Anda di halaman 1dari 12

METODE PENDIDIKAN ISLAM

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah

“Hadits Tarbawi”

Dosen Pengampu :

Wahidul Anam, M.Ag

Di Susun Oleh :

Siti Nurul Faridah (932115516)

Kelas : E

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

JURUSAN TARBIYAH

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI

(STAIN) KEDIRI

2017
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Seperti yang telah kita ketahuhi, pendidikan merupakan suatu
kewajiban bagi warga suatu negara demi keberlangsungan dari negara
tersebut. Pendidikan menjadi tolak ukur dari kemajuan suatu bangsa, baik
itu pendidikan akhlak, moral, serta intelektualitas. Pendidikan yang baik
membutuhkan membutuhkan metode-metode yang cocok dengan materi
apa yang harus disampaikan leh pendidik kepada peserta didik.

Terkait dengan metode pendidikan, Rasulullah SAW sejak awal sudah


mencontohkan dan melakukan metode pendidikan yang tepat kepada para
sahabatnya. Rasulullah sangat memperhatikan situasi, kondisi dan karakter
seseorang sehingga nilai-nilai islam yang ditransferkan bisa dengan mudah
dipahami dan dikuasai oleh para sahabat. Maka dalam makalah ini akan
dijelaskan beberapa metode-metode pendidikan beserta hadits-hadits dan
penjelasannya, untuk mencapai tujuan pendidikan yang diharapkan.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan metode ceramah?
2. Apa yang dimaksud dengan metode keteladanan/demonstrasi?
3. Apa yang dimaksud dengan metode tanya jawab?
4. Apa yang dimaksud dengan metode pembiasaan?
5. Apa yang dimaksud dengan metode targhib dan tarhib?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui tentang metode ceramah
2. Untuk mengetahui tentang metode keteladanan/demonstrasi
3. Untuk mengetahui tentang metode tanya jawab
4. Untuk mengetahui tentang metode pembiasaan
5. Untuk mengetahui tentang metode targhib dan tarhib

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Metode Ceramah
1. Hadits

‫ع ْب ِد ا ْل َم ِل ِك‬
َ ‫ ع َْن‬،‫ير‬ ٌ ‫ َح َّدثَنَا َج ِر‬:‫ قَ َاَل‬،‫ب‬ ٍ ‫ َو ُز َه ْي ُر ْب ُن َح ْر‬،ٍ‫س ِعيد‬ َ ‫َح َّدثَنَا قُت َ ْيبَةُ ْب ُن‬
‫ لَ َّما أ ُ ْن ِز َلتْ َه ِذ ِه‬:‫ قَا َل‬،َ‫ ع َْن أَبِي ُه َر ْي َرة‬،َ‫ط ْل َحة‬ َ ‫سى ْب ِن‬ َ ‫ ع َْن ُمو‬،‫ع َم ْي ٍر‬ ُ ‫ْب ِن‬
‫صلَّى‬ َ ِ‫سو ُل هللا‬ ُ ‫ َدعَا َر‬،]214 :‫ين} [الشعراء‬ َ ِ‫ِيرت َكَ ْاْل َ ْق َرب‬
َ ‫عش‬ َ ُ‫ْاْليَة‬
َ ‫{وأ َ ْنذ ِْر‬
‫ب ْب ِن‬ ِ ‫ «يَا بَنِي َك ْع‬:‫ فَقَا َل‬،‫ص‬ َّ ‫ فَاجْ ت َ َمعُوا فَعَ َّم َو َخ‬،‫سلَّ َم قُ َر ْيشًا‬ َ ‫علَ ْي ِه َو‬ َ ُ‫هللا‬
‫س ُك ْم ِم َن‬ َ ُ‫ أَ ْن ِقذُوا أ َ ْنف‬،‫ب‬ ٍ ‫بن َك ْع‬ ِ َ‫ َيا َب ِني ُم َّرة‬،‫س ُك ْم ِم َن النَّ ِار‬ َ ُ‫ أ َ ْن ِقذُوا أ َ ْنف‬،ٍ‫لُؤَي‬
،‫اف‬ ٍ َ‫ع ْب ِد َمن‬ َ ‫ َيا َبنِي‬،‫س ُك ْم ِم َن النَّ ِار‬ َ ُ‫ أ َ ْن ِقذُوا أَ ْنف‬،‫ع ْب ِد ش َْم ٍس‬ َ ‫ َيا َبنِي‬،‫النَّ ِار‬
‫ َيا بَنِي‬،‫س ُك ْم ِم َن النَّ ِار‬ َ ُ‫ أ َ ْن ِقذُوا أ َ ْنف‬،‫ش ٍم‬
ِ ‫ يَا بَنِي َها‬،‫س ُك ْم ِم َن النَّ ِار‬ َ ُ‫أ َ ْن ِقذُوا أ َ ْنف‬
،‫س ِك ِم َن النَّ ِار‬ َ ‫ أ َ ْن ِقذِي نَ ْف‬،ُ‫اط َمة‬ ِ َ‫ َيا ف‬،‫س ُك ْم ِم َن النَّا ِر‬ َ ُ‫ أ َ ْن ِقذُوا أ َ ْنف‬،‫ب‬ َّ ‫ع ْب ِد ا ْل ُم‬
ِ ‫ط ِل‬ َ
1
‫سأَبُلُّ َها بِبَ ََل ِل َها‬
َ ‫غ ْي َر أ َ َّن لَ ُك ْم َر ِح ًما‬ َ ِ‫فَ ِإنِي ََل أ َ ْم ِلكُ لَ ُك ْم ِم َن هللا‬
َ ،‫ش ْيئ ًا‬
“Menceritakan kepada kami Qutaibah ibn Sa’id dan Zuhair ibn Harb,
berkata, “Menceritakan kepada kami Jarir, dari ‘Abdul Malik ibn ‘Umair,
dari Musa ibn Thalhah, dari Abu Hurairah, ia berkata, “Tatkala diturunkan
ayat ini: “Dan peringatkanlah para kerabatmu yang terdekat(Q.S. Al-
Syu’ara:125), maka Rasulullah SAW memanggil orang-orang Quraisy.
Setelah meraka berkumpul, Rasulullah SAW berbicara secara umum dan
khusus. Beliau bersabda, “Wahai Bani Ka’ab ibn Luaiy, selamatkanlah diri
kalian dari neraka! Wahai Bani ‘Abdi Syams, selamatkanlah diri kalian
dari neraka! Wahai Bani ‘Abdi Manaf, selamatkanlah diri kalian dari
neraka! Wahai Bani Hasyim, selamatkanlah diri kalian dari neraka!, wahai
Fatimah, selamatkanlah dirimu dari neraka! Karena aku tidak kuasa
menolak sedikitpun siksaan Allah terhadap kalian. Aku hanya punya
hubungan kekeluargaan dengan kalian yang akan aku sambung dengan
sungguh-sungguh”.

1
Muslim, S}{hah{>i>h Muslim, Kitab al-I>><man, Bab: fi> Qaulihi> Ta’a>la>.

3
2. Penjelasan
Hadits tersebut menjelaskan bahwa menyampaikan suatu wahyu,
atau mengajak orang lain untuk mengikuti ajaran yang telah ditentukan,
bahkan memberi peringatan kepada siapapun dapat menggunakan metode
ceramah. Seperti yang dilakukan oleh Rasulullah SAW berbicara secara
umum dan khusus dihadapan orang-orang Quraisy dengan tujuan
mengajak orang-orang Quraisy dan lainnya untuk menyelamatkan diri dari
neraka dengan usahanya sendiri, karena Rasulullah tidak kuasa menolak
sedikitpun siksaan Allah terhadap umatnya.
Metode ceramah adalah cara penyampaian materi-materi pelajaran
pada peserta didik dengan cara penerangan dan penuturan secara lisan.
Karakteristik metode ini adalah peranan guru yang lebih dominan,
sementara siswa leih pasif dan menerima apa yang disampaikan oleh
guru.dan kelebihan dari metode ceramah yaitu suasana kelas berjalan
dengan tenang karena murid melakukan hal yang sama, dan dapat melatih
pendengaran dengan baik.2

B. Metode Keteladanan/Demonstrasi
1. Hadits

‫ َح َّدثَنَا‬:‫ َقا َل‬،ٍ‫اح ِد ْب ُن ِز َياد‬ ِ ‫الو‬ َ ‫ع ْب ُد‬ َ ‫ َح َّدث َ َنا‬:‫ َقا َل‬،‫س َما ِعي َل‬ ْ ‫سى ْبنُ ِإ‬ َ ‫َح َّدث َ َنا ُمو‬
َ ‫ ك‬:‫ قَا َل‬،َ‫ َح َّدثَنَا أَبُو ُه َر ْي َرة‬:‫ قَا َل‬،َ‫ َح َّدثَنَا أَبُو ُز ْرعَة‬:‫ قَا َل‬،ِ‫ارةُ ْبنُ القَ ْع َقاع‬
‫َان‬ َ ‫ع َم‬ ُ
ً‫سكَاتَة‬ ْ ِ‫ير َوبَ ْي َن ال ِق َرا َء ِة إ‬ ِ ‫سكُتُ بَ ْي َن الت َّ ْك ِب‬ ْ َ‫سلَّ َم ي‬َ ‫علَ ْي ِه َو‬ َ ُ‫صلَّى هللا‬ َ ِ‫َّللا‬
َّ ‫سو ُل‬ ُ ‫َر‬
‫ير‬ِ ‫سكَات ُكَ بَ ْي َن الت َّ ْك ِب‬ ْ ‫ ِإ‬،ِ‫َّللا‬
َّ ‫سو َل‬ ُ ‫ ِبأ َ ِبي َوأ ُ ِمي َيا َر‬: ُ‫ ُهنَيَّةً فَقُ ْلت‬:‫سبُهُ قَا َل‬ ِ ْ‫قَا َل أَح‬
‫ َك َما‬،‫اي‬ َ َ‫طاي‬ َ ‫ اللَّ ُه َّم بَا ِع ْد بَ ْينِي َوبَ ْي َن َخ‬:‫ " أَقُو ُل‬:‫َوال ِق َرا َء ِة َما تَقُو ُل؟ قَا َل‬
‫ب‬ُ ‫طايَا َك َما يُ َنقَّى الث َّ ْو‬ َ ‫ اللَّ ُه َّم نَ ِقنِي ِم َن ال َخ‬،‫ب‬ ِ ‫ق َوال َم ْغ ِر‬ ِ ‫عدْتَ َب ْي َن ال َمش ِْر‬ َ ‫بَا‬
3
ِ ‫اء َوالث َّ ْل‬
‫ج َوالبَ َر ِد‬ ِ ‫اي ِبا ْل َم‬
َ َ‫طاي‬ َ ‫س ْل َخ‬ ِ ‫ اللَّ ُه َّم ا ْغ‬،‫ض ِم َن ال َّدنَ ِس‬ ُ َ‫اْل َ ْبي‬

2
Bukhari Umar, Hadis Tarbawi, (Jakarta: Amzah, 2012), 135.
3
Al-Bukh}a>ri>y, S}{hah{i>h al-Bukh}a>ri>y, Kitab al-Adza>n, Bab: ma> yaqu>lu Ba’da al-
Takbi>ri.

4
“telah diceritakan kepada kami Musa bin Isma’il, ia berkata: telah
diceritakan kepada kami Abdul Wahid bin Ziyad, ia berkata: telah
diceritakan kepada kami ‘Umarah bin Al-Qa’qa’, ia berkata: telah
diceritakan kepada kami Abu Zur’ah, ia berkata: telah diceritakan kepada
kamu Abu Hurairah, ia berkata: Bahwa Rasulullah SAW. Diam sejenak
antara takbir dan bacaan. Aku bertanya, ‘Demi ayah dan ibuku wahai
Rasulullah. Apa yang engkau baca dalam keheninganmu antara takbir dan
'bacaan?’ beliau menjawab ‘aku membaca, Ya Allah, bersihkanlah aku dari
dosa-dosa sebagaimana kain putih dibersihkan dari kotoran. Ya allah,
cucilah kesalahan-kesalahanku dengan air, salju, dan embun.

‫ع ْب ِد‬
َ ‫س ِعي ِد ْب ِن‬ َ ‫ ع َْن‬،‫ ع َْن ذَ ٍر‬،‫ َح َّدثَنَا ال َح َك ُم‬،ُ‫ش ْعبَة‬ ُ ‫ َح َّدثَنَا‬:‫ قَا َل‬،‫َح َّدثَنَا آ َد ُم‬
:‫ فَ َقا َل‬،‫ب‬ ِ ‫طا‬ ُ ‫ َجا َء َر ُج ٌل ِإلَى‬:‫ قَا َل‬،‫ ع َْن أَ ِبي ِه‬،‫الرحْ َم ِن ْب ِن أ َ ْب َزى‬
َّ ‫ع َم َر ْب ِن ال َخ‬ َّ
‫ أ َ َما‬:‫ب‬ ِ ‫طا‬ َّ ‫س ٍر ِلعُ َم َر ْب ِن ال َخ‬ ِ ‫ار ْبنُ َيا‬ َ ‫ فَقَا َل‬،‫ب ال َما َء‬
ُ ‫ع َّم‬ ِ ‫ِإ ِني أَجْ نَبْتُ فَلَ ْم أ ُ ِص‬
ُ‫ َوأَ َّما أَنَا فَتَ َمعَّ ْكت‬،‫ص ِل‬ َ ُ ‫ فَأ َ َّما أ َ ْنتَ فَلَ ْم ت‬، َ‫سفَ ٍر أَنَا َوأ َ ْنت‬ َ ‫ت َ ْذك ُُر أَنَّا ُكنَّا فِي‬
‫ع َل ْي ِه‬
َ ُ‫صلَّى هللا‬ َ ‫ فَقَا َل النَّ ِب ُّي‬،‫ فَذَك َْرتُ ِللنَّ ِبي ِ صلى هللا عليه وسلم‬، ُ‫صلَّيْت‬ َ َ‫ف‬
‫سلَّ َم ِب َكفَّ ْي ِه‬ َ ‫علَ ْي ِه َو‬
َ ُ‫صلَّى هللا‬ َ ‫ب النَّ ِب ُّي‬ َ َ‫َان يَ ْك ِفيكَ َه َكذَا» ف‬
َ ‫ض َر‬ َ ‫ « ِإنَّ َما ك‬:‫سلَّ َم‬
َ ‫َو‬
4 َّ
‫س َح بِ ِه َما َوجْ َههُ َو َكف ْي ِه‬ َ ‫ ث ُ َّم َم‬،‫يه َما‬
ِ ِ‫ َو َنفَ َخ ف‬،‫ض‬ َ ‫اْل َ ْر‬
“Telah menceritakan kepada kami Adam, Telah menceritakan kepada kami
Syu’aib, telah menceritakan kepada kami Hakam, dari Dharr, dari sa’id bin
‘Abdurrahman bin Abzi, dari ayahnya, ia berkata: “ Pada suatu saat aku
junub, lalu tidak mendapatkan air, kemudian aku berguling-guling di atas
permukaan tanah lalu sholat, setelah itu kusampaikan hal itu kepada Nabi
SAW kemudian Rosululloh SAW bersabda “ Sebenarnya cukuplah bagimu
hanya (berbuat) begini “ Yaitu Nabi SAW menepukkan kedua telapak
tangannya pada permukaan tanah, kemudian meniup keduanya, lalu beliau
mengusapkan keduanya pada wajah dan kedua telapak tangannya “

2. Penjelasan

4
Al-Bukh}a>ri>y, S}{hah{i>h al-Bukh}a>ri>y, Kitab al-Tayammumi, Bab: al-Mutayammumu
hal Yanfakhu fi>hima>

5
Hadits pertama menginformasikan bahwa Rasulullah ikut bekerja
mengurus keluarganya dan ketika waktu shalat telah masuk, beliau
langsung meninggalkan pekerjaannya untuk mendirikan shalat. Dengan
demikian, beliau telah memberikan keteladanan bahwa pekerjaan rumah
tangga tidak boleh menjadi penghalang bagi shalat pada awal waktu.
Peserta didik itu cenderung meniru pendidiknya, karena itu merupakan sifat
pembawaan manusia yaitu Talkid (meniru). Keteladanan itu ada dua
macam, yaitu sengaja dan tidak sengaja. Keteladanan secara tidak sengaja
ialah keteladanan dalam keilmuan, kepemimpinan, dan sifat keikhlasan,
dan sebagainya. Sedangkan keteladanan yang disengaja ialah melalui
metode demonstrasi seperti memberikan contoh membaca yang baik,
mengerjakan shalat yang benar.
Dalam hadits kedua dapat kita simpulkan bahwa Rasulullah SAW
memperagakan bacaan doa kepada Abu Hurairah. Selain itu, beliau juga
telah memperdengarkan bacaan yang benar agar para sahabat dapat
mengikutinya. Itu berarti bahwa beliau telah menggunakan metode
demonstrasi dalam mengajarkan bacaan shalat.5
Sedangkan metode demonstrasi adalah metode mngajar dengan
memperagakan kepada peserta didik tentang suatu proses atau cara
melakukan sesuatu.6

C. Metode Tanya Jawab


1. Hadits

‫ ع َْن‬،َ‫ش ْب ُر َمة‬
ُ ‫ارةَ ْب ِن القَ ْعقَاعِ ْب ِن‬ ُ ‫ ع َْن‬،‫ير‬
َ ‫ع َم‬ َ ‫َح َّدثَنَا قُت َ ْيبَةُ ْب ُن‬
ٌ ‫ َح َّدثَنَا َج ِر‬،ٍ‫س ِعيد‬
ِ‫َّللا‬
َّ ‫سو ِل‬ُ ‫ َجا َء َر ُج ٌل إِلَى َر‬:‫ع ْنهُ قَا َل‬ َّ ‫ ع َْن أَبِي ُه َر ْي َرةَ َر ِض َي‬،َ‫أَبِي ُز ْرعَة‬
َ ُ‫َّللا‬
5
Bukhari Umar, Hadis Tarbawi, 112.
6
Usman, Metodologi Pembelajaran Islam, (Jakarta: Ciputat Pers, 2002), 45.

6
‫ص َحابَ ِتي؟‬ َ ‫س ِن‬ ْ ‫اس بِ ُح‬ ُّ ‫ َم ْن أ َ َح‬،ِ‫َّللا‬
ِ َّ‫ق الن‬ َّ ‫سو َل‬ ُ ‫ َيا َر‬:‫سلَّ َم فَقَا َل‬
َ ‫ع َل ْي ِه َو‬
َ ُ‫صلَّى هللا‬َ
» َ‫ «ث ُ َّم أ ُ ُّمك‬:‫ ث ُ َّم َم ْن؟ قَا َل‬:‫ «ث ُ َّم أ ُ ُّمكَ » قَا َل‬:‫ ث ُ َّم َم ْن؟ قَا َل‬:‫ «أ ُ ُّمكَ » قَا َل‬:‫قَا َل‬
7
َ ُّ‫ َويَحْ يَى ْب ُن أَي‬،‫ش ْب ُر َم َة‬
‫وب‬ ُ ‫ «ث ُ َّم أَبُوكَ » َوقَا َل ا ْب ُن‬:‫ ث ُ َّم َم ْن؟ قَا َل‬:‫قَا َل‬
“Telah diceritakan kepada kami Qutaibah bin sa’id, telah diceritakan
kepada kami Jarir, dari ‘Umarah bin Qa’qa’ bin Syubrumah, dari Abi
Zur’ah, dari Abu Hurairah R.A. ia berkata: bahwa seorang laki-lak
datang kepada Rasulullah lalu bertanya, “Ya Rasulullah, siapa orang
yang paling berhak mendapat perlakuan baikku?” rasulullah menjawab
“Ibumu” laki-laki itu berkata lagi, “siapa lagi?” Rasulullah menjawab
“kemudian ibumu”. Laki-laki itu bertanya lagi, kemudian siapa
lagi?”Rasulallah menjawab, “ibumu”. Laki-laki itu berkata lagi (untuk
kali yang keempat), “kemudian siapa lagi?”Rasulullah menjawab,
“sesudah itu ayahmu.”
2. Penjelasan
Hadist di atas menerangkan bahwa suatu ketika ada seseorang
laki-laki datang kepada Rasulullah, kemudian bertanya tentang orang-
orang yang paling berhak untuk dihormatinya. Kemudian terjadilah
dialog antara Rasulullah dan laki-laki tersebut dan Rasulullahpun
mengajarinya tentang akhlak terhadap orang tuanya terutama ibunya,
maka terjadilah tanya jawab antar keduanya.
Dari penjelasan hadis diatas, Rasulallah menggunakan metode
tanya jawab sebagai strategi pembelajarannya. Beliau sering menjawab
pertanyaan dari sahabatnya ataupun sebaliknya. Sedangkan metode
tanya jawab adalah penyampaian pelajaran dengan cara guru
mengajukan pertanyaan dan guru menjawab atau sebaliknya. pertanyaan
guru biasanya bertujuan untuk memancing pengetahuan peserta didik,
sedangkan pertanyaan peserta didik untuk lebih mengetahui materi
secara mendalam.8

7
Al-Bukh}a>ri>y, S}{hah{i>h al-Bukh}a>ri>y, Kitab al-Adza>n, Bab: Man Ah}aqqunna>si
bih{{usni al-S{uhbati.
8
Bukhari Umar, Hadis Tarbawi, 127.

7
D. Metode Pembiasaan
1. Hadits

‫س َّو ٍار أ َ ِبي‬َ ‫ ع َْن‬،‫س َما ِعي ُل‬ ْ ‫ َح َّدث َ َنا ِإ‬،‫ي‬َّ ‫شك ُِر‬ ْ ‫َح َّدث َ َنا ُم َؤ َّم ُل ْب ُن ِهش ٍَام َي ْع ِني ا ْل َي‬
- ‫ص ْي َرفِ ُّي‬َّ ‫َاو َد أَبُو َح ْم َزةَ ا ْل ُم َزنِ ُّي ال‬ ُ ‫ار ْب ُن د‬ ُ ‫س َّو‬َ ‫ َو ُه َو‬:َ‫َاود‬ ُ ‫ قَا َل أَبُو د‬- َ‫َح ْم َزة‬
ُ‫صلَّى هللا‬ َ ‫َّللا‬
ِ َّ ‫سو ُل‬ ُ ‫ قَا َل َر‬:‫ قَا َل‬،‫ ع َْن َج ِد ِه‬،‫ ع َْن أ َ ِبي ِه‬،‫ب‬ ُ ‫ع َْن ع َْم ِرو ْب ِن‬
ٍ ‫ش َع ْي‬
‫ض ِربُو ُه ْم‬ ْ ‫ َوا‬،‫ين‬ َ ‫س ِن‬ ِ ‫س ْب ِع‬ َ ‫ص ََل ِة َو ُه ْم أ َ ْبنَا ُء‬ َّ ‫ « ُم ُروا أ َ ْو ََل َد ُك ْم ِبال‬:‫سلَّ َم‬ َ ‫علَ ْي ِه َو‬ َ
9
‫اج ِع‬ِ ‫ض‬َ ‫عش ٍْر َوفَ ِرقُوا بَ ْينَ ُه ْم فِي ا ْل َم‬ َ ‫ َو ُه ْم أ َ ْبنَا ُء‬،‫علَ ْي َها‬
َ

“Telah diceritakan kepada kami Muammal bin Hisyam Ya’ni al-Yasykurii,


telah diceritakan kepada kami Ismail, dari Sawwar Abi Hamzah, berkata
(Abu Dawud) : dan dia Sawwar ibn Dawud abu Hamzah al-Muzanii
Asshairafii, dari Amru bin Syu’aib dari ayahnya, dari kakeknya, Rasulullah
SAW berkata: “Suruhlah anakmu mendirikan Shalat ketika berumur 7
tahun dan pukullah mereka karena meninggalkannya ketika ia berumur 10
tahun. (pada saat itu), pisahkanlah tempat tidur mereka”.
2. Penjelasan
Hadits di atas menginformasikan beberapa hal, yaitu :
1) orang tua harus menyuruh anak mendirikan sholat mulai berumur 7
tahun.
2) Setelah berumur 10 tahun ternyata anak meninggalkan sholat, maka
orang tua boleh memukulnya.
3) Pada usia 10 tahun itu juga, tempat tidur anak harus dipisahkan antara
laki-laki dan perempuan, juga antara anak dan orang tuanya.
Hadits diatas mengisyaratkan bahwa pendidikas shalat dilakukan
kepada anak secara bertahap, tidak secara sekaligus. Pembiasaan adalah
proses pembentukan kebiasaan-kebiasaan baru atau perbaikan kebiasaan-

9
Abi> Da>wud, Sunan Abi> Da>wud, Kitab Al-Sh{ala>t, Bab: Mata> Yu’maru Al-G{hula>mu bi
Al-S{hala>t.

8
kebiasaan yang telah ada. Inti dari pembiasaan adalah pengulangan. Dalam
hal pembinaan sikap, metode ini cukup efektif.10

E. Metode Targhib Dan Tarhib


1. Hadits

َ ‫ ك‬:‫ قَا َل‬،ِ‫ع ْب ِد هللاِ ْب ِن ا ْل َح ِارث‬


‫َان‬ َ ‫ ع َْن‬،ٍ‫ ع َْن يَ ِزي َد ْب ِن أَبِي ِزيَاد‬،‫ير‬ ٌ ‫َح َّدثَنَا َج ِر‬
‫ َو ُكثَيَّ ًرا َبنِي‬،ِ‫عبَ ْي َد هللا‬
ُ ‫ َو‬،ِ‫ع ْب َد هللا‬ َ ‫ف‬ ُ َ‫سلَّ َم ي‬
ُّ ‫ص‬ َ ‫علَ ْي ِه َو‬َ ُ‫صلَّى هللا‬ َ ِ‫سو ُل هللا‬ ُ ‫َر‬
‫ون ِإلَ ْي ِه‬ ْ َ‫ فَي‬:‫سبَقَ ِإلَ َّي فَلَهُ َكذَا َو َكذَا " قَا َل‬
َ ُ‫ست َ ِبق‬ َ ‫ " َم ْن‬:‫ ث ُ َّم يَقُو ُل‬، ‫اس‬ ِ َّ‫ا ْلعَب‬
11
‫ فَيُقَبِلُ ُه ْم َويَ ْلت َ َز ُم ُه ْم‬،‫ص ْد ِر ِه‬ َ ‫علَى‬
َ ‫ظه ِْر ِه َو‬ َ ‫ون‬ َ ُ‫فَيَقَع‬
“Telah diceritakan kepada kami Jabir, dari Yazid bin Abi Ziyad, dari
Abdullah bin Harist, ia berkata: Bahwa Rasulullah SAW membuat barisan
dengan Abdullah, ubaidillah, dan banyak lagi dari keluarga yaitu Abbas
Ra., kemudian Nabi bersabda: “Siapa yang lebih dulu kepadaku, ia akan
mendapat demikian dan demikian” mereka pun berlomba-lomba untuk
sampai pada punggung dan dada nabi. Lantas, Nabi mencium dan
menepati janjinya kepada mereka.”

،‫ ع َْن َم ْك ُحو ٍل‬،‫يز‬ ِ ‫ع ْب ِد ا ْلعَ ِز‬


َ ُ‫س ِعي ُد ْبن‬ َ ‫ أ َ ْخبَ َرنَا‬:‫ قَا َل‬،‫س ِل ٍم‬
ْ ‫َح َّدثَنَا ا ْل َو ِلي ُد ْب ُن ُم‬
َّ ‫ " ََل تَتْ ُر ِك ال‬:‫سلَّ َم قَا َل‬
َ‫ص ََلة‬ َ ‫علَ ْي ِه َو‬
َ ُ‫صلَّى هللا‬ َ ِ‫سو َل هللا‬ ُ ‫ أ َ َّن َر‬،‫ع َْن أ ُ ِم أ َ ْي َم َن‬
12
ُ ‫ص ََلةَ ُمتَعَ ِمدًا فَقَ ْد بَ ِرئَتْ ِم ْنهُ ِذ َّمةُ هللاِ َو َر‬
" ‫سو ِل ِه‬ َّ ‫ فَ ِإنَّهُ َم ْن ت َ َركَ ال‬،‫ُمتَعَ ِمدًا‬
“Telah diceritakan kepada kami Walid bin Muslim, ia berkata: Telah
diberitahukan kepada kami Sa’id bin Abdul ‘Aziz, dari Makhul, dari
Ummu Aiman meriwayatkan bahwa Rasulullah bersabda, janganlah kamu
meninggalkan shalat dengan sengaja karena orang yang meninggalkan
shalat dengan sengaja terlepas dari naungan Allah dan Rasul-Nya.”
2. Penjelasan

10
Sudiyono, Ilmu Pendidikan Islam. (Jakarta: Rineka cipta, 2009), 289.
11
Ah}mad, Musnad Ah{mad, Kitab wa min Musnad Bani> Ha>syim, Bab: H{adithu tamma>mi
bin ‘Abdi al-Mut}alib.
12
Ah}mad, Musnad Ah{mad, Kitab min Musnadi al-Qaba>ili, Bab: H>\{adi>thu Ummi Aiman

9
Hadits pertama menggambarkan pengajaran yang dilakukan oleh
Rasulullah kepada para sahabat beliau, berupa Reward atau Targhib. Yaitu
berupa pemberian sesuatu hadiah bagi sahabat beliau yang terlebih dulu
sampai kepada beliau, kemudian beliau menepati janjinya dengan mencium
dan memberikan mereka hadiah. Sedangkan metode Targhib sendiri adalah
metode pembelajaran berupa motivasi, disertai janji dan bujukan atau
hadiah, agar peserta didik semangat dan termotivasi mengikuti
pembelajaran. Peserta didik perlu diberi harapan-harapan positif melalui
hadiah, janji, atau reward agar bersemangat untuk mengejar hadiah dan
memusatkaan segala perhatian untuk berprestasi.13
Sedangkan Hadits kedua merupakan bentuk metode Tarhib atau
hukuman. Bahwa Rasulullah memberi ancaman atau peringatan bagi orang
yang meninggalkan shalat dengan sengaja yaitu terlepas dari naungan Allah
dan Rasulullah. Sedangkan metode Tarhib adalah ancaman atau intimidasi
melalui hukuman yang disebabkan oleh perbuatan dosa, kesalahan atau
perbuatan yang dilarang. Hukuman tersebut bertujuan untuk menciptakan
keteraturan dan ketertiban yang dapat menciptakan kondisi yang harmonis
dalam belajar. Catatan pentingnya adalah hukuman tersebut harus
memerhatikan kadar dan bentuknya, agar tidak berdampak kurang
produktif, malas, kemarahan, dan beban mental pada peserta didik.14

13
Hasbiyallah, Hadis tarbawi, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2015), 23-24.
14
Ibid., 25.

10
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Metode ceramah adalah cara penyampaian materi-materi pelajaran pada
peserta didik dengan cara penerangan dan penuturan secara lisan. Karakteristik
metode ini adalah peranan guru yang lebih dominan, sementara siswa leih pasif
dan menerima apa yang disampaikan oleh guru.
Metode demonstrasi adalah metode mngajar dengan memperagakan
kepada peserta didik tentang suatu proses atau cara melakukan sesuatu
Metode tanya jawab adalah penyampaian pelajaran dengan cara guru
mengajukan pertanyaan dan guru menjawab atau sebaliknya.
Pembiasaan adalah proses pembentukan kebiasaan-kebiasaan baru atau
perbaikan kebiasaan-kebiasaan yang telah ada. Inti dari pembiasaan adalah
pengulangan. Dalam hal pembinaan sikap, metode ini cukup efektif
Metode Targhib sendiri adalah metode pembelajaran berupa motivasi,
disertai janji dan bujukan atau hadiah, agar peserta didik semangat dan
termotivasi mengikuti pembelajaran. Sedangkan metode Tarhib adalah
ancaman atau intimidasi melalui hukuman yang disebabkan oleh perbuatan
dosa, kesalahan atau perbuatan yang dilarang. Hukuman tersebut bertujuan
untuk menciptakan keteraturan dan ketertiban yang dapat menviptakan kondisi
yang harmonis dalam belajar.

11
DAFTAR PUSTAKA

Umar, Bukhari. Hadis Tarbawi. Jakarta: Amzah, 2012.


Usman. Metodologi Pembelajaran Islam, Jakarta: Ciputat Pers, 2002.
Sudiyono. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Rineka cipta, 2009.
Hasbiyallah. Hadis tarbawi. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2015.

12

Anda mungkin juga menyukai