BAB I
PENDAHULUAN
A. Pendahuluan
Seperti yang kita ketahui bahwa dalam kajian filsafat agama dikenal ada tiga
macam cara beragama: Eksklusivisme (pemahamaan yang mengatakan sebuah tradisi
dan keyakinan tersebut mengajarkan kebenaran dan mempunyai jalan keselamatan dan
pembebasan). Inklusivisme (pengajaran yang meyakini bahwa tradisi dan keyakinan
dalam keagamaan tertentu mempunyai kebenaran yang sempurna, namun tetap juga
memberikan waktu dengan keberadaan secara persial yang ada pada tradisi dan
keyakinan lainnya). Pluralisme (yang jauh lebh banyak berkembang dibanding dengan
Inklusivisme, dengan adanya pengakuan kebenaran di dalam tradisi maupun keyakinan
disetiap agama). Dengan ketiga paham ini menjadi sebuh puncak dari sikap
keberagamaan umat manusia, dan dengan cara inilah dapat dipercaya akan menciptakan
sebuah kedamaian dan kerukunan di dalam umat beragama.1
Agama merupakan persoalan social, tetapi dalam penghayatannya sangat bersifat
individual. Agama menjadi sebuah kenyataan dalam ruang pemikiran individu, dengan
demikian ditempatkan suatu kategori kebenaran yang relative. Kebanyakan didalam
setiap pemikiran yang dimiliki oleh keagamaan, di wujud nyatakan sebagai kebenaran
mutlak atau satu-satunya. Dikalangan Non-Muslim mengatakan bahwa islam yang
digambarkan sebagai agama pedang, merupakan sebuah sosok mengerikan. Dan setiap
para pemimpin islam ajab kali mengatakan bahwa islam sebagai agama toleran, yang
menghormati dan menghargai agama-agama lain. Akan tetapi, dalam kehidupan yang
nyata menunjukkan banyak konflik umat manusia, contoh : konflik etnis, konflik pilitik-
sosial-ekonomi, yang kadangkala terjadi atas nama agama. Agama islam justru
melahirkan sikap fanatisme agama atau kepastian teologis yang destruktif. Oleh sebab
itu, klaim kemutlakan dari masing-masing agama diperbesar dengan adanya perbedaan-
perbedaan antar agama.2
Dengan demikian, keberadaan manusia diantara keyakinan agama yang
bermacam-macam menimbulkan sebuah pertanyaan, apakah hanya satu agama yang
1
Ahmad Khoirul Fata, Diskursus Dan Kritik Terhadap Teologi Pluralisme Agama Di Indonesia,
2018, hal 106
2
Pluralisme Agama Makna Dan Lokalitas Pola Kerukunan AntarUmat Beragama, Dr. Hj. Umi
Sumbulah, Malang, 2013
Page |2
mempunyai kebenaran yang nyata dibandingkan dengan agama lainnya yang tidak
memiliki kebenaran. Sebuah pengakuan yang berakhir pada tuntutan bahwa hanya satu
agama yang benar telah menjadi penyebab berbagai masalah dalam masyarakat
majemuk3. Hal ini juga bisa terjadi dalam kekristenan, dimana penganut agam Kristen
Ketika meyakini kebenaran agamanya bersifat final maka pada saat yang sama menolak
kebenaran yang dikemukakan agama lain. Dan memang pasti di dalam agama memiliki
potensi untuk merendahkan agama lain.
Jadi dalam makalah ini, kelompok kami akan membahas semuanya ini dan
mencoba membandingkannya dengan agama-agama lain dan mengimplikasikannya
pada masa kini.
B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian Teologi Pluralisme?
2. Apa Pemikiran Para Teolog Mengenai Pluralisme Agama?
3. Bagaimana Implikasi Bagi Masyarakat Masa Kini?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk Mengetahui Arti Dari Teologi Pluralisme
2. Untuk Mengetahui Pemikiran Para Teolog Mengenai Pluralisme Agama
3. Untuk Mengetahui Implikasi Pluralisme Bagi Masyarakata Masa Kini
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN TEOLOGI PLURALISME
3
Yafet M. Paembonan, Memahami Tantangan Teologi Pluralisme dan Teologi Pembebasan,
(Jurnal Teologi Berita Hidup, Vol. 2, No. 1 September 2019), Hal. 48-49
Page |3
Teologi berasal dari kata “Theos” yang artinya “Tuhan” dan “Logos” artinya
“ilmu. Artinya bahwa teologi merupakan ilmu mengenai Tuhan atau bisa dikatakan
dengan “Ilmu Ketuhanan”. Dengan kata lain, teologi dapat diartikan discource atau
pembicaraan tentang Tuhan. Sedangkan dalam pemikiran keislaman, teologi sering
disamakan dengan ilmu kalam atau ilmu tauhid, yang merupakan suatu disiplin ilmu
yang mempelajari tentang ketuhanan yang bersifat abstrak, normative dan skolastik.
Ilmu kalam tidak dapat dilepas dari sifat abstrak karena objek kajiannya adalah problem-
problem ketuhanan.4
Pluralisme berasal dari kata plural yang artinya jamak atau lebih dari satu. Pluralis
ini bersifat jamak (banyak). Pluralisme merupakan hal yang menyatakan jamak atau
tidak hanya satu, kebudayaaan, atau berbeda-beda di suatu masyarakat. Dalam kamus
teologi, pluralisme adalah pandangan filosofi yang tidak mereduksikan (Membuat
pengurangan, potongan) segala sesuatu pada satu prinsip terakhir, akan tetapi menerima
adanya keragaman. Dalam pluralisme ini juga menyangkut bidang kultural, politik dan
religious.5
Dalam kamus Bahasa Inggris pluralisme ini memiliki tiga pengertian :
1. Pengertian kegerejaan:
Disebut kepada orang yang memegang lebih dari satu jabatan dalam struktur
kegerejaan
Memegang dua jabatan atau lebih secaar bersamaan, baik bersifat kegerejaan
maupun non-kegerejaan
2. Pengertan filosofi
Suatu system pemikiran yang mengakui adanya landasan pemikirn yang
mendasar yang lebih dari Satu.
3. Pengertian sosiopolitis
Merupakan suatu system yang mengakui eksistensi keragaman kelompok,
baik yang bercorak aspek perbedaan yang snagat karakteristik dianatara
kelompok-kelompok tersebut.
4
Ahmad fadil, Teologi Pluralisme (Studi Pemikiran Azyumardi Azral), Bandung, 2019. Hal 27
5
Anis Malik Toha, Tren Pluralisme Agama Persepektif Kelompk Gema Insani, Jakarta, 2005
Page |4
Dengan pergertian diatas dapat disimpulkan dalam satu mana. Yaitu ke-
eksistensinya kelompok atau keyakinan di satu waktu dengan tepat terpeliharanya
perbedaan-perbedaan dan karakteristik masing-masing.
Pluralisme ini memiliki tujuannya tidak hanya focus membangun kesadaran yang
bersifat teologis tetapi juga kesadaran social. Hal ini terjadi oleh karena terjadi
kesadaran bahwa manusia hidup ditengah masyarakat yang plural dari segi agama,
budaya, etnis, dan berbagai keagamaan social lainnya. Karena dalam pluarlisme tidak
hanya saja mengandung konsep teologis akan tetapi juga konsep sosiologis. Pluralisme
juga tidak dapat kita pahami hanya dengan mengatakan bahwa masyarakat kita
majemuk, beraneka ragam, terdiri dari berbagai suku dan agama yang justru hanya
menggambarkan kesan fragmentasi bukan pluralisme.6
Pluralisme merupakan suatu paham yang menganggap bahwa kebenaran tidak
hanya ada pada kelompok itu sendiri, akan tetapi juga terdapat dalam kelompok lain,
termasuk dalam komunitas agama. Dalam pluralisme dipercaya bahwa terdapat
pemahaman mengenai yang lain yang mana selalu ada dimensi kesamaan substansi nilai,
artinya harus dipahami bahwa kebenaran dan keselamatan tidak dapat dimonopoli
agama tertentu, akan tetapi telah menjadi paying besar agama-agama.
Pluralisme agama dapat kita pahami dalam tiga kategori pertama kategori sosial
dalam pengertiaannya pluralism agama berarti semua bentuk agama berhak ada dan
hidup. Dimana secara sosial kita harus belajar toleran dan bahkan saling menghomati
kepercayaan agama yang lain. yang kedua kategori etika dalam bagian ini pluralisme
agama berarti semua pandangan moral dari masing-masing agama bersifat relative dan
sah. Jika kita menganut pluralisme agama dalam manusia etis, kita didorong untuk tidak
6
Ibid….30
7
Kuntjoro Tjondro, Memahami Pluralisme,(Jurnal Teologi SANCTUM DOMINE), Hal. 1
Page |5
menghakimi penganut agama lain yang memilki pandangan moral berbeda misalnya
dalam pernikahan, aborsi, hukuman gantung dll. Ketiga kategori teologi-filosofi agama-
agama pada hakekatnya setara, sama-sama benar dan sama-sama menyelamatkan,
dimana semua agama menuju pada Allah hanya jalannya saja yang berbeda. 8 Melalui
penjelasan diatas dapat kita simpulkan bahwa pluralisme agama sebagai berikut:
Pluralisme agama adalah sebuah konsep yang memiliki makna luas, yang
berkaitan mengenai penerimaan terhadap penganut agama yang lain dan yang dilakukan
dengan cara yang berbeda-beda, pluralisme agama ini juga mengingatkan bahwa semua
keyakinan itu sama, karena semua kebenaran adalah relative. Oleh sebab itu kita tidak
dapat mengklaim bahwa keyakinan kita yang paling benar dan yang lain tidak benar.
Karen itu kebergaman agama yang ada dalam masyarakat menjadikan hidup lebuh
berwarn, oleh sebab itu keberagaman dapat diimbangi dengnan sikp toleransi, dimana
tanpa ada toleransi akan mengakibtkan perpecahan ataupun konflik dalam masyarakat. 9
8
Dr. Fanny Y.M Kaseke, SP, Diktat Teologi Kontemporer, (Sekolah Tinggi Teologia
Ebenhaezer Tanjong Enim)
9
Pengertian Pluralisme: Macam, Dampak dan Contoh - Buku Deepublish
10
Pluralisme - Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
11
Yafet M. Paembonan, Memahami Tantangan Teologi Pluralisme dan Teologi Pembebasan,
(Jurnal Teologi Berita Hidup, Vol. 2, No. 1 September 2019), Hal. 50
Page |6
12
Kuntjoro Tjondro, Memahami Pluralisme,(Jurnal Teologi SANCTUM DOMINE)
13
Marsudi Utoyo, Perspektif Agama-agama di Indonesia Terhadap Pluralisme Agama, (Artikel),
Hal. 455
14
Ibid. 456
Page |7
Paham pluralis agama jelas-jelas di tolak oleh gereja Katolik. Yang mereka akui
ialah dimensi transenden dan metafisik alam semesta.
17
Ibid. 458-459
Page |9
BAB III
PEMIKIRAN PARA TEOLOG TENTANG PLURALISME
Teologi Pluralisme disebut juga sebagai teologi abu-abu, karena teologi ini sulit
untuk dijelaskan dan digambarkan sebab teologi ini kehilangan warna aslinya.18
a. Jhon Hick (1922)
John Hick ialah salah satu tokoh pluralisme barat dan ia seorang pemikir
agama. John Hick mengatakan bahwa semua agama memiliki sejarah historis yang
berbeda dan substansi penting, kebenaran terletak pada semua agama serta kesatuan
yang sesungguhnya tidak dapat ditemukan pada doktrin atau pengalaman mistik
tetapi didalam pengalaman keselamatan atau pembebasan yang sama.
b. Sri Ramakrishna (1834-1886)
Sri Ramakrishna seorang yang mengarungi pengembaruan spiritual antar
agama dan hindu ke Islam dan kemudian ia berpindah ke Kristen dan Kembali ke
agama Hindu dalam hal ini ia mengatakan bahwa perbedaan dalam agama-agama
tidaklah berarti dan semua agama mengantarkan manusia kepada satu tujuan yang
sama, maka Tindakan mengubah atau memaksa seseorang untuk berpindah dari satu
agama ke agama lain adalah Tindakan yang sia-sia.
c. Al- hallaj
Al-hallaj seorang pencetus konsep pluralisme dalam perkembangann dunia
Islam dimana ia mengatakan bahwa perbedaan dalam setiap agama hanya sekedar
bentuk dan nama saja namun pada hakikatya memiliki tujuan yang sama ialah
percaya kepada Tuhan, dan hal ini menghendaki seseorang untuk konsekuen dalam
memeluk agamanya tanpa memberikan penilaian negative pada agama yang lain
dan adanya keterbukaan satu sama lain.
BAB IV
IMPLIKASI BAGI MASYARAKAT MASA KINI
Negara Indonesia merupakan Negara yang pluralis, sebab memiliki banyak agama,
budaya dan suku bahkan memiliki berbagai tingkatan ekonomi, pendidikan,dan social budaya
18
Christian sulistio, Teologi Pluralisme Jhon Hick : Sebuah Dialog Kritis Dari Persepektif
Partikularis, Veritas : Jurnal Telogi Dan Pelayanan, 2001
P a g e | 11
yang berbeda. Melalui perbedaan yang berbeda ini, masyarakat Indonesia memerlukan sikap
yang menghargai satu dengan yang lain, keseganan dan sikap saling menerima. Bahkan sikap
toleransi ialah sikap yang harus dikembangkan dalam diri masyarakat Indonesia, dengan
demikian nilai keadilan, inklusif dan demokratis sangatlah penting nilainya. Perlunya Indonesia
belajar dari sejarah dalam sloka “Bhinneka Tunggal Ika, Tan Hana Dharma Mangrua” yang
dalam arti berbeda-beda tetapi tetap satu. Sloka ini harus dipahami sebab memiliki makna yang
dalam namun sesuai dengan konteks kesatuan,
Seperti penjelasan diatas yang menjelaskan bagaimana sebuah paham yang mengajarkan
untuk kita tidak boleh mengklaim hanya ada satu kebenaran melainkan setiap kepercayaan
dalam agama itu memiliki kebenaran didalamnya, untuk masa kini kita sebagai penganut
kepercayaan yang berdiri ditengah berbagai agama lain dan memiliki kepercayaan yang berbeda
harusnya adanya penerimaan satu dengan yang lain tanpa menolak kebenaran dari agama yang
ada serta tidak bersikeras menerapkan kebenaran yang dianut sebab jika hal ini terus terjadi
saling mempertahankan kepercayaan maka timbullah konflik yang tak akan pernah selesai sebab
pada hakikatnya ketika kita memahami bahwa kita memiliki tujuan yang sama ialah percaya
kepada Tuhan serta kita belajar dari pengalaman-pengalaman sejarah yang mampu
meningkatkan kerukunan umat beragama, sehingga kesalahan yang sudah terjadi masa kini
seharusnya kita mampu menyikapi dan menanganinya dengan baik dan benar melalui
pengalaman-pengalaman yang terjadi, dan lebih mengarahkan pada kedamaian dan saling
menerima agama yang lain dan membuka diri serta saling memposisikan diri baik dalam segi
agama, budaya dan social bahkan politik.
BAB V
PENUTUP
Kesimpulan
P a g e | 12
Kita yang tingal di dalam berbagai kepercayaan kita tidak dapat saling
mengklaim bahwa ajaran agama kita yang paling benar dan yang lainnya salah, namun
kita harus saling menghargai dengan menerima bentuk-bentuk dari tata ibadah yang lain
dan dapat menerima system hukum yang berbeda meskipun sangat menyimpang dari
ajaran kita namun kita diharapkan untuk dapat menerima perbedaan kepercayaan agama
tersebut. Seharusnya keberagaman agama yang ada membuat hidup lebih berwarna dan
hidup saling menghargai serta ada damai sejahtera dalam bermasyarakat dan memiliki
toleransi dalam beragama dan melaui konsep ini kita di ajarkan untuk dapat menerima
setiap perbedaan yang ada. Karena setiap agama yang di anut memiliki satu tujuan yaitu
datang untuk menyebah Allah yang maha tinggi.
1. Sosial
Sudut pandang yang pertama adalah sudut pandang sosial. Sosial memiliki arti
kemasyarakatan, seperti masyarakat Indonesia dengan berbagai latar belakang berbeda.
Latat belakang ini dipengaruhi budaya, bahasa, adat, hingga kepercayaan mereka.
Kekristenan punya penerimaan pluralisme lewat sudut pandang sosial, perihal ini berarti
bahwa umat kristiani terima ada pluralisme dan mengusahakan untuk bertoleransi akan
ada perbedaan di dalam masyarakat. Sudut pandang sosial juga mengajarkan kita bahwa
ada keberagaman atau perbedaan itu sebenarnya sah ada dan keberbedaan itu punya hak
untuk tersedia berada disekitar kita.