulung Tatu Riwut (Penguasa atau yang mengatur angin atau udara mewakili unsur
angkasa atau ether);

2) Gambalan Raja Tanggara (Penguasa atau yang mengatur angin atau udara mewakili unsur
Angkasa/ether);

3) Sangkariang Nyaru Menteng (Penguasa atau yang mengatur Kilat, Guntur, api atau panas
mewakili unsur api);

4) Raja Tuntung Tahaseng (Penguasa atau yang mengatur nafas kehidupan mewakili unsur udara
atau angin);

5) Tamanang Tarai Bulan (Penguasa atau yang mengatur air sebagai sumber kehidupan
mewakili unsur air);

6) Raja Sapanipas (Penguasa yang mengatur segala kekurangan manusia yang dimiliki unsur
tanah);

7) Raja Mise Andau (Penguasa yang bertugas untuk mengatur waktu/hari bagi kehidupan
manusia, mewakili unsur tanah).
Tuhan Menurut Konsep Hindu/Hindu Kaharingan

• Tuhan bersifat Acintya atau tidak terfikirkan oleh manusia. Artinya, manusia tidak dapat
menggambarkan Tuhan dengan sempurna. Sebagai makhluk yang dikarunia akal dan fikiran,
manusia memiliki cara untuk mewujudkan bhaktinya kepada Sang Penguasa Alam Semesta
dengan berbagai cara berdasarkan nilai-nilai dharma (kebenaran).

• Kita sebagai manusia tidak dapat menggambarkan Tuhan secara utuh. Kita hanya dapat
menggambarkan Tuhan seperti apa yang kita pikirkan dan untuk diri kita sendiri. Karena definisi
Tuhan menurut saya akan berbeda dengan definisi Tuhan menurut anda. Namun kebenaran yang
mutlak itu adalah Tuhan itu satu tunggal adanya.

• Dalam ajaran agama Hindu, tidak ada pandangan bahwa Tuhan itu berbeda, antara yang dipuja
umat agama yang satu dan lainnya. Konsep dasar memahami Ketuhanan dalam agama Hindu
adalah, bahwa Tuhan itu satu dan dipuja dengan berbagai cara dan jalan berdasarkan etika.

• Dalam mewujudkan bhakti kepada Tuhan Yang Maha Esa, dengan sifat-Nya yang Acintya (tidak
dapat terfikirkan), manusia dengan sifatnya yang Awidya (tidaksempurna) memuja Tuhan
dengan berbagai rupa, nama dan sebutan, serta berbagai interprestasi.

Raja Angking Penyang dan Putir Selung Tamanang Manisfestasi Ranying Hatalla
ini bertugas dan berfungsi untuk melengkapi keperluan sandang dan pangan umat manusia di
dunia.

Ongko Jalayan dan Bawi Ayah Manisfestasi Ranying Hatalla sebagai Ongko Jalayan
dan Bawi Ayah bertugas untuk mengajarkan kembali anak esun Raja Bunu atau manusia di Pantai
danum kalunen yang sudah melupakan ajaran dari Ranying Hatalla pada saat pelaksanaan Tiwah
Suntu di Lewu Bukit Batu Nindan Tarung.

1. Raja Tungal Sangumang Nyaring Embang Bakuwu Hanyi.

Manisfestasi Ranying Hatalla ini, bertugas sebagai pelantara hubungan manusia di dunia
dengan Ranying Hatalla. Dimana dalam setiap pelaksanaan upacara ritual keagamaan umat Hindu
Kaharingan, maka yang menjadi pelantara hubungan dengan Ranying Hatalla haruslah melalui Raja
Tunggal Sangumang Nyaring Emban Bakuwu Hanyi, dan dimediasi dengan Behas Parei Manyangen
Tingang sebagai media penghubungnya.
2.Raja Uju Hakanduang Kanaruhan Hanya Basakati bertugas untuk menjaga dan
memelihara kelangsungan kehidupan umat manusia sebagai unsur material.

MATERI KE-XII
AGAMA SEBAGAI SUMBER NILAI DALAM THEOLOGI

HINDU KAHARINGAN

Agama merupakan salah satu faktor paling menentukan dalam mempromosikan nilai dan
keutamaan hidup dalam masyarakat. Lewat ajaran-ajaran dan praktik-praktik religiusnya, agama
mengarahkan cara pandang manusia dan masyarakat. Dalam artikel ini penulis hendak mendiskusikan
bagaimana agama memainkan peran pembentukan cara pandang tersebut. Penulis akan memfokuskan
kajian ini pada kegiatan ritual, Kitab Suci dan ajaran etika yang secara umum dijalankan dalam setiap
agama dalam mengajarkan nilainilai. Tujuan dari pembahasan ini adalah untuk mengangkat ke kesadaran
pembaca tentang relevansi agama dalam hidup manusia dan pentingnya memerhatikan isi ajaran-ajaran
agama demi mempromosikan kebaikan bersama bagi semua alam ciptaan

PERANAN AGAMA DALAM KEHIDUPAN KESEHARIAN UMAT, AKAN DAPAT


DIPAHAMI DALAM POIN-POIN BERIKUT:

Pertama, unyai tujuan untuk menghidupkan nilai-nilai moralitas agar umat menjadi Berbudi
Pekerti, dapat menajaran agama berperan dalam menghidupkan nilai-nilai luhur moralitas.
Agama Khonghucu mempjadi insan Confusian yang tidak hanya berguna buat dirinya pribadi,
tetapi akan dapat menjadikan dirinya berguna buat keluarga, masyarakat, agama, bangsa, dan
negara

Kedua, agama menjadi sumber kekuatan semangat bagi umat dalam menjalani rutinitas
kehidupan. Nilai-nilai spiritualitas agama dapat menghidupkan kekuatan dalam diri umat untuk
mampu menghadapi pelbagai permasalahan hidup, dan berperan sebagai benteng kokoh yang
melindunginya dari serangan keputusasaan dan hilangnya harapan

Ayat Suci di atas akan menjadikan umat berusaha untuk memperoleh bantuan dalam setiap
permasalahan hidupnya, baik bantuan dari sesama maupun bantuan dari Tuhan. Namun, untuk
mendapatkan bantuan dari Tuhan, umat harus bertakwa. Selain bersembahyang dan beribadah,
mengimplementasikan ajaran agama dalam kehidupan adalah salah satu bentuk takwa kepada
Tuhan Yang Maha Kuasa.
Ketiga, agama berperan menjadi pegangan dan pedoman hidup bagi umatnya, sekaligus
menjadi tolak ukur yang mengatur tingkah laku penganutnya dalam kehidupan sehari-hari. Baik
atau tidaknya tindakan seseorang, tergantung pada seberapa taat dan seberapa dalam penghayatan
terhadap ajaran agama yang diimaninya. Di saat umat menghadapi suatu cobaan dan penderitaan
dalam hidupnya, iman yang kuat terhadap agama akan dapat menguatkannya. Penderitaan dan
cobaan yang dialaminya, diyakininya sebagai ujian dari Tuhan untuk menjadikannya orang Besar
(berhasil sukses).

Keempat, agama berperan membentuk perilaku keseharian umat. Ajaran Agama Khonghucu
mengedepankan ajaran moral dan etika untuk membentuk kepribadian umat agar lebih dapat memahami
hakikat kemanusiaannya, memanusiakan manusia

 Ciri Pokok Hindu Kaharingan dalam Konsep Ketuhanan menyatakan bahwa Orang Dayak
dahulu tidak memiliki nama kepercayaan terhadap Tuhannya. Orang Dayak Ngaju menyebutnya
kepercayaan tato-hiang (nenek moyang, leluhur), kepercayaan huran (kuno), atau kepercayaan
helo (dulu)

 Sebutan Nama Tuhan dalam Hindu Kaharingan disebut Ranying Hatala Langit, Raja Tuntung
Matan Andau, Tuhan Tambing Kabanteran Bulan, Jatha Balawang Bulau, Kanaruhan Bapager
Hintan atau Ranying Hatala Langit, Jhata Balawang Bulan, Kanaruhun Bapager Hintan, Sahur
Baragantung, Palapah Baratuyang Hawun. Artinya, “Tuhan yang Maha Besar, yang memiliki
Sinar Suci, yang tiada tara, tempat menaruh harapan yang tidak terbatas dan memiliki kuasa
Maha Tinggi.

 Kitab Suci umat Hindu Kaharingan dikenal dengan Panaturan. Panaturan adalah pedoman yang
menjadi dasar pegangan bagi umatNya didalam menjalankan kehidupannya bagi umat
Kaharingan, dalam kitab suci Panaturan memuat 63 Pasal dan 2951 ayat.

 Hindu Kaharingan mengenal Tuhan sebagai Ranying Hatalla, sebagai mana tertuang dalam
Kitab Suci Panaturan Pasal 1: Tamparan Taluh Handiai (Awal segala kejadian)

ayat 3:

“ Aku tuh Ranying Hatalla ije paling kuasae, Tamparan taluh handiai, tuntang kahapuse, Tuntang
kalawa jetuh iete kalawa pambelum,Ije inanggare-KU gangguranan area bagare Hintan Kaharingan

Artinya
Aku Inilah Ranying Hatalla yang maha kuasa, Awal dan akhir segala kejadian, Dan cahaya
kemulianKu yang terang dan bersih dan suci adalah cahaya kehidupan Dan Aku sebut Ia Hintan
Kaharingan.

MATERI KE XIII
PROSES PENCIPTAAN DARI SUDUT PANDANG THEOLOGI HINDU KAHARINGAN.

PROSES PENCIPTAAN DARI SUDUT PANDANG AGAMA

Proses Penciptaan Alam Semesta dilihat dari sudut pandang Agama Hindu. Dimana kita sudah
mempunyai suatu kepercayaan/Keyakinan terhadap segala ciptaan Tuhan, namun satu hal yang sering
dipertanyakan untuk diketahui adalah bagaimana dunia atau alam semesta ini diciptakan, dan para
sarjana di bidang Filsafat dan para ilmuwan dari waktu ke waktu mencoba untuk menjawab pertanyaan
ini dengan caranya sendiri. Bahwa akan muncul suatu jawaban tentang dunia atau alam semesta ini
dimana kita hidup memiliki suatu realitas dan tujuan. Ciptaan itu bukanlah sesuatu yang sederhana
namun memiliki multiparameter. Dalam dimensi ruang dan waktu kita memiliki matahari, bulan, planet-
planet, galaksi dengan kerlipan jutaan bintang serta keluarbiasaan dari wilayah surgawi.

 Proses awal penciptaan yaitu berawal dari penyatuan antara Purusa dan Prakerti. Purusa
adalah unsur dasar yang bersifat Kejiwaan sedangkan Prakerti adalah unsur dasar bersifat
kebendaan, kedua-duanya ini memiliki sifat yang tak dapat diamati tanpa permulaan.

 Dalam sudut pandang Agama Hindu Kaharingan di Kalimantan Tengah terhadap Proses
penciptaan Alam semesta telah terungkap dapam kitab suci PANATURAN pada pasal 2
Ayat 1 sampai 12 dengan suatu kesimpulan bahwa Proses penciptaan melalui 7 (tujuh)
tahapan sebagai berikut :

 Pertama : Melepaskan Sarumpah Bulau berubah menjadi Naga Hai Galang Petak,

 Kedua : Melepaskan Lawung Singkap Antang menjadi Petak Sintel Habalambang


Tambun, Liang Deret Habangkalan Karangan (Bumi/Tanah).

 Ketiga : Melepaskan Ranying Kapandereh Bunu ditengah samudra sehingga menjadi


Batang Garing atau pohon Kayu Janji.

 Keempat: Melepaskan Peteng Liung Lingkar Tali Wanang menjadi Nipeng Pulau pulu
( Kekuasaan yang Maha sakti dari segala pen

 Kelima : Melepaskan Juhun Pinang menjadi Tingang Hai nipeng Randung Banama,
dan Tangkuyas Pinang menjadi Antang Datuh Ngampuh Pulau Pulu, Puting Rukun
Tarahan menjadi Tambarirang Hai Marung Singkap Langit menunjukan sifat yang maha
pengasih dan maha penyayang, maha adil dan bijaksana ditengah kekosongan alam semesta
juru ).

MATERI XIV
THEOLOGI TERHADAP PROSES KEHIDUPAN UPACARA NAHUNAN

Upacara nahunan yang dilaksanakan oleh umat Hindu Kaharingan didasarkan pada ajaran kitab
suci Panaturan yaitu pada pasal 20 yang berbunyi sebagai berikut :

Kameluh Putak Bulau Janjulen Karangan Limut Batu Kamasan Tambun Handiwung Kanyurung
Pusu Pandung Bapangku Anak’e.

Artinya :

Kameluh Putak Bulau Janjulen Karangan Limut Batu Kamasan Tambun mengandung (hamil)
(Tim Penyusun, 2005:60)

Upacara Nahunan ini sudah dikenal oleh masyarakat Dayak Kalimantan Tengah khususnya umat
Hindu Kaharingan, karena upacara Nahunan merupakan merupakan kewajiban bagi orang tua untuk
melaksanakan dan melestarikannya. Namun pada hakekatnya adalah suatu upacara yang sangat penting
sekali menurut masyarakat Kalimantan Tengah khususnya umat Hindu Kaharingan, karena upacara
Nahunan adalah upacara sakral yang diyakini dan dipercayai terhadap Ranying Hatalla/Tuhan Yang
Maha Esa , untuk itu upacara Nahunan merupakan hakekat dan hajat hidup menyangkut pembentukan
watak dan karakter manusia.

FUNGSI ATAU KEGUNAAN UPACARA NAHUNAN

Dalam pelaksanaan upacara Nahunan tersebut mengandung 3 fungsi atau kegunaan yaitu :

• Untuk memilih nama anak yang sesungguhnya, karena dalam pemberian nama tersebut tidak
boleh sembarangan, tetapi melalui do’a-do’a agar si anak tersebut menjadi anak yang suputra
artinya menjadi anak yang pintar, berwibawa dan patuh kepada orang tua, dan dapat menjadi
contoh tauladan di masyarakat.

• Sebagai wujud rasa syukur dan terima kasih kepada Ranying Hatalla berserta manifestasinya,
karena atas berkat dan karunia-Nya, si bayi beserta ibunya mendapatkan keselamatan,
kedamaian dalam kehidupan mereka.
Adapun peralatan yang harus dipersiapkan dalam upacara ini seperti daun sirih, kapur sirih,
dan nama tersebut akan dipilih oleh anak itu sendiri. Disamping itu mempersiapkan orang-orang
yang akan memberi nama bayi seperti nama orang tua anak itu sendiri, kakek, nenek, bibi,
paman, bidan dan keluarga lainnya.

MATERI KE- XV
Theologi Terhadap Proses Upacara Kematian
Agama Hindu Kaharingan

Perawatan Jenazah Menurut Theologi Hindu Kaharingan ada beberapa

langkah perawatannya adalah sebagai berikut :

1. Memandikan jenazah :
Yang disediakan pada saat memandikan jenazah itu,

a. Air dalam ember

b. Sabun mandi

c. Pakaian yang akan digunakan oleh jenazah

d. Sisir,cermin,minyak,bedak

e. Piring tempat menampung rambut

PROSES MANYALUH RAUNG PETI JENAZAH

Setelah raung ( peti jenazah ) sudah siap maka tinggal satu hari lagi untuk tinggal raung ( peti
jenazahnya ) setelah tinggal satu hari baru dimasukan jenazah kedalam raung ( peti jenazah ) waktu
memasukan kedalam petinya terdiri tiga sarat yaitu:

1. Serbuk Nyating ( Serbuk Damar )

2. Tamiang ( Tamiang Yang Sejenis Bambu )

3. Baliung ( Balayung )

Berangkat Menggali Kubur

Yang perlu disiapkan terlebih dahulu sebelum menggali kuburan terbagi dalam dua syarat yang perlu
disediakan yaitu:
1) Beras berwarna merah,kuning yang dicampurkan dengan giling pinang dan rokok.

2) Beras dicampur dengan darah mentah.

Anda mungkin juga menyukai