Anda di halaman 1dari 27

OM SWASTIASTU

Keperawatan Anak II
Gusti Ayu Ratna Dewi 183212866
I Wayan Widarta 183212873
Made Okthaviani Susilawati Dewi 183212876
Ni Kadek Ayu Dewi Cahyani 183212877
Ni Komang Suryantini 183212890
Ni Luh Erina 183212892
Putu Suci Kristina Dewi 183212898
2.1 KONSEP DASAR
PENYAKIT LEUKEMIA
2.1.1 DEFINISI LEUKEMIA

Leukemia merupakan suatu penyakit dimana produksi sel darah putih sangat berlebihan
melebihi jumlah leukosit normal di dalam tubuh yang bersifat abnormal dan imatur. Sel-sel
ini menghambat semua sel lain di sumsum tulang untuk berkembang secara normal,
sehingga mereka tertimbun di sumsum tulang. Karena hal tersebut, leukemia disebut suatu
gangguan akumulatif sekaligus gangguan klonal. Akhirnya sel-sel leukemik mengambil
alih sumsum tulang dan ini menyebabkan kadar sel-sel nonleukemik di dalam darah
menurun.
2.1.2 ETIOLOGI LEUKEMIA

Sebagian besar penderita leukemia memiliki faktor-faktor penyebab yang tidak dapat diidentifikasi, tetapi ada beberapa
faktor yang terbukti dapat menyebabkan leukemia sesuai dengan klasifikasinya.

1. Leukemia Mieloblastik Akut/Acute Myeloid Leukemia (LMA/AML)


Etiologi dari LMA sebagian besar tidak diketahui. Meskipun demikian ada beberapa faktor yang diketahui dapat
menyebabkan atau setidaknya menjadi faktor predisposisi LMA pada populasi tertentu. Benzene suatu senyawa kimia
yang banyak digunakan pada industri penyamakan kulit di negara yang sedang berkembang, diketahui merupakan zat
leukomogenik untuk LMA. Selain itu radiasi ionik juga diketahui dapat menyebabkan LMA. Ini diketahui dari penelitian
tingginya insidiensi kasus leukemia, termasuk LMA, pada orang orang yang selamat dari serangan bom atom di
Hiroshima dan Nagasaki pada tahun 1945. Efek dari leukomogenik dari paparan ion radiasi tersebut mulai tampak sejak
1,5 tahun sesudah pengeboman dan mencapai puncaknya 6 sampai 7 tahun.
2. Leukemia Limfoblastik Akut/Acute Lymphoblastic Leukemia (LLA/ALL)
Penyebab LLA pada dewasa sebagian besar tidak diketahui. Faktor keturunan dan sindroma predisposisi genetik
lebih berhubungan dengan LLA yang terjadi pada anak-anak. Beberapa faktor lingkungan dan kondisi klinis
yang berhubungan dengan LLA, yaitu:
1) Radiasi ionik. Orang-orang yang selamat dari ledakan bom atom di Hiroshima dan Nagasaki mempunyai risiko
relatif keseluruhan untuk berkembang menjadi LLA;
2) Paparan dengan benzene kadar tinggi dapat menyebabkan kerusakan sumsum tulang, kerusakan kromosom;
3) Merokok sedikit meningkatkan risiko LLA pada usia diatas 60 tahun.
3. Leukemia Myeloid Kronik (LMK)
Penyebab pasti LMK belum diketahui secara pasti. Tetapi LMK meningkat setelah peristiwa bom atom di
Nagasaki dan Hiroshima, dan juga di Rusia setelah reaktor atom Chernobil meledak. Dengan kata lain, radiasi
ionik menyebabkan terjadinya LMK.

4. Leukemia Limfositik Kronik (LLK)


Penyebab LLK masih belum diketahui. Kemungkinan yang berperan adalah abnormalitas kromosom,
onkogen, dan retrovirus (RNA tumour virus)
2.1.3 PATOFISIOLOGI LEUKEMIA

Pada leukemia terjadi kelainan pada gugus sel (klonal), kelainan proliferasi, kelainan
sitogenetik, kelainan morfologi dan kegagalan diferensiasi. Sebagian besar LLA mempunyai
homogenitas pada fenotip permukaan sel blas dari setiap pasien. Hal ini memberi dugaan bahwa
populasi sel leukemia itu berasal dari sel tunggal yang berproliferasi hingga mencapai jumlah
populasi sel yang dapat terdeteksi. Etiologi leukemia pada manusia belum diketahui, namun
pada penelitian mengenai proses leukemiogenesis pada binatang percobaan ditemukan bahwa
penyebabnya mempunyai kemampuan melakukan modifikasi nukleus DNA. Kemampuan ini
meningkat bila terdapat suatu kondisi atau suatu kelainan genetik tertentu seperti translokasi,
amplifikasi dan mutasi onkogen seluler. Hal ini menguatkan anggapan bahwa leukemia dimulai
dari suatu mutasi somatik yang mengakibatkan terbentuknya suatu klonal yang abnormal
(Permono dan Ugrasena, 2010; Lanzcowsky, 2011).
2.1.4 KLASIFIKASI LEUKEMIA

1. Leukemia Akut
Menurut Mefta & Hoffbrand pada tahun (2008), leukemia akut
adalah suatu gangguan maligna dimana sel blast hemopoetik
terdapat sebanyak lebih dari 20% dari sel sumsum tulang

A. Leukemia Mieloblastik Akut/Acute Myeloid Leukemia (LMA/AML)


Leukemia mieloblastik akut adalah suatu penyakit yang ditandai dengan transformasi neoplastik dan gangguan
diferensiasi sel-sel progenitor dari seri myeloid (Sudoyo dkk, 2009).
B. Leukemia Limfoblastik Akut/Acute Lymphoblastic Leukemia (LLA/ALL)
LLA adalah keganasan klonal dari sel-sel prekursor limfoid. Lebih dari 80% kasus, sel-sel ganas berasal dari
limfosit B, dan sisanya merupakan leukemia sel T.
2. Leukemia Kronik

Leukemia kronik memiliki sel darah yang abnormal masih dapat berfungsi, dan orang dengan leukemia jenis ini
mungkin tidak menunjukkan gejala. Perlahan-lahan, leukemia kronik memburuk dan mulai menunjukkan gejala ketika
sel leukemia bertambah banyak dan produksi sel normal berkurang.

1. Leukemia Myeloid Kronik (LMK)


Gabungan antara gen yang ada di lengan panjang kromosom 9 yakni ABL (Abelson) dengan gen BCR (Break Cluster Region) yang
terletak di lengan panjang kromosom 22. Gabungan kedua gen ini sering ditulis sebagai BCR-ABL diduga kuat sebagai penyebab utama
terjadinya kelainan proliferasi dari seri granulosit tanpa gangguan diferensiasi sehingga pada apusan darah tepi kita dapat dengan mudah
melihat tingkatan diferensiasi seri granulosit pada pasien LMK (Sudoyo dkk, 2009).
2. Leukemia Limfositik Kronik (LLK)
Leukemia limfositik kronik adalah suatu keganasan hematologik yang ditandai oleh proliferasi klonal dan penumpukan limfosit B
neoplastik dalam darah, sumsum tulang, limfonodi, limpa, hati, dan organ-organ lainnya. LLK ini masuk dalam kelainan
limfoproliferatif. Tanda-tandanya meliputi limfositosis, limfadenopati, dan splenomegali. Kebanyakan LLK (95%) adalah neoplasma sel
B, sisanya neoplasma sel T (Sudoyo dkk, 2009).
1. MANIFETASI KLINIS LEUKEMIA
1. Leukemia Mieloblastik Akut

- Rasa lemah, pucat, nafsu makan hilang


- Anemia
- Perdarahan, petekie
- Nyeri tulang
- Infeksi
- Pembesaran kelenjar getah bening, limpa, hati dan kelenjar mediatinum
- Kadang – kadang ditemukan hipertrofi gusi khususnya pada M4 dan M5
- Sakit kepala

2. Leukemia Limfositik Akut

- Malaise, demam, letargi, kejang


- Keringat pada malam hari
- Hepatosplenomegali
- Nyeri tulang dan sendi
- Anemia
- Penurunan berat badan
- Muntah
- Gangguan penglihatan
- Nyeri kepala
3. Leukemia Mieloblastik Kronik

- Rasa lelah
- Penurunan berat badan
- Rasa penuh di perut
- Kadang – kadang rasa sakit di perut
- Mudah mengalami perdarahan
- Diaforesis meningkat
- Tidak tahan panas

4. Leukemia Limfositik Kronis

- Mudah terserang infeksi


- Anemia
- Lemah
- Pegal – pegal
- Trombositopenia
- Respons antibodi tertekan
- Sintesis immonuglobin tidak cukup
2.1.6 PENATALAKSANAAN LEUKEMIA

Berikut adalah penatalaksanaan secara medis yang dapat diberikan kepada pasien leukemia
berdasarkan klasifikasi atau tipe dari leukemia.
1. Leukemia Mieloblastik Akut/Acute Myeloid Leukemia (LMA/AML)
Terapi yang dapat diberikan kepada pasien LMA adalah sebagai berikut:
1) Kemoterapi merupakan bentuk terapi utama dan pada beberapa kasus dapat menghasilkan perbaikan
yang berlangsung sampai setahun atau lebih. Obat yang biasanya digunakan meliputi daunorubicin,
hydrochloride (cerubidine), cytarabine (Cytosar-U), dan mercaptopurine (purinethol);
2) Pemberian produk darah dan penanganan infeksi dengan segera;
3) Transplantasi sumsum tulang.
2. Leukemia Limfoblastik Akut/Acute Lymphoblastic Leukemia (LLA/ALL)
Bentuk terapi utama dalam penanganan masalah LLA adalah kemoterapi. Kemoterapi untuk LLA yang paling mendasar terdiri atas
panduan obat.
1) Induksi remisi
Tujuan dari terapi induksi remisi adalah mencapai remisi komplit hematologik sehingga hematopoiesis dapat kembali normal.
(1) Obat yang digunakan terdiri atas:
1) Vincristine (VCR) = 1,5 mg/m2/minggu secara IV;
2) Prednison (Pred) = 6 mg/m2/hari secara oral;
3) L.Asparaginase (L.asp) = 10.000 U/m2;
4) Daunorubicin (DNR) = 25 mg/m2/minggu-4 minggu.
(2) Regimen yang digunakan untuk LLA dengan risiko standar terdiri atas:
5) Prednison + VCR;
6) Prednison + VCR + L. Asparaginase.
(3) Regimen untuk ALL dengan risiko tinggi atau ALL pada orang dewasa antara lain :
7) Prednison + VCR + DNR dengan atau tanpa L.Asparaginase;
8) DNR + VCR + Prednison + L.Asparaginase dengan atau tanpa siklofosfamid.
3. Leukemia Myeloid Kronik (LMK)
Medikasi ataupun terapi yang dapat diberikan kepada pasien dengan LMA yaitu:
(1) Busulphan (myleran): dosis 0,1-0,2 mg/kg BB/hari, terapi dimulai jika leukosit naik menjadi 50.000/mm 3.
Efek samping berupa aplasia sumsum tulang berkepanjangan, fibrosis paru, dan bahaya timbulnya leukemia
akut;
(2) Hidroksiurea: dosis dititrasi dari 500-2.000 mg, kemudian diberikan dosis pemeliharaan untuk mencapai
leukosit 10.000-15.000/mm3, efek sampingnya lebih sedikit;
(3) Interferon alfa: biasanya diberikan setelah jumlah leukosit terkontrol oleh hidroksiurea.
(4) Tranplantasi sumsum tulang, memberikan harapan penyembuhan jangka panjang, terutama untuk penderita
yang berusia kurang dari 40 tahun. Penanganan umum yang diberikan adalah allogeneic peripheral blood
stem cell transplantation.
(5) Terapi dengan memakai prinsip biologi molekuler
Obat baru inatinib mesilate (gleevec) yang dapat menekan aktivitas tyrosine kinase, sehingga menekan proliferasi
sel myeloid
4. Leukemia Limfoid Kronik (LLK)
Pengobatan sebaiknya tidak diberikan pada klien tanpa gejala, karena hal ini tidak memperpanjang hidup. Hal
yang perlu dihadapi adalah klien yang menunjukkan progresivitas limfadenopati atau splenomegali, anemia,
trombositopenia, atau gejala akibat desakan tumor. Obat-obatan yang perlu diberikan adalah sebagai berikut:
1) Klorambusil 0,1-0,3 mg/kg BB/hari per oral;
2) Kortikosteroid sebaiknya baru diberikan bila terdapat AIHA atau trombositopenia atau demam tanpa seinfeksi;
3) Radioterapi dengan menggunakan sinar x kadang-kadang menguntungkan bila ada keluhan pendesakan karena
pembengkakan kelenjar getah bening setempat.
2.2 KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN LEUKEMIA

1. PENGKAJIAN
1. Identitas Klien dan Penanggungjawab
2. Riwayat Kesehatan
1) Keluhan Utama
Nyeri tulang sering terjadi, lemah nafsu makan menurun, demam (jika disertai infeksi)  juga disertai dengan sakit kepala.
2) Riwayat Perawatan Sekarang
3) Riwayat Perawatan Sebelumnya
4) Riwayat Penyakit Keluarga
Insiden LLA lebih tinggi berasal dari saudara kandung anak-anak yang terserang terlebih pada kembar monozigot (identik).
5) Riwayat Tumbuh Kembang
Bagaimana pemberian ASI, adakah ketidaknormalan pada masa pertumbuhan dan kelainan lain ataupun sering sakit-sakitan.
1. Pemeriksaan Fisik
6) Kaji adanya tanda-tanda anemia
- Pucat
- Kelemahan
- Sesak
- Nafas cepat
1) Kaji adanya tanda-tanda leukopenia
- Demam
- Infeksi
1) Kaji adanya tanda-tanda trombositopenia
- Ptechiae
- Purpura
- Perdarahan membran mukosa
1) Kaji adanya tanda-tanda invasi ekstra medulola
- Limfadenopati
- Hepatomegali
- Splenomegali
1) Kaji adanya pembesaran testis
2) Kaji adanya
- Hematuria
- Hipertensi
- Gagal ginjal
- Inflamasi disekitar rectal
- Nyeri
4. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang dapat dilakukan dengan pemeriksaan darah tepi dan pemeriksaan sumsum tulang.
1) Pemeriksaan Darah Tepi
Pada penderita leukemia jenis LLA ditemukan leukositosis (60%) dan kadang-kadang leukopenia (25%). Pada penderita
LMA ditemukan penurunan eritrosit dan trombosit. Pada penderita LLK ditemukan limfositosis lebih dari 50.000/mm 3,
sedangkan pada penderita LGK/LMK ditemukan leukositosis lebih dari 50.000/mm 3.
2) Pemeriksaan Sumsum Tulang
Hasil pemeriksaan sumsum tulang pada penderita leukemia akut ditemukan keadaan hiperselular. Hampir semua sel sumsum
tulang diganti sel leukemia (blast), terdapat perubahan tiba-tiba dari sel muda (blast) ke sel yang matang tanpa sel antara
(leukemic gap). Jumlah blast minimal 30% dari sel berinti dalam sumsum tulang. Pada penderita LLK ditemukan adanya
infiltrasi merata oleh limfosit kecil yaitu lebih dari 40% dari total sel yang berinti. Kurang lebih 95% pasien LLK disebabkan
oleh peningkatan limfosit B. Sedangkan pada penderita LGK/LMK ditemukan keadaan hiperselular dengan peningkatan
jumlah megakariosit dan aktivitas granulopoeisis. Jumlah granulosit lebih dari 30.000/mm 3.
5. Analisa Data
1) Data Subjektif
Data Subjektif yang mungkin timbul pada penderita leukemia adalah sebagai berikut.
- Priapismus
- Lelah
- Hilangnya nafsu makan
- Letargi
- Demam
- Pusing
- Merasa cepat kenyang
- Sesak
- - Waktu ycng cukup lama
Nyeri dada
- Nyeri Tulang dan Persendian
- Napas sesak

2)  Data Objektif
Data Subjektif yang mungkin timbul pada penderita leukemia adalah sebagai berikut.
- Pembengkakan Kelenjar Lympa
- Anemia
- Perdarahan
- Gusi berdarah
- Adanya benjolan tiap lipatan
- Ditemukan sel-sel muda
2.2.2 DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri akut yang berhubungan dengan efek fisiologis dari leukemia
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan anemia
3. Defisit Nutrisi berhubungan dengan malaise, anoreksia, mual, dan muntah.
4. Hipovolemia berhubungan dengan pengeluaran berlebihan seperti muntah dan risiko
perdarahan
2.2.3 INTERVENSI

Rencana Perawatan
No Dx
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
1 Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3 x 24 jam Manajemen nyeri : 1. Mengetahui perkembangan skala nyeri pasien
di harapkan tingkat nyeri berkurang dengan kriteria hasil : 1. Identifikasi skala nyeri 2. Hypnosis dapat mengalihkan terhadap nyeri
1. Keluhan nyeri berkurang 2. Berikan teknik hipnosis untuk mengurangi rasa nyeri sehingga dapat membantu mengurangi nyeri yang
2. Pasien tidak meringis 3. Ajarkan menggunakan analgesic secara tepat di rasakan
3. Pasien tidak gelisah 4. Kolaborasikan pemberian obat analgesic jika perlu 3. Agar tidak melebihi dosis yang dianjurkan
4. Pasien tidak mengalami kesulitan tidur 4. Penggunaan tindakan dalam hal pemberian
medikasi seperti analgesic dapat meredakan rasa
nyeri pasien
2 Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama …x24 Manajemen energi : 1. Untuk mengidentifikasi penyebab pasien tidak
jam diharapkan toleransi aktivitas kembali normal 1. Monitor lokasi dan sumber ketidaknyamanan selama nyaman selama beraktivitas
dengan kriteria hasil: beraktivitas 2. Agar pasien mampu melakukan aktivitas sesuai
1. Frekuensi nadi kembali normal 2. Bantu pasien identifikasi pilihan aktivitas yang akan kemampuan
2. Frekuensi napas saat beraktivits kembali normal dilakukan 3. Agar tenaga kesehatan dapat memberikan
3. Saturasi oksigen kembali normal 3. Ajarkan pasien untuk menghubungi tenaga kesehatan jika penanganan lebih lanjut
4. Kemudahan dalam melakukan aktivitas sehari-hari tanda dan gejala kelelahan tidak berkurang 4. Agar pasien medapatkan nutrisi yang seimbang
4. Konsultasikan dengn ahli gizi mengenai cara
meningkatkan asupan energi dari makanan
3 Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x Menejemen nutrisi 1. Untuk mengtahui jumlah kalori yang di konsumsi
24jam diharapkan nutrisi datpat terpenuhi dengan 1. Monitor kalori asupan makanan 2. Untuk menginformasikan pasien berapa kebutuhan
kriteria hasil: 2. Anjurkan pasien terkait dengan kebutuhan makanan yang diperlukan sesuai usia
1. Nafsu makan meningkat makanan berdasarkan perkembangan atau 3. untuk memastikan nutrisi pasien terpenuhi
2. Satatus nurisi terpenuhi usia 4. untuk meningkat kannafsu makan
3. Prilaku mingkatkan berat badan 3. Intruksikan pasien mengenai kebutuhan
  nutrisi
4. Kolaborasi dengan dokter tentang
pemberian obat sebelum makan (misal.
Penghilang rasa sakit)
4 Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x Pencegahan perdarahan : 1. untuk meminimalisir resiko terjadinya perdarahan pada
24jam diharapkan keseimbangan cairan dipertahankan 1. monitor dengan ketat resiko terjadinya klien
dengan kriteria hasil: pendarahan pada klien 2. untuk mengetahui bagaimana tanda dan gejala
1. keseimbangan intake dan output tidak terganggu 2. monitor tanda dan gejala perdarahan menetap perdarahan yang terjadi pada klien
2. denyut nadi radial tidak terganggu 3. lindungi klien dari trauma yang dapat 3. untuk mengurangi trauma yang pernah dialami klien
3. berat badan stabil menyebabkan pendarahan yang memicu terjadinya pendarahan
  4. intruksikan keluarga tanda-tanda perdarahan 4. mengurangi resiko yang terjadi pada klien dengan
  dan tindakan yang tepat jika terjadi pendarahan melibatkan keluarga dengan memberikan informasi
tindakan yang tepat untuk klien bila terjadi perdarahan
2.2.4 IMPLEMENTASI
Implementasi yang merupakan komponen dari proses keperawatan adalah kategori dari prilaku
keperawatan dimana tindakan yang diperlukan untuk mencapai tujuan dan hasil yang diperkirakan dari
asuhan keperawatan dilakukan dan diselesaikan. Dalam teori, implementasi dari rencana asuhan
keperawatan mengikuti komponen perencanaan dari proses keperawatan. Namun demikian, dibanyak
lingkungan perawatan kesehatan, implementasi mungkin dimulai secara langsung setelah pengkajian.
(potter & perry, 2015)
2.2.5 EVALUASI
Evaluasi adalah perbandingan yang sistemik atau terencana tentang kesehatan pasien dengan tujuan yang telah ditetapkan, dilakukan dengan cara
berkesinambungan, dengan melibatkan pasien, keluarga dan tenaga kesehatan lainnya.
Untuk memudahkan perawat mengevaluasi atau memantau perkembangan klien digunakan komponen SOAP. Yang dimaksud dengan SOAP adalah:
S : Data subyektif
Perawat menuliskan keluhan pasien yang masih dirasakan setelah dilakukan tindakan keperawatan
O : Data obyektif
Yaitu data berdasarkan hasil pengukuran atau observasi perawat secara langsung kepada klien, dan yang dirasakan klien setelah dilakukan tindakan
keperawatan.
A : Analisis
Interpretasi dari data sunyektif dan data obyektif. Merupakan suatu masalah atau diagnosis keperawatan yang masih terjadi, atau juga dapat
dituliskan masalah/diagnosis baru yang terjadi akibat perubahan status kesehatan klien yang telah teridentifikasi datanya dalam data subyektif dan
obyektif.
P : Planing
Perencanaan keperawatan yang akan dilanjutkan, dihentikan, dimodifikasi, atau ditambahkan dari rencana tindakan keperawatan yang telah
ditentukan sebelumnya.
OM Shanti Shanti
Shanti OM

Keperawatan Anak II

Anda mungkin juga menyukai