B. Diagnosis Leukimia
Diagnosis leukemia tidak dapat ditegakkan hanya dengan hasil pemeriksaan darah tepi
dan gejala saja. Ketika hasil pemeriksaan darah tepi dan gejala klinis mengarah kepada
leukemia, maka pemeriksaan sumsum tulang harus segera dilakukan untuk menegakkan
diagnosis. Setelah diagnosis ditegakkan maka harus dilakukan pengklasifikasian jenis
leukemia guna pemilihan protokol terapi yang akan diberikan. Biopsi sumsum tulang
hampir selalu dibutuhkan untuk memperkuat diagnosis dan menentukan jenis leukimia.
Diagnosis ditegakkan berdasarkan anemnesia, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan
penunjang. Pada pasien ini, diagnosis leukimia limfoblastik akut dengan limfodenopati
ditegakkan berdasarkan anamnesis yang didapatkan berupa keluhan demam. Pasien juga
mengalami gusi berdarah tanpa sebab yang jelas, tubuh sering memar tanpa sebab
ataupun hanya karena terbentur suatu benda dan memar sulit hilang. Tubuh pasien sering
terdapat bitnik-bintik merah yang menetap dalam waktu lama. Kondisi sistemik yang
dialami pasien leukimia akut antara lain demam, pucat,lemah,cepat
Lelah,perdarahan,infeksi berulang, pembesaran tonsil, kelenjar limfe,limpa dan gusi.
Didalam sumsum tulang terjadi penumpukan sel-sel darah ganas. Akibatnya fungsi
normal sumsum tulang terganggu dengan terdesaknya produksi eritrosit dan trombosit.
Sel sel ganas ini karena beredar melaluo peredarahan darah keseluruh tubuh, maka juga
mampu menginfiltrasi kedalam organ-organ tubuh terutama organ yang berkaitan dengan
system hemopoetik seperti hepar,limpa dll. (Sasanti H. Evaluasi dan Penatalaksanaan
Perawatan Gigi-Mulut pada Pasien dengan Keganasan Darah. Jurnal Kedokteran
Gigi Universitas Indonesia 1996 ; 3 (3) : p.94)