Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

“HUBUNGAN ANTARA FILSAFAT DENGAN AGAMA DAN BUDAYA”

Di susun oleh :

1. NAMA :Apt.Basir,S.Farm

NIM : P1E23005

2. NAMA : Nurrahmi Haslianti


NIM : P1E123006

Mata Kuliah Filsafat

Program Pasca Sarjana


Program Studi Ilmu Farmasi
Universitas Megarezky Makassar
2023
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Konsep yang dikemukakan oleh para ahli mengenai filsafat sangat beragam.
Maka, banyak orang yang berpendapat termasuk Aristoteles mengemukakan bahwa
filsafat sebagai usaha manusia untuk memahami segala yang ada dan yang mungkin
ada. Namun, dari usaha tersebut jika melihat dari sisi lain berbeda dengan sisi lainya.
Seperti perbedaan filsafat dan agama yang berbenturan dari segi pemahaman dan
metode. Oleh sebab itu, penulis berusaha mencari referensi tentang hubungan dari
kedua pembahasan yang berbenturan dari segi pemahaman. Makalah ini berjudul
“Hubungan antara Filsafat dan Agama”. Dalam makalah ini, bukan maksudnya
membenturkan kedua masalah tetapi lebih mengkaji kedua pembahasan yang
sebenarnya terdapat hubungan satu sama lain.

1.2 Rumusan Masalah


Rumusan masalah dari makalah ini adalah :
1. Apa yang dimaksud dengan filsafat dan agama?
2. Apa saja perbedaan antara filsafat dan agama?
3. Bagaimana hubungan antara filsafat dan agama?
4. Apa yang dimaksud dengan kebudayaan?
5. Apa wujud kebudayaan dan unsur-unsurnya?
6. Apa hubungan Filsafat dengan Kebudayaan?

1.3 Tujuan Penulisan


Adapun tujuan penulisan dari makalah ini adalah :
1. Untuk mengetahui pengertian filsafat, agama dan kebudayaan
2. Untuk memahami perbedaan antara filsafat ,agama dan kebudayaan
3. Untuk memahami hubungan antara filsafat ,agama dan kebudayaan

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Agama dan Filsafat


1. Pengertian Agama dan Filsafat
Agama secara terminologi berasal dari bahasa Sansakerta yaitu a berarti tidak
dan gama berarti kacau. Menurut Endang Saefudin Anshari agama atau dien (Bahasa
Arab) dan religi (Bahasa Inggris) yaitu suatu sistem tata keimanan dan keyakinan
atas sesuatu yang mutlak di luar manusia dan suatu sistem tata peribadatan manusia
kepada yang Maha Mutlak. Ahmad Tafsir membagi definisi agama yaitu
menekankan dari segi rasa iman kepada sesuatu dan agama sebagai peraturan agar
manusia dapat mentertibkan dirinya.
Khalil Gibran memandang agama sebagai sesuatu yang menjamin manusia
selamat di dunia dan di akherat. Rabindranath Tagore menyebut agam sebagai tata
sistem nilai yang diberikan Tuhan kepada manusia. Sementara itu, dalam buku
“Pengantar Ilmu Filsafat” menuliskan bahwa agama adalah perasaan yang
mendalam akan ketergantungan, kepercayaan pada bukan kekuatan manusia, dan
cinta kepada Tuhan.
Dari pemaparan berbagai definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa agama
adalah sistem nilai atau sistem ajaran yang memberitahu kepada manusia
bagaiamana hidup dengan baik dan tentang arti kehidupan ini.
Filsafat berasal dari bahasa yunani, philo yaitu cinta dan shopia yaitu
bijaksana. Dalam buku “Metodologi penelitian filsafat”, pengertian filsafat terbagi
menjadi dua : filsafat itu refleksif dan sebuah ilmu. Filsafat merupakan kegiatan
perenungan tentang hakikat realitas yang meliputi hakikat manusia, semesta dan
Tuhan, maka disebut refleksif. Sementara itu, filsafat merumuskan hakikat realitas
secara sistematis-metodis. Filsafat itu sebuah ilmu karena menjadi sitematisasi
pandangan hidup secara menyeluruh.

2. Perbedaan Filsafat dan Agama


Filsafat dan agama tidak mungkin disamakan hal ini dikarenakan awal berpikir
antara filsafat dan agama berbeda. Filsafat berawal dari keragu-raguan, sesuatu yang
non empiris dan tidak bersifat observasional. Pendekatannya menggunakan olah

2
pikir logis yang mendalam dan rasional. Sementara agama berawal dari kebenaran
mutlak Tuhan yang mencakup informasi dan pengetahuan.
Kaum agamawan berbeda cara berpikirnya dengan filosof yang memandang
kebenaran bukan dari akal yang sifatnya “menciptakan”. Tetapi, akal hanya sebagai
alat yang berguna untuk memahami apa yang sudah ada di luar diri manusia. Maka
dari itu, agama memiliki ajaran yang di luar aspek empiris dan rasio. Hal ini
disebabkan agama memiliki wahyu. Menurut A.M Saefudin, wahyu adalah suatu
informasi keajaiban yang tidak bisa diramalkan oleh setiap manusia. Tidak semua
wahyu bisa diterima oleh daya indera dan rasio manusia.
Agama dan filsafat bertentangan jika tidak ditempatkan pada posisi yang
benar. Menurut M.Quraish Shihab hubungan antara ilmu pengetahuan -termasuk
filsafat- tidak mungkin sederajat karena agama turun dengan kemutlakannya
sedangkan filsafat dan ilmu pengetahuan hadir bersama relativitasnya. Kegagalan
umat Kristen di masa lalu menurut Quraish Shihab disebabkan tidak menempatkan
posisi agama dalam hubungan ilmu pengetahuan.
3. Hubungan Filsafat dan Agama
Perbedaan-perbedaan filsafat dan agama pasti akan memunculkan suatu
pertanyaan tentang hubungan atau keterkaitan. Filsafat menggunakan rasio
membantu seseorang memperkuat keimanannya. Menurut Bacon, filsafat akan
menolong kita menanamkan keyakinan-keyakina fundamental religius dalam suatu
fondasi intelektual. Maka dari itu, manusia harus menempatkan filsafat sebagai
metode berpikir dalam memahami agama bukan sebagai agama baru.
Hubungan antara agama dan filsafat sangat dekat. Dalam agama kita berusaha
menyesuaikan diri dengan dunia dan diri kita sendiri. Banyak agama yang
meyakinkan keimanannya dengan dunia secara keseluruhan contohnya mengimani
berbagai ciptaan Tuhan. Tetapi, ini bukan inti dari agama karena yang inti atau
utama dalam agama adalah ibadah kepada Tuhan atau meraih kebajikan dan
perlindungan-Nya.
Filsafat adalah metode berpikir yang dimanfaatkan fungsi-fungsi dan saran
berpikir yang dimiliki manusia. Dalam agama Islam, manusia yang seperti itu adalah
manusia yang memanfaatkan seluruh dayanya. Filsafat memberikan perluasan
terhadap pengetahuan alam semesta. Manusia merenungkan dengan metode filsafat
untuk mengetahui apa kekuasaan Tuhan.

3
Tujuan dari filsafat berkaitan dengan agama. Filsafat bertujuan cinta akan
kebijaksanaan, ketentraman, dan mencapai kepuasan batin. Sementara agama tujuan
memahaminya adalah menciptakan ketentraman, harmoni, penyesuaian dan
keselamatan.
B. Kebudayaan dan Filsafat
1. Pengertian Kebudayaan
Secara general,kebudayaan merupakan seluruh karetaristik para angota sebuah
masyrakat , termasuk peralatan , penetahuan dan cara berpikir dan cara bertindak
yang telah terpolakan[1]
Kebudayaan menurut Mukti Ali (1982 : 4) adalah budi daya, tingkah laku
manusia. Tingkah laku manusia digerakkan oleh akal dan perasaannya. Yang
mendasari adalah ucapan hatinya yang merupakan keyakinan dan penghayatannya
terhadap sesuatu yang dianggap benar. Apa yang dianggap benar itu besar atau kecil
adalah agama. Dan agama, sepanjang tidak diwahyukan adalah hasil pemikiran
filsafat.
Gazalba (1979 : 72) mendefenisikan kebudayaan sebagai “cara berfikir dan
cara merasa, yang menyatakan diri dalam seluruh segi kehidupan sekelompok
manusia, yang membentuk kesatuan social dalam suatu ruang ruang dan satu
waktu”. Cara berfikir dan merasa merupakan kebudayaan bathiniah, sedangkan
manifestasinya dalam bentuk cara berlaku dan cara berbuat atau cara hidup adalah
kebudayaan lahiriah. Pendapat lain menyatakan bahwa budaya atau kebudayaan
adalah formulasi dari tida unsur daya, yaitu daya cipta, daya rasa, dan daya karsa
(cipta, rasa, karsa).
Berikut devinisi kebudayaan menurut beberapa ahli :
1) Taylor, budaya adalah suatu keseluruhan komplek yang meliputi
pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, keilmuan, hukum, adat
istiadan dan kemampuan yang lain serta kebiasaan yang didapat oleh
manusia sebagai anggota masyarakat.
2) Linton, kebudayaan dapat dipandang sebagai konfigurasi tingkah laku
yang dipelajri dan hasil tingkah laku yang dipelajari, dimana unsur
pembentuknya didukung dan diteruskan oleh anggota masyarakat lainnya.
3) Kotjaraningrat, mengartikan bahwa kebudayaan adalah keseluruhan
sistem gagasan, milik dari manusia dengan belajar.

4
4) Herkovits, kebudayaan adalah bagian dari lingkungan hiup yang dicptakan
oleh manusia
2. Wujud Kebudayaan dan Unsur-unsurnya
1) Wujud Kebudayaan
Menurut prof. dr. koentjaraningrat, wujud kebudayaan itu dapat
diklasifikasikan pada tiga macam:
a) Wujud kebudayaan sebagai kompleks ide-ide, gagasan, nilai-nilai, norma-
norma, peraturan dan sebagainya. Wujud pertama adalah ideal kebudayaan
yang sifat abstrak, tak dapat diraba dan di foto, layaknya dalam pikiran
manusia. Sekarang kebudayaan ideal ini banyak tersimpan di arsip-arsip
kartu komputer, pita komputer dan sebagainya.
b) Wujud kebudayaan sebagi kompleks aktifitas serta tindakan berpola dari
manusia dalam masyarakat. Wujud ke dua ini adalah yang disebut system
sosial atau social sistem, yaitu mengenai tindakan berpola manusia itu
sendiri. Yang berintegrasi satu sama lainya dari waktu kewaktu yang selalu
menurut pola tertentu.
c) Wujud kebudayaan sebagai wujud hasil karya manusia. Wujud ketiga ini
adalah yang disebut kebudayaan fisik yaitu seluruh fisik hasil karya
manusia dalam masyarakat sifatnya sngat konkrit berupa benda-benda yang
bisadiraba, difoto, dandilihat. Dan tiga wujud tersebut tidak saling lepas
satu samalainnya dalam masyarakat.[2]
Dari ketiga wujud tersebut, kebudayaan dapat termanifestasi pada beberapa
aspek sebagai berikut:
a) Bahasa ( tulisan maupun lisan).
b) Sistem teknologi (peralatan dan perlengkapan hidup manusia)
c) Sistem mata pencarian ( matapencarianhiudpdanekonomi)
d) Organisasi social (organisasi kemasyarakatan)
e) Sistem pengetahuan
f) Kesenian (seni rupa, seni sastra, seni tari dan sebagainya)
g) Religi.
2) Unsur-unsur Kebudayaan
Prof. M.M Djojodigoeno menyatakan bahwa kebudayaan atau budaya
adalah daya dari budi, yang berupa cipta, karsa, dan rasa. Sehingga unsur-unsur
didalamnya tiga aspek tersebut.

5
a) Cipta : kerinduan manusia untuk mengetahui rahasia segala hal, yang ada
pada pengalamannya, yang meliputi pengalaman lahir dan batin. Hasil
cipta berupa ilmu pengetahuan.
b) Karsa : kerinduan manusia untuk menginisafi tentang
hal sangkanparan. Dari mana manusia sebelum lahir (sangkan) dan
kemana manusia sesudah mati (paran) hasilnya berupa norma-norma
keagamaan, kepercayan, timbulnya bermacam-macam agama, karna
kesimpulan manusia berbeda-beda pula.
c) Rasa : kerinduan manusia akan keindahan, sehingga menimbulkan
dorongan untuk menikmati keindahannya. Manusia merindukan
keindahan dan mennolak keburukan/ kejahatan.Buah perkembangan rasa
ini menjelma menjadi norma yang kemudian menghasilkan bermacam-
macam kesenian.
3. Hubungan Filsafat dan Kebudayaan
Pada pokoknya kebudayaan adalah semua ciptaan manusi ayang berlangsung
dalam kehidupan. Pendidikan dan kehidupan adalah suatu hubungan antara proses
dengan isi, yaitu pendidikan adalah proses pengeporar kebudayaan dalam arti
membudayakan manusia aspek lain dari fungsi pendidikan adalah mengolah
kebudayaan itu menjadi sikap mental, tingkah laku, bahkan menjadi kepribadian anak
didik. Jadi hubungan pendidikan dengan kebudayaan adalah juga hubungan nilai
demokrasi. Dimana fungsi pendidikan sebagai pengoper kebudayaan mempunyai
tujuan yang lebih utama yaitu untuk membina kepribadian manusia agar lebih kreatif
dan produktif yakni mampu menciptakan kebudayaan.[3]
Perlu didasari bahwa manusia sebagai pribadi, masyarakat, bangsa dan negara
hidup dalam suatu sosial budaya. Maka membutuhkan pewarisan dan pengambangan
sosial budaya yang dilakkan melalui pendidikan. Agar pendidikan berjalan dengan
baik. Maka membutuhkan filosofis dan ilmiah berbagai sifat normatif dan pedoman
pelaksanaannya. Karena pendidikan harus secara fungsamental yang berazas filosofis
yang menjamin tujuan untuk meningkatkan perkembangan sosial budaya, marbtabat
bangsawa, kewibawaan dan kejayaan negara.
Pentingnya kebudayaan untuk mengembangkan suatu pendidikan dalam
budaya nasional mengupayakan, melestarikan dan mengembangkan nilai budaya-
budaya dan pranata sosial dalam menunjang proses pengembangan danpembangunan
nasional serta melestarikan nilai-nilai luruh budaya bangsa. Merencanakan kegairahan

6
masyarakat untuk menumbuhkan kreaktivtas ke arah pembaharuan dalam usaha
pendidikan yang tanpa kepribadian bangsa.
Kebudayaan mempunyai fungsi yang besari bagi mnausia dan masyarkat,
berbagai macam kekuatan harus dihapi sepert kekuatan alam dan kekuatan lain. Selain
itu manusia dan masyarakat memerlukan kepuasan baik secara spritual maupun
materil. Manusia merupakan makhluk yang berbudaya, melalui akalnya manusia
danpat mengembangkan kebudyaan. Begitu pula manusia hidup dan tergantung apa
kebudayaan sebagai hasil ciptaanya. Kebudayaan memberikan aturan bagi manusia
dalam mengolah lingkungan dengan teknologi hasil ciptaannya. Dan kebudayaan juga
diharakan dengan pendidikan yang akan mengembangkan dan membangkitkan
budaya-budaya dulu, agar dia tidak punah dan terjaga untuk selamanya. Oleh karena
itu, dengan adanya filsfat, kita dapat mengetahui tentang hasil karya manusia yang
akan menimbulkan teknologi yang mempunyai kegunaan utama dalam melindungi
manusia terhadal alam lingkungannya. Sehingga kebudayaan memiliki peran :
a) Suatu hubungan pedoman antar manusia atau kelompoknya
b) Wadah untuk menyalurkan perasan dan kemampuan lain
c) Sebagai pembimbing kehidupan dan penghidupan manusia
d) Pembeda manusia dengan binatang
e) Petunjuk-petunjuk tentang bagaimana harus bertindak dan berperilaku dalam
pergaulan
f) Pengaturan agar manusia dapat mengerti bagaimnaa seharusnya bertindak,
berbuat, menentukan sikapnya jikga berhubungan dengan orang lain.
g) Sebagai modal dasar pembangunan

Kebudayaan masyarakat tersebut sebagian besar dipenuhi oleh kebudayan


yang bersumber pada masyarakat itu sendiri. Hasil karya masyarakat melahirkan
teknologi atau kebudayan kebendaan yang mempunyai kegunaan utama dlaam
melindungi masyarakt terhadap lingkungan di dalamnya.
Apabila dibandingkan defenisi kebudayaan dan defenisi filsafat, bertemu
dalam hal berfikir. Filsafat ialah cara atau metode berfikir sistematik dan universal
yang berujung pada setiap jiwa, sedangkaan kebudayaan adalah salah satu hasil
berfilsafat yang termaniferstasi pada cipta, rasa, dan karsa sikap hidup dan pandangan
hidup (Gazalba). Dengan demikian, jelaslah filsafat mengendalikan cara berfikir
kebudayaan. Di balik kebudayaan ditemukan filsafat. Perbedaan kebudayaan

7
dikembalikan kepada perbedaan filsafat. Tuhan menentukan nilai melalui agama.
Manusia menentukan nilai melalui filsafat. Kebudayaan berpangkal pada manusia,
maka yang menentukan kebudayaan adalah filsafat

8
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan

Setelah pembahasan di Bab II telah dikemukakan maka penulis mengambil


simpulan sebagai berikut :

1. Agama adalah sistem nilai atau sistem ajaran yang memberitahu kepada
manusia bagaiamana hidup dengan baik dan tentang arti kehidupan ini.
Sementara filsafat adalah cinta akan kebijaksanaan atau perenungan
(reflektif) dan sebuah ilmu yang sistematis.
2. Perbedaan filsafat dan agama yaitu jika filsafat merupakan awal dari
keragu-raguan dan berpikir logis sedangkan agama berasal dari Tuhan yang
kebenarannya mutlak tidak bisa diganggu gugat. Sehingga menurut
M.Quraish Shihab, hubungan antara ilmu pengetahuan -termasuk filsafat-
tidak mungkin sederajat karena agama turun dengan kemutlakannya
sedangkan filsafat dan ilmu pengetahuan hadir bersama relativitasnya.
3. Filsafat dan agama saling berhubungan. Filsafat adalah metode berpikir
yang dimanfaatkan fungsi-fungsi dan saran berpikir yang dimiliki manusia.
Manusia merenungkan dengan metode filsafat untuk mengetahui apa
kekuasaan Tuhan. Adapun, tujuan dari filsafat berkaitan dengan agama.
Filsafat bertujuan cinta akan kebijaksanaan, ketentraman, dan mencapai
kepuasan batin. Sementara agama tujuan memahaminya adalah
menciptakan ketentraman, harmoni, penyesuaian dan keselamatan.
4. Filsafat ternyata juga berkembang di kalangan muslim di Arab. Maka
terciptalah filsafat Islam. Filsafat Islam menggunakan pemikiran yang
sumber utamanya Al-Qur’an. Filsafat menjadi metode dalam agama Islam.
Hal ini sesuai dengan ayat Al-Qur’an yang menyuruh manusia untuk
menjadi manusia berpikir dalam Q.S Al-Baqarah ayat 164. Maka dari itu,
filsafat berkaitan dengan agama Islam.
5. kebudayaan adalah hasil dari cipta, rasa, dan karsa. kebudayaan sebagai
“cara berfikir dan cara merasa, yang menyatakan diri dalam seluruh segi
kehidupan sekelompok manusia, yang membentuk kesatuan social dalam
suatu ruang ruang dan satu waktu”. Cara berfikir dan merasa merupakan

9
kebudayaan bathiniah, sedangkan manifestasinya dalam bentuk cara
berlaku dan cara berbuat atau cara hidup adalah kebudayaan lahiriah
6. Kebudayaan memiliki tiga wujud atau peran yaitu: a) kebudayaan sebagai
kompleks ide-ide, gagasan, nilai-nilai, norma-norma, dan peraturan. b)
kebudayaan sebagi kompleks aktifitas serta tindakan berpola dari manusia
dalam masyarakat. c) kebudayaan sebagai wujud hasil karya manusia
7. Hubungan antara Filsafat dan kebudayaan ialah filsafta sebagai cara atau
metode berfikir sistematik dan universal yang berujung pada setiap jiwa,
sedangkaan kebudayaan adalah salah satu hasil berfilsafat yang
termaniferstasi pada cipta, rasa, dan karsasikap hidup dan pandangan hidup

10
BAB IV

DAFTAR PUSTAKA

Thomas White Patrick,Geoge.2008.Pengantar Singkat Ilmu Filsafat.Bandung : Intelekia


Pratama Press.
Sumarna, Cecep.2006.Melacak Jejak Filsafat.Bandung : Sangga Buana.
Supriyadi, Dedi.2009.Pengantar Filsafat Islam.Bandung : Pustaka Setia.
Bakker, Anton.1990.Metodologi Penelitian Filsafat.Yogyakarta : Kanisius.

11

Anda mungkin juga menyukai