Anda di halaman 1dari 3

1.

Mahasiswa mampu menjelaskan patogenesis dan diagnosis kelainan darah yang


terjadi pada pasien
A. Pathogenesis Leukimia
Patogenesis leukemia secara genetik terjadi akibat tidak seimbangnya kerja proto oksigen
dan gen supresor. Gen yg berperan dalam terjadinya leukemia dapat dikelompokkan
dalam beberapa famili sesuai fungsi, yaitu gen yang berperan dalam transkripsi, gen
protein kinase yang berperan optosis dan gen yang berfungsi dalam penekan tumor. Pada
leukemia anak gen banyak berperan salah satunya adalah gen Translocation Ets
Leukimia-Acute Myeloid Leukimia. (Fridayanti, Masdar H, Asriani S. Profil pasien
leukemia anak di RSUD Arifin Achmad Provinsi Riau periode tahun 2013-2014.
JIK 2015; 9(2): pp. 78, 80)

- Acute Myeloid Leukimia


AML ditandai dengan mutase gen yang terlibat dalam hematopoesis. Mutasi ini
mengakibatkan perluasan klonal dari precursor myeloid yang tidak berdeferensiasi
(blast) dalam darah ferifer dan sumsum tulang yang tidak efektif, studi terbaru juga
mengungkapkan bahwa hal itu bisa timbul dari serangkaian perubahan genetic sel
progenitor. Hematopoetik berulang yang trakumulasi seiring dengan bertambahnya
usia. Dalam kebanyakan kasus, AML muncul sebagai denovo pada orang yang
sebelumnya sehat. Penyebab pasti mutase genetic tidak je;as tapi beberapa factor
resiko termasuk seperto paparan radiasi, agn kemoterapi dan merokok. AML juga
dapat berkembang dari gangguan myeloproliferative (MPD), myelodysplastic
syndrome (MDS),paroxysmal nodurnal hemoglobinuria dan anemia aplastic.
Penyebab mutase keluarg juga harus dipertimbangkan. (Vakiti A, Mewawalla.P.
AML Characterized by Mutation and Bone Marrow Failure. Staf Pearls
Publishing (Internet). 2021)

- Acure Limfoblastic Leukimia


Sel-sel ganas leukimia limfoblastik akut (ALL) adalah sel precursor limfoid
(limfoblast) yang ditahan pada tahap awal perkembangannya. Penahanan ini
disebabkan oleh ekspresi gen yang tidak normal yang menghasilkan yang seringkali
sebagai akibat dari translokasi kromosom atau kelainan jumlah kromosom. Limfoblas
yang menyimpang ini berkembang biak, mengurangi jumlah elemen sumsum normal
yang menghasilkan jalur sel darah lain (sel darah merah,trombosit dan neutrofil).
Akibatnya terjadi anemia, trombositopenia dan neutropenia, meskipun biasanya pada
derajat yang lebih rendah daripada yang terlihat pada leukimia myeloid akut.
Limfoblas juga menyusup keluar sumsum, terutama di hati, limpa dan kelenjar getah
bening. (Karen Seiter, MD. Acute Lymphoblastic Leukimia (ALL). Practice
Essentials, Pathophysiology,Etiologi, Medscape. 29 April 2021)

- Chronic Myeloid Leukimia


Fusi oncoprotein BCR-ABL mendefinisikan CML. 90%-95% pasien CML memiliki
kromosom 22 yang diperpendek karena translokasi timbal balik t (9;22) (934;911.2)
yang disebut kromosom philaswphi GEN ABL mengkodekan non-reseptor tirosin
kinase. Pada kromosom 9 dan BCR adalah daerah cluster breakpoint pada kromosom
22. Oncoprotein ini bertindak sebagai tirosin kinase cacat yang di ekspresikan secara
konstitutif. (Eden, R.E. Chronic Myelogenous Leukimia, Staf Pearls (Internet)
U.S : National Library of Medicine. 2021)

- Cronic Limphositic Leukimia


Pada CLL sel CDS+B mengalami transformasi keganasan sel B menjadi aktif secara
terus menerus melalui mutase yang menyebabkan limfositis sel B monoclonal
(MBL). Onkogenik selanjutnya dari sel B monoclonal menyebabkan CLL. Limfosit
awalnya menumpuk disumsum tulang dan kemudian menyebar kekelenjar getah
bening dan jaringan limfoid lainnya. Akhirnya menyebabkan splenomegali,
hepatomegali, dan gejala sistemik seperti kelelahan,demam,keringat malam, rasa
kenyang dan penurunan berat badan yang tidak disengaja. Seiring perkembangan
CLL, hematopolesisisaabnormal menyebabkan anemia, neutropenia,trombositopenia
dan penurunan produksi immunoglobin.
Perubahan genetik yang mengarah ke leukemia dapat mencakup:
1. Aktivasi gen yang ditekan (protogen) untuk membuat onkogen yang menghasilkan
suatu produk protein yang mengisyaratkan peningkatan proliferasi;
2. Hilangnya sinyal bagi sel darah untuk berdiferensiasi;
3. Hilangnya gen penekan tumor yang mengontrol proliferasi normal; dan
4. Hilangnya sinyal apoptosis
(Yenni. Jurnal Biomedik (JBM) : REHABILITASI MEDIK PADA ANAK
DENGAN LEUKEMIA LIMFOBLASTIK AKUT. 2014; 6(1).
https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/biomedik/article/view/4156)

B. Diagnosis Leukimia
Diagnosis leukemia tidak dapat ditegakkan hanya dengan hasil pemeriksaan darah tepi
dan gejala saja. Ketika hasil pemeriksaan darah tepi dan gejala klinis mengarah kepada
leukemia, maka pemeriksaan sumsum tulang harus segera dilakukan untuk menegakkan
diagnosis. Setelah diagnosis ditegakkan maka harus dilakukan pengklasifikasian jenis
leukemia guna pemilihan protokol terapi yang akan diberikan. Biopsi sumsum tulang
hampir selalu dibutuhkan untuk memperkuat diagnosis dan menentukan jenis leukimia.
Diagnosis ditegakkan berdasarkan anemnesia, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan
penunjang. Pada pasien ini, diagnosis leukimia limfoblastik akut dengan limfodenopati
ditegakkan berdasarkan anamnesis yang didapatkan berupa keluhan demam. Pasien juga
mengalami gusi berdarah tanpa sebab yang jelas, tubuh sering memar tanpa sebab
ataupun hanya karena terbentur suatu benda dan memar sulit hilang. Tubuh pasien sering
terdapat bitnik-bintik merah yang menetap dalam waktu lama. Kondisi sistemik yang
dialami pasien leukimia akut antara lain demam, pucat,lemah,cepat
Lelah,perdarahan,infeksi berulang, pembesaran tonsil, kelenjar limfe,limpa dan gusi.
Didalam sumsum tulang terjadi penumpukan sel-sel darah ganas. Akibatnya fungsi
normal sumsum tulang terganggu dengan terdesaknya produksi eritrosit dan trombosit.
Sel sel ganas ini karena beredar melaluo peredarahan darah keseluruh tubuh, maka juga
mampu menginfiltrasi kedalam organ-organ tubuh terutama organ yang berkaitan dengan
system hemopoetik seperti hepar,limpa dll. (Sasanti H. Evaluasi dan Penatalaksanaan
Perawatan Gigi-Mulut pada Pasien dengan Keganasan Darah. Jurnal Kedokteran
Gigi Universitas Indonesia 1996 ; 3 (3) : p.94)

Anda mungkin juga menyukai