Disusun oleh:
SARTIKA BR NAPITUPULU (16010050)
DARWIN SAMUEL (17010053)
MATAHARI B. E SITOMPUL (17010053)
Pembimbing :
dr Dapot Parulian Gultom, M.Kes, Sp.KJ.,
Nama : Tn. ES
Umur : 27 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : kristen
Pekerjaan : Koperasi
Status Pernikahan : Belum menikah
Alamat : Jln Huta Imbaru
Pendidikan : SLTA
Tanggal Masuk RS : 5 Januari 2018
IDENTITAS KELUARGA PASIEN
Nama : Ny. EM
Umur : 32 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : kristen
Pekerjaan : Wiraswasta
Status Pernikahan : Menikah
Alamat : Jln Huta Imbaru
Pendidikan : SLTA
Hubungan dengan pasien : Saudara perempuan (Kakak)
ANAMNESIS & PEMERIKSAAN FISIK
Alloanamnesis
Keluhan Utama :
Seorang laki-laki berusia Seorang laki-laki berusia 27 tahun di antar oleh
keluarganya Rumah Sakit Jiwa Prof.dr.M.Ildrem dengan keluhan marah-marah
disertai bisikan yang menyuruh banting. Hal tersebut telah dialami ± 2 bulan yang
lalu. Kemudian pasien sering termenung dan pikirannya kosong saat tidak
beraktivitas dan pasien juga sering merasa curiga karena merasa orang sekitarnya
membicarakan dirinya. Hal tersebut dialami pasien karena kakak pasien telah
meninggalkan rumah. Pasien sebelumnya juga mengalami trauma ringan di kepala
karena jatuh dari motor.
Vital Sign :
Kesadaran : Compos Mentis
Tekanan darah : 130/80 mmHg
Nadi : 78 x/menit
Pernapasan : 20 x/menit
Suhu : 37,10 C
Pemeriksaan status mental
Deskripsi umum
Penampilan : Seorang laki-laki diantar ke RSJ Provinsi Sumatera Utara
penampilan terlihat rapi dan memakai baju yang sesuai dengan umurnya
Perilaku dan aktivitas psikomotor : Normoaktif
Sikap terhadap pemeriksa : Pasien kooperatif ketika di tanya oleh pemeriksa
Persepsi
Halusinasi : Auditorik
Ilusi : Tidak dijumpai
Depersonalisasi : Tidak dijumpai
Derealisasi : Tidak dijumpai
Pikiran
Bentuk pikiran : Baik
Isi pikir : Pasien mencurigai orang sekitarnya menggosipi pasien.
Sensorium dan kognisi
Kesadaran : Compos Mentis
Orientasi Waktu : Baik
Orientasi Tempat : pasien dapat menyebutkan tempat dia berada sekarang
Orientasi Orang : baik
Memori
Memori jangka pendek : pasien dapat menyebutkan apa yang dimakan pada waktu
sarapan
Daya ingat segera : pasien dapat menyebutkan apa yang baru saja disebutkan
oleh pemeriksa
Jangka panjang : pasien tidak menjawab ketika pemeriksa menanyakan
tentang masa kecilnya
konsentrasi dan perhatian
Konsentrasi : Baik
Perhatian : Baik
Daya nilai
Norma sosial : Baik
Realita : tidak dapat dinilai
Uji daya nilai : pasien dapat menilai kejadian yang terjadi disekitarnya
Tilikan : derajat 4 (menyadari dirinya sakit tapi tidak memahami penyebab
sakitnya)
DIAGNOSIS MULTIAKSIAL
Aksis I : F20.2 Skizofrenia Katatonik
Aksis II : Tidak ada
Aksis III : Tidak ada
Aksis IV : Masalah dengan “Primary Support Group” (keluarga)
Aksis V : GAF 60-51 = Gejala sedang (moderate), disabilitas sedang.
TERAPI
Farmakologi
Clozapine 2 mg : 2x1 mg
Risperidone 25 mg :2x1 mg
Psikoterapi
Psikoterapi individu
Memberikan motivasi kepada pasien untuk menjaga kepatuhan mengkonsumsi obat, lebih terbuka lagi kepada
keluarga tentang masalah yang sedang dihadapinya, dan kembali lagi menjalankan ibadah dan berdoa sebagai upaya
kesembuhan pasien.
Psikoterapi keluarga
Memberikan informasi mengenai penyebab penyakit pasien sehingga keluarga dapat membantu dalam proses
pengobatan pasien yaitu dengan cara memberikan motivasi kepada pasien untuk sembuh serta membantu mengontrol
kepatuhan pasien dalam minum obat.
Menyarankan kepada keluarga tentang pentingnya dukungan kepada pasien, berusaha lebih memahami kondisi
pasien, agar pasien merasa nyaman dan mau bercerita tentang apa yang dirasakan sekarang, dan menyemangati pihak
keluarga agar tidak pernah lelah untuk mendampingi pasien demi kesembuhannya.
Resume
gangguan psikotik yang ditandai dalam gangguan Skizofrenia Katatonik atau disebut juga
utama dalam pikiran, emosi, dan perilaku-perilaku Katatonia, timbulnya pertama kali antara umur 15-30
yang terganggu, dimana berbagai pemikiran tidak tahun dan biasanya akut serta sering didahului oleh
saling berhubungan secara logis, persepsi dan stres emosional. Mungkin terjadi gaduh gelisah
perhatian yang keliru, efek yang datar dan tidak katatonik atau stupor katatonik. Pada stupor katatonik,
sesuai, dan berbagai aktifitas motorik yang bizzare penderita tidak menunjukkan perhatian sama sekali
(perilaku aneh), pasien skizofrenia menarik diri terhadap lingkungannya dan emosinya sangat dangkal.
dari orang lain dan kenyataan, sering kali masuk ke Secara tiba-tiba atau perlaha-lahan penderita keluar
dalam kehidupan fantasi yang penuh delusi dan dari keadaan stupor ini dan mulai berbicara dan
halusinasi (Gerald, 2006). bergerak. Gaduh gelisah pada skizofrenia katatonik,
terdapat hiperaktivitas motorik, tapi tidak disertai
dengan emosi yang semestinya dan tidak dipengaruhi
oleh rangsangan dari luar.
EPIDIOMOLOGI
- Penelitian insiden pada gangguan yang relatif jarang terjadi, seperti skizofrenia sulit dilakukan.
-Survei telah dilakukan di berbagai negara, namun dan hampir semua hasil menunjukkan tingkat insiden
per tahun skizofrenia pada orang dewasa dalam rentang yang sempit berkisar antara 0,1 dan 0,4 per 1000
penduduk. Ini merupakan temuan utama dari penelitian di 10 negara yang dilakukan oleh WHO. Untuk
prevalensi atau insiden skizofrenia di Indonesia belum ditentukan sampai sekarang, begitu juga untuk tiap-
tiap subtipe skizofrenia.
-Prevalensinya antara laki-laki dan perempuan sama, namun menunjukkan perbedaan dalam onset dan
perjalanan penyakit. Laki-laki mempunyai onset yang lebih awal daripada perempuan. Usia puncak onset
untuk laki-laki adalah 15-25 tahun, sedangkan perempuan 25-35 tahun. Beberapa penelitian telah
menyatakan bahwa laki-laki adalah lebih mungkin daripada wanita untuk terganggu oleh gejala negatif dan
wanita lebih mungkin memiliki fungsi sosial yang lebih baik daripada laki-laki. Pada umumnya, hasil
akhir untuk pasien skizofrenia wanita adalah lebih baik daripada hasil akhir laki-laki. Skizofrenia tidak
terdistribusi rata secara geografis di seluruh dunia. Secara historis, prevalensi skizofrenia di Timur Laut
dan Barat Amerika Serikat adalah lebih tinggi dari daerah lainnya
ETIOLOGI
a. Faktor Genetik
Faktor Predisposisi b. Faktor Neurologis
c. Studi Neurotransmiter
d. Teori Virus
e. Psikologis
Adapun ciri utama pada skizofrenia tike katatonik adalah gangguan pada psikomotor yang dapat
meliputi, antara lain:
Ketidakbergerakan motorik
Aktivitas motor yang berlebihan
Negativisem yang ekstrim
Mutisme (sama sekali tidak mau bicara dan berkomunikasi)
Gerakan-gerakan yang tidak terkendali
Echolalia (mengulang ucapan orang lain) atau
Echopraxia (mengikuti tingkah laku orang lain)
Diagnosis Skizofrenia Katatonik Berdasarkan PPDGJ III :
Memenuhi kriteria umum untuk diagnosis skizofrenia.
Satu atau lebih dari perilaku berikut ini harus mendominasi gambaran klinisnya :
a. Stupor (amat berkurangnya dalam reaktivitas terhadap lingkungan dan dalam gerakan serta aktivitas spontan) atau mutisme
(tidak berbicara)
b. Gaduh gelisah ( tampak jelas aktivitas motorik yang tak bertujuan, yang tidak dipengaruhi oleh stimuli eksternal)
c. Menampilkan posisi tubuh tertentu (secara sukarela mengambil dan mempertahankan posisi tubuh tertentu yang
tidak wajar atau aneh)
d. Negativisme (tampak jelas perlawanan yang tidak bermotif terhadap semua perintah atau upaya untuk menggerakkan,
atau pergerakan kearah yang berlawanan)
e. Rigiditas (mempertahankan posisi tubuh yang kaku untuk melawan upaya menggerakan dirinya)
f. Fleksibilitas cerea / ”waxy flexibility” (mempertahankan anggota gerak dan tubuh dalam posisi yang dapat dibentuk dari
luar)
g. Gejala-gejala lain seperti “command automatism” (kepatuhan secara otomatis terhadap perintah), dan pengulangan
kata-kata serta kalimat-kalimat.
Pada pasien yang tidak komunikatif dengan manifestasi perilaku dari gangguan katatonik, diagnosis skizofrenia mungkin harus
ditunda sampai diperoleh bukti yang memadai tentang adanya gejala-gejala lain.
Penting untuk diperhatikan bahwa gejala-gejala katatonik bukan petunjuk untuk diagnostik skizofrenia. Gejala
katatonik dapat dicetuskan oleh penyakit otak, gangguan metabolik, atau alkohol dan obat-obatan, serta dapat juga terjadi
pada gangguan afektif.
PENATALAKSANAAN
Terapi Psikososial
a. Terapi Prilaku
b. Terapi Berorientasi Keluarga
c. Terapi Kelompok
d. Psikoterapi Individual
PROGNOSIS