OLEH
KELOMPOK 7
UNIVERSITAS HASANUDDIN
2020
PEMBAHASAN
Agama merupakan hal penting bagi kehidupan. Kehidupan dan agama adalah dua unsur yang
tidak dapat dipisahkan. Ketika berbicara mengenai kebebasan beragama, tentunya bangsa
Indonesia memiliki dorongan untuk saling menghargai antar umat beragama, tidak saling berselih,
dan menjatuhkan antar pemeluk agama lain.
Wacana pluralisme semakin diminati oleh banyak kalangan seiring dengan makin banyaknya
konflik yang timbul di muka bumi ini. Sebagian besar konflik-konflik tersebut ditengarai sebagai
akibat dari perbedaan agama atau mazhab. Untuk itulah perlu adanya sikap pluralisme. Pluralisme
agama memberikan pesan untuk setiap umat manusia bahwa keyakinan kepada sebuah agama
tertentu bukan alasan untuk menyalahkan agama lainnya.
Pluralisme dari sudut pandang bahasa sangat mudah dipahami. Plural berartikan
banyak jumlah. Secara sederhana pluralisme dapat diartikan sebagai paham yang
mentoleransi adanya keragaman pemikiran, peradaban, agama, dan budaya. Bukan hanya
menoleransi adanya keragaman pemahaman tersebut, tetapi bahkan mengakui kebenaran
masing-masing pemahaman, setidaknya menurut logika para pengikutnya. Pluralisme
agama adalah suatu paham yang mengajarkan bahwa semua agama adalah sama dan
karenanya kebenaran setiap agama adalah relatif. Oleh sebab itu, setiap pemeluk agama
tidak boleh mengklaim bahwa hanya agamanya saja yang benar sedangkan agama yang
lain salah. Pluralisme agama juga mengajarkan bahwa semua pemeluk agama akan masuk
dan hidup berdampingan di surga.
Menurut Nurcholis Madjid, pluralism agama dapat diambil melalui tiga sikap
agama :
2) Faktor Eksternal
Di samping faktor-faktor internal tersebut di atas tadi, terdapat juga dua
faktor eksternal yang kuat dan mempunyai peran kunci dalam menciptakan
iklim yang kondusif dan lahan yang subur bagi tumbuh berkembangnya
teori pluralisme. Kedua faktor tersebut adalah faktor sosio-politis dan faktor
ilmiah :
Faktor Sosio-Politis
Situasi politik global yang kita alami saat ini menjelaskan kepada kita
secara gamblang tentang betapa dominannya kepentingan politik
ekonomi barat terhadap dunia secara umum. Dari sinilah terlihat jelas
hakikat tujuan yang sebenarnya sikap ngotot barat untuk memonopoli
tafsir tunggal mereka tentang demokrasi. Maka pluralisme agama yang
diciptakan hanya merupakan salah satu instrumen politik global untuk
menghalangi munculnya kekuatan-kekuatan lain yang akan
menghalanginya.
Dalam pandangan Islam, sikap menghargai dan toleran kepada pemeluk agama lain
adalah mutlak untuk dijalankan, sebagai bagian dari keberagaman (pluralitas). Namun
anggapan bahwa semua agama adalah sama (pluralisme) tidak diperkenankan. Pada 28 Juli
2005, Majelis Ulama Indonesia (MUI) menerbitkan fatwa melarang paham pluralisme
dalam agama Islam.2 Dalam fatwa tersebut, pluralisme didefiniskan sebagai "Suatu paham
yang mengajarkan bahwa semua agama adalah sama dan karenanya kebenaran setiap
agama adalah relatif; oleh sebab itu, setiap pemeluk agama tidak boleh mengklaim bahwa
hanya agamanya saja yang benar sedangkan agama yang lain salah. Pluralisme juga
mengajarkan bahwa semua pemeluk agama akan masuk dan hidup dan berdampingan di
surga".
Paham pluralisme ini banyak dijalankan dan kian disebarkan oleh kalangan Muslim
itu sendiri. Solusi Islam terhadap adanya pluralisme agama adalah dengan mengakui
perbedaan dan identitas agama masing-masing (lakum diinukum wa liya diin). Walaupu
ada sebagian berpendapat bahwa solusi paham pluralisme agama diorientasikan untuk
menghilangkan konflik dan sekaligus menghilangkan perbedaan dan identitas agama-
agama yang ada.
Islam memandang bahwa masing-masing agama memiliki kewajiban terhadap
umatnya. Artinya setiap agama memiliki karakter dan sikap yang sama meskipun berbeda
dalam tataran syari’at namun semuanya dari Allah dan akan kembali kepada-Nya
(teosentrisme). Secara historis telogis pada awalnya agama ini adalah millata Ibrohim,
Musa Daud, Sulaiman, Isa dan Muhammad adalah nabi-nabi Allah, yang memiliki kitab
masing- masing, dengan maksud menuntun kejalan Allah mempercayai nabi-nabi dan
wahyu mereka merupakan bagian tak terpisahkan dari keimanan masing-masing agama,
sebab mengingkari salah satunya sama halnya menginkari rukun iman dalam Islam, apalagi
membeda-bedakan dan mengingkari eksistensinya (QS. Thaha. 20 ; 88) ”Tuhan kami dan
Tuhan kamu sungguh adalah Allah Tuhan yang Esa”. Sikap menghargai dan mendukung
bahwa mereka beriman kepada nabi-nabi terdahulu merupakan suatu kewajiban bagi umat
Muhammad (QS. Al-Baqarah, 2;285). Meskipun orang yahudi dan kristen selalu
mengklaim diri mereka memiliki Nabi dan keturunan yang mulia khusus kepada umatnya
namun Allah SWT. Pengakuan eksklusifime tersebut al-Qur’an bantah dalam (QS. 4:163,
QS. 3:84). Dari sekian ayat semuanya menunjukkan sikap toleransi yang amat normatif
terhadap semua agama artinya masing-masing mempunyai nilai-nilai spiritual.
DAFTAR PUSTAKA
1. Rahman MS. (2014) Islam dan Pluralisme [internet], Vol.2, No.1, available from:
https://journal.iainkudus.ac.id/index.php/fikrah/article/download/666/678, diakses, 19
November 2020
2. file:///C:/Users/Asus/Downloads/62-Article%20Text-114-1-10-20161227.pdf
3. http://digilib.uinsby.ac.id/20190/10/Bab%201.pdf