Anda di halaman 1dari 3

Ciri-Ciri dan Corak Liberasionisme

Ciri-ciri Umum Liberasionisme menurut William F. O’Nieill diantaranya: 1


1. Menganggap bahwa pengetahuan adalah alat yang diperlukan untuk melakukan
pembaharuan/perombakan sosial
2. Menekankan manusia sebagai bentuk keluaran budaya. Budaya merupakan penentu sosial-
kedirian
3. Menekankan analisis objektif (ilmiah-rasional) serta evaluasi/penilaian terhadap
kebijakan-kebijakan dan praktik-praktik sosial yang ada
Liberasionisme pendidikan dilandasi oleh sebuah sistem kebenaran yang terbuka, namun
mencakup komitmen tertentu terhadap rangkaian tindakan apapun yang didukung oleh
kesepakatan yang sarat dengan pengetahuan dan bersifat obyektif dalam sebuah komunitas
intelektual pada saat tertentu. Liberasionisme pendidikan terbagi menjadi 3 (tiga) bagian. Pertama,
liberasionisme pendidikan reformatif adalah gerakan pendidikan yang menginginkan kesetaraan
gender, etnis, ras, penghapusan diskriminasi dalam segala hal. Gerakan ini dilakukan oleh
organisasi mahasiswa dan masyarakat seperti black student union, united Mexican-American
student, komite koordinasi mahasiswa anti kekerasan dan gerakan-gerakan hak perempuan. Kedua,
liberasionisme pendidikan radikal adalah gerakan yang menggunakan sekolah-sekolah. Ketiga,
Liberasionisme Pendidikan Revolusioner yang menganggap sekolah adalah lembaga yang
melayani kepentingan budaya pada umumnya.2
Berikut adalah tiga corak liberasionisme pendidikan menurut William F. O’Nieill:3
1. Liberasionisme Reformis (Pembaharu)
Liberasionisme Reformis beranggapan bahwa kita haris mengoreksi atau
membetukkan ketidakadilan sosual mendasar yang ada dalam pendidikan (seperti
penyatuan kembali sekolah-sekolah yang semula dipisah-pisah berdasarkan eas, layanan
bus sekolah secara umum tanpa membeda-bedakan, pelajaran pengganti bagi mereka yang
kurang beruntung dalam pendidikan, dan seterusnya) maupun dalam masyarakat secara
keseluruhan melalui penyebaran informasi mengenai ketidakadilan sosial, mendidik anak-

1
William F. O’Neill, Ideologi-Ideologi Pendidikan (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2008), 472.
2
Usman, “Ideologi Pendidikan Islam Pesantren Di Indonesia Perspektif Muhammad Jawwad Ridla Dan William F.
O’neal,” Tadris 14 (2014). 128.
3
O’Neill, Ideologi-Ideologi Pendidikan, 468-471.
anak tentang perlunya corak-corak aksi sosial tertentu. Intinya sekolah harus secara aktif
‘mendakwahkan prinsip-prinsip demokratis di dalam sistem yang sudah ada.
Liberasionalisme reformis saat ini terwakili oleh lima gerakan ‘reformis’ dalam
masyarakat Amerika diantaranya:
a. Gerakan pembebasan masyarakat kulit hitam (Afro-Amerika)
b. Gerakan pembebasan perempuan
c. Gerakan pembebasan kaum Hispanik-Amerika
d. Gerakan pembebasan masyarakat pribumu Amerika (India-Amerika)
Dari kelima gerakan tersebut terdapat dua gerakan yang oaling berhasil menangguk
perhatian yaitu gerakan pembebasan masyarakat Afro-Amerika dan gerakan pembebasan
hak-hak perempuan.
2. Liberasionisme Radikal
Kaum liberasionisme radikal akan menggunakan-sekolah-sekolah untuk
mengkritik dan membangun kembali dasr-dasar kebudayaan. Sebagaimana mereka
melihatnya, kita perlu memikirkan kembali dan memperbaiki secara radikal lembaga-
lembaga tertentu yang plaing fundamental yang menyangga berdirinya masyarajat
misalnya gereja-gereja tradisional, kapitalisme, demokrasi, gender, keluarga, dan
seterusnya.
Kaum liberasionalis radikal, sebuah kelompok uang tertentang sejak John Dewey
hingga ke tokoh-tokoh kontemporer seperti Paulo Freire, terbagi menjadi dua sudut
pandang utama yaitu:
a. Yang bisa disebut liberasionisme ‘pra-revolusioner’ mebgajukan jenis pendidikan yang
perlu untuk menciptakan kesadaran revolusioner sebagai sebuah jalan untuk
menimbulkan tuntutan rakyat untuk menyusun kembali sistem sosio-ekonomi yang ada
sekarang
b. Yang dinamakan liberasionisme ‘paska-revolusioner’ terutama mempedulikan jenis
pendidikan yang dibutuhkan untuk membangun dan memperkokoh sebuah begara
sosialis berundang-undang dasar baru dalam era sesudah tercapainya rebolusi politik.
3. Liberasionisme Revolusioner
Kaum liberasionis revolusioner menganggap bahwa, karena sekolah merupakan
lembaga yang melayani kepentingan-kepentingan budaya pada umumnya, dan karena
budaya itu sendiri adalah kekuatan pendidika utama dalam kehidupan anak-anak, maka
sekolah-sekolah itu sendiri tidak bisa berharap secara realistis untuk membangun kembali
masyarakat lewat kritik internal apapun juga terhadap praktik-praktik yang ada. Satu-
satunya cara supaya sekolah-sekolah secara efektif dapat menandingi sebuah sistem sosial
yang tidak memanusiakan manusia adalah dengan cara menghapuskan segala kepura-puran
dalam mendidik anak-anak. Hanya masyarakat jenis baru seperti inilah yang pada
puncaknya akan memungkinkan penetapan ‘sekolah-sekolah yang nyata’ daripada agen-
agen pendidikan palsu dalam penindasan sosial yang selama ini ada
Dengan kata lain, kaum liberasionis revolusioner yakin bahwa sekolah harus
menjadi agen dasar bagi penyebarluasan revolusi sosial. Pendekatan ini terwakili oleh
‘Pengawal Merah’ Republik Rakyat Cina di akhir 1960-an dimana para siswa diaktifkan
sebagai kekuayan tandungan untuk memerangi ancaman-ancaman reaksioner terhadap
kekuasaan ketua Mao.

Anda mungkin juga menyukai