Anda di halaman 1dari 19

PLURALISME AGAMA DALAM PANDANGAN

ISLAM
Makalah
Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Umum Seminar Pendidikan
Agama Islam (KU300)
Dosen Pengampu Dr. H. Sudirman, M.Ag., M.Pd.

Oleh

Nurshifa Rosanty (1203109)

DEPARTEMEN PENDIDIKAN KIMIA


FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN
ALAM
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
BANDUNG
2015
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Manusia sebagai makhluk Tuhan telah diciptakan dengan berbagai
keberagamannya. Tidak ada satupun manusia yang memiliki sifat yang sama.
Begitu pula dengan akal dan pengetuan manusia pasti berbeda. Sudah menjadi
hal yang wajar ketika terjadi perbedaan pendapat diantara sekumpulan
kelompok karena manusia itu pada dasarnya sudah diciptakan berbeda. Untuk
itu sebagai sesama manusia, harus saling menghargai perbedaan yang ada
pada manusia.
Indonesia sendiri terkenal dengan keragaman budaya, agama, adat, bahasa,
dan kekayaan alam lainnya. Sikap saling menghargai antar manusia di
Indonesia pun selalu ditamankan didalam dirinya. Begitu pula antar umat
beragama yang berbeda, Indonesia selalu menanamkan toleransi antar umat
yang berbeda agama. Kemajemukan atau keberagaman antar umat beragama
dinamakan pluralitas (Farkhani, 2013).
Selain pluralitas agama, dikenal pula paham mengenai pluralism. Pluralisme agama
adalah suatu keragaman agama yang terkumpul dalam suatu masyarakat
tertentu. Secara sederhana pluralisme dapat diartikan sebagai paham yang
mentoleransi adanya keragaman pemikiran, peradaban, agama, dan budaya.
Bukan hanya menoleransi adanya keragaman pemahaman tersebut, tetapi
bahkan mengakui kebenaran masing-masing pemahaman, setidaknya menurut
logika para pengikutnya. Latar belakang munculnya gerakan pluralisme adalah
muncul akibat reaksi dari tumbuhnya klaim kebenaran oleh masing-masing
kelompok terhadap pemikirannya sendiri. Persoalan klaim kebenaran inilah
yang dianggap sebagai pemicu lahirnya radikalisasi agama, perang dan
penindasan atas nama agama. Konflik horisantal antar pemeluk agama hanya
akan selesai jika masing-masing agama tidak menganggap bahwa ajaran
agama meraka yang paling benar. Itulah tujuan akhir dari gerakan pluralisme ;
untuk menghilangkan keyakinan akan klaim kebenaran agama dan paham
yang dianut, sedangkan yang lain salah. Maka itulah, muncul sebuah paham
yang berlandaskan bahwa setiap agama itu sama kebenarannya dan
menyembah Tuhan yang sama, namun cara penyembahannya saja yang
berbeda (Khoir, 2014).
1

Pada dasarnya, keberagaman senantiasa memberikan nilai


estetika yang indah. Tetapi berbeda dengan keberagaman
masalah agama. Seringkali keberagaman agama menjadi
background tersendiri akan munculnya konflik-konflik sosial
dan akademis. Oleh karena itu, penulis mengambil judul
makalah ini mengenai Pluralisme Agama Menurut Pandangan
Islam.
B. Rumusan Masalah
Dari latar berlakang diatas, rumusan masalah yang didapat adalah :
1. Apakah yang dimaksud dengan pluralitas agama ?
2. Apakah yang dimaksud dengan pluralisme agama ?
3. Bagaimana pluralisme agama menurut pandangan islam ?
C. Tujuan
Makalah ini bertujuan untuk :
1. Mengetahui perbedaan mengenai pluralitas dan pluralisme agama.
2. Mengetahui pandangan Islam mengenai pluralise agama.
D. Manfaat
Manfaat dari penulisan makalah ini adalah untuk memberikan gambaran
dan informasi mengenai pandangan islam tentang pluralisme.

BAB II
PEMBAHASAN
1. Pengertian Pluralitas Agama

Pluralitas berasal dari bahasa inggris plural yang berarti


banyak, majemuk. Dalam beberapa kamus bahasa Inggris,
paling tidak ada tiga pengertian :
1.

Pengertian kegerejaan; sebutan untuk orang yang

memegang

lebih

dari

satu

jabatan

dalam

struktur

kegerejaan, memegang dua jabatan atau lebih secara


bersamaan

baik

bersifat

kegerejaan

maupun

non

kegerejaan.
2. Pengertian filosofis; sistem pemikiran yang tidak hanya
berlandaskan pada satu hal
3. Pengertian sosio-politis; mengakui adanya perbedaan
dalam segala hal dengan tetap menjunjung tinggi aspekaspek perbedaan diantara kelompok-kelompok tersebut.
Sedangkan dalam kamus ilmiah popular, pluralitas adalah
kejamakan, orang banyak. Atau bisa juga diartikan sebagai
keberagaman.

Jadi,

pluralitas

adalah

keberadaan

dari

sejumlah orang atau kelompok dalam satu masyarakat yang


berasal dari latar belakang yang berbeda.
Menurut Dr. Muhammad Imarah, pluralitas adalah suatu
bentuk kemajemukan yang didasari oleh suatu keutamaan
dan kekhasan tertentu. Misalnya, pria dan wanita adalah
bentuk pluralitas

dari kesatuan jiwa manusia. Tiap-tiap

anggota keluarga merupakan bentuk pluralitas dari kerangka


kesatuan keluarga itu sendiri. Pria, wanita, dan anggota
keluarga

inilah

yang

disebut

sebagai

keutamaan

dan

kekhasan tertentu Menurut pendapat Dr. Muhammad Imarah.


Dengan kata lain, pluralitas tidak dapat terwujud tanpa
adanya antithesis dari suatu kesatuan (Fadhlulloh, 2013).
Cak Nur berpendapat mengenai pengertian pluralitas adalah sebuah
landasan yang sifatnya positif dalam menerima adanya kemajemukan semua

hal dalam aspek kehitupan sosila budaya, yang di dalamnya tedapat agama.
Di tambah dengan pendapat dari Anis Malik Thoha yang mengungkapan
bahwa adalah tiga penjeasan penting mengenai pengertian pluralitas yang
mana pada poin pertama mengacy pada satu jabatan di stuktur di kegerejaan
yang dalam keitannya memegang dua jabatan lebih secara berbarengan, baik
yang bersifat kegerejaan atau pun yang non kegerejaan (Admin, 2015).
Al-Quran sendiri juga mengakui adanya pluralitas, yang
tercantum dalam Q.S. Ar Rum: 22
Dan

di

antara

tanda-tanda

kekuasaan-Nya

ialah

penciptaan langit dan bumi dan berlainan bahasamu dan


warna kulitmu. Sesungguhnya pada yang demikian itu
benar-benar

terdapat

tanda

bagi

orang-orang

yang

mengetahui.
Ayat ini menunjukkan bahwa keberagaman suku, bangsa,
bahasa, warna kulit adalah hal yang menjadi sunnatullah.
Inilah yang dikatakan pluralitas menurut islam. Sebagaimana
diciptakannya berbagai suku dan budaya di penjuru dunia.

2. Pengertian Pluralisme Agama


Sebelum mengkaji lebih lanjut mengenai pluralitas agama,
ada baiknya kita mengetahui definisi dari agama itu sendiri.
Agama berasal dari bahasa sanskerta a yang berarti tidak,
dan gama yang berarti kacau. Jadi, secara etimologi agama
adalah sesuatu yang tidak kacau (teratur). Dari segi istilah,
agama dapat dirtikan sebagai suatu hal yang mencakup
tentang keyakinan (kepercayaan) dan cara-cara peribadatan
yang

ditujukan

kepada

Tuhan,

serta

mengkaji

tentang

berbagai amalan (tindakan) yang ditujukan kepada sesame


manusia. Sedangkan pluralitas sendiri adalah suatu bentuk

kemajemukan yang didasari oleh suatu keutamaan dan


kekhasan tertentu.
Dari kedua uraian diatas (pluralitas dan agama), dapat
diambil kesimpulan bahwa pluralitas agama adalah suatu
keragaman agama yang terkumpul dalam suatu masyarakat
tertentu. Seseorang bisa disebut manusia yang berpluralitas
(agama) jika dapat berinteraksi positif dalam lingkungan
kemajemukan dalam agama tersebut. Dengan kata lain,
dalam pluralitas agama, tiap pemeluk agama dituntut untuk
mengakui adanya berbagai agama sebagai sunnatullah.
Artinya, tidak mungkin bisa disamakan antara satu dengan
yang lain. Lebih dari itu, tiap pemeluk agama tidak hanya
mengakui adanya perbedaan agama, tapi juga memahami
dan menghormati perbedaan tersebut sehingga memunculkan
suatu persatuan yang kuat dalam suatu masyarakat tersebut.
Menurut Alwi, pluralisme adalah konsep yang menuntut setiap pemeluk
agama untuk tidak hanya mengakui keberadaan dan hak agama lain, tapi juga
terlibat dalam usaha memahami perbedaan dan persamaan di antara mereka
guna tercapainya kerukunan dalam kebhinnekaan. Adapun menurut Ahmad
Fuad Fanani, pluralisme adalah sebuah pengakuan akan hukum Tuhan yang
menciptakan manusia tidak hanya dalam satu kelompok, suku, warna kulit dan
agama. Definisi yang pertama lebih dekat kepada toleransi beragama,
sedangkan yang kedua lebih dekat pada paham persamaan agama, sebab ia
menegaskan bahwa Tuhan memang berkehendak agar manusia memeluk
berbagai agama, karena semua agama itu adalah ciptaan-Nya belaka. Dalam
prakteknya, definisi yang kedualah yang seringkali digunakan.
Pluralisme agama adalah sebuah konsep yang mempunyai
makna yang luas, berkaitan dengan penerimaan terhadap agamaagama yang berbeda, dan dipergunakan dalam cara yang berlainlainan pula:

Sebagai pandangan dunia yang menyatakan bahwa agama


seseorang bukanlah sumber satu-satunya yang eksklusif bagi
kebenaran, dan dengan demikian di dalam agama-agama lain
pun dapat ditemukan, setidak-tidaknya, suatu kebenaran dan

nilai-nilai yang benar.


Sebagai penerimaan atas konsep bahwa dua atau lebih
agama yang sama-sama memiliki klaim-klaim kebenaran yang
eksklusif

sama-sama

sahih.

Pendapat

ini

seringkali

menekankan aspek-aspek bersama yang terdapat dalam

agama-agama.
Kadang-kadang
ekumenisme,

juga

yakni

digunakan
upaya untuk

sebagai

sinonim

untuk

mempromosikan

suatu

tingkat kesatuan, kerja sama, dan pemahaman yang lebih


baik antar agama-agama atau berbagai denominasi dalam

satu agama.
Dan sebagai sinonim untuk toleransi agama, yang merupakan
prasyarat

untuk

ko-eksistensi

harmonis

antara

berbagai

pemeluk agama ataupun denominasi yang berbeda-beda.

3. Pluralisme Agama Menurut Pandangan Islam


Dalam pandangan Islam, sikap menghargai dan toleran kepada
pemeluk agama lain adalah mutlak untuk dijalankan, sebagai
bagian dari keberagaman (pluralitas). Namun anggapan bahwa
semua agama adalah sama (pluralisme) tidak diperkenankan,
dengan kata lain tidak menganggap bahwa Tuhan yang 'kami'
(Islam) sembah adalah Tuhan yang 'kalian' (non-Islam) sembah.
Pada 28 Juli 2005, Majelis Ulama Indonesia (MUI) menerbitkan fatwa
melarang paham pluralisme dalam agama Islam. Dalam fatwa
tersebut, pluralisme didefiniskan sebagai ""Suatu paham yang
mengajarkan bahwa semua agama adalah sama dan karenanya
kebenaran setiap agama adalah relatif; oleh sebab itu, setiap
pemeluk agama tidak boleh mengklaim bahwa hanya agamanya
saja yang benar sedangkan agama yang lain salah. Pluralisme juga
mengajarkan bahwa semua pemeluk agama akan masuk dan hidup
dan berdampingan di surga".

Namun demikian, paham pluralisme ini banyak dijalankan dan


kian disebarkan oleh kalangan Muslim itu sendiri. Solusi Islam
terhadap adanya pluralisme agama adalah dengan mengakui
perbedaan dan identitas agama masing-masing (lakum diinukum
wa liya diin). Tapi solusi paham pluralisme agama diorientasikan
untuk

menghilangkan

konflik

dan

sekaligus

menghilangkan

perbedaan dan identitas agama-agama yang ada.

Secara sederhana pluralisme dapat diartikan sebagai paham yang


mentoleransi adanya keragaman pemikiran, peradaban, agama, dan budaya.
Bukan hanya menoleransi adanya keragaman pemahaman tersebut, tetapi
bahkan mengakui kebenaran masing-masing pemahaman, setidaknya menurut
logika para pengikutnya.

Argumen Pluralisme
Dalam mengajarkan gagasan ini mereka sering mengumpamakan agama
dengan tiga orang buta yang menjelaskan tentang bentuk gajah. Ketiga orang
buta itu diminta untuk memegang gajah, ada yang memegang telinganya, ada
yang memegang kakinya, dan ada yang memegang belalainya. Setelah mereka
semua memegang gajah, lalu mereka bercerita satu sama lain; yang memegang
belalai mengatakan bahwa gajah itu seperti pipa, yang memegang telinganya
berkata bahwa gajah seperti kipas yang lebar dan kaku. Yang memegang kaki
mengatakan bahwa gajah seperti pohon besar yang kokoh.
Dengan berpijak pada cerita tersebut lalu mereka mengatakan bahwa
semua agama pada dasarnya menyembah Tuhan yang sama, meskipun cara
penyembahannya berbeda-beda.

Bagi para penggiat pluralisme dari kalangan kaum muslimin mereka pun
menyitir ayat-ayat yang mengandung gagasan pluralisme. Di antara ayat yang
sering mereka sitir adalah;
Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); (al-Baqarah:256)
Sesungguhnya orang-orang mumin, orang-orang Yahudi, Shabiin dan orangorang Nasrani, siapa saja (di antara mereka) yang benar-benar beriman kepada
Allah, hari kemudian dan beramal saleh, maka tidak ada kekhawatiran
terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati. (al-Baqarah:62).
Bantahan atas Argumen Pluralisme
Dengan kemampuan mereka memahami bahasa Arab yang cukup baik,
mereka suka memelintir makna ayat sehingga kaum intelektual-awam agama
percaya kepada mereka. Mari kita perhatikan ayat 256 surat al-Baqarah;
Mereka menganggap tidak ada paksaan dalam beragama berarti pengakuan
agama lain. Pemahaman demikian bukanlah pemahaman yang benar. Untuk
lebih memahami makna tidak ada paksaan ini satu ayat penuh harus difahami
secara utuh. Lanjutan ayat tersebut adalah,
. sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang
sesat. Karena itu barangsiapa yang ingkar kepada Thaghut dan beriman
kepada Allah, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang
amat kuat yang tidak akan putus. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha
Mengetahui. (Al-Baqarah : 256)
Jika ayat ini dibaca dengan tuntas maka akan jelas, tidak ada paksaan
karena telah jelas yang benar dan yang salah, islam itulah yang benar dan yang
lainnya adalah salah. Masing-masing bebas memilih dengan resiko sendirisendiri. Adapun kaum pluralis dalam memaksakan pemahamannya tak jarang
memotong ayat tidak pada tempatnya sehingga seolah-olah benar padahal
tidak benar.

Jika kita lihat ayat 62 surat al-Baqarah, sekilas memang ayat ini menjelaskan
bahwa orang Yahudi jika tetap beriman dan beramal shaleh akan masuk sorga.
Orang Nasrani, orang Shabiin, selama tetap beriman dan beramal shaleh ia
akan masuk sorga.
Dalam memahami suatu ayat, para ulama telah menganjurkan agar
menggunakan riwayat turunnya ayat, yang disebut dengan asbab nuzul.
Adapun asbab nuzulnya ayat ini adalah; Salman al-Farisi; tatkala ia
menceritakan kepada Nabi saw kebaikan-kebaikan guru-gurunya dari
golongan Nasrani dan Yahudi. Tatkala Salman selesai memuji para
shahabatnya, Nabi saw bersabda, Ya Salman, mereka termasuk ke dalam
penduduk neraka. Selanjutnya, Allah swt menurunkan ayat ini. Lalu hal ini
menjadi keimanan orang-orang Yahudi; yaitu, siapa saja yang berpegang teguh
terhadap Taurat, serta perilaku Musa as hingga datangnya Isa as (maka ia
selamat). Ketika Isa as telah diangkat menjadi Nabi, maka siapa saja yang
tetap berpegang teguh kepada Taurat dan mengambil perilaku Musa as, namun
tidak memeluk agama Isa as, dan tidak mau mengikuti Isa as, maka ia akan
binasa. Demikian pula orang Nashraniy. Siapa saja yang berpegang teguh
kepada Injil dan syariatnya Isa as hingga datangnya Mohammad saw, maka ia
adalah orang Mukmin yang amal perbuatannya diterima oleh Allah swt.
Namun, setelah Mohammad saw datang, siapa saja yang tidak mengikuti Nabi
Mohammad saw, dan tetap beribadah seperti perilakunya Isa as dan Injil, maka
ia akan mengalami kebinasaan.
Ibnu Katsir menyatakan, setelah ayat ini diturunkan, selanjutnya Allah swt
menurunkan surat,
Barangsiapa mencari agama selain Islam, maka sekali-kali tidaklah
akan diterima (agama itu) daripadanya, dan dia di akherat termasuk orangorang yang merugi.[Ali Imron:85].

Ibnu Abbas menyatakan, Ayat ini menjelaskan bahwa tidak ada satupun
jalan, agama, kepercayaan, dll, ataupun perbuatan yang diterima di sisi Allah,
kecuali jika jalan dan perbuatan itu berjalan sesuai dengan syariatnya
Mohammad saw. Adapun, umat terdahulu sebelum nabi Mohammad diutus,
maka selama mereka mengikuti ajaran nabi-nabi pada zamanya dengan
konsisten, maka mereka mendapatkan petunjuk dan memperoleh jalan
keselamatan.
Ya, kaum pluralis itu mengambil satu ayat dengan mengabaikan ayat-ayat
yang lain. Meraka abaikan ayat ;
Sesungguhnya agama yang diridloi di sisi Allah hanyalah Islam. (Ali
Imron:19).
Barangsiapa mencari agama selain Islam, maka sekali-kali tidaklah akan
diterima (agama itu) daripadanya, dan dia di akherat termasuk orang-orang
yang merugi. (Ali Imron:85).
Mereka abaikan pula ayat;
Orang-orang Yahudi berkata: Uzair itu putera Allah dan orang
Nasrani berkata: Al Masih itu putera Allah. Demikian itulah ucapan
mereka dengan mulut mereka, mereka meniru perkataan orang-orang kafir
yang terdahulu. Dila`nati Allah-lah mereka; bagaimana mereka sampai
berpaling? (al-Taubah:30)
Sungguh telah kafir, mereka yang mengatakan, Tuhan itu ialah Isa al-Masih
putera Maryam.(al-Maidah:72)
Seandainya ide pluralisme agama ini memang diakui di dalam Islam, berarti,
tidak ada satupun orang yang dikatakan kafir. Tetapi al-quran dengan sangat
tegas menyebut orang ahlikitab yang tidak menerima Islam dengan sebutan
kafir.

10

Firman Allah
Sesungguhnya orang-orang kafir dari golongan ahli kitab dan orang-orang
musyrik (akan masuk) ke neraka Jahannam; mereka kekal di dalamnya.
Mereka itu adalah seburuk-buruknya mahluk (al-Bayyinah:6)
Demikianlah, Islam sama sekali tidak mengakui kebenaran ide pluralisme.
Islam hanya mengakui adanya pluralitas agama dan keyakinan. Maknanya
Islam hanya mengakui adanya agama dan keyakinan di luar agama islam, serta
mengakui adanya identitas agama-agama selain Islam. Islam tidak memaksa
pemeluk agama lain untuk masuk Islam. Mereka dibiarkan memeluk
keyakinan dan agama mereka. Hanya saja, pengakuan Islam terhadap
pluralitas agama tidak boleh dipahami bahwa Islam juga mengakui adanya
kebenaran pada agama selain Islam. Islam tetap mengajarkan bahwa agama di
luar Islam adalah kesesatan, meskipun diijinkan hidup berdampingan dengan
Islam.

Pluralitas Agama dalam Pandangan Al-Quran


Al-Quran sebagai kitab suci (kitabun muthahharah) maupun sebagai
pedoman hidup (hudan linnas) sangat menghargai adanya pluralitas. Pluralitas
oleh al-Quran dipandang sebagai sebuah keharusan. Artinya bagaimanapun
juga sesuai dengan sunatullah, pluralitas pasti ada dan dengan itulah
manusia akan diuji oleh Tuhan untuk melihat sejauh mana kepatuhan mereka
dan dapat berlomba-lomba dalam mewujudkan kebajikan.
Dalil yang menyatakan bahwa Islma mengakui eksistensi agama lain.
Dan kalau Allah menghendaki, niscaya Dia menjadikan kamu satu umat
(saja), tetapi Allah menyesatkan siapa yang dikehendaki-Nya dan memberi
11

petunjuk kepada siapa yang dikehendaki-Nya dan sesungguhnya kamu akan


ditanya tentang apa yang telah kamu kerjakan. (S. An-Nahl : 93)
Ayat ini mempunyai substansi yaitu mengemukakan kesengajaan Allah
menciptakan perbedaan. Bahwa Tuhan tidak menjadikan manusia sebagai
umat yang satu. Satu dalam pengertian, satu agama (millarun wahidatun)
sehingga tidak berselisih faham dan berpecah-pecah seperti diungkapkan
dalam tafsir Shafwatul Bayan Li Maanil Quran karya Syaikh Hasanain
Muhammad Makluf (1994: 277).
Selain ayat tadi, di dalam al-Quran terdapat banyak ayat yang mengakui
adanya pluralitas sebagai sesuatu yang alamiah bahkan dikehendaki oleh
Tuhan itu sendiri, yaitu:
Surat al-Maidah: 48
Untuk tiap-tiap umat diantara kamu, kami berikan aturan dan jalan yang
terang. Sekiranya Allah menghendaki, niscaya kamu dijadikan-Nya satu umat
(saja), tetapi Allah hendak menguji kamu terhadap pemberian-Nya kepadamu,
maka berlomba-lombalah berbuat kebajikan. Hanya kepada Allah-lah
kembali kamu semuanya, lalu diberitahukan-Nya kepadamu apa yang telah
kamu perselisihkan.
Keterangan al-Quran di atas jelas merupakan pengakuan terhadap adanya
pluralitas dalam agama. Dalam Tafsir Al-Muminin, Abdul Wadud Yusuf
mengomentari ayat tersebut bahwa memang kehendak Allah-lah manusia
dijadikan menjadi umat yang bermacam-macam. Karena jika seandainya Dia
kehendaki manusia akan dijadikan satu umat saja dengan diberikan-Nya satu
risalah dan di bawah satu kenabian. Tetapi Allah menghendaki manusia
menjadi umat yang banyak (umaman) dan Dia turunkan bagi setiap umat itu
satu orang Rasul untuk menguji manusia, siapa yang benar-benar beriman dan
siapa yang ingkar. Hal senada juga dikemukakan oleh Syaikh Ahmad AlShawi Al-Maliki dalam Hasyiyah Al-Allamah Al-Shawi Juz 1 bahwa, Allah
12

sengaja memecah manusia menjadi beberapa kelompok yang berbeda untuk


menguji mereka dengan adanya syariat yang berbeda-beda (al-syaraI almukhtalifah) untuk mengetahui yang taat dan yang membangkang.
Dalam ayat tersebutjuga disebutkan, bahwa perbedaan tidak dapat
diperdebatkan sekarang, yakni pada saat orang tidak sanggup keluar atau
melepaskan diri dari apa yang diyakininya sebagai kebenaran. Allah-lah nanti
yang akan menentukan mana yang benar. Sikap yang seharusnya diambil
adalah membiarkan masing-masing orang berbuat menurut apa yang
diyakininya.
Akhirnya, pluralisme adalah paham sesat yang bertentangan dengan
aqidah Islam. Islam mengajarkan keyakinan bahwa islam sajalah agama yang
benar, yang diridlai Allah. Orang yang masih mencari agama selain Islam, ia
akan rugi, karena amalnya tidak diterima oleh Allah. Siapapun yang mengakui
kebenaran agama selain Islam, atau menyakini bahwa orang Yahudi dan
Nashrani masuk ke surga, maka dia telah mengingkari ayat-ayat al-Quran
yang tegas dan jelas. Pengingkaran tersebut berakibat pada batalnya keislaman
seseorang, naudzubillah min dzalik.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pluralitas adalah sebuah landasan yang sifatnya positif dalam
menerima adanya kemajemukan semua hal dalam aspek kehitupan sosila
budaya, yang di dalamnya tedapat agama. Pluralisme adalah konsep yang
menuntut setiap pemeluk agama untuk tidak hanya mengakui keberadaan dan

13

hak agama lain, tapi juga terlibat dalam usaha memahami perbedaan dan
persamaan di antara mereka guna tercapainya kerukunan dalam kebhinnekaan.
Islam sama sekali tidak mengakui kebenaran ide pluralisme. Islam
hanya mengakui adanya pluralitas agama dan keyakinan. Maknanya Islam
hanya mengakui adanya agama dan keyakinan di luar agama Islam, serta
mengakui adanya identitas agama-agama selain Islam. Islam tidak memaksa
pemeluk agama lain untuk masuk Islam. Mereka dibiarkan memeluk
keyakinan dan agama mereka. Hanya saja, pengakuan Islam terhadap
pluralitas agama tidak boleh dipahami bahwa Islam juga mengakui adanya
kebenaran pada agama selain Islam. Islam tetap mengajarkan bahwa agama di
luar Islam adalah kesesatan, meskipun diijinkan hidup berdampingan dengan
Islam.
B. Saran
Sebagai seorang muslim, kita harus senatiasa memperkuat iman kita
dengan mengikuti kajian-kajian tentang keislaman kita, agar keimanan kita
tidak goyah dengan adanya gangguan dari luar dan teguh pada pendirian

sendiri.
MUI sebagai organisasi islam terbesar di Indonesia, harus mampu
memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada umat beragama untuk
berijtihad dalam menggali nilai-nilai ajaran Islam yang hakiki yang sesuai
dengan perkembangan manusia dan tetap bertegang teguh pada Al-Quran
dan Al-Hadis.

DAFTAR PUSTAKA
Admin. (2015, April 16). Pengertian Pluralitas Menurut Para Ahli. Retrieved
from Referensi Pelajar:
http://www.duniapelajar.com/2014/08/10/pengertian-pluralitas-menurutpara-ahli/
Basyir, M. K. (2011). Transaksi Game Online Ditinjau dari Perspektif Hukum
Islam. Skripsi, 1-47.
14

Erik. (2015, October 16). Pengertian Game Online. Retrieved from


http://pengertian-game-online.blogspot.com/
Fadhlulloh, M. (2013, December 23). Pluralitas dan Pluralisme Agama di
Indonesia. Retrieved from
http://masfadlul.blogspot.com/2013/12/makalah-tentang-pluralitas-danpluralisme-agama-di-indonesia.html
Farkhani. (2013, February 6). Pluratitas dan Pluralisme. Retrieved from IAIN
Salatiga: http://iainsalatiga.ac.id/pluralisme-dan-pluralitas/
Ilma, L. N. (2009, March 5). Game Balap Picu Pro dan Kontra. Retrieved from
Berita Teknologi dan Informasi Terkini: www.detiknet.com
KBBI. (2015, April 10). Definisi Transaksi. Retrieved from Kamus Besar Bahasa
Indonesia: kbbi.web.id/transaksi
Khoir, A. B. (2014). Pluralitas Agama menurut Al-Qur'an dan MUI. UIN Sunan
Gunung Djati, Bandung.
Sanoesi. (2013, Mei 5). Transaksi Syariah . Retrieved from Ahmad Sanusi
Nasution Blog: https://sanoesi.wordpress.com/2013/05/05/transaksisyariah/
Santri. (2015, April 17). Pluralitas Agama Dalam Pandangan Al-Quran.
Retrieved from https://ladangsantri.wordpress.com/2013/03/29/pluralismeagama-dalam-perspektif-al-quran/
Sora. (2015, April 10). Pengertian Transaksi. Retrieved from Web Pengertian:
http://www.pengertianku.net/2014/12/pengertian-transaksi-dan-buktitransaksi-terlengkap.html
Zacky, A. (2010, Januari 28). Pluralisme Agama Dalam Pandangan Islam.
Retrieved from Mulim Daily: Muslimdaily.net/Pluralisme-Agama-DalamPandangan-Islam.html

15

16

ABSTRAK
Pluralisme agama adalah suatu keragaman agama yang terkumpul dalam
suatu masyarakat tertentu. Secara sederhana pluralisme dapat diartikan sebagai
paham yang mentoleransi adanya keragaman pemikiran, peradaban, agama, dan
budaya. Bukan hanya menoleransi adanya keragaman pemahaman tersebut, tetapi
bahkan mengakui kebenaran masing-masing pemahaman, setidaknya menurut
logika para pengikutnya. Latar belakang munculnya gerakan pluralisme adalah
muncul akibat reaksi dari tumbuhnya klaim kebenaran oleh masing-masing
kelompok terhadap pemikirannya sendiri. Persoalan klaim kebenaran inilah yang
dianggap sebagai pemicu lahirnya radikalisasi agama, perang dan penindasan atas
nama agama. Islam memandang setiap agama itu berbeda, tidak bisa disama
ratakan. Agama itu berbeda-beda dari segi aturan hidupnya (syariat) dan
pandangan hidupnya (akidah), karena itu pluralisme sama sekali tidak berarti
semua agama itu sama, perbedaan sudah menjadi kenyataan. Semua agama itu
kembali kepada Allah, adalah tugas dan wewenang tuhan untuk menyelesaikan
perbedaan diantara berbagai agama. Akan tetapi, fakta bahwa kebenaran Tuhan
menemukan ekspresi secara berbeda, bahkan mempertentangkan agama-agama,
tidak berarti bahwa manusia bebas memilih agama apapun sesuai dengan selera
mereka. Kaum pluralis itu mengambil satu ayat dengan mengabaikan ayat-ayat
yang lain. Meraka abaikan ayat : Sesungguhnya agama yang diridloi di sisi Allah
hanyalah Islam. (Ali Imron:19).Demikianlah, Islam sama sekali tidak mengakui
kebenaran ide pluralisme. Islam hanya mengakui adanya pluralitas agama dan
keyakinan. Maknanya Islam hanya mengakui adanya agama dan keyakinan di luar
agama islam, serta mengakui adanya identitas agama-agama selain Islam. Islam
tidak memaksa pemeluk agama lain untuk masuk Islam. Mereka dibiarkan
memeluk keyakinan dan agama mereka. Hanya saja, pengakuan Islam terhadap
pluralitas agama tidak boleh dipahami bahwa Islam juga mengakui adanya
kebenaran pada agama selain Islam. Islam tetap mengajarkan bahwa agama di luar
Islam adalah kesesatan, meskipun diijinkan hidup berdampingan dengan Islam.
Kata kunci: Pluralisme, Pluralitas, Agama, Islam.

17

DAFTAR ISI
Abstrak

Daftar Isi

ii

BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah

C. Tujuan 2
D. Manfaat 2
BAB 2 PEMBAHASAN

A. Pengertian Pluralitas Agama 3


B. Pengertian Pluralisme Agama 4
C. Pluralisme Agama Menurut Pandangan Islam
BAB 3 PENUTUP

13

A. Kesimpulan

13

B. Saran

13

Daftar Pustaka

18

Anda mungkin juga menyukai