PENDAHULUAN
Dari berbagai macam gangguan mental organik salah satunya yang sering
dijumpai adalah gangguan kepribadian. Gangguan mental organik yang terkait
dengan berbagai kondisi medis lain yaitu, epilepsi, depresi pada kondisi medis
umum (pascastroke, pascapersalinan, akibat zat), dan depresi pada tumor otak
(Sadock & Sadock, 2015).
1.2 Tujuan
1
BAB 2
LAPORAN KASUS
C. Riwayat Psikiatri.
Keluhan Utama.
Berkelahi dengan Saudara kandung
Autoanamnesis.
Pasien Berkelahi dengan Saudara kandungnya karena pasien
dibilang tidak bisa bekerja karena ada penyakit. Pasien bilang kalau
pasien ingin bekerja untuk mencari uang, pasien juga tidak
mengingat kapan awalnya pasien berkelahi dengan saudara
kandungnya.
Pasien juga bilang kalau pasien adalah suami dari ibunya, untuk
menggantikan Alm. Ayah pasien, dan Suadara kandunganya
dianggap sebagai anaknya, sehingga pasien mengatakan kalau
pasien dibawa ke RSJ untuk mendapatkan pekerjaan.
Pasien juga pernah masuk RS bontang karena kejang-kejang, dan
pasien tidak mengingat kapan terkakhir masuk RS Bontang.
Heteroanamnesis.
Pasien diantar oleh ibunya ke RSJ karena sering mengamuk,
marah-marah, mengancam orangtua, keluhan ini dialami sejak
sekitar 10 hari sebelum masuk RSJ.
Sejak umur 18 tahun kelas 3 SMK pasien Mengalami sakit kepala
Ibunya menganggap Sakit kepalanya itu karena kelelahan, dan
2
diberi obat Paracetamol oleh ibunya, lalu beberapa hari setelah itu
pasien kejang-kejang, sebelumnya pasien juga sering kejang-
kejang di Sekolahnya dan ibunya tidak mengetahui hal itu dan
diceritakan oleh teman Sekolahnya, setelah itu pasien dibawa ke
RS bontang dan diagnosis Epilepsi diberi obat Risperidon dan
Depakote, dan diminum rutin selama 11 tahun, saat pasien
mengalami epilepsi pasien masih bisa beraktivitas seperti biasa
membantu ibunya di rumah dan menjaga toko.
Selama menjalani Pengobatan epilepsy sekitar 11 tahun pasien
berteriak keras memanggil ibunya sampai pasien dibawa ke RS
Bontang dan ditanggani disana, gejala psikotik mulai muncul
sesudah pulang dari RS, pasien suka menyendiri, berbicara sendiri
dan pasien merasa dia adalah para ulama yang ditugaskan oleh
malaikat Gabriel untuk menyelamatkan manusia keluahan ini
dialami 6 tahun. Dan pada bulan desember 2020 pasien mengamuk,
mengajak orang yang ditemuinya dijalan untuk berkelahi sehingga
ditangkap oleh Pak RT setempat dan setelah itu memarahi ibu dan
kakaknya dan diajak berkelahi, sehingga Ibu dan Saudara
kandungnya membawa pasien ke RSJ Samarinda untuk dilakukan
penangganan.
Genogram.
3
Keterangan :
: Perempuan
: Laki-Laki
: Pasien
Riwayat Pribadi.
o Masa kanak-kanak awal (0-3 tahun)
Pertumbuhan dan perkembangan pasien sesuai dengan usia.
Tinggal bersama Orangtuanya.
o Masa kanan-kanak pertengahan (3-5tahun)
Pertumbuhan dan perkembangan pasien sesuai dengan usia.
Tinggal bersama orangtuanya
o Masa kanak-kanak pertengahan (5-13 tahun)
Bermain dengan teman sebayanya, dan mempunyai banyak
teman.
o Masa remaja (13-21 tahun).
Masa sekolah tingkat SMP dan SMA Tidak mempunyai sahabat
tetapi punya teman banyak. Dan pernah perkelahi dengan
teman-temanya setelah itu baikan lagi. Pernah didorong
temannya saat SMP kelas 3 sehingga jatuh dari tangga sekolah
dan Pernah Kejang-kejang kelas 3 SMA.
o Dewasa
Tidak bekerja. Hanya saja membantu ibunya di rumah dan
menjaga Toko
4
2.3. Pemeriksaan Psikiatri.
Kesan Umum :Berpenampilan rapi, wajah sesuai usia, dan tampak
pasien bingung
Kontak : Kontak verbal (+) tidak lancar dan relevan dan
visual (+)
Kesadaran : Komposmentis Berubah
Emosi/ Afek : Labil
Proses Berpikir : Arus pikiran : circumstance, Isi pikiran: ada
waham Kebesaran
Intelegensi : Cukup
Persepsi : Halusinasi (-)
Psikomotor : Tidak menunjukan adanya kelainan
Kemauan : Normal
5
2.9 .Diagnosa Banding
6
BAB 3
TINJAUAN PUSTAKA
3.1. Definisi.
Ictus, atau peristiwa ictal, adalah kejang itu sendiri. Periode nonictal
dikategorikan sebagai preictal, postictal, dan interictal. Gejala selama peristiwa
ictal ditentukan terutama oleh pencetus asal di otak dan oleh pola penyebaran
aktivitas kejang yang menyebar di otak. Gejala interictal dipengaruhi oleh
peristiwa ictal dan faktor neuropsikiatri dan psikososial lainnya, seperti hidup
berdampingan dengan gangguan kejiwaan atau neurologis, adanya stres
psikososial, dan ciri-ciri kepribadian premorbid (Sadock & Sadock, 2015).
3.2. Epidemiologi.
3.3. Etiologi
Bila penyebab kekacauan proses elektrobiokimiawi itu sehingga timbul
epilepsi diketahui, maka epilepsi itu dikatakan simptomatis. Bila tidak diketahui
dikatakan idiopatik atau kriptogenik yang artinya masih tersembunyi. Kira-kira
77 % dari semua epilepsi adalah idiopatik. Yang idiopatik biasanya mulai antara
umur 10 dan 20 tahun. Permulaan yang timbul sebelum dan sesudah usia-usia
ini sering merupakan epilepsi simptomatis dan dipelukan pemeriksaan yang
seksama. Terdapat faktor keturunan, tetapi tidak besar dan belum lagi jelas
bagaimana (Maramis, 2012).
7
Menurut Buku Ajar Psikiatrik FK UI Penyebab utama kejang dapat
dikelompokan menjadi :
1. Gangguan metabolik
• Hipoglikemia, hypomagnesemia, gangguan keseimbangan cairan dan
elektrolit, porfiria intermitten akut, gangguan asam amino.
2. Gangguan neurologis
Tumor. trauma serebrovaskuleri degeneratif dan stroke, penyakit
demyelinisasi (jarang) sindrome Sturge-Weber, sclerosis tuberkulosa,
3. Racun
Timah, striknin
4. Trauma
• Trauma kepala
5. Infeksi
Ensefalitis viral, AIDS. sitomegalovirus, toksoplasmosis. meningitis,
sisteserkosis, sifilis
6 Putus zat
• Alkohol, benzodiazepine, barbiturate.
7. Delisiensi vitamin
• Piridoksin
8. Suhu tubuh
Demam
8
seperti disgenesis kortikal atau lesi otak difus mendasari kedua kondisi epilepsi
dan psikosis. Kejang-kejang memodifikasi munculnya psikosis dan sebaliknya,
Terpaparnya seorang wanita hamil dengan sinar X atau sinar radioaktif
lainnya, terutama pada tiga bulan pertama kehamilan, dapat menyebabkan
kerusakan otak. Trauma yang menyebabkan cedera otak pada bayi selam proses
persalinan maupun trauma kepala yang dialami seseorang pada semua usia
dapat menimbulkan epilepsi.
9
24 sampai 72 jam) dapat membantu klinisi mendeteksi fokus kejang
pada sejumalah pasien.
c) Gejala Interiktal
1. Gangguan Kepribadian
Abnormalitas psikiatri yang paling sering dilaporkan pada
pasien epileptik adalah gangguan kepribadian, dan
gangguan tersebut terutama cenderung terjadi pada pasien
dengan epilepsi yang berasal dari lobus temporal.
Gambaran tersering adalah tampak sangat religious,
pengalaman emosi yang meninggi-suatu kualitas yang biasa
disebut viskositas kepribadian dan perubahan perilaku
seksual. Sindrom dalam bentuk yang komplek relative
jarang, bahkan pada mereka dengan kejang parsial
kompleks yang berasal dari lobus temporal. Banyak pasien
tidak mengalami gangguan kepribadian; yang lain
menderita serangkaian gangguan yang sangat berbeda
dengan sindrom yang klasik.
2. Gejala Psikotik
Awitan gejala psikotik pada epilepsi bervariasi. Secara
klasik, gejala psikotik tampak pada pasien yang telah
mengalami epilepsi dalam jangka waktu lama dan awitan
gejala psikotik didahului oleh timbulnya perubahan
kepribadian yang berhubungan dengan aktivitas epileptik
otak. Gejala psikosis yang paling khas adalah halusinasi dan
waham paranoid. Faktor risiko gejala ini meliputi jenis
kelamin perempuan, timbulnya kejang saat pubertas dan lesi
di sisi kiri otak.
3. Kekerasan
Kekerasan episodik menjadi masalah pada sebagian pasien
epilepsi, terutama epilepsi yang berasal dari lobus temporal
dan frontal. Belum dimetahui dengan pasti apakah
kekerasan merupakan manifestasi serangan itu sendiri atau
10
memiliki sumber psikopatologis interictal. Sebagian besar
bukti menunjukkan kekerasan sangat jarang menjadi
fenomena iktal. Hanya pada kasus yang langka saja
kekerasan pada seorang pasien epilepsi dianggap
disebabkan oleh serangan kejang itu sendiri.
4. Gejala Gangguan Mood
Gejala gangguan mood, seperti depresi dan mania, lebih
jarang terlihat pada epilepsi dibanding gejala lir-skizofrenia.
Kalau pun terjadi, gejala gangguan mood cenderung bersfiat
episodik dan paling sering muncul bila fokus epilepsi
mengenai lobus temporal hemisfer serebri nondominant.
Makna gejala gangguan mood dapat diperlihatkan oleh
meningkatnya insiden percobaan bunuh diri pada orang
dengan epilepsi.
(Sadock & Sadock, 2015).
11
3.5. Diagnosis
(Rudi, 2013)
12
Untuk pasien yang sebelumnya telah menerima diagnosis epilepsi,
munculnya gejala psikiatri baru harus dianggap sebagai evolusi dari gejala
epilepsinya. Munculnya gejala psikotik, gangguan mood, gangguan
kepribadian, gangguan kecemasan (serangan panik), klinisi harus
mengevaluasi pengendalian epilepsi pada pasien dan menilai gangguan
mental pada pasien. Dokter harus mengevaluasi kepatuhan pasien
mengkonsumsi obat antikonvulsan dan mempertimbangkan apakah gejala
kejiwaan merupakan efek samping obat anti epilepsi. Dipertimbangkan
untuk mendapatkan hasil EEG pasien (Sadock & Sadock, 2015).
3.7. Tatalaksana.
13
berguna untuk membicarakan masalah psikososial yang berkaitan dengan
epilepsi. Sebagai tambahan, klinisi sebaiknya menyadari bahwa banyak
obat antiepileptik menyebabkan hendaya kognitif derajat ringan sampai
sedang, dan penyesuaian dosis atau perubahan obat sebaiknya
dipertimbangkan jika gejala hendaya kognitif merupakan masalah bagi
pasien (Sadock & Sadock, 2015).
14
BAB 4
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Epilepsi sendiri adalah suatu jenis kejang yang disebabkan oleh gangguan
phatophysiologis paroksisimal sementara akibat gangguan fungsi serebral yang
menyebabkan pelepasan neuron berlebihan secara spontan.
Gejala psikiatri pada epilepsi dibagi menjadi tiga yaitu ictal, praiktal, dan
interiktal. Gejala interiktal dibagi menjadi 4 bagian yaitu gejala psikotik, gejala
gangguan mood, gangguan kepribadian dan kekerasan. Sekitar 30 sampai 50 persen
penderita epilepsi mengalami kesulitan psikiatri pada suatu waktu selama
perjalanan penyakit.
15
DAFTAR PUSTAKA
Sadock, B., & Sadock, V. R. (2015). Kaplan and Sadock's. New York: Wolters
Kluwer.
16