Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN KASUS

No. ID dan Nama Peserta : dr. Zatram Supardi, S.Ked


No. ID dan Nama Wahana : RSUD Lamaddukelleng, Kabupaten Wajo
Topik : Gangguan Cemas Menyeluruh
Tanggal (Kasus) : 4 Januari 2020
Nama Pasien : Ny. KA No. RM : 20154566
Tanggal Presentasi : 2 Februari 2020 Pendamping : dr. Andi Sukmawati, S.ked
Tempat Presentasi : Aula Sipakalebbi RSUD Lamaddukelleng, Kabupaten Wajo
Obyek Presentasi:
 Keilmuan  Keterampilan □ Penyegaran □ Tinjauan Pustaka
 Diagnostik  Manajemen  Masalah □ Istimewa
□ Neonatus □Bayi □ Anak □ Remaja □ Dewasa  Lansia □ Bumil
Deskripsi : Perempuan 55 tahun, dengan rasa cemas yang berlebihan, pasien mencemaskan penyakit
yang dideritanya dan takut sewaktu-waktu akan meninggal dan meninggalkan anaknya yang masih
kecil.pasien selalu merasa berdebar-debar, nyeri ulu hati dan tidak bisa tidur teratur.

Tujuan : Mampu mengelompokkan gangguan jiwa, menegakkan diagnosis, memberikan terapi awal
untuk gangguan cemas menyeluruh melakukan psikoterapi suportif dan edukasi kepada keluarga
pasien terkait diagnosis dan terapi.
Bahan bahasan :  Tinjauan pustaka ☐ Riset  Kasus ☐ Audit
Cara membahas : ☐ Diskusi  Presentasi dan diskusi ☐ Email ☐ Pos
Data pasien

Nama pasien : Ny. KA

Tanggal lahir : 19 Januari 1962

Nomor rekam medik : 11154566

Pekerjaan : PNS

Alamat :BTN Tae

Data utama untuk bahan diskusi

1. Gambaran klinis

Pasien datang sendiri dengan keluhan rasa cemas yang berlebihan, pasien mencemaskan penyakit
jantung yang dideritanya dan takut sewaktu-waktu akan meninggal dan meninggalkan anaknya yang
masih kecil.pasien selalu merasa berdebar-debar dan nyeri ulu hati serta tidak bisa tidur teratur.

2. Riwayat pengobatan
Riwayat diberikan obat omeprazole dan obat-obatan jantung.

3. Riwayat kesehatan
Riwayat penyakit sebelumnya yaitu PJK dan dispepsia.

4. Riwayat keluarga dan lain-lain


Pasien adalah anak kedua dari tiga bersaudara, hubungan dengan keluarga baik. Kedua orang tua
sudah pensiun dan tinggal di Sengkang. Pasien sudah menikah dan memilki anak berumur 5 tahun.
Pasien saat ini tinggal di rumah bersama kedua orangtuanya.

5. Pemeriksaan fisik
STATUS MENTAL
 Deskripsi Umum
a. Penampilan : pasien berpenampilan bersih menggunakan baju kaos dan jaket serta celana
panjang, hygiene sedang
b. Kesadaran : jernih, composmentis
c. Perilaku dan aktivitas psikomotor : pasien duduk tenang namun terus-menerus
menggerakkan tangan dan lutut kanan
d. Pembicaraan : spontan, lancar, intonasi biasa
e. Sikap terhadap pemeriksa : kontak mata ada, cukup kooperatif

 Keadaan Afektif
a. Afek (mood) : restriktif
b. Ekspresi afektif : datar, labil
c. Keserasian : appropriate
d. Empati : sulit dievaluasi
 Fungsi Kognitif
a. Kesadaran : composmentis
b. Orientasi
Waktu : baik
Tempat : baik
Orang : baik
c. Konsentrasi : sulit berkonsentrasi
d. Daya ingat
Jangka pendek : sulit dievaluasi
Jangka panjang : suliat dievaluasi
Jangka segera : baik
e. Intelegensi dan pengetahuan umum : baik

 Gangguan Persepsi
a. Halusinasi : diakui tidak ada
b. Ilusi : diakui tidak ada
c. Depersonalisasi : diakui tidak ada
d. Derealisasi : diakui tidak ada

 Proses Pikir
a. Arus pikir
Produktivitas : produktif tidak relevan, inkoheren
Kontinuitas : asosiasi longgar
Hendaya berbahasa : tidak ada

b. Isi pikir
Waham : kebesaran
Obsesi : sulit dievaluasi
Fobia : tidak ada
Fantasi : tidak ada
 Pengendalian Impuls
Pasien tidak dapat mengendalikan impuls emosi atau kemarahan
 Daya Nilai
Daya nilai sosial : sulit dievaluasi
Uji daya nilai : sulit dievaluasi
Penilaian realita : terganggu
 Pikiran Abstrak : sulit dievaluasi
 Tilikan : derajat 2 (sedikit menyadari adanya penyakit dan meminta pertolongan tetapi
menyangkalinya dalam waktu bersamaan)
 Taraf dapat dipercaya : dapat dipercaya

STATUS GENERALISATA
Keadaan umum baik
Kesadaran composmentis
Status gizi baik
Tanda vital
Tekanan darah : 120/70 mmHg
Frekuensi nadi : 78 x/menit lemah
Frekuensi nafas : 20 x/menit
Suhu (axilla) : 36,7°C
Kepala dan leher
Anemis (-) Ikterus (-)
Perdarahan dari hidung (-)
Perdarahan gusi (-)
Distensi vena jugular (-)
Pembesaran kelenjar getah bening (-)
Jantung dan paru
Bentuk dada simetris
Perkusi paru sonor kiri kanan
Bunyi napas vesikuler
Ronchi (-/-) wheezing (-/-)
Ictus cordis tidak teraba
Bunyi jantung I/II murni regular
Abdomen dan ekstremitas
Perut datar ikut gerak napas
Peristaltik kesan normal
Perkusi timpani, ascites (-)
Nyeri tekan abdomen (-)
Akral hangat, CRT <2 detik
Edema (-/-)

6. Pemeriksaan penunjang
Disarankan untuk melakukan pemeriksaan urin untuk menyingkirkan gangguan akibat
penyalahgunaan narkotika dan pemeriksaan darah untuk menyingkirkan gangguan akibat
kelainan organik.

7. Diagnosis multiaksial
I. Gangguan cemas menyeluruh
II. Tidak cukup data untuk menentukan ciri kepribadian
III. Tidak ada kelainan organik
IV. Masalah ketertinggalan akademik
V. Global Assessment of Function scale : 60 – 51 gejala sedang dengan disabilitas sedang
yang mempengaruhi fungsi sosial, pekerjaan, dan pendidikannya.

8. Penatalaksanaan
- Psikoterapi suportif
- Terapi medikamentosa
Alprazolam 0,5mg
0-0-1
Omeprazole 20 mg
2x1

9. Daftar masalah
 Organobiologik : tidak ditemukan adanya gangguan, tetapi diduga terdapat
ketidakseimbangan neurotransmitter di otak sehingga pasien memerlukan farmakoterapi.
 Psikologik : terdapat hendaya dalam menilai realita sehingga pasien membutuhkan
psikoterapi.
 Sosiologik : ditemukan adanya hendaya dalam bidang sosial sehingga pasien membutuhkan
terapi sosial.

10. Prognosis
- Faktor pendukung : tidak ada kelainan organik, stressor psikologik jelas, adanya dukungan
keluarga.
- Faktor penghambat : pasien sering memikirkan kembali tentang ketertinggalannya dalam
bidang akademik dan organisasi kemahasiswaan.

Kecemasan adalah perasaan gugup atau gelisah. Sebenarnya, rasa tersebut merupakan reaksi
alami tubuh terhadap stres, bahkan rasa tersebut bermanfaat bagi Anda untuk membuat diri Anda lebih
berhati-hati dan waspada terhadap suatu hal. Namun, kecemasan bisa menjadi tidak normal jika
perasaan takut atau gugup menjadi berlebihan, sulit untuk dikontrol, atau mengganggu kehidupan
sehari-hari. Keadaan tersebut disebut dengan gangguan kecemasan.

Gangguan kecemasan ternyata merupakan salah satu penyakit mental yang serius. Hal
tersebut dapat disebabkan oleh adanya masalah pada fungsi otak yang mengatur rasa takut dan emosi
lainnya. Sampai sekarang dipercaya bahwa sebagian besar gangguan kecemasan disebabkan oleh
kombinasi antara pengalaman pribadi orang tersebut dan faktor genetik.

Gangguan ini bisa terjadi di dalam sebuah keluarga. Seorang anak yang memiliki orang tua
dengan gangguan kecemasan, lebih rentan mengalami hal itu pula. Bagi sebagian orang, penyebab
timbulnya gangguan ini bisa dipicu karena adanya peristiwa traumatik dan kehilangan atau
meninggalnya seseorang yang dicintai. Ada beberapa jenis gangguan kecemasan yang sering
ditemukan, seperti gangguan panik, gangguan kecemasan sosial, serta gangguan kecemasan umum atau
menyeluruh (GAD). Gejala dan pengobatan gangguan kecemasan tersebut pun berbeda-beda,
tergantung pada jenisnya.

 GangguanPanik
Seseorang yang mengalami gangguan panik akan memiliki perasaan teror (serangan panik)
yang menyerang secara tiba-tiba dan berulang kali, tanpa adanya alasan yang jelas. Frekuensi
dan tingkat keparahan kecemasan ini bisa bervariasi. Gejala yang ditimbulkan dari jenis
gangguan kecemasan tersebut adalah berkeringat, nyeri dada, palpitasi (detak jantung kuat,
cepat atau tidak teratur), merasa seperti mengalami serangan jantung, dan perasaan tersedak.
Seseorang dengan kondisi ini seperti akan diserang kapan saja dan di mana saja. Sebagian besar
orang yang mengalami gangguan panik akan berlangsung pada beberapa menit hingga 10
menit, namun ada juga yang berlangsung selama satu jam atau lebih. Pengobatan untuk
gangguan panik adalah psikoterapi dan terapi perilaku kognitif (Cognitive-Behavioral
Therapy atau CBT).

 Gangguan Kecemasan Sosial

Gangguan kecemasan sosial merupakan rasa cemas dan takut yang luar biasa terhadap situasi
sosial atau berinteraksi dengan orang lain. Seseorang yang mengidap gangguan ini akan
memiliki rasa malu yang berlebih dan mengarah kepada ketakutan dibanding orang lain.
Padahal, kegiatan yang dilakukan adalah aktivitas sehari-hari, seperti berbelanja atau berbicara
dengan seseorang melalui telepon. Banyak orang terkadang khawatir dengan situasi sosial
tertentu, namun bagi orang yang terkena gangguan kecemasan jenis ini maka akan khawatir
berlebih dengan situasi sosial tersebut, baik sebelum, sesudah, maupun selama berada di situasi
sosial itu. Mereka takut untuk mengatakan atau melakukan sesuatu, karena baginya hal tersebut
bisa membuat mereka malu. Gejala orang yang mengidap gangguan kecemasan sosial adalah
takut melakukan kegiatan sehari-hari, memiliki tingkat percaya diri yang rendah, sangat
menghindari bertatapan mata dengan orang lain, takut dikritik, dan kerap melakukan
penyalahgunaan obat dan minuman beralkohol guna meminimalisir kecemasan mereka.
Pengobatan untuk gangguan ini bisa ditempuh dengan cara terapi perilaku kognitif (Cognitive-
Behavioral Therapy atau CBT), psikoterapi, meminum obat antidepresan, serta dengan
melawan rasa takut yang ada pada diri sendiri.

 Gangguan Kecemasan Menyeluruh (Generalized anxiety disorder atau GAD)


Gangguan kecemasan jenis ini membuat seseorang merasakan kecemasan yang berlebihan dan
tidak normal dalam waktu lama. Biasanya, orang yang terkena penyakit ini akan
mengkhawatirkan banyak hal, seperti selalu mengantisipasi masalah bencana, sering berlebihan
mengkhawatirkan tentang uang, kesehatan, keluarga, bahkan pekerjaan. Meski terlalu merasa
cemas, namun sumber kecemasan itu juga terkadang tidak diketahui pastinya. Seseorang yang
memiliki gangguan kecemasan ini biasanya tidak bisa fokus pada suatu hal, sulit
berkonsentrasi, tidak bisa merasa sedikit santai, dan juga mengalami depresi. Tidak hanya itu,
mereka pun juga akan mengalami kesulitan saat tidur. Rasa kekhawatiran dan kecemasan
mereka, biasanya diikuti dengan gejala fisik, seperti gemetar, berkedut, ketegangan otot, sakit
kepala, mudah marah, serta berkeringat. Terkadang, mereka juga mengalami pusing atau
kehabisan napas. Bahkan, mereka juga bisa bolak-balik ke kamar mandi, merasa mual, dan
sebagian dari mereka juga kerap merasakan adanya benjolan pada tenggorokannya. GAD dapat
muncul secara bertahap, dan biasanya menyerang saat kanak-kanak, remaja, ataupun masa
dewasa. Kondisi ini lebih sering menyerang kaum hawa daripada kaum pria. Pengobatan untuk
gangguan kecemasan ini bisa ditempuh dengan dua cara, yakni dengan cara psikoterapi dan
pemberian obat-obatan psikotropika benzodiazepines (seperti obat diazepam atau valium, dan
lorazepam atau ativan).

Daftar pustaka

a. Maslim R. Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan Ringkasan dari PPDGJ-III. Jakarta :
PT Nuh Jaya, 2001.
b. Maramis. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Surabaya : Airlangga University Press, 2005.
c. Maslim R. Panduan Praktis Penggunaan Obat Psikotropik Edisi Ketiga. Jakarta : PT Nuh Jaya,
2001.

Sengkang, Februari 2020

Pendamping, Peserta,

dr. Andi Sukmawati, S.Ked dr. Zatram Supardi, S.Ked,

Anda mungkin juga menyukai