Fakultas Kedokteran
Universitas Mulawarman
SKIZOFRENIA PARANOID
Disusun oleh :
Dosen Pembimbing
i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas berkat dan karunia
Nya penulis dapat menyelesaikan penyusunan laporan kasus ini yang berjudul
“Skizofrenia paranoid”. Laporan kasus ini disusun untuk melengkapi tugas
Kepaniteraan Klinik Laboratorium Ilmu Kedokteran Jiwa Universitas
Mulawarman RSJD Atma Husada Mahakam Samarinda.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada dr. Jaya Mualimin, Sp. KJ, M.Kes,
MARS yang telah membimbing dan membantu dalam melaksanakan kepaniteraan
dan dalam menyusun laporan kasus ini.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan baik pada isi maupun format
laporan kasus ini. Oleh karena itu, penulis menerima segala kritik dan masukan
dengan tangan terbuka. Akhir kata kami berharap laporan kasus ini dapat berguna
bagi rekan-rekan serta semua pihak.
ii
iii
BAB 1
PENDAHULUAN
1
penyulit maupun dengan penyulit (Ekstrapiramidal Sindrom
: EPS) masuk dalam kategori 4, sehingga seorang dokter
harus mampu membuat diagnosis klinis, melakukan
penatalaksanaan secara mandiri dan tuntas sedangkan
skizofrenia dengan penyerta masuk dalam kategori 3A.
Berdasarkan uraian di atas, mengingat data epidemiologi
serta kewajiban seorang dokter dalam menangani
skizofrenia sesuai dengan kompetensinya di fasilitas
kesehatan primer, maka penulis tertarik untuk membuat
laporan kasus dengan melakukan tinjauan kepustakaan
mengenai skizofrenia.
1.2 Tujuan
Tujuan dari pembutan laporan kasus ini adalah untuk
mengetahui Skizofrenia paranoid dan konsep umumnya
sesuai dengan standar kompetensi yang telah tercatat dalam
SKDI, sehingga dapat dilakukan diagnosis klinik serta
menentukan rujukan yang paling tepat, terutama yang bisa
dilakukan oleh dokter umum sebagai pelayan kesehatan
tingkat pertama.
1.3 Manfaat
Menambah wawasan dan ilmu pengetahuan penulis
mengenai Skizofrenia Paranoid dan memudahkan penulis
untuk menegakkan diagnosis pada kasus tersebut.
2
BAB 2
LAPORAN KASUS
3
3. Hubungan : Suami
C. Keterangan diperolehdari:
1. Nama :
2. Hubungan dengan pasien :
3. Alamat :
D. Riwayat Psikiatri:
1. Keluhan Utama : Mendengar bisikan yang jelek-jelek
a. Autoanamnesis :
Pasien datang ke Rumah Sakit Jiwa Daerah Atma Husada
Mahakam diantar oleh suami naik mobil. Saat diperiksa, pasien
mengeluhkan susah tidur karena banyak pikiran. Pasien mengaku sudah
dirawat selama tiga hari. Menurut pasien, dirinya dibawa karena suaminya
bilang pasien bisa menyakiti dirinya sendiri. Terdapat luka di tangan
pasien karena ia gigit sendiri. Saat diperiksa pasien mengaku sedang
merasa tidak karuan, mengantuk karena baru saja mengonsumsi obat, serta
terus bertanya kapan bisa balik ke rumahnya karena anaknya mau masuk
sekolah. Pasien berkata ia sering mendengar bisikan untuk menyakiti diri.
Suaranya besar mirip suara pria dan menyuruh pasien sesuatu yang jelek-
jelek. Suara tersebut muncul di waktu-waktu tertentu terutama ketika
melamun. Hubungan pasien dengan tetangga baik-baik saja begitupun
dengan keluarga. Pasien mengaku tidak pernah melihat sesuatu yang aneh-
aneh. Saat di rumah pasien suka bermain bersama anak, masak, dan
menonton televisi. Pasien berkata ia pernah berobat di RS HIS
sebelumnya. Pasien juga memiliki alergi telur. Ayah pasien memiliki
riwayat penyakit jantung dan ibu memiliki riwayat penyakit gula darah
tinggi. Pasien memiliki tujuh saudara dan ia merupakan anak ke lima.
4
b. Heteroanamnesis :
Menurut keterangan suami pasien, perubahan perilaku istrinya
dimulai sejak 5 bulan yang lalu. Awalnya suami dan istri ingin membuka
usaha sehingga meminjam ke bank untuk mendapatkan modal usaha
hingga menjaminkan sertifikat rumah. Namun, usaha tidak berjalan lancar
sehingga harus berhutang kepada rentenir untuk membayar bunga bank.
Sejak itu, rentenir sering datang ke rumah untuk menagih utang dan dilihat
oleh tetangga. Pasien merasa jadi tidak enak dengan tetangga dan
mencurigai bahwa usahanya sengaja digagalkan oleh tetangganya. Sejak
saat itu pasien sering takut akan dicari dan dibunuh oleh rentenir maupun
oleh tetangganya. 3 bulan yang lalu pernah ditemukan hampir gantung diri.
Pasien juga sering menyakiti diri dengan menyayat tangannya hingga
berbekas. Akhir-akhir ini sering kabur dari rumah jam 2 malam dan
kembali saat pagi karena mengaku ketakutan dengan tetangganya.
5. Genogram
5
Keterangan: : Laki-laki
: Perempuan
: Pasien
: Garis Perkawinan
: Garis Keturunan
e. Masa Dewasa:
Ibu rumah tangga yang sering menghabiskan waktu dengan anak-anaknya.
Belum pernah bekerja sebelumnya
6
7. Status Fisik
Tanda Vital :
TD : 125/81
Nadi : 86 x/menit
Pernapasan : 21 x/menit
Suhu : 36,2°C
Keadaan Gizi : Baik
Kepala :-
Toraks :-
Jantung :-
Paru :-
Abdomen :-
Ekstremitas :-
8. Status Neurologik
GCS : E4V5M4
Refleksfisiologis : Tidak dievaluasi
Reflekspatologis : Tidak dievaluasi
9. StatusPsikiatri
Keadaan Umum : Wajah sesuai usia, cara duduk tenang, bersikap
baik terhadap pemeriksa, sering menguap atau
mengantuk
Sikap / Tingkah Laku : Sikap tenang, tingkah laku baik
Kesadaran : Komposmentis
Kontak / Rapport : Verbal: Baik, bicara tidak lancer namun relevan
Non-Verbal; Baik, kontak mata jarang
Atensi / Konsentrasi : Baik
Orientasi : Waktu : Tidak terganggu
Tempat : Tidak terganggu
Orang : Tidak terganggu
Mood / Afek : Mood: Kosong Afek: Sempit
7
Proses Berfikir : Bentuk pikiran: Realistis, Arus pikiran: Blocking,
Isi pikiran: Baik
Persepsi : Terdapat halusinasi auditorius
Intelegensi : Sesuai dengan tingkat pendidikan
Psikomotor : Dalam batas normal
11. DiagnosisMultiaksial
AksisI : F 20.0 Skizofrenia Paranoid
AksisII :-
AksisIII :-
AksisIV : Masalah Ekonomi
AksisV : GAF 40-31
12. Penatalaksanaan
1) Non farmakologi
Edukasi keluarga dan psikoterapi suportif
2) Farmakologi
Risperidone 2 mg 2x1 Tab
14. Prognosis:
Dubia ad Bonam
8
BAB 3
TINJAUAN PUSTAKA
3.1 Definisi
Skizofrenia terdiri dari dua kata, yaitu skizo (pecah) dan frenia
(kepribadian). Skizofrenia merupakan gangguan jiwa yang kompleks dengan
berbagai ekspresi fenotip [ CITATION Ami17 \l 1033 ] Skizofrenia adalah
gangguan kesehatan mental kronis yang kompleks yang ditandai dengan
serangkaian gejala, termasuk delusi, halusinasi, ucapan atau perilaku yang tidak
teratur, dan gangguan kemampuan kognitif. Awal penyakit ini, bersama dengan
perjalanan kronisnya, menjadikannya gangguan yang melumpuhkan bagi banyak
pasien dan keluarganya [ CITATION Kap15 \l 1033 ].
3.2 Epidemiologi
Skizofrenia Hampir 1% penduduk di dunia menderita skizofrenia selama
hidup mereka. Gejala skizofrenia biasanya muncul pada usia remaja akhir atau
dewasa muda. Awitan pada laki-laki biasanya antara 15-25 tahun dan pada
perempuan antara 25-35 tahun. Awitan setelah umur 40 tahun jarang terjadi)
9
[ CITATION Ami17 \l 1033 ] . Sebanyak 50% penderita skizofrenia mengalami
disabilitas hampir seumur hidup mereka. Di dunia, skizofrenia termasuk dalam
sepuluh penyakit dengan beban biaya terbesar. Perjalanan penyakitnya sangat
heterogen. Sekitar 50% membutuhkan rawat inap satu kali atau lebih, selama
durasi sakitnya. Sebanyak 20% pasien dapat kembali bekerja sempurna dan 30%
dapat mempertahankan hubungan sosial yang stabil [ CITATION Kap15 \l 1033 ]
3.3 Patofisiologi
Patofisiologi yang mendasari skizofrenia belum
diketahui secara pasti. Ada beberapa hasil penelitian terkait
patofisiologi skizofrenia, yaitu sebagai berikut
❖ Faktor Genetika.
10
paranoid dan antisosial. Diperkirakan bahwa yang
diturunkan adalah potensi untuk mendapatkan skizofrenia
melalui gen yang resesif. Potensi ini mungkin kuat,
mungkin juga lemah, tetapi selanjutnya tergantung pada
lingkungan individu itu apakah akan terjadi manifestasi
skizofrenia atau tidak[ CITATION Ami17 \l 1033 ]
❖ Gangguan Neurotransmiter
- Hipotesis dopamin
- Hipotesis glutamate
11
Teori lain yaitu peningkatan serotonin di susunan
saraf pusat (terutama 5- HT2A) dan kelebihan norepinefrin
di forebrain limbik (terjadi pada beberapa penderita
skizofrenia). Setelah pemberian obat yang bersifat antagonis
terhadap neutotransmiter tersebut terjadi perbaikan klinik
skizofrenia [ CITATION Ami17 \l 1033 ]
12
dan metabolisme glukosa di lobus frontal, kelainan EEG,
EP P300 auditorik (dengan QEEG) dapat pula terjadi pada
skizofrenia. Gangguan ini dapat bermanifestasi dengan
sulitnya memusatkan perhatian, perlambatan waktu reaksi,
serta berkurangnya kemampuan menamakan benda
[ CITATION Ami17 \l 1033 ]
❖ Gangguan Imunitas
❖ Faktor Keluarga
13
3.4 Manifestasi Klinis
Skizofrenia sering memperlihatkan berbagai
campuran gejala-gejala di bawah ini [ CITATION Kap15 \l 1033
]
1.) Gangguan Proses Pikir. Pasien biasanya mengalami gangguan proses pikir.
Pikiran mereka sering tidak dapat dimengerti oleh orang lain dan terlihat tidak
logis. Tanda-tandanya adalah sebagai berikut : asosiasi longgar, pemasukkan
informasi berlebihan, neologisme, terhambat, klang asosiasi, ekolalia,
konkritisasi, alogia, tangensialitas, inkoheren.
2.) Gangguan isi pikir. Terdiri dari waham yang menurut budaya setempat
dianggap tidak wajar dan sesuatu yang mustahil. Waham antara lain dapat berupa
waham kejar, waham kebesaran, waham erotomania, waham rujukan, waham
penyiaran pikiran, waham penyisipan pikiran, waham penarikkan isi pikiran,
waham dikontrol, waham nihilistik dan waham somatik
14
yaitu adanya perasaan asing terhadap lingkungan sekitarnya, misalnya dunia
terihat tidak nyata
- Afek labil
15
A. “Thought echo” = isi pikiran dirinya sendiri yang berulang atau bergema
dalam kepalanya (tidak keras), dan isi pikiran ulangan walaupun isinya
sama, namun kualitasnya berbeda; atau
“Thought insertion or withdrawal” = isi pikiran yang asing dari luar masuk ke
dalam pikirannya (insertion) atau isi pikirannya diambil keluar oleh
sesuatu dari luar dirinya (withdrawal); dan
“Thought broadcasting” = isi pikirannya tersiar keluar sehingga orang lain atau
umum mengetahuinya;
C. Halusinasi auditorik:
- Jenis suara halusinasi lain yang berasal dari salah satu bagian tubuh
16
(misalnya mampu mengendalikan cuaca atau berkomunikasi dengan
makhluk asing dari dunia lain.
Atau paling sedikit dua gejala di bawah ini yang harus selalu ada secara
jelas:
a. Halusinasi yang menetap dari panca-indera apa saja, apabila disertai baik
oleh waham yang mengambang maupun yang setengah berbentuk tanpa
kandungan afektif yang jelas, ataupun disertai oleh ide-ide berlebihan
(over-valued ideas) yang menetap atau apabila terjadi setiap hari selama
berminggu-minggu atau berbulan-bulan terus menerus;
d. Gejala-gejala “negatif”, seperti sikap sangat apatis, bicara yang jarang dan
respons emosional yang menumpul atau tidak wajar, biasanya yang
mengakibatkan penarikan diri dari pergaulan sosial dan menurunnya
kinerja sosial; tetapi harus jelas bahwa semua hal tersebut tidak disebabkan
oleh depresi atau medikasi neuroleptika;
17
Pedoman Diagnostik
b) Halusinasi pembauan atau pengecapan rasa, atau bersifat seksual atau lain
lain perasaan tubuh; halusinasi visual mungkin ada tetapi jarang menonjol;
Diagnosis Banding:
- Paranoia (F22.0)
Pedoman Diagnostik
18
- Kepribadian premorbid menunjukkan ciri khas: pemalu dan senang
menyendiri (solitary), namun tidak harus demikian untuk menentukan
diagnosis
a) perilaku yang tidak bertanggung jawab dan tak dapat diramalkan, serta
manerisme, ada kecenderungan untuk menyendiri (solitary), dan perilaku
menunjukkan hampa tujuan dan hampa perasaan
Pedoman Diagnostik
19
- Satu atau lebih dari perilaku berikut ini harus mendominasi gambaran
klinisnya:
20
gangguan metabolik atau alkohol dan obat-obatan, serta dapat juga terjadi
pada gangguan afektif.
Pedoman Diagnostik
Pedoman Diagnostik
b) Beberapa gejala skizofrenia masih tetap ada (tetapi tidak lagi mendominasi
gambaran klinisnya); dan
Pedoman Diagnostik
21
- Untuk suatu diagnosis yang meyakinkan, persyaratan berikut ini harus
dipenuhi semua :
b) sedikitnya ada riwayat satu episode psikotik yang jelas di masa lampau
yang memenuhi kriteria untuk diagnosis skizofrenia;
Pedoman Diagnostik
a) Gejala negatif yang khas dari skizofrenia residual (lihat F20.5 diatas) tanpa
didahului riwayat halusinasi, waham, atau manifestasi lain dari episode
psikotik, dan
22
F20.9 Skizofrenia YTT
3.6 Penatalaksanaan
Terdapat beberapa fase berbeda dalam terapi
pasien dengan skizofrenia [ CITATION Kem15 \l 1033 ]
Fase Akut
1) Farmakoterapi
- Obat injeksi:
23
d) Diazepam 10mg/injeksi, intravena/intramuskulus, dosis maksimum
30mg/hari
24
misalnya, respons gejala terhadap antipsikotika, profil efek
samping, kenyamanan terhadap obat tertentu terkait cara
pemberiannya. Pada fase akut, obat segera diberikan segera
setelah diagnosis ditegakkan dan dosis dimulai dari dosis
anjuran dinaikkan perlahan-lahan secara bertahap dalam
waktu 1-3 minggu, sampai dosis optimal yang dapat
mengendalikan gejala.
2) Psikoedukasi
3) Terapi lainnya
Fase Stabilisasi
1) Farmakoterapi
2) Psikoedukasi
25
Tujuan intervensi adalah meningkatkan
keterampilan orang dengan skizofrenia dan keluarga dalam
mengelola gejala. Mengajak pasien untuk mengenali gejala-
gejala, melatih cara mengelola gejala, merawat diri,
mengembangkan kepatuhan menjalani pengobatan. Teknik
intervensi perilaku bermanfaat untuk diterapkan pada fase
ini
Fase Rumatan
1) Farmakoterapi
2) Psikoedukasi
26
BAB 4
DISKUSI
27
Sebagai tambahan : Halusinasi 1. Terdapat halusinasi suara-
dan/atau waham harus suara yang menyuruh
menonjol; pasien berbuat sesuatu
a) Suara-suara yang jelek-jelek
halusinasi yang 2. Memiliki waham kejar
mengancam pasien atau yakni dikejar-kejar oleh
memberi perintah, atau rentenir dan tetangga
halusinasi auditorik tanpa sehingga pasien sering
bentuk verbal berupa kabur keluar pada malam
bunyi pluit (whistling), hari jam 2 malam hingga
mendengung (humming), pagi hari
atau bunyi tawa
(laughing)
b) Halusinasi pembauan
atau pengecapan rasa, atau
bersifat seksual, atau lain-
lain perasaan tubuh;
halusinasi visual mungkin
ada tetapi jarang
menonjol;
28
4.2 Penatalaksanaan
Farmakologi: Diberikan risperidone tablet 2 kali sehari
Non-farmakologi: Psikoedukasi untuk mengurangi stimulus yang berlebihan,
stresor lingkungan dan peristiwa-peristiwa kehidupan. Memberikan ketenangan
kepada pasien atau mengurangi keterjagaan melalui komunikasi yang baik,
dukungan atau harapan, menyediakan lingkungan yang nyaman dan toleran perlu
dilakukan
DAFTAR PUSTAKA
Kesehatan, 9-16.
29
Indonesia, K. K. (2019). Standar Nasional Pendidikan Profesi Dokter Indonesia.
30