Anda di halaman 1dari 12

Page |1

BAB I
PENDAHULUAN
A. Pendahuluan
Seperti yang kita ketahui bahwa dalam kajian filsafat agama dikenal ada tiga
macam cara beragama: Eksklusivisme (pemahamaan yang mengatakan sebuah tradisi
dan keyakinan tersebut mengajarkan kebenaran dan mempunyai jalan keselamatan dan
pembebasan). Inklusivisme (pengajaran yang meyakini bahwa tradisi dan keyakinan
dalam keagamaan tertentu mempunyai kebenaran yang sempurna, namun tetap juga
memberikan waktu dengan keberadaan secara persial yang ada pada tradisi dan
keyakinan lainnya). Pluralisme (yang jauh lebh banyak berkembang dibanding dengan
Inklusivisme, dengan adanya pengakuan kebenaran di dalam tradisi maupun keyakinan
disetiap agama). Dengan ketiga paham ini menjadi sebuh puncak dari sikap
keberagamaan umat manusia, dan dengan cara inilah dapat dipercaya akan menciptakan
sebuah kedamaian dan kerukunan di dalam umat beragama.1
Agama merupakan persoalan social, tetapi dalam penghayatannya sangat bersifat
individual. Agama menjadi sebuah kenyataan dalam ruang pemikiran individu, dengan
demikian ditempatkan suatu kategori kebenaran yang relative. Kebanyakan didalam
setiap pemikiran yang dimiliki oleh keagamaan, di wujud nyatakan sebagai kebenaran
mutlak atau satu-satunya. Dikalangan Non-Muslim mengatakan bahwa islam yang
digambarkan sebagai agama pedang, merupakan sebuah sosok mengerikan. Dan setiap
para pemimpin islam ajab kali mengatakan bahwa islam sebagai agama toleran, yang
menghormati dan menghargai agama-agama lain. Akan tetapi, dalam kehidupan yang
nyata menunjukkan banyak konflik umat manusia, contoh : konflik etnis, konflik pilitik-
sosial-ekonomi, yang kadangkala terjadi atas nama agama. Agama islam justru
melahirkan sikap fanatisme agama atau kepastian teologis yang destruktif. Oleh sebab
itu, klaim kemutlakan dari masing-masing agama diperbesar dengan adanya perbedaan-
perbedaan antar agama.2
Dengan demikian, keberadaan manusia diantara keyakinan agama yang
bermacam-macam menimbulkan sebuah pertanyaan, apakah hanya satu agama yang
1
Ahmad Khoirul Fata, Diskursus Dan Kritik Terhadap Teologi Pluralisme Agama Di Indonesia,
2018, hal 106
2
Pluralisme Agama Makna Dan Lokalitas Pola Kerukunan AntarUmat Beragama, Dr. Hj. Umi
Sumbulah, Malang, 2013
Page |2

mempunyai kebenaran yang nyata dibandingkan dengan agama lainnya yang tidak
memiliki kebenaran. Sebuah pengakuan yang berakhir pada tuntutan bahwa hanya satu
agama yang benar telah menjadi penyebab berbagai masalah dalam masyarakat
majemuk3. Hal ini juga bisa terjadi dalam kekristenan, dimana penganut agam Kristen
Ketika meyakini kebenaran agamanya bersifat final maka pada saat yang sama menolak
kebenaran yang dikemukakan agama lain. Dan memang pasti di dalam agama memiliki
potensi untuk merendahkan agama lain.
Jadi dalam makalah ini, kelompok kami akan membahas semuanya ini dan
mencoba membandingkannya dengan agama-agama lain dan mengimplikasikannya
pada masa kini.

B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian Teologi Pluralisme?
2. Apa Pemikiran Para Teolog Mengenai Pluralisme Agama?
3. Bagaimana Implikasi Bagi Masyarakat Masa Kini?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk Mengetahui Arti Dari Teologi Pluralisme
2. Untuk Mengetahui Pemikiran Para Teolog Mengenai Pluralisme Agama
3. Untuk Mengetahui Implikasi Pluralisme Bagi Masyarakata Masa Kini

BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN TEOLOGI PLURALISME
3
Yafet M. Paembonan, Memahami Tantangan Teologi Pluralisme dan Teologi Pembebasan,
(Jurnal Teologi Berita Hidup, Vol. 2, No. 1 September 2019), Hal. 48-49
Page |3

Teologi berasal dari kata “Theos” yang artinya “Tuhan” dan “Logos” artinya
“ilmu. Artinya bahwa teologi merupakan ilmu mengenai Tuhan atau bisa dikatakan
dengan “Ilmu Ketuhanan”. Dengan kata lain, teologi dapat diartikan discource atau
pembicaraan tentang Tuhan. Sedangkan dalam pemikiran keislaman, teologi sering
disamakan dengan ilmu kalam atau ilmu tauhid, yang merupakan suatu disiplin ilmu
yang mempelajari tentang ketuhanan yang bersifat abstrak, normative dan skolastik.
Ilmu kalam tidak dapat dilepas dari sifat abstrak karena objek kajiannya adalah problem-
problem ketuhanan.4
Pluralisme berasal dari kata plural yang artinya jamak atau lebih dari satu. Pluralis
ini bersifat jamak (banyak). Pluralisme merupakan hal yang menyatakan jamak atau
tidak hanya satu, kebudayaaan, atau berbeda-beda di suatu masyarakat. Dalam kamus
teologi, pluralisme adalah pandangan filosofi yang tidak mereduksikan (Membuat
pengurangan, potongan) segala sesuatu pada satu prinsip terakhir, akan tetapi menerima
adanya keragaman. Dalam pluralisme ini juga menyangkut bidang kultural, politik dan
religious.5
Dalam kamus Bahasa Inggris pluralisme ini memiliki tiga pengertian :
1. Pengertian kegerejaan:
 Disebut kepada orang yang memegang lebih dari satu jabatan dalam struktur
kegerejaan
 Memegang dua jabatan atau lebih secaar bersamaan, baik bersifat kegerejaan
maupun non-kegerejaan
2. Pengertan filosofi
 Suatu system pemikiran yang mengakui adanya landasan pemikirn yang
mendasar yang lebih dari Satu.
3. Pengertian sosiopolitis
 Merupakan suatu system yang mengakui eksistensi keragaman kelompok,
baik yang bercorak aspek perbedaan yang snagat karakteristik dianatara
kelompok-kelompok tersebut.

4
Ahmad fadil, Teologi Pluralisme (Studi Pemikiran Azyumardi Azral), Bandung, 2019. Hal 27
5
Anis Malik Toha, Tren Pluralisme Agama Persepektif Kelompk Gema Insani, Jakarta, 2005
Page |4

Dengan pergertian diatas dapat disimpulkan dalam satu mana. Yaitu ke-
eksistensinya kelompok atau keyakinan di satu waktu dengan tepat terpeliharanya
perbedaan-perbedaan dan karakteristik masing-masing.
Pluralisme ini memiliki tujuannya tidak hanya focus membangun kesadaran yang
bersifat teologis tetapi juga kesadaran social. Hal ini terjadi oleh karena terjadi
kesadaran bahwa manusia hidup ditengah masyarakat yang plural dari segi agama,
budaya, etnis, dan berbagai keagamaan social lainnya. Karena dalam pluarlisme tidak
hanya saja mengandung konsep teologis akan tetapi juga konsep sosiologis. Pluralisme
juga tidak dapat kita pahami hanya dengan mengatakan bahwa masyarakat kita
majemuk, beraneka ragam, terdiri dari berbagai suku dan agama yang justru hanya
menggambarkan kesan fragmentasi bukan pluralisme.6
Pluralisme merupakan suatu paham yang menganggap bahwa kebenaran tidak
hanya ada pada kelompok itu sendiri, akan tetapi juga terdapat dalam kelompok lain,
termasuk dalam komunitas agama. Dalam pluralisme dipercaya bahwa terdapat
pemahaman mengenai yang lain yang mana selalu ada dimensi kesamaan substansi nilai,
artinya harus dipahami bahwa kebenaran dan keselamatan tidak dapat dimonopoli
agama tertentu, akan tetapi telah menjadi paying besar agama-agama.

B. PENGERTIAN PLURALISME AGAMA

Pluralisme agama merupakan sebuah pandagan yang mengatakan bahwa di dalam


agama-agama seperti Islam, Buddha, Hindu dsb, itu terdapat kebenaran yang dapat
menyelamatkan. Masing-masing agama mengajarkan kebenaran yang sesuai dengan
budaya mereka masing-masing.7

Pluralisme agama dapat kita pahami dalam tiga kategori pertama kategori sosial
dalam pengertiaannya pluralism agama berarti semua bentuk agama berhak ada dan
hidup. Dimana secara sosial kita harus belajar toleran dan bahkan saling menghomati
kepercayaan agama yang lain. yang kedua kategori etika dalam bagian ini pluralisme
agama berarti semua pandangan moral dari masing-masing agama bersifat relative dan
sah. Jika kita menganut pluralisme agama dalam manusia etis, kita didorong untuk tidak
6
Ibid….30
7
Kuntjoro Tjondro, Memahami Pluralisme,(Jurnal Teologi SANCTUM DOMINE), Hal. 1
Page |5

menghakimi penganut agama lain yang memilki pandangan moral berbeda misalnya
dalam pernikahan, aborsi, hukuman gantung dll. Ketiga kategori teologi-filosofi agama-
agama pada hakekatnya setara, sama-sama benar dan sama-sama menyelamatkan,
dimana semua agama menuju pada Allah hanya jalannya saja yang berbeda. 8 Melalui
penjelasan diatas dapat kita simpulkan bahwa pluralisme agama sebagai berikut:

Pluralisme agama adalah sebuah konsep yang memiliki makna luas, yang
berkaitan mengenai penerimaan terhadap penganut agama yang lain dan yang dilakukan
dengan cara yang berbeda-beda, pluralisme agama ini juga mengingatkan bahwa semua
keyakinan itu sama, karena semua kebenaran adalah relative. Oleh sebab itu kita tidak
dapat mengklaim bahwa keyakinan kita yang paling benar dan yang lain tidak benar.
Karen itu kebergaman agama yang ada dalam masyarakat menjadikan hidup lebuh
berwarn, oleh sebab itu keberagaman dapat diimbangi dengnan sikp toleransi, dimana
tanpa ada toleransi akan mengakibtkan perpecahan ataupun konflik dalam masyarakat. 9

Pengertian secara sempit pluralisme agama (religious pluralism) adalah istilah


khusus dalam kajian agama-agama. dan istilah ini tidak dapat dimknai secara
sembarangan, dan merupakan satu paham (isme), yang membahas cara pandang
terhadap agama-agama yang ada.10

Kaum pluralis mulai membangun “Pluralisme agama” sedangkan para teolog


Kristen membuat pertahanan (Defensif), dimana mereka menggali Kembali Alkitab
untuk merekonstruksi teologi Kristen guna cita-cita pluralism agama. Oleh karena itu,
pluralisme dalam teologi Kristen hanyalah sebagai upaya untuk mendapatkan tiket untuk
dapat masuk dalam pluralism agama yang tertanam dalam dialog antar agama. Karna
untuk menciptakan dialog antar agama maka kaum pluralis menghilangkan hambatan
utama dalam dialog yaitu Injil. Dan ini merupakan tujuan dari kaum pluralis dimana
merekonstruksi teologi yang di dalamnya Injil sebenarnya ada Injil yang memang harus
disampaikan11.

8
Dr. Fanny Y.M Kaseke, SP, Diktat Teologi Kontemporer, (Sekolah Tinggi Teologia
Ebenhaezer Tanjong Enim)
9
Pengertian Pluralisme: Macam, Dampak dan Contoh - Buku Deepublish
10
Pluralisme - Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
11
Yafet M. Paembonan, Memahami Tantangan Teologi Pluralisme dan Teologi Pembebasan,
(Jurnal Teologi Berita Hidup, Vol. 2, No. 1 September 2019), Hal. 50
Page |6

Se-liberal-liberalnya seorang teolog dan cendekiawan Kristen mereka masih


berpendirian dan berpadangan tentang “Kristosentris”. Dimana mereka tetap
mempertahankan sentralisasi Kristus sendiri (baik itu dalam arti inklusif maupun
ekslusif). Kristus adalah pusat dan standar bagi semua agama lain. Namun ada beberapa
teolog yang memperjuangkan prinsip mengenai teologi agama-agama teosentris. Jadi
mereka ingin menempatkan Allah (Theos) di pusat agama, dan bukan Kristus12.

C. PLURALISME DALAM PANDANGAN AGAMA-AGAMA


1. Pluralisme agama dalam perspektif Islam
Di dalam Al-Quran tidak ada satu ayat pun yang mengobarkan tentang semangat
kebencian, permusuhan, pertentangan atau segala bentuk perilaku negative lainnya
yang mungkin dapat ketidak-damaian. Namun masih saja ada diskriminasi agama.
Dan untuk menghadapi persoalan tersebut dibutuhkan rumusan yang dapat
membangun system kedamaian. Dan rumusan itu adalah pluralism. Menurut Islam
dimana Pluralisme merupakan solusi yang tepat untuk membangun hubungan antara
dan intra agama13.
Jadi dalam Islam ketunggalan beragama dan berkeyakinan tidaklah dikehendaki
Tuhan. Tidak ada paksaan bagi seseorang untuk memeluk suatu agama ataupun
pindah agama dan orang juga bebas apabila untuk tidak beragama. Karena jalan
yang benar dan salah sudah ada, tinggal manusia pilih yang mana dengan segala
konsekuensi yang harus di ambil.
Dalam kitab suci Islam juga menyebutkan bahwa Allah menciptakan mekanisme
pengawasan, dan pengimbangan antara sesame manusia guna untuk memelihara
keutuhan bumi dan merupakan juga salah satu wujud kemurahan Tuhan yang
melimpah bagi umat manusia14. Dalam Hadits disebutkan bahwa umat Islam
diharuskna untuk berbuat baik dan menghormati hak-hak orang lain, tanpa
membedakan agama yang lain. Sikap tersebut mengarah pada iman kepada Allah,
dan iman kepada hari akhir.

12
Kuntjoro Tjondro, Memahami Pluralisme,(Jurnal Teologi SANCTUM DOMINE)
13
Marsudi Utoyo, Perspektif Agama-agama di Indonesia Terhadap Pluralisme Agama, (Artikel),
Hal. 455
14
Ibid. 456
Page |7

2. Pluralisme agama dalam perspektif Kristen


Penerimaan Pluralis ini dalam teks-teks Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru,
dimana Allah yang menyatakan diri kepada umat pilihan-Nya merupakan satu-
satunya Allah dan juga Allah bangsa-bangsa (Ul. 6:4; 4:35, 39; Yes. 43:10-11). Oleh
karena itu Perjaniian kepada Adam (Kej. 1:5), Abraham (Kej. 15:17-21; 17:1-14),
Musa (Im. 26:12), Nuh (Kej. 9:16), dan kepada Daud (Maz. 89), dan Yesus Kristus
adalah perjanjian dengan umat manusia bahkan seluruh dunia15.
Dalam Perjanjian Baru perumpamaan tentang orang Samaria yang baik hati
merupakan penjelasan mengenai untuk saling mengasihi. Dimana sesame adalah
mereka yang bukan kita pilih sendiri akan tetapi siapa saja yang ada di sekitar kita
tanpa ada pembedaan status keluarga, etnis, agama, dan lain sebagainya. Hubungan
dengan orang lain bukanlah hubungan sebagai musuh melainkan sahabat, saudara
yang saling mengenal, tolong menolang dan saling mensejahterakan. Adanya
perbedaan supaya ada pengenalan diri sendiri, orang lain dan saling menerima
kelemahan dan kelebihan orang lain. Dalam hal perbedaan sikap kita bukanlah
dengan kebencian, kesombongan, permusuhan, saling menjatuhkan, melainkan
memandang orang lain itu sebagai sesame manusia atau saudara kita yang
membutuhkan cinta kasih dan perhatian.

3. Pluralisme agama dalam perspektif Katholik


Rahner seorang Teolog Kristen yang mengembangkan teologi inklusif dimana ia
merevisi pandangan gereja tentang extra eclessian nulla salus (Diluar gereja tidak
ada keselamatan). Dalam pandangan Rahner tersebut penganut agama lain mungkin
menemukan karunia Yesus melalui agama mereka sendiri tanpa harus menjadi
penganut Kristen. Gereja Katholik tidak menolak apapun yang ada dalam agama-
agama dimana semuanya itu benar dan suci. Melalui gereja dapat mendorong supaya
menjadi bijaksana dan penuh kasih melalui dialog dan kerjasama dengan para
penganut agama-agama lain sambil memberi kesaksian tentang iman serta hidup
kristiani, dan tetap memelihara moral serta nilai-nilai sosial budaya yang terdapat
pada mereka16.
15
Ibid. 456-457
16
Ibid. 457-458
Page |8

Paham pluralis agama jelas-jelas di tolak oleh gereja Katolik. Yang mereka akui
ialah dimensi transenden dan metafisik alam semesta.

4. Pluralisme agama dalam perspektif Hindu


Dari beberapa penganut agama Khususnya Kaum Pluralis sering mengutip suatu
ucapan para tokoh-tokoh Hindu untuk membantu pendapat mereka. Seorang
Propagandis Pluralisme Agama dari lingkungan liberal Muhammadiyah yang
disebut sebagai Suduki17, contohnya, menuliskan sebuah artikel di media massa
kosenkuensinya, mempunyai banyak kebenaran (many truths), sesuai tradisi dan
agama-agama. Nietzsche menegaskan adanya suatu kebenaran tunggal dan juga
bersikap afirmatif kepada banyak kebenaran. Mahatma Gandhi juga sealiran dengan
mendeklarasikan bahwa semua yang punya agama baik Hinduisme, Yahudi,
Buddhisme, Kristen, Zoroaster, Islam dan sebagainya adalah benar. Mahatma
Gandhi mengatakan bahwa semua agama mempunyai suatu kebenaran di dalamnya
bahkan kebenaran itu bisa di temukan dari setiap agama masing-masing. Jadi,
agama-agama itu di ibaratkan sebuah pohon yang memiliki banyak cabang (many),
tapi berasal dari satu akar itu sendiri (Many), istilah ini merupakan nalar dari
pandangan Pluralisme. Simpulanya adalah akar itu yang menjadi dasar dari semua
orientasi agama-agama tersebut.
Dalam memperkuat sebuah penjelasan tentang karakteristik dari paham
Pluralistik agama hindu, Huston Smith menarik ungkapan “orang suci Hindu” pada
abad ke-19, yaitu tentang Ramakrishna, yang mencari Tuhan dari berbagai agama:
Islam, Kristen dan Hindu. Akhirnya ia mengatakan bahwa hasilnya semua sama
saja. Kesimpulan dalam perkataannya adalah Tuhan menciptakan agama berbeda-
beda untuk mencukupi berbagai aspirasi, negara dan waktu. Doktin hanya
merupakan sebuah jalan, tapi satu jalan tidak berarti Tuhan Itu sendiri. Sebenarnya,
seseorang dapat menggapai Tuhan kalaui ia mengikuti jalan dimana saja dengan
kesungguhan hatinya.

5. Pluralisme agama Prespektif Konghucu

17
Ibid. 458-459
Page |9

Dalam membahas ajaran Plurarisme agama konghucu tidak begitu membahas


secara spesifik tentang paham Pluralisme, atau suatu hal yang lain tapi dalam hal ini
agama konghucu memiliki pemahaman yang di sebut sebagai Kosmologi
Confucian, adalah seperti masyarakat frontal itu yang diketahui dengan sebutan
Ying-yang. Ying-yang ini dipahami tidak secara mutklak atau absolut tapu dalam
pemahannya adalah sesuatu yang relative, maka ketikan berbicara soal relative itu
tidak ada sesuatu yang absolut (tanpa syarat) dan tidak ada yang satu (tunggal)
artinya tidak ada Tunggal berarti tidak ada jamak, kalau ada jamak berate
kosekuensinya adalah plural, dan ini berkaitan dengan semua yang ada di muka
bumi ini.

BAB III
PEMIKIRAN PARA TEOLOG TENTANG PLURALISME

PEMIKIRAN-PEMIKIRAN TENTANG TEOLOG PLURALISME


P a g e | 10

Teologi Pluralisme disebut juga sebagai teologi abu-abu, karena teologi ini sulit
untuk dijelaskan dan digambarkan sebab teologi ini kehilangan warna aslinya.18
a. Jhon Hick (1922)
John Hick ialah salah satu tokoh pluralisme barat dan ia seorang pemikir
agama. John Hick mengatakan bahwa semua agama memiliki sejarah historis yang
berbeda dan substansi penting, kebenaran terletak pada semua agama serta kesatuan
yang sesungguhnya tidak dapat ditemukan pada doktrin atau pengalaman mistik
tetapi didalam pengalaman keselamatan atau pembebasan yang sama.
b. Sri Ramakrishna (1834-1886)
Sri Ramakrishna seorang yang mengarungi pengembaruan spiritual antar
agama dan hindu ke Islam dan kemudian ia berpindah ke Kristen dan Kembali ke
agama Hindu dalam hal ini ia mengatakan bahwa perbedaan dalam agama-agama
tidaklah berarti dan semua agama mengantarkan manusia kepada satu tujuan yang
sama, maka Tindakan mengubah atau memaksa seseorang untuk berpindah dari satu
agama ke agama lain adalah Tindakan yang sia-sia.
c. Al- hallaj
Al-hallaj seorang pencetus konsep pluralisme dalam perkembangann dunia
Islam dimana ia mengatakan bahwa perbedaan dalam setiap agama hanya sekedar
bentuk dan nama saja namun pada hakikatya memiliki tujuan yang sama ialah
percaya kepada Tuhan, dan hal ini menghendaki seseorang untuk konsekuen dalam
memeluk agamanya tanpa memberikan penilaian negative pada agama yang lain
dan adanya keterbukaan satu sama lain.

BAB IV
IMPLIKASI BAGI MASYARAKAT MASA KINI

Negara Indonesia merupakan Negara yang pluralis, sebab memiliki banyak agama,
budaya dan suku bahkan memiliki berbagai tingkatan ekonomi, pendidikan,dan social budaya
18
Christian sulistio, Teologi Pluralisme Jhon Hick : Sebuah Dialog Kritis Dari Persepektif
Partikularis, Veritas : Jurnal Telogi Dan Pelayanan, 2001
P a g e | 11

yang berbeda. Melalui perbedaan yang berbeda ini, masyarakat Indonesia memerlukan sikap
yang menghargai satu dengan yang lain, keseganan dan sikap saling menerima. Bahkan sikap
toleransi ialah sikap yang harus dikembangkan dalam diri masyarakat Indonesia, dengan
demikian nilai keadilan, inklusif dan demokratis sangatlah penting nilainya. Perlunya Indonesia
belajar dari sejarah dalam sloka “Bhinneka Tunggal Ika, Tan Hana Dharma Mangrua” yang
dalam arti berbeda-beda tetapi tetap satu. Sloka ini harus dipahami sebab memiliki makna yang
dalam namun sesuai dengan konteks kesatuan,
Seperti penjelasan diatas yang menjelaskan bagaimana sebuah paham yang mengajarkan
untuk kita tidak boleh mengklaim hanya ada satu kebenaran melainkan setiap kepercayaan
dalam agama itu memiliki kebenaran didalamnya, untuk masa kini kita sebagai penganut
kepercayaan yang berdiri ditengah berbagai agama lain dan memiliki kepercayaan yang berbeda
harusnya adanya penerimaan satu dengan yang lain tanpa menolak kebenaran dari agama yang
ada serta tidak bersikeras menerapkan kebenaran yang dianut sebab jika hal ini terus terjadi
saling mempertahankan kepercayaan maka timbullah konflik yang tak akan pernah selesai sebab
pada hakikatnya ketika kita memahami bahwa kita memiliki tujuan yang sama ialah percaya
kepada Tuhan serta kita belajar dari pengalaman-pengalaman sejarah yang mampu
meningkatkan kerukunan umat beragama, sehingga kesalahan yang sudah terjadi masa kini
seharusnya kita mampu menyikapi dan menanganinya dengan baik dan benar melalui
pengalaman-pengalaman yang terjadi, dan lebih mengarahkan pada kedamaian dan saling
menerima agama yang lain dan membuka diri serta saling memposisikan diri baik dalam segi
agama, budaya dan social bahkan politik.

BAB V
PENUTUP

Kesimpulan
P a g e | 12

Kita yang tingal di dalam berbagai kepercayaan kita tidak dapat saling
mengklaim bahwa ajaran agama kita yang paling benar dan yang lainnya salah, namun
kita harus saling menghargai dengan menerima bentuk-bentuk dari tata ibadah yang lain
dan dapat menerima system hukum yang berbeda meskipun sangat menyimpang dari
ajaran kita namun kita diharapkan untuk dapat menerima perbedaan kepercayaan agama
tersebut. Seharusnya keberagaman agama yang ada membuat hidup lebih berwarna dan
hidup saling menghargai serta ada damai sejahtera dalam bermasyarakat dan memiliki
toleransi dalam beragama dan melaui konsep ini kita di ajarkan untuk dapat menerima
setiap perbedaan yang ada. Karena setiap agama yang di anut memiliki satu tujuan yaitu
datang untuk menyebah Allah yang maha tinggi.

Sudut Pandang Pluralisme dalam Agama Kristen


Berikut beberapa sudut pandang pluralisme dalam agama Kristen yang perlu diketahui.
Simak ulasannya pada pembahasan di bawah ini.

1. Sosial
Sudut pandang yang pertama adalah sudut pandang sosial. Sosial memiliki arti
kemasyarakatan, seperti masyarakat Indonesia dengan berbagai latar belakang berbeda.
Latat belakang ini dipengaruhi budaya, bahasa, adat, hingga kepercayaan mereka.

Kekristenan punya penerimaan pluralisme lewat sudut pandang sosial, perihal ini berarti
bahwa umat kristiani terima ada pluralisme dan mengusahakan untuk bertoleransi akan
ada perbedaan di dalam masyarakat. Sudut pandang sosial juga mengajarkan kita bahwa
ada keberagaman atau perbedaan itu sebenarnya sah ada dan keberbedaan itu punya hak
untuk tersedia berada disekitar kita.

Anda mungkin juga menyukai