Anda di halaman 1dari 7

Pendahuluan…

Ilmu fikih sangat terkait erat dengan “Pendidikan Agama Islam.”


Meskipun, di sekolah umum, ilmu fikih tersebut diajarkan kepada siswa
tidak sespesifik di madrasah yang notabene, dibawah naungan kementrian
agama.
Di madrasah, fikih menjadi cabang mata pelajaran yang secara khusus
mempelajari fikih lebih dalam. Untuk itulah, strategi pembelajaran fikih ini
menjadi hal yang perlu diperhatikan. Sebab, sudah menjadi rahasia umum
bahwa semua pembelajaran tentunya memerlukan strategi dalam
penyampaiannya. Tujuannya, agar guru mampu menyampaikan
pelajarannya dengan baik dan siswa dapat memahami pelajaran tersebut
dengan baik pula.
Dibandingkan dengan rumpun PAI yang lainnya, fikih lebih menekankan
kepada penalaran dan kemampuan berfikir logis dalam pemecahan
masalah. Dengan begitu, fikih lebih menekankan kepada ranah kognitif
daripada rumpun PAI lainnya, seperti misalnya akidah akhlah, tarikh,
maupun qur’an dan hadits. Meskipun begitu, bukan berarti psikomotorik
dan afektif siswa bukan menjadi hal yang penting dalam pembelajaran fikih
ini. Semuanya sama pentingnya, karena saling melengkapi.
Secara umum, ilmu fikih terbagi menjadi beberapa, yaitu: fikih ibadah,
fikih muamalah, munakahat, jinayah, dsb. Tentu, strategi pembelajaran
untuk masing-masing cabang fikih tersebut tidak selalu sama. Bahkan,
untuk satu cabang fikih saja, ibadah misalnya, strategi yang digunakan
bisa bermacam-macam.
Sehingga pada akhirnya, dengan strategi yang digunakan nantinya,
pembelajaran fikih menjadi lebih mudah dan bermanfaat baik bagi guru
maupun bagi siswanya.

Pengertian strategi pembelajaran


Strategi pembelajaran adalah perencanaan yang berisi tentang rangkaian
kegiatan yang didesain untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Kemp
(1995) menjelaskan bahwa Strategi Pembelajaran adalah suatu kegiatan
pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan peserta didik agar tujuan
pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien.[1]
Dapat dicermati bahwa Strategi Pembelajaran merupakan rencana dan
usaha untuk mencapai tujuan tertentu. Artinya, arah dari semua
keputusan penyusunan strategi tersebut adalah pencapaian tujuan.

Konsep dasar pembelajaran


Dalam pembelajaran yang sering dilakukan, umumnya guru terjebak
untuk memosisikan siswa sebagai objek. Sehingga penyampaiannya hanya
terjadi satu arah, yaitu dari guru ke siswa. Hal ini biasanya didasari dari
pemahaman guru bahwa, pembelajaran hanya sebatas penyampaian materi
pelajaran saja. Secara umum, karakteristinya adalah:
1. Proses pengajaran berorientasi pada guru.
2. Siswa sebagai objek belajar.
3. Kegiatan pengajaran terjadi pada tempat dan waktu tertentu.
4. Tujuan utama pengajaran adalah penugasan materi pelajaran.
5. Mengajar sebagai proses mengatur lingkungan
Pembelajaran seperti yang tadi disebutkan, tidak lagi sesuai. Sebab, guru
bukanlah dewa yang mengetahui segalanya. Bukan mustahil, siswa yang
notabene, membawa bekal pengetahuan agama dari rumah masing-masing,
justru memiliki pengetahuan tentang ilmu fikih yang mampu melengkapi
pembelajaran menjadi semakin baik lagi.

Dengan begitu, interaksi timbal balik antara guru dan siswa dalam
pembelajaran fikih ini menjadi hal yang perlu dipertimbangkan.
Pembelajaran seperti ini dianggap lebih sesuai, karena menghindari
kelalaian guru yang hanya berfokus pada penyampaian materi saja.
Pembelajaran seperti ini lebih banyak pada pengaturan lingkungan.
Karakteristinya antara lain, yaitu:
1. Mengajar berpusat pada siswa.
2. Siswa sebagai subjek belajar.
3. Proses pembelajaran berlangsung dimana saja.
4. Pembelajaran berorientasi pada pencapaian tujuan.
Klasifikasi strategi pembelajaran
1. Strategi pembelajaran langsung
Strategi pembelajaran langsung merupakan pembelajaran yang banyak
diarahkan oleh guru. Strategi ini efektif untuk menentukan informasi atau
membangun keterampilan tahap demi tahap. Pembelajaran langsung
biasanya bersifat deduktif.
Kelebihan strategi ini adalah mudah untuk direncanakan dan digunakan,
namun ia memiliki kelemahan dalam mengembangkan kemampuan, proses,
dan sikap yang diperlukan untuk pemikiran kritis dan hubungan
interpersonal serta belajar kelompok. Agar siswa dapat mengembangkan
sikap dan pemikiran kritis, strategi pembelajaran langsung perlu
dikombinasikan dengan strategi yang pembelajaran yang lain.
Dalam pembelajaran fikih, pembelajaran secara langsung ini menjadi
sangat penting. Sebab, fikih adalah ilmu yang sangat erat kaitannya dengan
pemahaman hukum secara detail. Melalui pembelajaran langsung ini, guru
bisa menyampaikan hukum-hukum, kaidah, dan syariat dalam ilmu fikih
secara baik sebagai dasar dalam pembelajaran fikih selanjutnya.
Tentu, dalam penjelasan ibadah, misalnya, guru harus menjelaskan
berbagai pendapat fikih tentang ibadah menurut berbagai ulama madzhab.
Guru juga bisa membacakan berbagai pendapat para ulama lain yang
berkaitan dengan ilmu fikih.
Pembelajaran langsung ini, menjadi pondasi bagi siswa dalam
melanjutkan pembelajaran fikih lebih lanjut. Sehingga, dengan pondasi
yang kuat mengenai ilmu fikih, siswa akan dapat mengembangkan
mengenai cara berfikir dalam pemecahan masalah-masalah fikhiyah.

2. Strategi pembelajaran tak langsung


Strategi pembelajaran tak langsung sering disebut inkuiri, induktif,
pemecahan masalah, pengambilan keputusan dan penemuan. Berlawanan
dengan strategi pembelajaran langsung, pembelajaran tak langsung
umumnya berpusat pada siswa. Peranan guru bergeser dari seorang
penceramah menjadi fasilitator. Guru mengelola lingkungan belajar dan
memberikan kesempatan siswa untuk terlibat.
Kelebihan dari strategi ini antara lain:
a. Mendorong ketertarikan dan keingintahuan siswa.
b. Menciptakan alternatif dan menyelesaikan masalah.
c. Mendorong kreativitas dan pengembangan keterampilan interpersonal dan
kemampuan yang lain.
d. Pemahaman yang lebih baik.
e. Mengekspresikan pemahaman.
Namun kekurangannya, strategi ini memerlukan waktu panjang,
outcome sulit diprediksi. Strategi pembelajaran ini juga tidak cocok apabila
siswa perlu mengingat materi dengan cepat.
Pembelajaran tak langsung ini, digunakan setelah dasar pemahaman
fikih telah dipahami siswa melalui pembelajaran langsung. Disini, guru
dalam menyampaikan pembelajaran fikih bisa mulai dengan mengajak
siswa untuk berfikir memecahkan masalah, membagi siswa dalam beberapa
kelompok besar atau kecil, dsb.
Pembelajaran ini mampu merangsang kemampuan penalaran dan
kemampuan pemecahan masalah oleh siswa. Sehingga dengan ini
kemampuan kognitif siswa, yang menjadi dasar ilmu fikih semakin baik.

3. Strategi pembelajaran interaktif


Pembelajaran interaktif menekankan pada diskusi dan sharing di antara
siswa. Diskusi dan sharing memberi kesempatan pada siswa untuk
bereaksi terhadap gagasan, pengalaman, pendekatan dan pengetahuan
guru atau temannya serta untuk membangun cara alternatif untuk berfikir
dan merasakannya.
Kelebihan strategi ini antara lain:
a. Siswa dapat belajar dari temannya dan gurunya untuk membangun
keterampilan sosial dan kemampuan-kemampuan.
b. Mengorganisasikan pemikiran dan membangun argumen yang rasional.
Strategi pembelajaran interaktif memungkinkan untuk menjangkau
kelompok-kelompok dan metode-metode interaktif. Hanya saja, strategi ini
sangat tergantung pada kecakapan guru dalam menyusun dan
mengembangkan dinamika kelompok.
Strategi ini hampir sama dengan pembelajaran tak langsung. Hanya saja,
strategi ini lebih menekankan pada interaksi dan timbal balik, baik antara
guru dan siswa, maupun antara siswa dan siswa.
Dalam pembelajaran fikih, strategi ini dapat diaplikasikan melalui
diskusi kelompok untuk memecahkan suatu permasalahan fikhiyah.
Dengan interaksi yang dibangun, pemahaman fikih siswa menjadi semakin
baik lagi. Serta, dengan interaksi dan timbal balik, akan menambah
berbagai sudut pandang dalam permasalahan fikih.

4. Strategi pembelajaran mandiri


Strategi pembelajaran mandiri merupakan strategi pembelajaran yang
bertujuan untuk membangun inisiatif individu, kemandirian, dan
peningkatan diri. Fokusnya adalah pada perencanaan belajar mandiri oleh
siswa dengan bantuan guru. Belajar mandiri juga bisa dilakukan dengan
teman atau sebagai bagian dari kelompok kecil.
Kelebihan dari pembelajaran ini adalah membentuk siswa mandiri dan
bertanggungjawab. Kekurangan dari strategi ini adalah bila diterapkan
kepada siswa yang belum dewasa, karena belum bisa belajar secara
mandiri.
Namun, dalam pelaksanaannya, strategi pembelajaran mandiri ini belum
cocok untuk pendidikan tingkat rendah. Terlebih lagi, fikih adalah ilmu
yang menekankan penalaran dan pemahaman yang baik dalam pemecahan
masalah. Sehingga, apabila kedewasaan cara berfikir siswa belum
terbentuk, sulit dibayangkan jika siswa diharuskan belajar secara mandiri.
Meskipun begitu, apabila kedewasaan berfikir itu telah terbentuk,
pembelajaran secara mandiri mampu menjadikan siswa berijtihad dalam
ilmu fikih tersebut. Dalam pembelajaran fikih, strategi pembelajaran
mandiri ini dapat diaplikasikan dengan pemberian tugas.

Pengaplikasian strategi-strategi pada pembelajaran fikih


Pada awal penyampaiannya, ilmu fikih umumnya disampaikan dengan
strategi pembelajaran secara langsung. Ini merupakan bentuk penguatan
dasar tentang ketentuan fikih, kaidah, syariat-syariat, hukum, dsb.
Untuk kelanjutannya, pembelajaran fikih bisa disampaikan baik melalui
strategi pembelajaran tidak langsung, interaktif, maupun pembelajaran
secara mandiri. Strategi-strategi ini mampu membentuk kemampuan
penalaran, kelogisan cara berfikir, dan kedewasaan dalam pemecahan
masalah-masalah fikhiyah.
Dalam pembelajaran tak langsung, guru mapun siswa dapat memperoleh
pemahaman tidak hanya dari guru saja. sebab, hal-hal lain diluar guru juga
bisa digunakan sebagai sumber pembelajaran, misal kitab, contoh
persoalan yang harus dibahas, dsb.
Pembelajaran interaktif ini dapat diaplikasikan pada penyampaian materi
fikih yang secara umum masih diperdebatkan, baik melalui diskusi
kelompok besar atau kecil, bisa juga melalui cara debat yang mampu
membentuk kedewasaan berfikir siswa dalam memecahkan masalah-
masalah fikhiyah.
Untuk menambah penyampaian materi, guru dapat memberikan tugas
rumah kepada siswa. Dengan tugas ini, secara tidak langsung siswa akan
belajar secara mandiri dan semakin menguatkan kemampuan kognitif
siswa.

Closing Ceremony……
Dengan memperhatikan sedikit tentang strategi di atas, dalam
penyampaian ilmu fikih, diperlukan strategi-strategi yang cocok untuk
setiap karakteristik ilmu fikih yang akan disampaikan. Penggunaan strategi
secara tepat akan menentukan keberhasilan pembelajaran tersebut.
Penting untuk dikuasai oleh guru dalam memilih strategi-strategi
pembelajaran. Bahkan, bukan hanya memilih, melainkan kemampuan
untuk menggunakan strategi, mengkombinasikan strategi, hingga membuat
stratgi-strategi pembelajarannya sendiri yang sesuai dengan materi yang
akan disampaikan.
Ketepatan dalam strategi penyampaian pelajaran akan berpengaruh pada
hasil yang akan dicapai oleh siswa.

Anda mungkin juga menyukai