Fakultas Kedokteran
Universitas Mulawarman
Disusun Oleh :
Feri Clinten
1610015002
Pembimbing :
dr. Hutomo Judhi C.W, Sp. KJ
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
berkah dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan penyusunan laporan kasus
ini yang berjudul “ Gangguan Kepribadian dan Perilaku akibat Penyakit,
Kerusakan dan Disfungsi Otak akibat Epilepsi”. Laporan kasus ini disusun untuk
melengkapi tugas Kepaniteraan Klinik Laboratorium Ilmu Kedokteran Jiwa
Universitas Mulawarman RSJD Atma Husada Mahakam Samarinda.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada dr. Hutomo Judhi C.W, Sp. KJ
yang telah membimbing dan membantu dalam melaksanakan kepaniteraan dan
dalam menyusun laporan kasus ini.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan baik pada isi maupun format
laporan kasus ini. Oleh karena itu, kami menerima segala kritik dan masukan
dengan tangan terbuka.
Penulis berharap Laporan kasus ini bisa bermanfaat untuk para pembaca.
Penulis
2
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL............................................................................................i
KATA PENGANTAR............................................................................................ii
DAFTAR ISI.........................................................................................................iii
Bab 1 PENDAHULUAN........................................................................................1
1.1. Latar Belakang..............................................................................................1
1.2. Tujuan............................................................................................................1
Bab 2 LAPORAN KASUS.....................................................................................2
2.1. Data Medis Pasien.........................................................................................2
2.2. Pemeriksaan Fisik..........................................................................................4
2.3. Pemeriksaan Psikiatri....................................................................................5
2.4. Pemeriksaan Laboratorium............................................................................5
2.5. Diagnosis Multiaksial....................................................................................5
2.6. Rencana Terapi..............................................................................................5
2.7. Prognosis.......................................................................................................5
2.8. Resume medis................................................................................................5
2.9. Diagnosis Banding........................................................................................6
Bab 3 TINJUAN PUSTAKA.................................................................................6
3.1. Definisi..........................................................................................................7
3.2. Epidemiologi.................................................................................................7
3.3. Etiologi..........................................................................................................7
3.4. Manifestasi Klinis..........................................................................................9
3.5. Diagnosis.....................................................................................................12
3.6. Diagnosis Banding......................................................................................13
3.7. Tatalaksana..................................................................................................13
Bab 4 PENUTUP..................................................................................................15
4.1. Kesimpulan..................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................16
3
BAB 1
PENDAHULUAN
Dari berbagai macam gangguan mental organik salah satunya yang sering
dijumpai adalah gangguan kepribadian. Gangguan mental organik yang terkait
dengan berbagai kondisi medis lain yaitu, epilepsi, depresi pada kondisi medis
umum (pascastroke, pascapersalinan, akibat zat), dan depresi pada tumor otak
[ CITATION Sad10 \l 1057 ].
1.2 Tujuan
4
BAB 2
LAPORAN KASUS
C. Riwayat Psikiatri.
Keluhan Utama.
Berkelahi dengan Saudara kandung
Autoanamnesis.
Pasien Berkelahi dengan Saudara kandungnya karena pasien
dibilang tidak bisa bekerja karena ada penyakit. Pasien bilang
kalau pasien ingin bekerja untuk mencari uang, pasien juga tidak
mengingat kapan awalnya pasien berkelahi dengan saudara
kandungnya.
Pasien juga bilang kalau pasien adalah suami dari ibunya, untuk
menggantikan Alm. Ayah pasien, dan Suadara kandunganya
dianggap sebagai anaknya, sehingga pasien mengatakan kalau
pasien dibawa ke RSJ untuk mendapatkan pekerjaan.
Pasien juga pernah masuk RS bontang karena kejang-kejang, dan
pasien tidak mengingat kapan terkakhir masuk RS Bontang.
Heteroanamnesis.
Pasien diantar oleh ibunya ke RSJ karena sering mengamuk,
marah-marah, mengancam orangtua, keluhan ini dialami sejak
sekitar 10 hari sebelum masuk RSJ.
Sejak umur 18 tahun kelas 3 SMK pasien Mengalami sakit kepala
Ibunya menganggap Sakit kepalanya itu karena kelelahan, dan
5
diberi obat Paracetamol oleh ibunya, lalu beberapa hari setelah itu
pasien kejang-kejang, sebelumnya pasien juga sering kejang-
kejang di Sekolahnya dan ibunya tidak mengetahui hal itu dan
diceritakan oleh teman Sekolahnya, setelah itu pasien dibawa ke
RS bontang dan diagnosis Epilepsi diberi obat Risperidon dan
Depakote, dan diminum rutin selama 11 tahun, saat pasien
mengalami epilepsi pasien masih bisa beraktivitas seperti biasa
membantu ibunya di rumah dan menjaga toko.
Selama menjalani Pengobatan epilepsy sekitar 11 tahun pasien
berteriak keras memanggil ibunya sampai pasien dibawa ke RS
Bontang dan ditanggani disana, gejala psikotik mulai muncul
sesudah pulang dari RS, pasien suka menyendiri, berbicara sendiri
dan pasien merasa dia adalah para ulama yang ditugaskan oleh
malaikat Gabriel untuk menyelamatkan manusia keluahan ini
dialami 6 tahun. Dan pada bulan desember 2020 pasien
mengamuk, mengajak orang yang ditemuinya dijalan untuk
berkelahi sehingga ditangkap oleh Pak RT setempat dan setelah
itu memarahi ibu dan kakaknya dan diajak berkelahi, sehingga
Ibu dan Saudara kandungnya membawa pasien ke RSJ Samarinda
untuk dilakukan penangganan.
Genogram.
6
Keterangan :
: Perempuan
: Laki-Laki
: Pasien
Riwayat Pribadi.
o Masa kanak-kanak awal (0-3 tahun)
Pertumbuhan dan perkembangan pasien sesuai dengan usia.
Tinggal bersama Orangtuanya.
o Masa kanan-kanak pertengahan (3-5tahun)
Pertumbuhan dan perkembangan pasien sesuai dengan usia.
Tinggal bersama orangtuanya
o Masa kanak-kanak pertengahan (5-13 tahun)
Bermain dengan teman sebayanya, dan mempunyai banyak
teman.
o Masa remaja (13-21 tahun).
Masa sekolah tingkat SMP dan SMA Tidak mempunyai
sahabat tetapi punya teman banyak. Dan pernah perkelahi
dengan teman-temanya setelah itu baikan lagi. Pernah
didorong temannya saat SMP kelas 3 sehingga jatuh dari
tangga sekolah dan Pernah Kejang-kejang kelas 3 SMA.
o Dewasa
Tidak bekerja. Hanya saja membantu ibunya di rumah dan
menjaga Toko
7
2.3. Pemeriksaan Psikiatri.
Kesan Umum :Berpenampilan rapi, wajah sesuai usia, dan
tampak pasien bingung
Kontak : Kontak verbal (+) tidak lancar dan relevan dan
visual (+)
Kesadaran : Komposmentis Berubah
Emosi/ Afek : Labil
Proses Berpikir : Arus pikiran : circumstance, Isi pikiran: ada
waham Kebesaran
Intelegensi : Cukup
Persepsi : Halusinasi (-)
Psikomotor : Tidak menunjukan adanya kelainan
Kemauan : Normal
8
2.9 .Diagnosa Banding
9
BAB 3
TINJAUAN PUSTAKA
3.1. Definisi.
Ictus, atau peristiwa ictal, adalah kejang itu sendiri. Periode nonictal
dikategorikan sebagai preictal, postictal, dan interictal. Gejala selama
peristiwa ictal ditentukan terutama oleh pencetus asal di otak dan oleh pola
penyebaran aktivitas kejang yang menyebar di otak. Gejala interictal
dipengaruhi oleh peristiwa ictal dan faktor neuropsikiatri dan psikososial
lainnya, seperti hidup berdampingan dengan gangguan kejiwaan atau
neurologis, adanya stres psikososial, dan ciri-ciri kepribadian premorbid
[ CITATION Sad10 \l 1057 ].
3.2. Epidemiologi.
3.3. Etiologi
Bila penyebab kekacauan proses elektrobiokimiawi itu sehingga timbul
epilepsi diketahui, maka epilepsi itu dikatakan simptomatis. Bila tidak
diketahui dikatakan idiopatik atau kriptogenik yang artinya masih
tersembunyi. Kira-kira 77 % dari semua epilepsi adalah idiopatik. Yang
idiopatik biasanya mulai antara umur 10 dan 20 tahun. Permulaan yang timbul
sebelum dan sesudah usia-usia ini sering merupakan epilepsi simptomatis dan
10
dipelukan pemeriksaan yang seksama. Terdapat faktor keturunan, tetapi tidak
besar dan belum lagi jelas bagaimana (Maramis, 2012).
Menurut Buku Ajar Psikiatrik FK UI Penyebab utama kejang dapat
dikelompokan menjadi :
1. Gangguan metabolik
• Hipoglikemia, hypomagnesemia, gangguan keseimbangan cairan dan
elektrolit, porfiria intermitten akut, gangguan asam amino.
2. Gangguan neurologis
Tumor. trauma serebrovaskuleri degeneratif dan stroke, penyakit
demyelinisasi (jarang) sindrome Sturge-Weber, sclerosis tuberkulosa,
3. Racun
Timah, striknin
4. Trauma
• Trauma kepala
5. Infeksi
Ensefalitis viral, AIDS. sitomegalovirus, toksoplasmosis. meningitis,
sisteserkosis, sifilis
6 Putus zat
• Alkohol, benzodiazepine, barbiturate.
7. Delisiensi vitamin
• Piridoksin
8. Suhu tubuh
Demam
11
epilepsy dengan psikosis lir skizofrenia. Contohnya abnormalitas struktur
otak, seperti disgenesis kortikal atau lesi otak difus mendasari kedua kondisi
epilepsi dan psikosis. Kejang-kejang memodifikasi munculnya psikosis dan
sebaliknya,
Terpaparnya seorang wanita hamil dengan sinar X atau sinar radioaktif
lainnya, terutama pada tiga bulan pertama kehamilan, dapat menyebabkan
kerusakan otak. Trauma yang menyebabkan cedera otak pada bayi selam
proses persalinan maupun trauma kepala yang dialami seseorang pada semua
usia dapat menimbulkan epilepsi.
12
EEG normal tidak dapat digunakan untuk menyingkirkan
diagnosis epilepsi parsial kompleks. Pengguanaan rekaman EEG
jangka panjang (biasanya 24 sampai 72 jam) dapat membantu
klinisi mendeteksi fokus kejang pada sejumalah pasien.
c) Gejala Interiktal
1. Gangguan Kepribadian
Abnormalitas psikiatri yang paling sering dilaporkan pada
pasien epileptik adalah gangguan kepribadian, dan
gangguan tersebut terutama cenderung terjadi pada pasien
dengan epilepsi yang berasal dari lobus temporal.
Gambaran tersering adalah tampak sangat religious,
pengalaman emosi yang meninggi-suatu kualitas yang
biasa disebut viskositas kepribadian dan perubahan
perilaku seksual. Sindrom dalam bentuk yang komplek
relative jarang, bahkan pada mereka dengan kejang parsial
kompleks yang berasal dari lobus temporal. Banyak pasien
tidak mengalami gangguan kepribadian; yang lain
menderita serangkaian gangguan yang sangat berbeda
dengan sindrom yang klasik.
2. Gejala Psikotik
Awitan gejala psikotik pada epilepsi bervariasi. Secara
klasik, gejala psikotik tampak pada pasien yang telah
mengalami epilepsi dalam jangka waktu lama dan awitan
gejala psikotik didahului oleh timbulnya perubahan
kepribadian yang berhubungan dengan aktivitas epileptik
otak. Gejala psikosis yang paling khas adalah halusinasi
dan waham paranoid. Faktor risiko gejala ini meliputi jenis
kelamin perempuan, timbulnya kejang saat pubertas dan
lesi di sisi kiri otak.
3. Kekerasan
Kekerasan episodik menjadi masalah pada sebagian pasien
epilepsi, terutama epilepsi yang berasal dari lobus temporal
13
dan frontal. Belum dimetahui dengan pasti apakah
kekerasan merupakan manifestasi serangan itu sendiri atau
memiliki sumber psikopatologis interictal. Sebagian besar
bukti menunjukkan kekerasan sangat jarang menjadi
fenomena iktal. Hanya pada kasus yang langka saja
kekerasan pada seorang pasien epilepsi dianggap
disebabkan oleh serangan kejang itu sendiri.
4. Gejala Gangguan Mood
Gejala gangguan mood, seperti depresi dan mania, lebih
jarang terlihat pada epilepsi dibanding gejala lir-
skizofrenia. Kalau pun terjadi, gejala gangguan mood
cenderung bersfiat episodik dan paling sering muncul bila
fokus epilepsi mengenai lobus temporal hemisfer serebri
nondominant. Makna gejala gangguan mood dapat
diperlihatkan oleh meningkatnya insiden percobaan bunuh
diri pada orang dengan epilepsi.
[ CITATION Sad10 \l 1057 ].
14
3.5. Diagnosis
15
(Rudi, 2013)
3.7. Tatalaksana.
16
absans (petit mal). Psikoterapi, konseling keluarga, dan terapi kelompok
berguna untuk membicarakan masalah psikososial yang berkaitan dengan
epilepsi. Sebagai tambahan, klinisi sebaiknya menyadari bahwa banyak
obat antiepileptik menyebabkan hendaya kognitif derajat ringan sampai
sedang, dan penyesuaian dosis atau perubahan obat sebaiknya
dipertimbangkan jika gejala hendaya kognitif merupakan masalah bagi
pasien [ CITATION Sad10 \l 1057 ].
17
BAB 4
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Epilepsi sendiri adalah suatu jenis kejang yang disebabkan oleh gangguan
phatophysiologis paroksisimal sementara akibat gangguan fungsi serebral yang
menyebabkan pelepasan neuron berlebihan secara spontan.
Gejala psikiatri pada epilepsi dibagi menjadi tiga yaitu ictal, praiktal, dan
interiktal. Gejala interiktal dibagi menjadi 4 bagian yaitu gejala psikotik, gejala
gangguan mood, gangguan kepribadian dan kekerasan. Sekitar 30 sampai 50
persen penderita epilepsi mengalami kesulitan psikiatri pada suatu waktu selama
perjalanan penyakit.
18
DAFTAR PUSTAKA
Sadock, B., & Sadock, V. R. (2015). Kaplan and Sadock's. New York: Wolters
Kluwer.
19