Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

AKTUALITAS PEMIKIRAN KEFILSAFATAN DALAM ISLAM

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Filsafat Islam

Dosen Pengampu : Drs. H. M Socheh MH. M. P. d.I

Disusun Oleh :

1. M. Rokibul Faizin
2. Nia Nuraini

PROGRAM STRATA 1 FAKULTAS TARBIYAH


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
SEKOLAH TINGGI ILMU TARBIYAH AL MUSLIHUUN
TAHUN AJARAN 2023/2024
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.


Puji syukur Alhamdulillah kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT karena telah
memberikan kelancaran dan kemurahan-Nya terhadap kami, sehingga dapat menyelesaikan
tugas mata kuliah "Filsafat Islam" dalam bentuk makalah tepat waktu. Sholawat serta salam
semoga senantiasa terlimpahkan kepada junjungan kita Nabi Agung Nabi Muhammad,
SAW.

Terima kasih kami sampaikan kepada seluruh pihak yang membantu dalam penyelesaian
makalah kami, yaitu kepada orang tua yang tiada henti memberikan doa dan dukungan
kepada kami,sehingga makalah dapat diselesaikan dengan baik. Selanjutnya kepada dosen
pngampu yang telah membimbing kami dengan setulus hati. Dan pihak-pihak yang tidak
dapat kami sebutkan namanya satu persatu ,yang telah membantu dalam penyelesaian
makalah ini.

Tentunya kami menyadari dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan
karena keterbatasan pengetahuan yang kami miliki. Oleh karena itu kritik dan saran yang
membangun dari semua pihak sangat kami harapkan. Semoga makalah ini bermanfaat untuk
kita semua.

Wassalamu’alikum Wr. Wb.

Blitar, November 2023

penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................................................ii

DAFTAR ISI.................................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang..................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.............................................................................................................1
C. Tujuan...............................................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN

A. Filsafat dan Agama..........................................................................................................2


B. Akidah dan Tasawuf.........................................................................................................4
C. Aktualisasi Filsafat............................................................................................................10

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan.......................................................................................................................12

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................................13

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Zaman sekarang orang lebih cendrung berpikir praktis-realistik, sehingga belajar
filsafatdianggap hal yang tidak berguna dan membuang-buang waktu. Sekarang, belajar
filsafat telahsampai pada paradigma baru. Belajar filsafat tidak hanya menghafal pemikiran-
pemikiran paratokoh filsafat/filsuf, akan tetapi belajar filsafat dimaksudkan untuk
membangun kesadaran, semangat, dan kepedulian agar hidup menjadi lebih bermakna.
Banyak orang berpikiran saat ini,yang paling penting dalam belajar filsafat adalah
aktualisasinya.

Ketika seseorang belajar filsafat, ia tidak hanya belajar tentang teori-teori filsafat
atautokoh-tokohfilsafat dari awal perkembangannya, tetapi iajuga akan mempelajari
tentangkegunaan mempelajari filsafat, antara lain: menambah wawasan keilmuan,
menggugahkesadaran dan kepedulian, dan strategi menghadapi tantangan zaman mendatang.
Namunkegunaan-kegunaan itu masih bersifat teoretik dan belum bisa dimanfaatkan dan
dirasakansecara langsung.

Demikian juga dengan para mahasiswa yang mempelajri filsafat saatini, mereka
dapatmemanfaatkansekaligus merasakan kegunaan filsafat, mereka harus menunggu
beberapa belastahun. Karena, pemanfaatan ilmu filsafat ini kadang masih terkait dengan
kematangan berpikir, kematangan usia, dan pengalaman akademiknya.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dan hubungan filsafat dan agama?
2. Apa pengertian akidah dan tasawuf?
3. Bagaimana aktualisasi filsafat!

C. Tujuan
1. Mengetahui tentang pengertian dan hubungan filsafat dengan agama
2. Mengetahui tentang pengertian akidah dan tasawuf
3. Mengetahui tentang aktualisasi filsafat

iv
BAB II

PEMBAHASAN

A. Filsafat dan Agama


1. Filsafat
Secara etimologis (asal-usul kata) filsafat berasal dari kata yunani philia (=love, cinta)
dan sophia (=wisdom, kebijaksanaan). Jadi ditinjau dari pada arti etimologis istilah ini berarti
cinta pada kebjaksanaan.1
Pengertian filsafat secara garis besar adalah ilmu yang mendasari suatu kosep
berfikir manusia dengan sungguh-sungguh untuk menemukan suatu kebenaran yang
kemudian dijadikan sebagai pandangan hidupnya. Sedangkan secara khusus filsafat
adalah suatu sikap atau tindakan yang lahir dari kesadaran dan kedewasaan seseorang
dalam memikiran segala sesuatu secara mendalam dengan melihat semuanya dari
berbagai sudut pandang dan korelasinya
2. Agama
Agama adalah system yang mengatur tata keimanan (kepercayaan) dan peribadatan
kepada Tuhan Yang Mahakuasa serta tata kaidah yang berhubungan dengan pergaulan
manusia dan manusia serta lingkungannya.2
Kata "agama" berasal dari , āgama yang berarti "tradisi". Sedangkan kata lain untuk
menyatakan konsep ini adalah religi yang berasal religio dan berakar pada re-ligare yang
berarti "mengikat kembali". Maksudnya dengan berreligi, seseorang mengikat dirinya
kepada.3
Baik filsafat maupun agama bertujuan (sekurang-kurangnya berurusan dengan satu hal
yang sama), yaitu kebenaran. Filsafat dengan wataknya sendiri pula menghampiri kebenaran,
baik tentang alam, manusia dan Tuhan. Demikian pula dengan agama, dengan
karakteristiknya pula memberikan jawaban atas segala persoalan asasi yang dipertanyakan
manusia tentang alam, manusia dan Tuhan.4
3. Hubungan antara Filsafat dengan Agama

Terdapat beberapa asumsi berkaitan dengan hubungan filsafat dengan agama. Asumsi
tersebut didasarkan pada anggapan manusia sebagai makhluk budaya. Asumsi pertama,
manusia sebagai makhluk budaya mampu berspekulasi dan berteori filsafat yang akan

1
Zainal Abidin, Filsafat Barat,2011, Jakarta: Rajawali. Pers. hal 9.
2
http://id.wikipedia.org/wiki/Kamus_Besar_Bahasa_Indonesia" \o "Kamus Besar
3
http://id.wikipedia.org/wiki/Agama
4
Op. cit, Endang Saifuddin Anshari, hal: 59

v
menentukan kebudayaannya, bahkan sampai sadar dan jujur mengakui kenyataan Tuhan dan
ajaran agama.

Asumsi kedua kita ini diciptakan oleh Tuhan sebagai suatu yang potensial dapat
diperbaiki, diperindah, dan diperkaya, sehingga hidup dan penghidupan ini lebih dapat
meningkat harganya untuk dihidupi dan dinikmati. Hubungan agama dengan filsafat dapat
dinyatakan sebagai berikut:

a. Agama adalah unsur mutlak dan sumber kebudayaan, sedangkan filsafat adalah salah satu
unsur kebudayaan

b. Agama adalah ciptanya Tuhan, sedangkan filsafat hasil spekulasi manusia

c. Agama adalah sumber-sumber asumsi dari filsafat dan ilmu pengetahuan (science) filsafat
menguji asumsi-asumsi science

d. Agama mempercayai akan adanya kebenaran dan kenyataan dogma-dogma agama,


sedangkat filsafat tidak mengakui dogma-dogma sebagai kenyataan tentang kebenaran.

Adapun tabel hubungan Agama dan Filsafat sebagai berikut:

Agama Filsafat
a. Agama adalah unsur dan sumber
a. Filsafat salah satu unsur kebudayaan
kebudayaan b.
b. Agama adalah ciptaan Tuhan Filsafat adalah hasil spekulasi manusia
c.
c. Agama adalah sumber-sumber asumsi Filsafat menguji asumsi asumsi science,
dari filsafat dan ilmu pengetahuan dan science mulai dari asumsi tersebut
(science) d.
d. Agama mendahulukan kepercayaan dari Filsafat mempercayakan sepenuhnya
pemikiran. kekuatan daya pemikiran
Agama mempercayai akan adanya e. Filsafat tidak mengakui dogma-dogma
kebenaran dan khayalan dogma-dogma agama sebagai kenyataan tentang
agama kebenaran.

vi
Dengan memperhatikan spesifikasi dan sifat-sifat di atas, terlihat jelas bahwa peran
agama terhadap filsafat ialah meluruskan filsafat yang spekulatif kepada kebenaran mutlak
yang ada pada agama. Sedangkan peran filsafat terhadap agama ialah membantu keyakinan
manusia terhadap kebenaran mutlak itu dengan pemikiran yang kritis dan logis. Hal ini
didukung pernyataan yang menyatakan bahwa filsafat yang sejati itu adalah terkandung
dalam agama.5

B. Akidah dan Tasawuf


1. Pengertian Akidah

Secara etimologi, akidah berasal dari bahasa arab yang berasal dari kata al-‘aqdu (‫) العقد‬
yang berarti ikatan, at-tautsiiqu (‫ا‬JJ‫ ) التوثيق‬yang berarti kepercayaan atau keyakinan yang
kuat, al-ihkaamu (‫ )االحكام‬yang berarti mengkokohkan (menetapkan), dan ar-rabthu biquw-
wah (‫ )بقوة الربط‬yang berarti memikat dengan kuat.

Sedangkan menurut terminologi, akidah adalah perkara yang wajib di benarkan oleh hati
dan jiwa menjadi tentram karenanya,sehingga menjadi suatu kenyataan yang teguh dan
kokoh,yang tidak tercampuri oleh keraguan dan kebimbangan.

Jadi, akidah adalah keimanan yang teguh dan bersifat pasti kepada Allah dengan segala
pelaksanaan kewajiban, bertauhid6 dan taat kepada-Nya, beriman kepada Malaikat-malaikat-
Nya, Rasul-rasul-Nya, Kitab-kitab-Nya, hari akhir, takdir baik dan buruk dan mengimani
seluruh apa-apa yang menjadi ijma’, serta seluruh berita-berita qath’i (pasti), baik secara
ilmiah maupun secara amaliyah yang telah ditetapkan menurut Al-Qur’an dan As-Sunnah
yang shahih serta ijma’ Salaf as-Shalih.7

2. Ruang Lingkup Pembahasan Aqidah


Menurut Hasan al-Banna sistematika ruang lingkup pembahasan akidah adalah:
a. Ilahiyat yaitupembahasan tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan ilahi
seprti wujud Allah dan sifat-sifat Allah,dan lain-lain.

5
A. Susanto,Filsafat Ilmu: Suatu Kajian Dalam Dimensi, 2011, Jakarta: PT Bumi Aksara, hal 127
6
Tauhid Rububiyah, Uluhiyyah, dan Asma’ dan Shifat Allah.
7
Nashir bin Abdul karim. Buhuuts fii ‘Aqiidah Ahlis Sunnah wal Jama’ah .1419. hlm. 11-12. cet.II

vii
b. Nubuwat yaitu pembahasan tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan Nabi
dan Rosul,termasuk pembahasan tentang Kitab-Kitab Allah,mujizat,dan lain
sebagainya.
c. Ruhaniyah yaitu pembahasan tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan
alam metafisik seperti Malaikat,Jin,Iblis,Syaitan,Roh,dan lain sebagainya.
d. Sami’yyat yaitu pembahasan tentang segala sesuatu yang hanya bisa diketahui lewat
sami’(dalil naqli berupa Al-Qur’an dan sunnah)seperti alam barzakh,akhirat,azab
kubur,tanda-tanda kiamat,surga,neraka dan lainnya.
Tauhid itu ada empat macam, seperti yang tersebut di atas dan tidak ada istilah Tauhid
Mulkiyah ataupun Tauhid Hakimiyah karena istilah ini adalah istilah yang baru. Apabila
yang dimaksud dengan Hakimiyah itu adalah kekuasaan Allah, maka hal ini sudah masuk ke
dalam kandungan Tauhid Rububiyah. Apabila yang dikehendaki dengan hal ini adalah
pelaksanaan hukum Allah di muka bumi, maka hal ini sudah masuk ke dalam Tauhid
Uluhiyah, karena hukum itu milik Allah dan tidak boleh kita beribadah melainkan hanya
kepada Allah semata. Lihatlah firman Allah pada surat Yusuf ayat 40.8
Walupun masalah qadha’ dan qadar menjadi ajang perselisihan dikalanganumat islam,
tetapi Allah telah membukakan hati para hamba-Nya yang sberiman, yaitu para Salaf Shalih
yang mereka itu senantiasa menempuh jalan kebenaran dalam pemahaman dan pendapat.
Menurut mereka qadha’ dan qadar adalah termasuk rububiyah Allah atas makhluk-Nya.
Iman kepada qadar adalah termasuk tauhid ar-rububiyah. Oleh karena itu Imam
Ahmad berkata: "Qadar adalah kekuasaan Allah". Karena, tak syak lagi,Qadar (takdir)
termasuk qudrat dan kekuasaanNya yang menyeluruh. Di samping itu, qadar adalah rahasia
Allah yang- tersembunyi, tak ada seorangpun yang dapat mengetahui kecuali Dia, tertulis
pada Lauh Mahfudz dan tak ada seorangpun yang dapat melihatnya. Kita tidak tahu takdir
baik atau buruk yang telah ditentukan untuk kita maupun untuk makhluk lainnya, kecuali
setelah terjadi atau berdasarkan nash yang benar.9
3. Pengertian Tasawuf
Tasawuf didefinisikan sebagai ajaran yang mementingkan kehidupan akhirat dari pada
kehidupan dunia, penamaannya belum dikenal pada abad permulaan. Tasawuf baru dikenal

8
Yazid bin Abdul Qadir Jawas.2004 Aqidah Ahlu sunnah Wal jama’ah. Bogor:Pustaka At Taqwa
9
Syekh Muhammad Shalih Al-Utsaimin. 1999. Qadha dan Qadhar.Darul Haq.

viii
sebagai sebuah nama atau sebagai disiplin yang melembaga pada sekitar abad ke dua
hijriah10. Namun demikian secara faktual nilai-nilai tasawuf itu sendiri adalah sesuatu yang
diajarkan oleh Rasulullah kepada para sahabatnya. Oleh karena itu dalam pandangan as-
Sarraj, penyebutan istilah tasawuf sebenarnya sudah dikenal di kalangan sahabat Rasulullah.
as-Sarraj membantah pendapat yang menyebutkan bahwa istilah tasawuf pertama kali
dimunculkan oleh para ulama Baghdad. Beliau mengatakan bahwa fenomena perjumpaan
para sahabat Rasulullah dengan Rasulullah sendiri serta keimanan mereka kepada Rasulullah
adalah tingkatan tertinggi dalam derajat al-Ahwâl.
Tentang sejarah timbul nama tasawuf, ada berbagai pendapat membicarakan hal tersebut.
Satu pendapat mengatakan bahwa asal penamaan tasawuf disandarkan kepada Ahl ash-
Shuffah; yaitu sebuah komunitas sahabat Rasulullah dari kaum Muhajirin yang selalu
berdiam diri di masjid Nabawi. Sifat-sifat para sahabat dari Ahl ash-Shuffah ini sangat khas,
seperti sifat zuhud, mementingkan orang lain, tidak banyak bergaul dengan khlayak, tidak
terkait dengan kesenangan duniawi, dan hanya mementingkan akhirat11
Pendapat lain mengatakan bahwa penamaan tasawuf timbul dari sebuah hadits.
Diriwayatkan bahwa suatu hari Rasulullah keluar rumah dengan warna muka yang lain dari
biasanya, tiba-tiba beliau bersabda:
) ‫ َفاْلَم ْو ُت الَيْو َم ُتْح َفٌة ِلُك ّل ُم ْس ِلٍم (َر َو اُه الّد اَر ُقْطنّي‬،‫َذ َهَب َص ْفُو الّد نَيا َوَبِقَي الَك َدُر‬
“Kemurnian dunia telah pergi, dan hanya tersisa kekeruhan, maka kematian hari ini
adalah harapan berharga bagi seorang muslim” (HR. ad-Daraquthni)
Dalam hadits ini disebutkan kata “shafw ad-dunyâ”. Kata “shafw” dimungkinkan sebagai
akar dari kata “tasawuf”. Oleh karenanya di kemudian hari, di antara landasan pokok dalam
ajaran tasawuf adalah nilai-nilai yang terkandung dalam hadits ini, yaitu dari sabda
Rasulullah bahwa kematian adalah “pembendaharaan” yang ditunggu-tunggu dan paling
berharga bagi seorang muslim. Dari pemahaman hadits ini kemudian dikenal istilah tasawuf
Pendapat lain mengatakan bahwa nama tasawuf diambil dari akar kata “ash-Shûf” yang
berarti kain wol yang kasar. Penamaan ini diambil dari kebiasaan kaum sufi yang selalu
memakai kain wol kasar karena sikap zuhud mereka. 12 Pendapat lain mengatakan tasawuf di
ambil dari akar kata “Shafâ” yang berarti suci murni. Pendapat lainnya mengatakan berasal

10
Ibn al-Jauzi. Talbîs. hlm.169
11
as-Sarraj,. al-Luma’. hlm. 42
12
Ibid.

ix
dari akar akar kata “ash-Shaff” yang berarti barisan. Pendapat terakhir ini secara filosofis
untuk mengungkapkan bahwa komunitas sufi seakan berada di barisan terdepan diantara
orang-orang Islam dalam kesucian hati dan dalam melakukan segala perintah Allah dan
Rasul-Nya.13
Al-Hâfizh Abu Nu’aim dalam kitab Hilayah al-Auliyâ’ mengatakan bahwa kemungkinan
pengambilan nama tasawuf secara bahasa setidaknya berasal dari salah satu dari empat
perkara. Walau demikian empat perkara ini tidak hanya sebagai pengertian bahasa semata,
namun juga secara hekekat merupakan kandungan dari nilai-nilai tasawuf itu sendiri.
Artinya bahwa empat perkara ini termasuk di antara sifat-sifat yang dipegang teguh oleh
kaum sufi, ialah sebagai berikut:
1. kata tasawuf dapat berasal dari ash-Shûfânah yang berati tanaman rerumputan atau
senama tasawuf dari ash-Shûfânah adalah benar. Ini kerena kaum sufi tidak pernah
berharap kepada sesama makhluk. Di antara yang membenarkan pendapat ini adalah
pernyataan sahabat Sa’ad ibn Abi Waqqash,”
2. kata tasawuf dapat berasal dari ash-Shûfah yang berarti kabilah. Pengambilan nama
tasawuf dari kata ini juga memiliki dasar yang cukup kuat. Karena kaum sufi adalah
sebagai kaum yang memiliki identitas tersendiri yang khas di antara berbagai kaum
lainnya. Salah satu ciri khasnya ialah bahwa seluruh waktu yang mereka miliki
dipergunakan hanya untuk ibadah kepada Allah, . Sifat kaum sufi semacam ini seperti
tersirat dalam sebuah hadits ketika Rasulullah berkata kepada sahabat Ali ibn Abi
Thalib:
‫ّز لَفى ِع ْن َد الّن اِس ِفي‬J ‫ّد َر َج اِت َو ال‬J ‫َيا َع ِلّي إَذ ا َتَقَّر َب الّناُس إَلى َخ اِلِقِهْم ِفي أْبَو اِب الِبّر َفَتَقَّرْب إَلْيِه بأْنَو اِع الَع ْقِل َتْس ِبقُهْم بال‬
‫الّد نَيا َوِع ْنَد ِهللا ِفي اآلِخَر ِة (رواه الحافظ أبو نعيم‬
“Wahai Ali jika orang-orang mendekatkan diri kepada Pencipta mereka dengan
berbagai kebaikan, maka mendekatkan dirilah engkau kepada-Nya dengan
mempergunakan akal (berfikir). Dengan begitu engkau akan mendahului mereka dalam
meraih derajat dan “kedekatan” (kemuliaan) di antara sesama manusia di dunia dan
kepada Allah di akhirat”. (HR. Abu Nu’aim).
3. Kata tasawuf dapat diambil dari Shûf al-Qafâ, yang secara bahasa berarti bulu atau
rambut bagian belakang kepala. Secara filosifis hal ini berarti menggambarkan bahwa

13
Kalabadzi. at-Ta’arruf. hlm. 31

x
kaum sufi adalah orang-orang yang hanya berserah diri kepada Allah. Ketundukan,
kepasrahan, dan keyakinan mereka kepada Allah tidak dapat tergoyahkan oleh situasi
dan kondisi apapun.
4. Diambil dari kata ash-Shûf dalam pengertian bulu domba. Hal ini karena umumnya
kaum sufi memakai pakaian wol kasar yang berasal dari bulu domba. Keadaan ini
menunjukkan sikap zuhud mereka. Karena kain wol yang berasal dari bulu domba
karena tidak membutuhkan biaya. Di samping itu penggunanya sebagai orang
yang memiliki ciri cirih sifat merendahan diri, menghinakan diri, tawadlu, qana’ah dan
sifat-sifat khas lainnya.
Definisi tasawuf menurut para Ulama’ dan ajaran-ajarannya
a. Imam al-Junaid al-Baghdadi, pimpinan kaum sufi (Sayyid ath-Thâ-ifah ash-Shûfiyyah),
berkata: “Tasawuf ialah keluar dari setiap akhlak yang tercela dan masuk kepada setiap
akhlak yang mulia”. Pada kesempatan lain beliau berkata: “Kita tidak mengambil
tasawuf dengan banyak berbicara (al-Qâl Wa al-Qîl). Kita mengambil tasawuf dengan
banyak lapar (puasa), bangun malam, dan meninggalkan segala kenikmatan-
kenikmatan”14.Imam al-Junaid al-Baghdadi berkata:
“Tasawuf adalah sebuah nama yang mengandung sepuluh pokok ajaran :
1. menyedikitkan benda-benda duniawi dan tidak memperbanyaknya.
2. berserah diri kepada Allah.
3. cinta kepada ketaatan dengan mengerjakan segala hal yang disunnahkan.
4. sabar dari kehilangan dunia dengan tidak mengeluh dan meminta-minta.
5. memilih-milih sesuatu ketika hendak mengambil atau mengerjakannya.
6. Hanya sibuk dengan Allah dari segala apapun.
7. banyak melakukan dzikir khafyy.
8. ikhlas dalam segala perbuatan hanya karena Allah saja.
9. keyakinan yang kuat.
10. tenang dengan Allah ketika kedatangan rasa gelisah dan dalam keterasingan”.

14
al-Qusyairi. ar-Risâlah. hlm. 430

xi
b. Imam al-Qusyairi “Tasawuf adalah membersihkan kotoran dalam jiwa hingga kotoran
tersebut tidak kembali lagi. Dan apa bila telah “bersih”selalu jaga kebersihan tersebut
dengan selalu mengingat Allah. Sementara itu perkara apapun yang terjadi di sekitar tidak
memberikan pengaruh.
c. Abu al-Hasan al-Farghani bertanya kepada Abu Bakr asy-Syibli:” Tasawuf adalah berada
di jalan Rasulullah, meletakan dunia di belakang punggungnya, dan menundukkan hawa
nafsunya dengan kegetiran-kegetiran”. Definisi lain tasawuf adalah memurnikan hati
hanya bagi Allah Yang mengetahui segala hal yang gaib”. definisi lain mengagungkan
segala perintah Allah dan bersikap lemah lembut kepada semua hamba Allah”.
d. Imam Ma’ruf al-Karkhi berkata: “Tasawuf adalah berusaha meraih hakekat dan
meninggalkan segala apa yang berada di tangan para makhluk”.15
5. Imam Abu Ali ad-Daqqaq“tasawuf adalah sebuah jalan yang tidak dapat dilewati kecuali
oleh orang-orang yang telah dibersihkan ruh mereka oleh Allah dari kotoran-kotoran”.
6. Imam Abu al-Hasan an-Nauri “Tasawuf adalah meninggalkan segala keinginan hawa
nafsu”.
C. Aktualisasi Filsafat
1. Aktualisasi Filsafat Sebelum Ilmu
Dalam masyarakathingga saat ini masih menganggap ilmu filsafat adalah ilmungawang-
ngawang, yaitu ilmu yang sulit untukdimengerti atau ilmu yang membingungkanorang.
Setiap ilmu memang memiliki sisi negatif /sinisme. Contohnya, sisi negatif
darimempelajari filsafat adalah akan mencetak pengangguran, dan sisi negatif mempelajari
ilmuekonomi akan membuat orang bersifat materialistic, dan masih banyak lagi.
Sisi-sisinegatif tersebut sebaiknya di buang jauh-jauh dan hanya mengambil sisi-sisi
positifnya saja. Jadi syarat seorang untuk bisa mengaktualisasikan ilmu filsafat yang
pertama adalahharus berpikiran positif. Denganberpikiran positif pikiran akan berkembang
dan konstruktif dan edukatif. Dengan berpikir positif, pikiran akan lebih bersemangat dan
realistik, yaitubersemangat untuk meningkatkan kepedulian terhadap sesama. Dan dengan
berpikiran positif, kita akan lebihbanyak melihat hal-hal yang realistik dan pragmatik.
Sebagai ilmu, filsafat juga seperti ilmu-ilmu lain seperti antropologi, sosiologi, atau
ilmuekonomi.

15
al-Qusyairi. ar-Risâlah. hlm 280

xii
Akan tetapi, kelebihan ilmu filsafat adalah memiliki objek formal dan material
yanglebih luas, dansetiap ilmu memuat unsur filsafat. Misalnya, sosiologi memiliki filsafat
social, ilmu hokum memiliki filsafat hokum, ilmu kedokteran memiliki filsafat kedokteran,
dansebagainya. Oleh karna itu, setiap ilmu memiliki bidang yang sulit untuk ditembus oleh
bidangtersebut, dan kita hanya bisa menembusnya dengan ilmu filsafat.

2. Aktualisasi Filsafat Sebagai Cara Berpikir

Salah satu ciri dari berpikir filsafat adalah sinoptif, yaitu berpikir secara menyeluruh
danbersama-sama, dan berpikir menyeluruh sama dengan berpikir secara komprehensif.
Misalnya, ketika seseorang dihadapkan pada masalah kenakalan anak, yangmana masalah
tersebuttelahmenjadi dan akan terus menjadi masalah bagi orang tua. Untuk
menanggulanginya, orang ituharus bisa melihat masalah tersebut dari sudut pandang ilmu
filsafat dan mencari aspek-aspek dari semua ilmu yang terkait seperti ilmu agama, ilmu
ekonomi, ilmu jiwa/psikologi, ilmusosiologi, danilmu-ilmu lainnya.

Orang tersebut harus bisa berpikir filsafat yaitu secara kritis, analisis, dan dilihat
dariberbagai aspek. Masalah-masalah yang datang dan ditemui dalam kehidupan sehari-
haritidaklah bisadiambil kesimpulan secara tergesa-gesa dan hanya melihat dari satu sisi.
Orangtersebut haruslah menguasai ilmu-ilmu lain yang berhubungan dengan masalah
tersebut.
Berpikir secara filsafat tidak hanya berpikir secara komprehensif, rasional, dankonseptual
saja, tetapi juga inter disipliner. Di era global saat ini, pemikiran dituntut untuk lebih luas dan
saling terkait satu sama lain. Contohnya, keadaan pasar modal di NewYork berpengaruh pada
pasar modal seluruh dunia. Penegkan hukum di Indonesia akanmempengaruhi investasi asing
di Indonesia.
Berpikir secara inter disipler adalah berpikir dengan menggunakan ilmu-ilmu terkait
yangdapat mendukung solusi dari sebuah permasalahan. Misalnya, untukmembangun anak
berkualitas diperlukan pandangan dar berbagai ilmu, seperti ilmu pengetahuan, ilmu agama,
ilmu gizi, social, dan lain-lain. Jadi, aktualisasi filsafat sebagai cara berpikir
adalahkemampuan berpikir sendiri, mampu melihat mana yang negatif dan yang positif, dan
antarayang baik dan yang buruk.

xiii
3. Aktualisasi Filsafat Sebagai Pemikiran yang Reflektif
Berpikir reflektif berarti berpikir yang dipantulkan kepada dirinya sendiri.
Berfilsfatberarti refleksi dari diri sendiri seperti menonton dirinya sendiri yang sedang
berada di ataspanggung. Semua ragam pemikiran filsafat tentunya dapat direfleksasikan
dalam kehidupansehari-hari.Berpikir reflektif akan mendorong seseorang untuk berpikir kea
rah pemikiranyang lebih berkualitas (quality thinking) dan pemikiran ke masa depan (future
thinking).
Pemikiran filsafat yang reflektif tidak hanya sebatas pada memperbaikikualitas
dirisendiri, tetapi juga memperbaiki kualitas generasi mendatang, sehingga generasi
mendatangterhindar dari degradasi keturunan. Banyak orang dengan mudah
membuat/melahirkan anak-anaknya, teatapi mendidik mereka menjadi manusia yang
berkualitastidak semudah yangdibayangkan. Maka agar mereka bisa menjadi dir yang
memiliki kualitas yang baik, diperlukanberbagai pemikiran (inter displiner).
Konsep-konsep manusia unggul dan berkualitas dari berbagai pemikiran dikumpulkandan
dipilih yang paling baik dan cocok. Manusia unggul menurut pemikiran barat adalahmanusia
pemberani, superman, manusia cerdas, manusia yang tidak pernah bersalah,
manusiaberkuasa. Menurut pemikiran Jepang, manusia cerdas adalah manusia yang tidak
pernah kenal lelah, pantang menyerah, tahan menderita yang dilambangkan dengan
semangat ksatria(bushido). Manusia unggul menurut pemikiran Indonesia yang tertuang
dalam GBN 1999 yaitu manusia yang bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, cerdas,
berkrepribadian, bersemangat,rajin bekerja, dan lain-lain. Sedangkan menurut pemikiran
islam, manusia unggul yaitu ‘insankamil’ yaitu manusia yang telah mencapai derajat
muttaqin.

xiv
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

Agama adalah system yang mengatur tata keimanan (kepercayaan) dan peribadatan
kepada Tuhan Yang Mahakuasa serta tata kaidah yang berhubungan dengan pergaulan
manusia dan manusia serta lingkungannya

Filsafat adalah ilmu yang mendasari suatu kosep berfikir manusia dengan sungguh-
sungguh untuk menemukan suatu kebenaran yang kemudian dijadikan sebagai pandangan
hidupnya.

Baik filsafat maupun agama bertujuan (sekurang-kurangnya berurusan dengan satu hal
yang sama), yaitu kebenaran. Filsafat dengan wataknya sendiri pula menghampiri
kebenaran, baik tentang alam, manusia dan Tuhan. Demikian pula dengan agama, dengan
karakteristiknya pula memberikan jawaban atas segala persoalan asasi yang dipertanyakan
manusia tentang alam, manusia dan Tuhan

Tasawuf didefinisikan sebagai ajaran yang mementingkan kehidupan akhirat dari pada
kehidupan dunia, penamaannya belum dikenal pada abad permulaan.

Akidah adalah perkara yang wajib di benarkan oleh hati dan jiwa menjadi tentram
karenanya,sehingga menjadi suatu kenyataan yang teguh dan kokoh,yang tidak tercampuri
oleh keraguan dan kebimbangan.

Aktualisasi filsafat sebelum ilmu Bertujuan untukmenghilangkan dari pikiran ngawang-


ngawang orang-orang yang belajar filsafat, mengambil sisi-sisi positif dari setiap ilmu, dan
mampu berinteraksi atauberdialog dengan ilmu-ilmu lain.

Aktualisasi filsafat sebagai cara berpikirBelajarcara berpikir dan respon terhadap


munculnya masalah-masalah yang datang danmengajarkan untul bersikap kritis terhadap
pemikiran-pemikiran baruyang muncul.

Aktualisasi filsafat sebagai pemikiran yang reflektif Berfilsafat dengan memantulkan


kepada diri sendiri dan berusaha menjadi pribadi yangberkualitas dan unggul.

xv
DAFTAR PUSTAKA

Tauhid Rububiyah, Uluhiyyah, dan Asma’ dan Shifat Allah.


Abdul karim, Nashir bin . 1419. Buhuuts fii ‘Aqiidah Ahlis Sunnah wal Jama’ah.cet.II .
Abdul Qadir Jawas, Yazid bin. 2004. Aqidah Ahlu sunnah Wal jama’ah. Bogor:Pustaka At
Taqwa.
Shalih Al-Utsaimin, Syekh Muhammad. 1999. Qadha dan Qadhar.Darul Haq.
Ibn al-Jauzi. Talbîs
as-Sarraj. al-Luma
Kalabadzi. at-Ta’arruf…,
HR. Abu Nu’aim. Hilyah. juz 1
as-Subki. Thabaqât. juz 2
Ibn al-Jauzi. Talbîs dengan sanad dari Abu Hatim ath-Thabari dari al-Junaid.
al-Qusyairi. ar-Risâlah.

xvi

Anda mungkin juga menyukai