Anda di halaman 1dari 12

HUBUNGAN FILSAFAT DENGAN AGAMA

Disusun Guna Memenuhi Tugas Pada Mata Kuliah


Filsafat Islam
Dosen pengampu : Drs. Thoifuri, M.Ag.

Disusun oleh :

Arcy Nur Faizy (2140510015)


Jamaludin (2140510016)

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI KUDUS


FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI ISLAM
PROGRAM STUDI PEMIKIRAN POLITIK ISLAM
2021

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan hidayah-Nya, penulis dapat
menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Hubungan Filsafat dengan Agama” dengan tepat
waktu.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Filsafat Islam dari dosen kami,
yang terhormat Bapak Drs. Thoifuri, M.Ag. Selain itu, makalah ini bertujuan menambah
wawasan bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Drs. Thoifuri, M.Ag. selaku dosen mata
kuliah Filsafat Islam yang telah membantu penulis dalam menjalankan tugas maupun materi.
Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu, saran dan kritik
yang membangun diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Kudus, 11 Mei 2022

Penulis

2
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ............................................................................................................... 1
KATA PENGANTAR ............................................................................................................. 2
DAFTAR ISI............................................................................................................................. 3
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................................ 4
A. Latar belakang ................................................................................................................... 4
B. Rumusan Masalah .............................................................................................................. 5
C. Tujuan Penulisan ............................................................................................................... 5
BAB II PEMBAHASAN ......................................................................................................... 6
A. Pengertian Filsafat dan Agama ………………………………………………………… 6
B. Konsep Filsafat dan Agama ............................................................................................... 7
C. Hubungan Filsafat dengan Agama ................................................................................... 8
BAB III PENUTUP ................................................................................................................ 11
A. Kesimpulan ....................................................................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................ 12

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Filsafat dan Agama merupakan sesuatu yang berbeda. Walaupun agama dan filsaf
at pada dasarnya memiliki tujuan yang sama yaitu mengungkap kebenaran akan tetapi fil
safat dan agama berasal dari landasan yang berbeda. Agama berasal dari sebuah keyakina
n, sementara filsafat berasal dari kebertanyaan. Perbedaan inilah yang membuat para filos
of saling bertentangan dan saling berbeda pendapat. Adapula salah satu yang ikut berkon
stribusi dalam memikirkan hal ini, yaitu Ibnu Rusyd. Ibnu Rusyd merupakan salah satu k
oh yang memiliki pengaruh besar dalam bidang filsafat. Ibnu Rusyd melalui tulisannya T
ahafut At-Tahafut berusaha kembali menggembangkan pemikiran-pemikiran filsafat yan
g sebelumnya tenggelam. Ibnu Rusyd berjasa besar terhadap perkembangan pemikiran fil
safat. Ibnu Rusyd juga berjasa mempertemukan antara filsafat dengan agama berdasarkan
aspek yang berbeda dengan filusuf” yang sebelumnya.
Ibnu Rusyd atau Averoes adalah seorang filsuf dan juga pemikir dari al- Andalus.
Ibnu Rusyd lahir di Cordova pada tahun 520 H atau 1126 M. Beliau merupakan filsuf mu
slim terkemuka pada abad pertengahan. Sebagai seorang filosof Ibnu Rusyd telah membe
rikan kontribusi dalam dunia filsafat. Dalam pemikirannya, Ibnu Rusyd sangat tertarik ter
hadap pemikiran Aristoteles dan ia juga sering memberikan komentar dan ulasan terhada
p pemikiran Aristoteles. Hal inilah yang membuat Ibnu Rusyd dijuluki komentator Aristo
teles.
Ibnu Rusyd dalam pemikirannya berusaha mempertemukan argumentasi- argumen
tasi agama-agama dengan filsafat. Dalam peradaban sejarah Islam klasik telah terjadi per
debatan yang didasari oleh perbedaan sudut pandang. Di satu sisi para filosof mendasari a
rgumen pemikirannya berdasarkan akal, sedangkan para ulama argumen pemikirannya le
bih berdararkan wahyu. Sudah banyak upaya yang dilakukan guna menghubungkan kedu
a pemikiran tersebut, terutama filosof muslim. Mereka berusaha untuk mencari jalan kelu
ar guna menyelesaikannya hingga muncul beberapa konsep pemikiran yang berusaha me
mpertemukan kebenaran filsafat dan agama. Usaha-usaha yang telah dilakukan filosof m
uslim guna menjembatani filsafat dan agama belum sepenuhnya mampu menjembatani a
gama dan filsafat, hingga Ibnu Rusyd berusaha mencari titik penyesuaian antara argumen
akal (filsafat) dan juga argumen syariat (agama). Pemikiran Ibnu Rusyd lebih condong k

4
e dalam spiritual secara mendalam, hingga akhirnya muncul stagnasi intelektual dalam du
nia Islam. Tulisan ini berisikan uraian mengenai riwayat hidup Ibnu Rusyd, konsep filsaf
at dan agama dalam pandangan Ibnu Rusyd, dan pemikiran Ibnu Rusyd mengenai hubun
gan agama dan filsafat.

B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian Filsafat dan Agama ?
2. Bagaimana Konsep Filsafat dan Agama ?
3. Bagaimana Hubungan Filsafat dan Agama ?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian filsafat dan agama .
2. Untuk mengetahui konsep filsafat dan agama.
3. Untuk mengetahui Hubungan fiksafat dan agama.

5
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Filsafat dan Agama


1. Pengertian Filsafat
Filsafat secara etimologis berasal dari kata Yunani philia yang memiliki arti
cinta dan shopia yang berarti kebijaksanaan. Jadi ditinjau secara etimologis, filsafat
berarti cinta pada kebijaksanaan. Filsafat adalah studi yang mempelajari seluruh
fenomena kehidupan dan pemikiran manusia secara kritis dan mendasar atau radikal.
Pendapat tersebut dikemukakan oleh Dedi Supriyadi dan Mustofa Hasan.1
Dalam arti umum, filsafat digunakan untuk menyebut berbagai pertanyaan yang
muncul dalam pikiran manusia tentang berbagai kesulitan yang dihadapinya, serta
berusaha untuk menemukan solusi yang tepat. Misalnya Ketika menanyakan:
“siapakah kita?” “darimana kita berasal?” “mengapa kita ada disini?” “kemana kita
akan berlalu?”, dan seterusnya.2
2. Pengertian Agama
Kata agama kadangkala diidentikkan dengan kepercayaan, keyakinan dan
sesuatu yang menjadi anutan. Dalam konteks Islam, terdapat beberapa istilah yang
merupakan padanan kata agama yaitu: al-Din, al-Millah dan al-Syari’at. Ahmad
Daudy menghubungkan makna al-Din dengan kata al-Huda (petunjuk). Hal ini
menunjukkan bahwa agama merupakan seperangkat pedoman atau petunjuk bagi
setiap penganutnya. Muhammad Abdullah Darraz mendefinisikan agama (din)
sebagai: “keyakinan terhadap eksistensi (wujud) suatu dzat –atau beberapa dzat- ghaib
yang maha tinggi, ia memiliki perasaan dan kehendak, ia memiliki wewenang untuk
mengurus dan mengatur urusan yang berkenaan dengan nasib manusia. Keyakinan
mengenai ihwalnya akan memotivasi manusia untuk memuja dzat itu dengan perasaan
suka maupun takut dalam bentuk ketundukan dan pengagungan”. Secara lebih
ringkas, ia mengatakan juga: bahwa agama adalah “keyakinan (keimanan) tentang
suatu dzat (Ilahiyah) yang pantas untuk menerima ketaatan dan ibadah (persembahan).
Sedangkan Daniel Djuned mendevinisikan agama sebagai: tuntutan dan tatanan

1
Muhammad Noor Syam, Sistem Filsafat dan Ajaran Sistem Filsafat Pancasila (Jakarta, 2006).
2
Ma’mun Mu’min, dkk, Filsafat Ilmu (Beberapa Kajian Filsafat Ilmu dalam Perspektif Kritisme Islam),
(Yogyakarta: Idea Press Yogyakarta, 2014), 71-87.

6
ilahiyah yang diturunkan Allah melalui seorang rasul untuk umat manusia yang
berakal guna kemaslahatannya di dunia dan akhirat. Fungsi agama salah satunya
adalah sebagai penyelamat akal.
Dari definisi di atas, dapat dijelaskan bahwa pokok dan dasar dari agama adalah
keyakinan sekelompok manusia terhadap suatu zat (Tuhan). Keyakinan dapat
dimaknai dengan pengakuan terhadap eksistensi Tuhan yang memiliki sifat agung dan
berkuasa secara mutlak tanpa ada yang dapat membatasinya. Dari pengakuan tentang
eksistensi Tuhan tersebut, menimbulkan rasa takut, tunduk, patuh, sehingga manusia
mengekpresikan pemujaan (penyembahan) dalam berbagai bentuk sesuai dengan
aturan yang telah ditetapkan oleh suatu agama.3
B. Konsep Filsafat dan Agama
Ibnu Rusyd adalah seorang filosof yang lebih mengutamakan akal ketimbang
perasaan, hal ini bukan berarti Ibnu Rusyd tidak memintangka persoalan agama. Menurut
Ibnu Rusyd persoalaan-persoalan yang berkaitan dengan agama Islam harus diselesaikan
pula dengan akal dan pikiran. Dalam kitab fashul maqal karangan dari beliau sendiri
menegaskan bahwa logika harus dipakai sebagai dasar segala penilaian tentang kebenaran.
Hal ini juga juga berlaku dalam mempelajari agama, dalam mempelajari agama seseorang
harus juga mempelajarinya secara logika. Akan tetapi Ibnu Rusyd juga mengakui
kelemahan berpikir secara logika, ketika memecahkan permasalahan yang bekaitan
dengan gaib dan yang eneh yang berhubungan dengan agama, maka logika tidak dapat
membuktikannya, sehingga dianggap sesuatu yang lemah pembuktiannya.
Ibnu Rusyd juga menjelaskan bahwa tujuan utama syariat Islam yang sebenarnya
adalah pengetahuan yang benar dan amal perbuatan yang benar (al-ilmulhaq wal-amalul-
haq). Pengetahuan disini maksudnya adalah mengetahui dan memahami Allah ta’ala serta
segala alam dan hakikat yang sebenarnya berdasarkan syariat. Dan mengerti apa yang
sebenarnya dikehendaki seperti adanya surga dan neraka. Maksud amal perbuatan yang
benar disini adalah melakukan perbuatan-perbuatan yang baik yang sesuai dengan syariat
dan juga menjauhkan perbuatan-perbuatan yang dapat berdampak buruk. Ibnu Rusyd juga
berpendapat bahwa agama Islam juga tidak mengandung hal-hal yang bersifat rahasia,

3
Abd. Wahid, “Korelasi Agama, Filsafat Dan Ilmu,” Substantia 14, no. 2 (2012): 226-227, diakses pada
10 Mei, 2022, http://dx.doi.org/10.22373/substantia.v14i2.4875.

7
hampir semua yang dipelajari dan dipahami di dalam agama Islam dapat dipahami juga
oleh akal manusia.4
Konsep filsafat berdasarkan Ibnu Rusyd sangat mempengaruhi alam pikiran dunia
pada saat itu. Berdasarkan pemikiran Ibnu Rusyd filsafat tidak ada pertentangannya
dengan iman. Oleh karena itu Ibnu Rusyd berpendapat bahwa orang Islam dianjurkan
untuk mempelajari filsafat dan tidak ada larangannya. Di dalam Al-Qur’an berisi tentang
pencipta dan segala yang berkaitan dengan pencipta. Hal ini berarti bahwa Al-Qur’an
membuat manusia untuk berpikir lebih mendalam atau berpikir filsafat mengenai segala
sesuatu yang berhubungan dengan sang pencipta. Sesuai dengan tugas filsafat dalam
membuat manusia berpikir wujud mengenai penciptanya dan juga segala sesuatu yang
berhubungan dengan sang pencipta.5

C. Hubungan Filsafat dengan Agama


Sebagian pemikikir Islam memandang bahwa antara agama dan filsafat terdapat
keharmonisan. Abu Yazid Balkhi, salah seorang filosof dan teolog Islam, mengungkapkan
hubungan antara agama dan filsafat. Beliau berkata, “Syariat atau agama adalah filsafat
mayor dan filosof filosof hakiki adalah orang yang mengamalkan ajaran-ajaran syariat.”
Beliau yakin bahwa filsafat merupakan ilmu dan obat paling ampuh untuk menyembuhkan
segala penyakit kemanusiaan.
Pada dasarnya hubungan antara filsafat dan agama tidak mungkin bertentangan.
Karena kedua hal ini merupakan hal yang saling berhubungan. Filsafat adalah ilmu yang
lebih mengutamakan akal, sedangkan agama adalah hal yang berkaitan dengan sang
pencipta dimana kita juga memerlukan akal dalam memahaminya. Agama dan filsafat
pada dasarnya memiliki persamaan yaitu mengungkap kebenaran. Akan tetapi ada
beberapa pendapat mengenai hal hubungan antara filsafat dan agama. Sama halnya dengan
Ibnu Rusyd, ia adalah seorang filosof besar yang berusaha mencari titik temu atau
hubungan antara filsafat dan agama. Ibnu Rusyd menjelaskan bahwa antara filsafat dan
syariat seperti dua sisi mata uang yang sama, hanya pada ungkapannya saja yang membuat
filsafat dan syariat menjadi terlihat berbeda sedangkan esensinya tetap sama, yaitu mencari

4
Asep Sualaiman, Mengenal Filsafat Islam (Bandung: Yrama Widya, 2016), 109.
5
Sunardji Dahri Tiam, Historiografi Filsafat Islam (Malang: Intrans Publising, 2015), 141.

8
suatu kebenaran. Kebenaran sendiri menurut Ibnu Rusyd tidak ada yang ganda, hanya ada
satu kebenaran saja.6
Ibnu Rusyd sendiri menegaskan bahwa antara filsafat dan agama sangat berhubungan
dan tidak ada dasar yang membuat keduanya bertentangan. Pernyataan Ibnu Rusyd sendiri
diperkuat dengan dalil Al-Qur’an yaitu Qs. Al-Hasyr ayat 2 dan QS. Al-Isra ayat 84. Kedua
ayat tersebut menjelaskan bahwa manusia dianjurkan untuk berfilsafat atau berpikir secara
mendalam. Fungsi agama sebenarnya adalah mencari kebenaran dan disinilah peran
filsafat dibutuhkan. Dapat disimpulkan berdasarkan Al-Qur’an umat muslim diwajibkan
untuk berfilsafat dan tidak apabila ada dalil yang berisi mengenai larangan berfilsafat,
maka dalil tersebut harus ditafsirkan secara jelas terlebih dahulu.7
Dalam pemikirannya mengenai hubungan antara filsafat dan agama, ada tiga asumsi
yang mendasari pemikiran tersebut:
1. Ad-Din Yujibu at-Tafalsuf (Agama mengandalkan dan mendorong untuk berfilsafat).
Pandangan tersebut senada dengan yang dinyatakan Muhammad Yusuf Musa bahwa
Thabi'ah Al-Qur'an Tad'u li at-Tafalsuf (Karakter Al-Qur’an mengajak untuk
berfilsafat). Terbukti banyaknya ayat yang menganjurkan untuk melakukan tadabbur,
perenungan, pemikiran tentang alam, manusia dan juga Tuhan.
2. Anna as-Syar'a fihi Dhzahirun wa Batinun, yaitu bahwa Syariat itu terdiri dari dua
dimensi, yaitu lahir dan batin. Dimensi lahir itu untuk konsumsi para fuqaha', sedang
dimensi batin itu untuk konsumsi para filusuf.
3. Anna at-Ta'wil Dharuriyyun li al-Khairi as-Syari'ah wal Hikmah aw ad-Din wal
Falsafah. Artinya, ta'wil merupakan suatu keharusan untuk kebaikan bagi syariat dan
filsafat.
Adapun pendekatan yang dilakukan Ibnu Rusyd ada dua, yaitu pendekatan rasional
dan pendekatan syar’i. Upaya-upaya yang dilakukan Ibnu Rusyd dalam menyelaraskan
antara agama dan filsafat merupakan suatu pemikiran yang sangat ia yakini. Ketika banyak
filosof yang berusaha menjaga eksistensi fisafat dari tokoh-tokoh Islam, maka upaya
terbaik yang dilakukan adalah penyesuaian antara agama dan filsafat. Upaya yang

6
Chairul Fahmi, “Transformasi Filsafat Dalam Penerapan Syariat Islam,” Al-manahij 6, no.2 (2012):
167, diakses pada 10 Mei, 2022,
https://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/pandecta/article/downloadSuppFile/7859/746.
7
Mustofa Hasan, Sejarah Filsafat Islam (Bandung: Pustaka Setia, 2015) hlm.169.

9
dilakukan adalah menempatkan filsafat pada posisi yang tidak bertentangan dengan
agama.
Adapun upaya yang dilakukan Ibnu Rusyd dalam menyesuaikan filsafat dan agama
didasari pada empat prinsip: Keharusan berfilsafat menurut syara, pengertian lahir dan
pengertian batin serta keharusan ta’wil, Aturan-aturan dan kaidah ta’wil, dan Pertalian akal
dengan wahyu. 8 Ibnu Rusyd memandang bahwa hubungan akal dan wahyu dalam
membahas suatu masalah saling mendukung satu sama lain. Dimana ada sesuatu yang
harus dibahas oleh wahyu dan ada juga yang harus dibahas oleh wahyu dan juga akal.
Dalam prosesnya, akal harus juga bertumpu kepada wahyu, seperti sesuatu yang bersifat
prinsipil. Jika wahyu dan akal saling bertentangan tawil dapat dilakukan guna mencari
kebenaran. Metode yang dilakukan Ibnu Rusyd dalam menghubungkan antara filsafat dan
agama menggunakan metode qiyas dan ta'wil. Ibnu Rusyd berpendapat bahwa filsafat dan
agama tidak saling bertentangan, dengan kata lain filsafat adalah saudara kembar agama,
sehingga antara keduanya saling mencari hakikat dari suatu kebenaran. Penggunaan ta’wil
atau qiyas sendiri juga harus disesuaikan.
Ibnu Rusyd juga mengklasifikasi manusia atas 3 golongan. Pengklasifikasian ini
dilakukan berdasarkan sudut pandang manusia yang berbeda-beda dalam menilai atau
mengungkap suatu kebenaran:
1. Burhaniyyat (kalangan filosof): golongan yang hanya berpegang pada argument
demonstratif (burhani), artinya argumen yang ditopang oleh proposisi yang bersifat
aksiomatis.
2. Jadaliyyat (kalangan pemikir/teolog): golongan yang berpegang pada argument yang
bersifat dialektik, artinya argumen yang dibangun atas dasar yang bersifat dhzanni.
3. Khitabiyyat (kaum awam): golongan yang berpegang pada argumen yang bersifat
tekstualis retorik, artinya argumen yang lebih banyak berdasarkan emosi (‘atifah)
dibanding akal.9

8
Hamzah, “Epistemologi Ibnu Rusyd Dalam Merekonsiliasi Agama dan Filsafat,” Jurnal Pemikiran
Islam 4, no. 1 (2018): 179, diakses pada 10 Mei, 2022, http://dx.doi.org/10.31332/zjpi.v4i1.1006.
9
Sahilah Masarur Fatimah, “Hubungan Filsafat dan Agama Dalam Perspektif Ibnu Rusyd,” Jurnal Sosial
& Budaya Syar-I 7, no. 1 (2020): 73, diakses pada 10 Mei, 2022, https://doi.org/10.15408/sjsbs.v7i1.13787

10
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Filsafat dan Agama merupakan sesuatu yang berbeda. Walaupun agama dan filsafat
pada dasarnya memiliki tujuan yang sama yaitu mengungkap kebenaran akan tetapi filsafat
dan agama berasal dari landasan yang berbeda. Agama berasal dari sebuah keyakinan,
sementara filsafat berasal dari kebertanyaan. Perbedaan inilah yang membuat para filosof
saling bertentangan dan saling berbeda pendapat. Adapula salah satu yang ikut
berkonstribusi dalam memikirkan hal ini, yaitu Ibnu Rusyd. Ibnu Rusyd merupakan salah
satu tokoh yang memiliki pengaruh besar dalam bidang filsafat. Ibnu Rusyd melalui
tulisannya Tahafut At-Tahafut berusaha kembali menggembangkan pemikiran-pemikiran
filsafat yang sebelumnya tenggelam.
Konsep filsafat berdasarkan Ibnu Rusyd sangat mempengaruhi alam pikiran dunia pada
saat itu. Berdasarkan pemikiran Ibnu Rusyd filsafat tidak ada pertentangannya dengan
iman. Oleh karena itu Ibnu Rusyd berpendapat bahwa orang Islam dianjurkan untuk
mempelajari filsafat dan tidak ada larangannya. Di dalam Al-Qur’an berisi tentang
pencipta dan segala yang berkaitan dengan pencipta. Hal ini berarti bahwa Al-Qur’an
membuat manusia untuk berpikir lebih mendalam atau berpikir filsafat mengenai segala
sesuatu yang berhubungan dengan sang pencipta. Sesuai dengan tugas filsafat dalam
membuat manusia berpikir wujud mengenai penciptanya dan juga segala sesuatu yang
berhubungan dengan sang pencipta

11
DAFTAR PUSTAKA

Fahmi, Chairul, “Transformasi Filsafat Dalam Penerapan Syariat Islam.” Al-manahij 6, no.2
(2012) - 10 Mei, 2022 -
https://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/pandecta/article/downloadSuppFile/7859/74
6.
Fatimah, Sahilah Masarur, “Hubungan Filsafat dan Agama Dalam Perspektif Ibnu Rusyd.”
Jurnal Sosial & Budaya Syar-I 7, no. 1 (2020) - 10 Mei, 2022 -
https://doi.org/10.15408/sjsbs.v7i1.13787.
Hamzah, “Epistemologi Ibnu Rusyd Dalam Merekonsiliasi Agama dan Filsafat.” Jurnal
Pemikiran Islam 4, no. 1 (2018) - 10 Mei, 2022 -
http://dx.doi.org/10.31332/zjpi.v4i1.1006.
Hasan, Mustofa. Sejarah Filsafat Islam. Bandung: Pustaka Setia, 2015.
Mu’min, Ma’mun. Filsafat Ilmu. (Beberapa Kajian Filsafat Ilmu dalam Perspektif Kritisme
Islam). (Yogyakarta: Idea Press Yogyakarta, 2014).
Sualaiman, Asep. Mengenal Filsafat Islam. Bandung: Yrama Widya, 2016.
Syam, Muhammad Noor. Sistem Filsafat dan Ajaran Sistem Filsafat Pancasila. Jakarta, 2006.
Tiam, Sunardji Dahri. Historiografi Filsafat Islam. Malang: Intrans Publising, 2015.
Wahid, Abd. “Korelasi Agama, Filsafat Dan Ilmu.” Substantia 14, no. 2 (2012) - 10 Mei, 2022
- http://dx.doi.org/10.22373/substantia.v14i2.4875.

12

Anda mungkin juga menyukai