Anda di halaman 1dari 6

LKK 2 WAWANCARA NEUROTIK

A. SASARAN PEMBELAJARAN
Setelah kegiatan ini mahasiswa diharapkan mampu:
1. Melakukan autoanamnesis kasus neurotik
2. Melakukan observasi terhadap pasien neurotik
3. Membuat kesimpulan dari wawancara kasus neurotik
4. Melakukan rujukan ke tingkat yang lebih tinggiI

B. PELAKSANAAN
1. PANDUAN BELAJAR WAWANCARA NEUROTIK
1.1 Landasan Teori
Langkah awal dalam menentukan apakah seseorang memiliki penyakit organik yang mendasari timbulnya gejala
mental adalah dengan menanyakan riwayat penyakit terdahulu pasien kepada keluarga pasien atau dari rekam medis
pasien bila memungkinkan. Dokter harus menanyakan riwayat gangguan hati, jantung, paru, ginjal, kulit, persendian,
dan mata, riwayat hipertensi, diabetes, trauma kepala, kejang, penggunaan obat terlarang, pengobatan yang sedang
dijalani, dan riwayat gangguan neuropsikiatri dalam keluarga.
Seorang dokter harus melatih kemampuan menanyakan:
a. Gejala konsitusional: demam, lesu, penurunan berat badan, nyeri
b. Gejala neurologis: sakit kepala, penglihatan kabur atau dobel, gangguan keseimbangan, gangguan menelan,
kelemahan fokal atau kehilangan sensori, gangguan berjalan, gangguan buang air besar atau kecil, gangguan
fungsi seksual.
c. Fenomena limbik paroksismal: mikropsia, makropsia, metamorfopsia, déjà vu, jamais vu, déjà ecoute, jamais
ecoute, depersonalisasi/derealisasi, autoskopi, pengalaman paranormal (clairvoyance, telepati).
d. Gejala tiroid: sensitif terhadap panas atau dingin, konstipasi atau diare, denyut jantung meningkat, gangguan
rambut (alopesia).
e. Gejala penyakit rematik: bengkak atau nyeri sendi, sariawan mulut, mulut atau mata kering, ruam, riwayat aborsi
spontan.
Karena perkembangan otak dimulai sebelum kelahiran, maka begitu juga dengan riwayat neuropsikiatri sehingga
dokter harus menanyakan mengenai:
a. Penggunaan obat-obatan atau zat kimia secara salah (adiksi) oleh ibu.
b. Perdarahan dan infeksi selama kehamilan ibu.
c. Proses persalinan.
d. Kondisi pasien saat baru lahir, bila dapat diketahui skor APGAR-nya akan lebih baik.
e. Infeksi, sakit kuning, atau gangguan saat perinatal, yang nantinya akan berhubungan dengan timbulnya
skizofrenia.
f. Perkembangan motorik dan kognitif saat pasien kanak-kanak: kapan mulai merangkak, berjalan, bicara, dll.
g. Temperamen pasien saat kanak-kanak.
h. Performa pasien saat sekolah: ada gangguan intelektual, pendidikan khusus, kelemahan.
Trauma kepala merupakan faktor potensial timbulnya gangguan mood dan psikotik, epilepsi, gangguan kognitif,
dan gangguan stress pasca trauma. sehingga dokter harus menanyakan lebih detail mengenai trauma kepala pasien
(bila ada). Kehilangan kesadaran tidak menjadi patokan timbulnya sekuele, namun periode kehilangan kesadaran
perlu diketahui. Begitu juga dengan periode timbulnya amnesia, baik retrograd (kehilangan memori sejak memori
terakhir sampai kejadian trauma itu sendiri) maupun anterograd (kehilangan memori sejak trauma hingga
kesembuhan).
Gangguan tidur, selera makan, dan energi merupakan hal yang biasa timbul pada gangguan psikiatri idiopatik.
Namun gejala tersebut tidak dapat dikatakan menunjukkan adanya gangguan di otak karena merupakan juga masalah
yang biasa timbul pada penyakit lain. Perubahan dalam perilaku seksual merupakan hal yang biasa timbul pada
penyakit otak. Hiposeksualitas biasa terjadi pada epilepsi, kemungkinan akibat gangguan limbic. Perubahan selera
seksual baik kuantitatif maupun kualitatif pada usia pertengahan menandakan penyakit organik. Gangguan
personalitas seperti berkurangnya selera humor, iritabel, afek datar mengindikasikan penyakit organik, misalnya
demensia frontotemporal.
Gangguan paroksismal neuropsikiatri termasuk epilepsi, migren, serangan panik dan agresi episodik. Dokter
harus memulai pertanyaan dengan kronologi timbulnya serangan. Serangan dapat ditandai dengan timbulnya aura,
dapat berlangsung dalam hitungan detik sampai menit.
Gejala-gejala mental dan perilaku sebaiknya didapatkan juga dari sumber lain selain pasien itu sendiri, agar lebih
detail sehingga dapat menegakkan diagnosis banding. Mengenali gejala kognitif pada pasien tanpa penyakit
demensia adalah elemen penting dalam anamnesis neuropsikiatri. Beberapa gejala mungkin didramatisasi oleh
perubahan mood dan perilaku. Tidak dapat diragukan bahwa complain yang paling sering muncul mengenai kognitif
adalah masalah ingatan (memori).
1.2 Media Pembelajaran
1. Penuntun LKK 2 Blok XIV FK UMP
2. Ruang periksa dokter
3. Pasien simulasi
4. Skenario kasus
1.3 Langkah Kerja
1. Mengucapkan salam.
2. Memperkenalkan diri kepada pasien.
3. Menjelaskan tindakan yang akan dilakukan.
4. Meminta izin pasien untuk melakukan wawancara.
5. Mahasiswa melakukan sesi tanya jawab sesuai pertanyaan yng tercantum di lembaran checklist dan
melakukan interpretasi.
6. Menjelaskan kepada pasien mengenai gangguan neurotik yang dialami pasien
7. Melakukan rujukan ke tingkat yang lebih tinggi, yaitu dokter ahli jiwa (psikiater).
8. Melakukan observasi terhadap pasien neurotik
9. Membuat kesimpulan gangguan neurotik yang dialami pasien.

SKENARIO KASUS NEUROTIK

Skenario:
Seorang Perempuan, usia 30 tahun, seorang guru baru memiliki 1 orang anak. Si ibu sendiri merupakan anak
ke-3 dari 3 bersaudara. Datang ke poli kedokteran jiwa RSUD BARI. dengan keluhan utama sulit memulai tidur dan jantung
sering berdebar sejak 1 bulan yang lalu. Keluhan ini dirasakan sejak anaknya menderita Demam Berdarah (DBD) dan
dirawat di RSUD BARI. Pasien merasa gelisah hampir disetiap saat, tidak tenang dan sering tergesa gesa. Selain itu
pasien mengeluh berkeringat banyak, mulut terasa kering nafsu makan berkurang dan susah memfokuskan diri dalam
pekerjaan. Dalam melakukan aktifitas sehari hari pasien tetap beraktifitas seperti biasa. Jika ada orang lain yang bercerita
tentang anak-anak, pasien menjadi mudah marah karena ia khawatir anaknya terkena DBD lagi. Selama wawancara
pasien tampak tidak tenang, selalu meremas remas tangan dan duduk tidak tenang.
Perintah:
Seorang Perempuan, usia 30 tahun, seorang guru baru memiliki 1 orang anak. Si ibu sendiri merupakan anak ke-3 dari 3
bersaudara. Datang ke poli kedokteran jiwa RSUD BARI. dengan keluhan utama sulit memulai tidur dan jantung sering
berdebar sejak 1 bulan yang lalu.
Lakukanlah wawancara psikiatri dan prosedur penatalaksanaan sesuai kompetensi saudara pada pasien ini dengan
lengkap!

Checklist wawancara kasus neurotik


A. PERKENALAN
1. Menyapa pasien dan keluarganya, memperkenalkan diri, menunjukkan
empati
2. Identitas Pasien
Nama:
Umur:
Pendidikan:
Status Pernikahan:
Pekerjaan:
Alamat
Agama
B. ANAMNESIS
1. Keluhan utama
2. Sejarah Penyakit Saat Ini
a. Onset kejadian

b. Kapan keluhan mulai muncul

c. Faktor pencetus
3. Perjalanan Penyakit
a. Perubahan emosional

b. Perubahan perilaku

c. Keluhan somatis (nyeri, tinnitus, penglihatan abur, palpitasi,


berkeringat banyak, mulut kering, mudah lelah, sulit menelan)

d. Keluhan vegetatif (gangguan tidur, nafsu makan, berat badan,


miksi, libido, menstruasi)

e. Keluhan kognitif (konsentrasi)


f.
Masalah aktivitas sehari-hari (pekerjaan, kebersihan diri,
kehidupan sosial)
C. AUTOANAMNESIS
1. Menanyakan orientasi pasien:
a. Waktu
b. Tempat
c. Orang
2. Menanyakan memori pasien
a. Immediate memory (pemeriksa menyebutkan 3 objek dan
meminta pasien mengulanginya)
b. Recent memory (menanyakan dengan siapa pasien datang ke
tempat ini/ke sini menggunakan kendaraan apa/tadi pagi sarapan
apa)
c. Remote memory (menanyakan lahir/sekolah dimana)
3. Menanyakan isi pikiran pasien
a. Obsesi: apakah pernah terganggu oleh pikiran atau gambar
tertentu yang selalu muncul di pikiran meskipun berusaha untuk
menghentikan/mengbaikannya?
- Fobia sosial: apakah pernah merasa takut mempermalukan
diri di lingkungan dimana Anda tidak melakukan apa yang
kebanyakan orang lakukan, seperti makan di restoran,
menggunakan WC umum, atau berbicara di depan orang
banyak?
- Fobia sederhana: apakah pernah menjadi sangat takut
terhadap sesuatu yang orang lain tidak takuti, seperti
terbang, ketinggian, binatang kecil, disuntik, atau melihat
darah, sehingga cenderung untuk menghindarinya?
-
b. Ide bunuh diri

4. Menilai Mood (suasana perasaan)/perasaan pasien akhir-akhir ini


a. Depresif: Menanyakan perasaan depresi/ sedih/ tidak bahagia/
kehilangan semangat

b. Cemas: Menanyakan perasaan khawatir/ cemas/ tertekan

c. Serangan panik: Pernahkah merasakan serangan cemas, panik


atau ketakutan yang kuat yang datang secara tiba-tiba atau tanpa
alasan apapun.

d. Euforia: Menanyakan perasaan gembira yang berlebihan

e. Sensitif: Apakah mudah marah

5. Menilai perilaku psikomotor pasien


Kompulsi: Pernahkan merasa melakukan perilaku tertentu berulang-
ulang meskipun tidak memberikan banyak perubahan, seperti mencuci
tangan, mengurutkan, mengecek atau menghitung sesuatu
6. Menilai insight pasien terhadap penyakit: apakah Anda merasa
memiliki masalah psikiatris atau mental?
D. PENUTUP
a. Berterima kasih kepada pasien dan keluarga
b. Menjelaskan kepada pasien dan keluarga tentang penyakitnya.
c. Memberikan kesempatan kepada pasien dan keluarga untuk
bertanya tentang keluhan
d. Menjelaskan rencana pengobatan/terapi
e. Merencanakan sesi konsultasi berikutnya (merujuk)

E. OBSERVASI
a. Mengamati penampilan pasien (bentuk wajah, status gizi, tipe
tubuh, kebersihan, pakaian, kontak mata)
b. Mengamati kesadaran pasien
c. Mengamati afek pasien
d. Mengamati atensi/perhatian pasien
e. Mengamati perilaku psikomotor pasien (postur, gerakan
psikomotor)
F. KESIMPULAN

Skenario 2
Tn. S, 35 tahun, dikonsulkan dari penyakit dalam ke Poli Psikiatri RSMP dengan keluhan utama sakit dada sejak 2 bulan
yang lalu.
Riwayat perjalanan penyakit:
3 bulan yang lalu, pasien dimutasi dari bagian marketing ke bagian administrasi. Sejak itu, pasien merasa tidak nyaman
ditempat yang baru. Pasien merasa susah fokus dalam pekerjaannya, mudah tersinggung, tidak bersemangat untuk
bekerja dan banyak keluhan pada tubuhnya termasuk nyeri dada. Di rumah pasien sering marah-marah pada istri dan
anak-anaknya, nafsu makan berkurang dan tidur tidak nyenyak. 2 bulan yang lalu, keluhan nyeri dada bertambah berat.
Tn. S berobat ke bagian penyakit dalam RSMP. Dilakukan pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang tidak ditemukan
kelainan yang bermakna, pasien tetap mendapat obat namun pasien merasa tidak ada perbaikan. Dokter penyakit dalam
mengonsulkan Tn. S ke bagian Psikiatri RSMP.

A. PERKENALAN
1. Menyapa pasien dan keluarganya, memperkenalkan diri, menunjukkan
empati
2. Identitas Pasien
Nama:
Umur:
Pendidikan:
Status Pernikahan:
Pekerjaan:
Alamat
Agama
B. ANAMNESIS
1. Keluhan utama
2. Sejarah Penyakit Saat Ini
d. Onset kejadian

e. Kapan keluhan mulai muncul

f. Faktor pencetus
3. Perjalanan Penyakit
g. Perubahan emosional

h. Perubahan perilaku

i. Keluhan somatis (nyeri, tinnitus, penglihatan abur, palpitasi,


berkeringat banyak, mulut kering, mudah lelah, sulit menelan)

j. Keluhan vegetatif (gangguan tidur, nafsu makan, berat badan,


miksi, libido, menstruasi)

k. Keluhan kognitif (konsentrasi)

l. Masalah aktivitas sehari-hari (pekerjaan, kebersihan diri,


kehidupan sosial)

C. AUTOANAMNESIS
1. Menanyakan orientasi pasien:
d. Waktu
e. Tempat
f. Orang
2. Menanyakan memori pasien
d. Immediate memory (pemeriksa menyebutkan 3 objek dan
meminta pasien mengulanginya)
e. Recent memory (menanyakan dengan siapa pasien datang ke
tempat ini/ke sini menggunakan kendaraan apa/tadi pagi sarapan
apa)
f. Remote memory (menanyakan lahir/sekolah dimana)
3. Menanyakan isi pikiran pasien
c. Obsesi: apakah pernah terganggu oleh pikiran atau gambar
tertentu yang selalu muncul di pikiran meskipun berusaha untuk
menghentikan/mengbaikannya?
- Fobia sosial: apakah pernah merasa takut mempermalukan
diri di lingkungan dimana Anda tidak melakukan apa yang
kebanyakan orang lakukan, seperti makan di restoran,
menggunakan WC umum, atau berbicara di depan orang
banyak?
- Fobia sederhana: apakah pernah menjadi sangat takut
terhadap sesuatu yang orang lain tidak takuti, seperti
terbang, ketinggian, binatang kecil, disuntik, atau melihat
darah, sehingga cenderung untuk menghindarinya?
-
d. Ide bunuh diri

4. Menilai Mood (suasana perasaan)/perasaan pasien akhir-akhir ini


f. Depresif: Menanyakan perasaan depresi/ sedih/ tidak bahagia/
kehilangan semangat

g. Cemas: Menanyakan perasaan khawatir/ cemas/ tertekan

h. Serangan panik: Pernahkah merasakan serangan cemas, panik


atau ketakutan yang kuat yang datang secara tiba-tiba atau tanpa
alasan apapun.

i. Euforia: Menanyakan perasaan gembira yang berlebihan

j. Sensitif: Apakah mudah marah

5. Menilai perilaku psikomotor pasien


Kompulsi: Pernahkan merasa melakukan perilaku tertentu berulang-
ulang meskipun tidak memberikan banyak perubahan, seperti mencuci
tangan, mengurutkan, mengecek atau menghitung sesuatu
6. Menilai insight pasien terhadap penyakit: apakah Anda merasa
memiliki masalah psikiatris atau mental?
D. PENUTUP
f. Berterima kasih kepada pasien dan keluarga
g. Menjelaskan kepada pasien dan keluarga tentang penyakitnya.
h. Memberikan kesempatan kepada pasien dan keluarga untuk
bertanya tentang keluhan
i. Menjelaskan rencana pengobatan/terapi
j. Merencanakan sesi konsultasi berikutnya (merujuk)

E. OBSERVASI
f. Mengamati penampilan pasien (bentuk wajah, status gizi, tipe
tubuh, kebersihan, pakaian, kontak mata)
g. Mengamati kesadaran pasien
h. Mengamati afek pasien
i. Mengamati atensi/perhatian pasien
j. Mengamati perilaku psikomotor pasien (postur, gerakan
psikomotor)
F. KESIMPULAN

Anda mungkin juga menyukai