Gejala klinis umumnya berupa rasa tidak sehat, demam, pucat, kurang
nafsu makan, berat badan menurun, malaise, kelelahan, nyeri tulang dan
sendi, epistaksis dan cenderung terjadi perdarahan, rentan terhadap
infeksi, serta sakit kepala. Tanda klinis yang ditemukan ialah kenaikan
suhu tubuh, ekimosis atau petekie, splenomegali, hepatomegali,
limfadenopati, dan anemia, dan letargi
Diagnosis
1. Gejala
-Kelemahan dan malaise
-Febris
-Perdarahan
-Penurunan berat badan
-Nyeri tulang
2. Pemeriksaan fisik
- Pucat, takikardi, murmur
- Pembesaran organ
- Kelainan kulit dan hipertrofi gusi
Pemeriksaan penunjang
1. Morfologi Aspirasi sumsum tulang
2. Immunophenotyping
3. Sitogenetika abnormalitas
4. Sitogenetika molekul
5. Pemeriksaan imaging
Tatalaksana
1. Terapi Induksi
2. Terapi konsolidasi
Terapi konsolidasi atau pasca-induksi diberikan untuk mencegah
kekambuhan dan eradikasi minimal residual leukemia dalam
sumsum tulang.Biasanya untuk mencegah kekambuhan, digunakan
regimen yang sama dan dosis kemoterapi yang sama atau lebih
tinggi seperti yang digunakan pada terapi induksi.
3. Tranplantasi sel induk Untuk sebagian orang, dosis kemoterapi yang
sangat tinggi atau radioterapi
Prognosis
ALL yang tidak diterapi bersifat fatal dengan median survival
11-20 minggu. Saat ini penyakit ini sembuh (tidak terjadi
kekambuhan dalam 5 tahun) pada 35-40% pasien dewasa
usia ≤ 60 tahun dan 5-15% pasien usia > 60 tahun.
01 Definisi
4. Karyotipik
Tatalaksana
a. Hidroksiurea
Obat ini diberikan per oral dan menunjukan bioavailabilitas yang mendekati
100%. Dosisnya adalah 30mg/kgBB/hari diberikan sebagai dosis tunggal maupun
dibagi 2-3 dosis. Efek sampingnya adalah mielosupresi, mual, muntah, diare,
mukositis, sakit kepala, dan letargi.
Tatalaksana
2. busulfan
Perlu premedikasi dengan analgetik dan antipiretik sebelum pemberian obat ini
untuk mencegah/mengurangi efek samping interferon berupa flu like syndrome.
Dosis 5 juta IU/mk/hari subkutan sampai tercapai remisi sitogenetik, biasanya setelah
12 bulan terapi. Sedangkan berdasar hasil penelitian di Indonesia, dosis yang dapat
ditoleransi adalah 3 juta IU/m3/hari.
Tatalaksana
Terima
kasih Ctrl