Anda di halaman 1dari 12

Peningkatan Kemampuan Bertanya dan Pemecahan Masalah Peserta Didik

SMA dalam Pembelajaran Fisika Melalui Problem Based Learning

Godelfridus Hadung Lamanepa*, Isabel Coryunitha Panis

Prodi Pendidikan Fisika FKIP UNWIRA


Jln. Achmad Yani No.50-52, Kupang,NTT

*e-mail: godelfriduslamanepa@unwira.ac.id

Abstract
This study aims to improve the ability to ask questions and problem solving skills of learners in the
learning of physics through Problem Based Learning. This research is a classroom action research
with two cycles in learning using problem based learning. Data collection techniques used to
determine the ability to ask is by observation while for problem-solving skills using the test. Subjects
in this study were students of Senior High School X class at St. Seminary Rafael Oepoi Kupang
Academic Year 2017/2018. The results showed that: (1) there was an increase in the ability to ask
learners in the second cycle; (2) there is an increase of mean value of problem solving ability of
learners gradually that is from 68 at initial test, 72 at cycle I and 77 in cycle II.

Keywords— Questioning skills, Problem Solving skill, PBL


.

PENDAHULUAN
1. Pentingnya Kemampuan Bertanya Kenyataan yang demikian juga
Dalam Belajar dihadapi di tempat penelitian SMA
Setiap kita pasti memiliki rasa ingin Seminari St. Rafael Oepoi Kupang, bahwa
tahu. Rasa ingin tahu seseorang timbul belum sepenuhnya terbentuk budaya
karena emosi yang berkaitan dengan ingin bertanya kepada guru ketika belajar di kelas.
tahu tentang apa saja yang ingin Penyebab rendahnya minat bertanya
diketahuinya. Namun, kenyataannya tersebut bisa berasal dari faktor internal dan
berbeda bahwa ingin tahu menjadi eksternal. Faktor internal biasanya berasal
persolaan (problem) ketika seseorang dari dalam diri peserta didik seperti
berstatus sebagai pembelajar ketika perasaan takut, gugup, malu, tidak percaya
berhadapan dengan gurunya. Banyak diri, dan ego, sedangkan faktor eksternalnya
peserta didik diantaranya mengalami berasal dari lingkungan tempat tinggal, guru,
kesulitan dalam menyampaikan pertanyaan rekan-rekannya, serta budaya. Tidak
pada guru atau berpendapat dalam dipungkiri bahwa stigma jika bertanya akan
menanggapi suatu materi. dianggap bodoh, mencari perhatian,

99
Godelfridus Hadung Lamanepa Jurnal EduMatSains, Juli 2018|Vol.3|No.1

menentang pernyataan sampai pada peserta didik dalam bertanya memerlukan


mengganggu jalannya pembelajaran masih teknik bertanya tertentu. Teknik tersebut
melekat pada diri peserta didik. menunjukkan indikator keterampilan
Dalam pembelajaran, bertanya peserta didik dalam betanya. Indikator
merupakan bentuk penyampaian keterampilan bertanya meliputi: substansi
konten/poin belajar yang belum diketahui pertanyaan, frekuensi pertanyaan dalam 1
atau sebagai respon terhadap guru dalam jam pelajaran, bahasa, suara dan kesopanan,
pembelajaran yang dikemukakan dalam (Zaifbio,2013).
bentuk pertanyaan. Lebih dari itu, bertanya Menurut The Right Question Institute
juga menjadi alat ukur dalam berpikir (RQI), terdapat 7 (tujuh) kunci dalam
karena dengan bertanya dapat membantu merumuskan pertanyaan yakni sebagai
menciptakan ide, dan peningkatan berikut:
penguasaan konsep-konsep fisika dan 1) A Question Focus (QFocus)
fenomenanya. Tindakan mengajukan 2) The Rules for Producing Questions
pertanyaan dan pencarian jawaban adalah 3) Producing Questions
kunci untuk belajar aktif (Musifangi & 4) Categorizing Questions
Muranda, 2014: 106). 5) Prioritizing Questions
Konteks bertanya dalam pembelajaran 6) Next Steps
di kelas memang berbeda dengan bertanya 7) Reflection
dalam keseharian di luar kelas. Brown, Pertanyaan yang dibuat sendiri oleh
George & Wragg (1997:10-12) juga peserta didik memiliki kontribusi dalam
menyatakan bahwa bertanya dalam kelas pembelajaran yang bermakna karena saat
berbeda dengan konteks maupun situasi mengajukan pertanyaan, peserta didik
dengan di luar atau keseharian. Guru sedang mengkonstruk pengetahuan mereka
bertanya bukan untuk memperoleh sendiri (Chin, 2002). Peserta didik yang
pengetahuan yang baru namun untuk bertanya memiliki kelebihan dalam
memastikan apakah peserta didik sudah pembelajaran mendiri, memonitor
benar-benar paham dengan materi yang pemahaman diri, pengkonstruksian
telah disampaikan atau belum. pengetahuan, memicu berpikir mendalam,
Dalam mengajukan pertanyaan memperbaiki pemahaman dalam
terhadap pesera didik, guru memerlukan pembelajaran, membantu evaluasi diri,
beberapa teknik, begitu juga sebaliknya memicu kegiatan diskusi, dan

100
Peningkatan Kemampuan Bertanya

meningkatkan kualitas dialog. Semua peserta didik atau guru dalam proses
kelebihan tersebut sangat penting dalam pembelajaran.
pembelajaran sains. Kemampuan bertanya dan
Parera (1983: 10) menjelaskan bahwa, memecahkan masalah adalah dua
taksonomi bertanya dalam pembelajaran kemampuan yang saling berkaitan dan
dapat dikategorikan/diklasifikasi yakni dibutuhkan dalam belajar fisika. Suatu
mengingat, menterjemahkan, interpretasi, pembelajaran fisika dikatakan bermakna
aplikasi, analisis, sintesis dan evaluasi. apabila akhir pembelajaran tersebut
Parera, juga menggunakan taksonomi dilakukan pemecahan masalah melaui
Bloom tentang tujuan pendidikan tahapan-tahapan ilmiah. Fisika adalah
mengembangkan taksonomi pertanyaan bagian dari IPA dapat dimanfaatkan untuk
menjadi pertanyaan ingatan, translasi, mengatasi permasalahan yang dihadapi
interpretasi, aplikasi, analisis, sintesis dan dalam kehidupan baik secara kualitatif
evaluasi. maupun kuantitatif. Pembelajaran tanpa
Sementara menurut Gulo (Royani, & adanya proses bertanya atau timbal balik
Bukhari Muslim, 2014: 24) bertanya tentu berdampak pada tidak adanya proses
sebagai alat untuk mengembangkan pemecahan masalah pembelajaran.
kemampuan dapat dibagi dalam dua Pembelajaran tersebut akan bermakna jika
kelompok yaitu: 1) Bertanya dasar, adanya proses pemecahan masalah,
bertanya untuk mengembangkan (Strohfeldt & Grant, 2010).
kemampuan berfikir dasar dihubunkan 2. Pentingnya Memiliki Kemampuan
dengan taksonomi Bloom, kemampuan Pemecahan Masalah
dasar ini terdiri atas pengetahuan Kompetensi pemecahan masalah
(knowledge), pemahaman (comprehension) dalam pembelajaran fisika khususnya
dan aplikasi. 2) Bertanya lanjut, bertanya merupakan tujuan utama dalam program
untuk mengembangkan kemampuan pendidikan di banyak negara. Penguasaan
berfikir kreatif inovatif. Kemampuan ini peningkatan kompetensi pemecahan
meliputi analisis, sintesis dan evaluasi. masalah akan memberikan dasar untuk
Dengan kategori taksonomi bertanya pembelajaran, partisipasi yang efektif
tersebut kita dapat dengan mudah dalam masyarakat dan untuk melakukan
menggolongkan kategori atau kriteria kegiatan pengembangan karir pribadi
pertanyaan yang dapat diajukan oleh peserta didik di masa mendatang. Peserta

101
Godelfridus Hadung Lamanepa Jurnal EduMatSains, Juli 2018|Vol.3|No.1

didik harus mampu menerapkan apa yang masalah fisika. PISA, (2012: 12)
telah mereka pelajari dengan situasi baru. mendefinisikan:
Keterampilan pemecahan masalah “Problem solving competency is an
(Holyoak, 1995) merupakan manifestasi individual’s capacity to engage in
paling penting dari pemikiran manusia. cognitive processing to understand and
Sasaran dari pemecahan masalah itu sendiri resolve problem situations where a
adalah menemukan solusi (finding a method of solution is not immediately
solution). Solusi yang dimaksud adalah obvious. It includes the willingness to
serangkaian hal yang menjadi tujuan akhir engage with such situations in order to
seperti yang diharapkan. Pemecahan achieve one’s potential as a constructive
masalah (Temel & Morgil, 2012: 59) dilihat and reflective citizen”.
sebagai proses dimana seseorang mampu Kemampuan pemecahan masalah
mengatasi suatu tantangan kemudian (Shute & Wang, 2015) melibatkan dua
menemukan apa yang menjadi target aspek. Kedua aspek tersebut yakni rule
pencapaian. Dalam proses tersebut terdapat identification dan rule application. Rule
tahapan-tahapan yang sistematis dalam (aturan) yang dimaksud menunjuk pada
rangkaian pemecahan masalah. prinsip memahami prosedur, perilaku, atau
Hardin (2002: 23) menjelaskan bahwa aksi dalam konteks problem solving.
kemampuan pemecahan masalah dilihat Dijelaskan pula bahwa Rule identification
sebagai konsep pengetahuan deklaratif dan merupakan kemampuan untuk memperoleh
pengetahuan prosedural. Pemecahan pengetahuan pada penyelesaian masalah di
masalah sebagai pengetahuan deklaratif lingkungan sementara rule application
berkaitan dengan pengetahuan tentang adalah kemampuan untuk mengontrol
fakta, konsep, teori, objek dan masalah lingkungan sesuai dengan penerapan
sedangkan pemecahan masalah sebagai pengetahuan yang dimiliki.
pengetahuan prosedural dipandang sebagai Karakteristik pemecahan masalah
pengetahuan tentang bagaimana bertindak (Shute & Wang, 2015) yakni: 1) pemecahan
atau melakukan sesuatu yang meliputi masalah adalah suatu proses kognitif; 2)
keterampilan matorik, kognitif dan strategi pemecahan masalah merupakan
kognitif. Fakta-fakta atau konsep tersebut tujuan/sasaran yang dituju; 3) kompleksitas
berkaitan dengan konsep serta masalah- dan kerumitan masalah tergantung pada
pengetahuan dan keterampilan yang

102
Peningkatan Kemampuan Bertanya

dimiliki. Karakteristik pemecahan masalah diimajinasikan, membuat generalisasi,


tersebut menunjukan bahwa dibutuhkan membuat hubungan antar proses atau
kemampuan otak yang lebih baik dalam konsep untuk membentuk pengertian baru,
menjawab berbagai persoalan pembelajaran mengaplikasikan konsep pada konsep yang
terkhusus fisika. Garofalo & Lester (1985) sesuai; Manipulation merupakan Rekayasa
dalam Kirkley & Foshay (2003: 3) dengan melakukan penambahan,
menyatakan cakupan indikator pemecahan penyembunyian, penghilangan atau
masalah meliputi proses visualization, pengkaburan terhadap bagian atau
yakni Kemampuan dalam mengeksplorasi keseluruhan sebuah realitas, kenyataan;
pemikiran dengan membayangkan, Analysis adalah Menentukan bagian-bagian
membandingkan, menduga, mengingat, dari suatu masalah, penyelesaian, atau
merepresentasikan, menggunakan berbagai gagasan dan menunjukan hubungan antar
bentuk matematis; association yakni bagian tersebut; Synthesis, adalah Proses
Proses mengolah informasi yang sudah memadukan unsur-unsur secara logis,
dikumpulkan, menganalisis data dalam sehingga menjelma menjadi suatu pola
bentuk membuat kategori, menghubungkan yang yang berstruktur atau berbentuk pola
fenomena/informasi yang terkait untuk baru; Generalization adalah proses melalui
menemukan suatu pola; Abstraction yakni pertimbangan dari himpunan objek yang
pengertian terhadap hubungan antar faktor, diberikan menuju sebuah himpunan yang
antar konsep, dan antar data. Contoh besar yang memuat objek yang diberikan.
kegiatan belajar: mengungkapkan gagasan Contoh kegiatan belajar: mengobservasi
dan pendapat dengan kata-kata sendiri, pola, membuat hubungan yang mungkin,
membedakan atau membandingkan, mempersepsi atau mengidentifikasi,
menginterpretasi data, menjelaskan gagasan pengandaian yang sesuai, menentukan
pokok dan menceritakan kembali dengan struktur.
kata-kata sendiri; Comprehension adalah Kemampuan pemecahan masalah
Proses melukiskan suatu situasi, serta sangat perlu dimiliki peserta didik dalam
konsep sebagai hasil dari sebuah proses. rangka aplikasi kehidupan baik secara
Contoh kegiatan belajar: mengidentifikasi kualitatif maupun kuantitatif. Pemecahan
karakteristik objek melalui pengalaman masalah dalam konteks pembelajaran fisika
langsung, mengidentifikasi karakteristik dapat dilihat sebagai bagian dari proses dan
objek yang dimanipulasikan atau hasil belajar. Pemecahan masalah sebagai

103
Godelfridus Hadung Lamanepa Jurnal EduMatSains, Juli 2018|Vol.3|No.1

proses berkaitan dengan kemampuan sama peserta didik secara efektif, dan
peserta didik mengorganisasikan konsep- memotivasi peserta didik secara intrinsik.
konsep fisika dan keterampilan ke dalam Lebih lanjut dijelaskan bahwa keuntungan
proses belajar untuk mencapai tujuan yang dalam PBL yakni peserta didik merasa
belajar. lebih menyenangkan dalam belajar karena
Ciri utama dari proses pemecahan sumber belajar mengacu pada masalah di
masalah yakni berkaitan dengan masalah lingkungan, peserta didik dapat mandiri dan
dalam fisika, peserta didik terlibat aktif, berinovasi, peserta didik merasa lebih
serta ada hasil yang diperoleh yang tertantang, dan dapat mengembangkan
menggambarkan kemampuannya sesuai keterampilan tingkat tinggi. Keuntungan
tujuan pembelajaran. Tujuan pemecahan lain dari pembelajaran dengan model PBL
masalah dilakukan supaya peserta didik (Mcphee, 2002: 71) antara lain
memahami proses pemecahan masalah, meningkatkan motivasi belajar peserta
mengontrol, mengatur belajar secara didik, meningkatkan respon peserta didik,
mandiri. Pemecahan masalah membantu peserta didik mendalami dan
menggambarkan kemampuan/keterampilan memahami materi secara baik.
yang dimiliki peserta didik.
PBL memberikan keuntungan bagi METODE PENELITIAN
peserta didik dalam mengembangkan Jenis penelitian yang digunakan
pengetahuan dan keterampilan yang untuk meningkatkan kemampuan bertanya
dimiliki. Keterampilan-keterampilan yang dan pemecahan masalah fisika adalah
dikembangkan peserta didik dalam PBL penelitian tindakan kelas dengan
(Newman, 2005: 13) antara lain: kesadaran, menggunakan model Kemmis & Mc
pemecahan masalah, perencanaan, Taggart yang terdiri dari empat tindakan,
kreativitas, mendefenisikan masalah nyata, yaitu (1) perencanaan atau planning, (2)
keterampilan belajar, Self-directed learning, tindakan atau action, & pengamatan atau
manajemen waktu, kolaborasi serta observing, dan (3) refleksi atau reflecting
pengambilan keputusan. PBL (Beringer, (Suharsimi Arikunto, 2010: 131-132).
2007) dapat mengkonstruksikan Teknik pengumpulan data berupa tes dan
pengetahuan peserta didik secara ekstensif observasi dengan instrumen yang
dan fleksibel, mengembangkan kemampuan digunakan berupa soal tes kemampuan
pemecahan masalah, meningkatkan kerja pemecahan masalah yang terdiri dari

104
Peningkatan Kemampuan Bertanya

delapan indikator kemampuan pemecahan jumlah perolehan skor dari setiap indikator.
masalah serta lembar observasi kemampuan Setelah mendapat data skor keterampilan
bertanya. Teknik analisis berupa analisis bertanya peserta didik, dapat di ukur
deskriptif yang digunakan untuk berdasarkan skala likert dengan
mendeskripsikan kemampuan bertanya dan menggunakan kriteria interprestasi skor.
pemecahan masalah pada peserta didik Setelah diperoleh persentasinya,
kelas X SMA Seminari St. Rafael Oepoi kemampuan bertanya diinterpretasikan
Kupang Tahun 2017. menggunakan kriteria interpretasi berikut:
Penilaian Kemampuan bertanya
peserta didik dianalisis dengan menghitung

Tabel 1. Kriteria Interprestasi Kemampuan Bertanya


No Persentase Kualifikasi
1 81%-100% Sangat baik
2 61%-<80% Baik
3 41%-<61% Cukup baik
4 21%-<41% Kurang baik
5 0%-<21% Tidak baik
(Adaptasi Riduwan, 2011: 89)

Penilaian kemampuan pemecahan masalah


NA 
 NA
(2)
diukur menggunakan indikator-indiaktor n
pemecahan masalah. Nilai setiap indikator tersebut
Keterangan: NA = rata-rata nilai
kemudian dirata-ratakan untuk memperoleh nilai
 NA = jumlah semua nilai
akhir kemampuan pemecahan masalah. Analisis n = jumlah peserta didik
hasil skor pencapaian. Seluruh skor yang diperoleh
kemudian diubah menjadi nilai menggunakan Selanjutnya untuk menentukan banyaknya peserta
persamaan berikut: didik yang mengalami peningkatan kemampuan
pemecahan masalah yakni dengan membandingkan
skor perolehan
NA   100 (1)
skor maksimal nilai kemampuan pemecahan masalah pada tes awal,
Nilai kemampuan pemecahan masalah rata-rata nilai pada siklus pertama dan kedua.
peserta didik dihitung menggunakan persamaan:

105
Godelfridus Hadung Lamanepa Jurnal EduMatSains, Juli 2018|Vol.3|No.1

HASIL DAN PEMBAHASAN


1. Deskripsi Hasil Kemampuan Bertanya
Hasil observasi kemampuan bertanya pembelajaran dimana peserta didik akan
peserta didik menurut kelompok dalam menyatukan pengetahuan sebelumnya dengan
pembelajaran dengan PBL ditunjukkan pada tabel informasi yang mereka dapat sehingga
2. membentuk ide atau pemahaman baru bagi
Berdasarkan hasil kemampuan bertanya dirinya. Pertanyaan peserta didik memiliki
pada Tabel 2, dapat dijelaskan bahwa ada peranan penting dalam pembelajaran bermakna
kecenderungan peningkatan kemampuan bertanya dan memotivasi mereka untuk belajar. Pertanyaan
peserta didik selama 6 (enam) kali tatap muka. peserta didik juga menggambarkan sejauhmana
Dapat dilihat bahwa perubahan kemampuan kualitas berpikir dan tingkat pemahaman peserta
bertanya secara bertahap mulai dari “kurang baik” didik. Lebih lanjut dijelaskan bahwa mengajukan
sampai pada tahapan “baik”. Terdapat 6 (enam) pertanyaan merupakan elemen kunci dalam
kelompok masing-masing terdiri dari 4 (empat) pembelajaran. Tanya jawab dalam pembelajaran
orang. Proses pengamatan terhadap kemampuan dapat mengarahkan mereka karena mereka
bertanya peserta didik dilakukan selama 6 (enam) mencoba untuk menggabungkan pengetahuan dan
kali yang terdiri dari 2 (dua) siklus. informasi baru dalam upaya mereka untuk
Beberapa hasil penelitian sebelumnya memahami ide-ide. Pertanyaan peserta didik
diantaranya oleh Meira Astuti (2015), Royani dan memaminkan peran penting dalam pembelajaran
Muslim (2014) mengulas pentingnya kemampuan bermakna, dan dapat menunjukkan kualitas
bertanya peserta didik dalam belajar peserta didik dalam belajar serta memahami suatu
mengungkapkan bahwa hasil belajar berkorelasi konsep.
positif terhadap kemampuan bertanya yang baik.
Menurut Cardosa & Almeida (2014: 3776) proses
tanya jawab membantu peserta didik dalam

Tabel 2. Perbandingan Kualifikasi Kemampuan Bertanya Peserta didik


Pertemuan
Kelompok
I II III IV V VI
A KB KB KB KB CB B
B KB KB CB CB CB CB
C CB CB CB CB CB B
D CB CB CB CB B B

106
Peningkatan Kemampuan Bertanya

E KB CB CB CB CB CB
F KB CB CB CB B B

Keterangan:
SB; Sangat Baik CB; Cukup baik TB; Tidak Baik
B; Baik KB; Kurang Baik

Hasil deskripsi kemampuan bertanya dikatakan bahwa rentang kemampuan


peserta didik juga dapat ditunjukkan bertanya peserta didik mengalami kenaikan
melalui Gambar 1. dari “kurang baik” menjadi “baik”.
Berdasarkan kriteria interpretasi
kemampuan bertanya pada Tabel 1 dapat

Gambar 1. Grafik Persentase Kemampuan Bertanya

comprehension, manipulation, analysis,


2. Deskripsi Hasil Kemampuan synthesis, dan generalization. Tes
Pemecahan Masalah
kemampuan pemecahan masalah
Kemampuan pemecahan masalah dilaksanakan pada awal pertemuan, akhir
peserta didik terhadap pembelajaran fisika siklus I dan akhir siklus II. Nilai
diukur menggunakan 8 indikator yakni: kemampuan pemecahan masalah diperoleh
visualization, association abstraction, dari hasil tes menggunakan indikator-

107
Godelfridus Hadung Lamanepa Jurnal EduMatSains, Juli 2018|Vol.3|No.1

indikator di atas kemudian dirata-ratakan Hasil kemapuan pemecahan masalah


pada setiap tes. dapat dilihat pada Gambar 2 berikut:

Gambar 2. Kemampuan Pemecahan Masalah tiap Siklus

Hasil kemampuan pemecahan masalah diberlakukan dua siklus dengan


digambarkan seperti Gambar 1. Rerata menerapkan model Problem based learning
Hasil kemampuan pemecahan masalah (PBL).
mengalami peningkatan pada siklus satu
UCAPAN TERIMAKASIH
terhadap kemampuan awal begitu juga
Penelitian ini masuk dalam skim penelitian
siklus II terhadap siklus I.
hibah bersaing penelitian dosen pemula
(PDP) ristekdikti yang didanai Tahun
KESIMPULAN
Anggaran 2018. Untuk itu, diucapkan
Berdasarkan hasil penelitian dan
terima kasih kepada:
pembahasan maka dapat disimpulkan
1. LPPM UNWIRA Kupang sebagai
bahwa (1) terdapat kecenderungan
lembaga yang memfalitasi
peningkatan kemampuan bertanya peserta
penelitian ini
didik dalam pembelajaran fisika pada siklus
2. Pihak ristekdikti yang telah
I dan II (2) terdapat peningkatan
mendanai penelitian ini
kemampuan pemecahan masalah fisika
pada peserta didik fisika setelah
108
Peningkatan Kemampuan Bertanya

3. Pihak sekolah SMA St. Rafael Approach. JVME 32(1), AAVMC,


12-20. Di ambil pada tanggal 1 Juli
Oepoi Kupang sebagai tempat
2015 dari
pelaksanaan penelitian ini http://www.utpjournals.press/jvme/t
ocs/321/12.pdf

DAFTAR PUSTAKA Parerea, Daniel. 1982. Keterampilan


Bertanya dan Menjelaskan. Jakarta:
Beringer, J. (2007). Application of Problem
PT.Gelora Askara Pratama.
Based Learning through Research
PISA. (2012). Framework for PISA 2012
Investigation. Journal of Geography
problem solving. Doc:
in Higher Education, Vol. 31, No. 3,
ProbSolvFrmwrk_FT 2012.
445–457.
Riduwan. 2011. Belajar Mudah Penelitian
Brown, George & Wragg, E.C. (1997).
untuk Guru-Karyawan dan Peneliti
Bertanya. (Alih bahasa: Dr. Anwar
Pemula. Bandung: Alpabeta.
Jasin, M.Ed). Jakarta: Grasindo.
Royani, M & Muslim B. (2014).
Cardoso, M.J., & Almeida, P.A. (2014).
Keterampilan Bertanya Peserta didik
Fostering Student Questioning in the
SMP Melalui Strategi Pembelajaran
Study of Photossyntesis. Procedia-
Aktif Tipe Team Quiz Pada Materi
Social and Behavioral Sciences, 116,
Segi Empat. EDU-MAT Jurnal
3776-3780.
Pendidikan Matematika, 2(1): 22 –
Chin, C. (2002). Student-Generated
28.
Questions: Encouraging Insquisitive
Shute, V.J & Wang, L. (2015). Chapter 2
Minds in Learning Science.
Measuring Problem Solving Skills
Teaching ang Learning, 23(1):59-67.
in Portal 2. Springer International
Hardin, L.E. (2002). Problem solving
Publishing Switzerland 2015.
concepts and theories. JVME 30(3)
Strohfeldt, K. & Grant, D.T. (2010).
AAVMC. Diambil pada tanggal 30
Instructional design and assessment.
Juli 2015, dari
A model for self-directed problem-
http://www.utpjournals.com/jvme/to
based learning for renal therapeutics.
cs/303/226.pdf.
American Journal of
Holyoak, K. J. (1995). An invitation to
Pharmaceutical Education 2010; 74
cognitive science: problem solving.
(9) Article 173.
(2rd ed.). New York: The MIT Press.
Kirkley, J., & Foshay, R. (2003). Principles Suharsimi Arikunto. (2010).
for Teaching Problem Solving. Prosedur Penelitian:
PLATO Learning, Inc., 2003. Suatu Pendekatan Praktik.
McPhee, A.D. (2002). Problem-based rev.ed. Jakarta:
learning in initial teacher education: Rineka Cipta.
taking the agenda forward. Journal Temel, S. & Morgil. (2014). The effects of
of Educational Enquiry, Vol. 3, No. problem-based learning on pre-
1, 2002. service teachers’critical thinking
Musafingi, M.C.,& Marunda, K.E. (2014) dispositions and perceptions of
Student and questioning. Social problem-solving ability. South
Studies Research and Practice, 11 African Journal of Education, 34 (1).
(1):40-55. The Right Question Institute (RQI).
Newman, Mark J. (2005). Problem Based Experiencing the Question
Learning: An Introduction and Formulation Technique™ (QFT™).
Overview of the Key Features of the
109
Godelfridus Hadung Lamanepa Jurnal EduMatSains, Juli 2018|Vol.3|No.1

Diakses pada Juni 2017. Source:


www.rightquestion.org
Zaifbio. 2013. Keterampilan Bertanya.
Http://zaifbio.wordpress.com/2013/
05/14/keterampi-lanbertanya/.

110

Anda mungkin juga menyukai