Tujuan : Mampu mengelompokkan gangguan jiwa, menegakkan diagnosis, memberikan terapi awal
untuk gangguan cemas menyeluruh melakukan psikoterapi suportif dan edukasi kepada keluarga
pasien terkait diagnosis dan terapi.
Bahan bahasan : Tinjauan pustaka ☐ Riset Kasus ☐ Audit
Cara membahas : ☐ Diskusi Presentasi dan diskusi ☐ Email ☐ Pos
Data pasien
Pekerjaan : PNS
1. Gambaran klinis
Pasien datang sendiri dengan keluhan rasa cemas yang berlebihan, pasien mencemaskan penyakit
jantung yang dideritanya dan takut sewaktu-waktu akan meninggal dan meninggalkan anaknya yang
masih kecil.pasien selalu merasa berdebar-debar dan nyeri ulu hati serta tidak bisa tidur teratur.
2. Riwayat pengobatan
Riwayat diberikan obat omeprazole dan obat-obatan jantung.
3. Riwayat kesehatan
Riwayat penyakit sebelumnya yaitu PJK dan dispepsia.
5. Pemeriksaan fisik
STATUS MENTAL
Deskripsi Umum
a. Penampilan : pasien berpenampilan bersih menggunakan baju kaos dan jaket serta celana
panjang, hygiene sedang
b. Kesadaran : jernih, composmentis
c. Perilaku dan aktivitas psikomotor : pasien duduk tenang namun terus-menerus
menggerakkan tangan dan lutut kanan
d. Pembicaraan : spontan, lancar, intonasi biasa
e. Sikap terhadap pemeriksa : kontak mata ada, cukup kooperatif
Keadaan Afektif
a. Afek (mood) : restriktif
b. Ekspresi afektif : datar, labil
c. Keserasian : appropriate
d. Empati : sulit dievaluasi
Fungsi Kognitif
a. Kesadaran : composmentis
b. Orientasi
Waktu : baik
Tempat : baik
Orang : baik
c. Konsentrasi : sulit berkonsentrasi
d. Daya ingat
Jangka pendek : sulit dievaluasi
Jangka panjang : suliat dievaluasi
Jangka segera : baik
e. Intelegensi dan pengetahuan umum : baik
Gangguan Persepsi
a. Halusinasi : diakui tidak ada
b. Ilusi : diakui tidak ada
c. Depersonalisasi : diakui tidak ada
d. Derealisasi : diakui tidak ada
Proses Pikir
a. Arus pikir
Produktivitas : produktif tidak relevan, inkoheren
Kontinuitas : asosiasi longgar
Hendaya berbahasa : tidak ada
b. Isi pikir
Waham : kebesaran
Obsesi : sulit dievaluasi
Fobia : tidak ada
Fantasi : tidak ada
Pengendalian Impuls
Pasien tidak dapat mengendalikan impuls emosi atau kemarahan
Daya Nilai
Daya nilai sosial : sulit dievaluasi
Uji daya nilai : sulit dievaluasi
Penilaian realita : terganggu
Pikiran Abstrak : sulit dievaluasi
Tilikan : derajat 2 (sedikit menyadari adanya penyakit dan meminta pertolongan tetapi
menyangkalinya dalam waktu bersamaan)
Taraf dapat dipercaya : dapat dipercaya
STATUS GENERALISATA
Keadaan umum baik
Kesadaran composmentis
Status gizi baik
Tanda vital
Tekanan darah : 120/70 mmHg
Frekuensi nadi : 78 x/menit lemah
Frekuensi nafas : 20 x/menit
Suhu (axilla) : 36,7°C
Kepala dan leher
Anemis (-) Ikterus (-)
Perdarahan dari hidung (-)
Perdarahan gusi (-)
Distensi vena jugular (-)
Pembesaran kelenjar getah bening (-)
Jantung dan paru
Bentuk dada simetris
Perkusi paru sonor kiri kanan
Bunyi napas vesikuler
Ronchi (-/-) wheezing (-/-)
Ictus cordis tidak teraba
Bunyi jantung I/II murni regular
Abdomen dan ekstremitas
Perut datar ikut gerak napas
Peristaltik kesan normal
Perkusi timpani, ascites (-)
Nyeri tekan abdomen (-)
Akral hangat, CRT <2 detik
Edema (-/-)
6. Pemeriksaan penunjang
Disarankan untuk melakukan pemeriksaan urin untuk menyingkirkan gangguan akibat
penyalahgunaan narkotika dan pemeriksaan darah untuk menyingkirkan gangguan akibat
kelainan organik.
7. Diagnosis multiaksial
I. Gangguan cemas menyeluruh
II. Tidak cukup data untuk menentukan ciri kepribadian
III. Tidak ada kelainan organik
IV. Masalah ketertinggalan akademik
V. Global Assessment of Function scale : 60 – 51 gejala sedang dengan disabilitas sedang
yang mempengaruhi fungsi sosial, pekerjaan, dan pendidikannya.
8. Penatalaksanaan
- Psikoterapi suportif
- Terapi medikamentosa
Alprazolam 0,5mg
0-0-1
Omeprazole 20 mg
2x1
9. Daftar masalah
Organobiologik : tidak ditemukan adanya gangguan, tetapi diduga terdapat
ketidakseimbangan neurotransmitter di otak sehingga pasien memerlukan farmakoterapi.
Psikologik : terdapat hendaya dalam menilai realita sehingga pasien membutuhkan
psikoterapi.
Sosiologik : ditemukan adanya hendaya dalam bidang sosial sehingga pasien membutuhkan
terapi sosial.
10. Prognosis
- Faktor pendukung : tidak ada kelainan organik, stressor psikologik jelas, adanya dukungan
keluarga.
- Faktor penghambat : pasien sering memikirkan kembali tentang ketertinggalannya dalam
bidang akademik dan organisasi kemahasiswaan.
Kecemasan adalah perasaan gugup atau gelisah. Sebenarnya, rasa tersebut merupakan reaksi
alami tubuh terhadap stres, bahkan rasa tersebut bermanfaat bagi Anda untuk membuat diri Anda lebih
berhati-hati dan waspada terhadap suatu hal. Namun, kecemasan bisa menjadi tidak normal jika
perasaan takut atau gugup menjadi berlebihan, sulit untuk dikontrol, atau mengganggu kehidupan
sehari-hari. Keadaan tersebut disebut dengan gangguan kecemasan.
Gangguan kecemasan ternyata merupakan salah satu penyakit mental yang serius. Hal
tersebut dapat disebabkan oleh adanya masalah pada fungsi otak yang mengatur rasa takut dan emosi
lainnya. Sampai sekarang dipercaya bahwa sebagian besar gangguan kecemasan disebabkan oleh
kombinasi antara pengalaman pribadi orang tersebut dan faktor genetik.
Gangguan ini bisa terjadi di dalam sebuah keluarga. Seorang anak yang memiliki orang tua
dengan gangguan kecemasan, lebih rentan mengalami hal itu pula. Bagi sebagian orang, penyebab
timbulnya gangguan ini bisa dipicu karena adanya peristiwa traumatik dan kehilangan atau
meninggalnya seseorang yang dicintai. Ada beberapa jenis gangguan kecemasan yang sering
ditemukan, seperti gangguan panik, gangguan kecemasan sosial, serta gangguan kecemasan umum atau
menyeluruh (GAD). Gejala dan pengobatan gangguan kecemasan tersebut pun berbeda-beda,
tergantung pada jenisnya.
GangguanPanik
Seseorang yang mengalami gangguan panik akan memiliki perasaan teror (serangan panik)
yang menyerang secara tiba-tiba dan berulang kali, tanpa adanya alasan yang jelas. Frekuensi
dan tingkat keparahan kecemasan ini bisa bervariasi. Gejala yang ditimbulkan dari jenis
gangguan kecemasan tersebut adalah berkeringat, nyeri dada, palpitasi (detak jantung kuat,
cepat atau tidak teratur), merasa seperti mengalami serangan jantung, dan perasaan tersedak.
Seseorang dengan kondisi ini seperti akan diserang kapan saja dan di mana saja. Sebagian besar
orang yang mengalami gangguan panik akan berlangsung pada beberapa menit hingga 10
menit, namun ada juga yang berlangsung selama satu jam atau lebih. Pengobatan untuk
gangguan panik adalah psikoterapi dan terapi perilaku kognitif (Cognitive-Behavioral
Therapy atau CBT).
Gangguan kecemasan sosial merupakan rasa cemas dan takut yang luar biasa terhadap situasi
sosial atau berinteraksi dengan orang lain. Seseorang yang mengidap gangguan ini akan
memiliki rasa malu yang berlebih dan mengarah kepada ketakutan dibanding orang lain.
Padahal, kegiatan yang dilakukan adalah aktivitas sehari-hari, seperti berbelanja atau berbicara
dengan seseorang melalui telepon. Banyak orang terkadang khawatir dengan situasi sosial
tertentu, namun bagi orang yang terkena gangguan kecemasan jenis ini maka akan khawatir
berlebih dengan situasi sosial tersebut, baik sebelum, sesudah, maupun selama berada di situasi
sosial itu. Mereka takut untuk mengatakan atau melakukan sesuatu, karena baginya hal tersebut
bisa membuat mereka malu. Gejala orang yang mengidap gangguan kecemasan sosial adalah
takut melakukan kegiatan sehari-hari, memiliki tingkat percaya diri yang rendah, sangat
menghindari bertatapan mata dengan orang lain, takut dikritik, dan kerap melakukan
penyalahgunaan obat dan minuman beralkohol guna meminimalisir kecemasan mereka.
Pengobatan untuk gangguan ini bisa ditempuh dengan cara terapi perilaku kognitif (Cognitive-
Behavioral Therapy atau CBT), psikoterapi, meminum obat antidepresan, serta dengan
melawan rasa takut yang ada pada diri sendiri.
Daftar pustaka
a. Maslim R. Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan Ringkasan dari PPDGJ-III. Jakarta :
PT Nuh Jaya, 2001.
b. Maramis. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Surabaya : Airlangga University Press, 2005.
c. Maslim R. Panduan Praktis Penggunaan Obat Psikotropik Edisi Ketiga. Jakarta : PT Nuh Jaya,
2001.
Pendamping, Peserta,