Disusun Oleh:
Pembimbing:
Terima kasih kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat dan
Adapun tujuan pembuatan naskah ujian ini adalah sebagai salah satu syarat
laporan ini, oleh karena itu saran dan kritik yang membangun sangat penulis
harapkan. Semoga manajemen kasus ini dapat bermanfaat bukan hanya untuk
Penulis
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI
NASKAH UJIAN
IDENTITAS PASIEN 1
A. RIWAYAT PSIKIATRI 1
B. STATUS MENTAL 5
1. Deskripsi Umum 5
2. Pembicaraan 6
3. Keadaan Afektif 6
4. Persepsi 6
5. Proses pikir 6
6. Kesadaran dan Kognisi 7
7. Pengendalian Impuls 7
8. Daya Nilai 7
9. Tilikan 7
10. Taraf dapat dipercaya 8
C. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK LEBIH LANJUT 8
D. IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA 8
E. FORMULASI DIAGNOSIS 9
F. EVALUASI MULTIAKSIAL 11
G. DAFTAR MASALAH 11
H. RENCANA TERAPI 11
I. PROGNOSIS 12
J. DISKUSI 13
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
ii
NASKAH UJIAN
A. IDENTITAS PASIEN
B. RIWAYAT PSIKIATRI
pada tanggal 10 Maret 2020 dari Tn. H yang merupakan sepupu pasien,
bekerja sebagai buruh namun tidak tinggal serumah dengan pasien (tinggal
1. Keluhan Utama
Pasien mengamuk.
Pasien dibawa ke UGD Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Lampung pada
tajam.
Pada akhir tahun 2017 setelah pasien kembali dari Papua untuk bekerja,
Pada saat malam hari pasien akan mematikan semua lampu dan tidak
boleh melihat orang lain. Namun pada pagi hingga sore hari pasien terlihat
ada nyamuknya, pada saat demam pasien juga tidak ke tenaga kesehatan.
Pasien mengatakan jika sejak kurang lebih 2 tahun yang lalu, pasien
orang sekitarya.
pasien menjadi lebih sering mengamuk hingga memukul orang lain dan 1
2
3. Riwayat Penyakit Sebelumnya
Pasien merokok sejak SD hingga saaat ini namun menurut pasien dan
keras.
Riwayat hipertensi (-), riwayat diabetes melitus (-), riwayat trauma (-),
riwayat kejang (-), dan riwayat alergi obat (-).
3
E. Periode Remaja ( 12-18 tahun)
Pasien mulai suka membolos sekolah dan tidak ingin melanjutkan
sekolahnya. Pasien terkadang mulai suka mengamuk dikarenakan hal hal
kecil. Pasien masih memiliki teman di lingkungan rumah dan lingkungan
sekolah.
F. Periode Dewasa
Menurut keluarga pasien, pasien mulai mengurung diri semenjak kurang
lebih dua tahun yang lalu.
5. Riwayat Pendidikan
Pasien menyelesaikan pendidikan hingga kelas 5 SD dan berhenti sekolah
dikarenakan pasien tidak ingin melanjutkan sekolah.
6. Riwayat Pekerjaan
Pernah bekerja sebagai buruh cuci piring di rumah makan di Papua pada
tahun 2016-2017, kelaur karena ada masalah dengan teman di tempat kerja.
Pernah mencoba sebagai buruh tebu pada tahun 2018 namun tidak sampai 1
bulan keluar karena merasa lelah.
7. Riwayat Perkawinan
Belum pernah menikah
9. Riwayat Keluarga
Pasien merupakan anak kedua dari empat bersaudara, tinggal dirumah
bersama kedua orang tua dan adik-adiknya. Hubungan pasien dengan
keluarganya baik, pasien sering bersosialisasi dengan keluarganya.
4
Keterangan:
: perempuan
: laki-laki
: pasien
: tinggal serumah
D. STATUS MENTAL
1. Deskripsi Umum
Kesadaran : Jernih (compos mentis)
5
Sikap terhadap pemeriksa : Kooperatif
Kontak mata dengan pemeriksa kurang
Penampilan : Terlihat sesuai usianya, berpakaian rapi dengan kaos pasien
RSJ Ruang PICU dan celana seragam pasien RSJ, rambut pendek cepak,
kulit sawo matang, perawakan sedang, perawatan diri baik.
Perilaku dan aktivitas psikomotor : Selama wawancara pasien duduk
dengan santai, tenang dan dapat menjawab semua pertanyaan dengan baik.
Pasien terlihat tidak tertekan saat diwawancarai.
2. Pembicaraan
Spontan, lancar, volume cukup, artikulasi jelas, amplitudo normal, kuantitas
dan kualitas normal.
3. Keadaan Afektif
Mood : Elevasi
Afek : Luas
Keserasian : Serasi
4. Persepsi :
Halusinasi : Didapatkan halusinasi auditorik, visual, olfaktorius dan
taktil
Ilusi : Tidak ditemukan ilusi
Depersonalisasi: Tidak ditemukan depersonalisasi
Derealisasi : Tidak ditemukan derealisasi
5. Proses pikir:
Arus Pikiran : Produktivitas baik, hendaya berbahasa tidak ditemukan
Isi pikiran : Terdapat waham kejar, tidak ditemukan preokupasi dan
obsesi
Bentuk fikir : Koheren, tidak ditemukan flight of idea, asosiasi longgar
(-)
6
6. Kesadaran dan Kognisi
a) Taraf Kesadaran
Kompos mentis.
b) Orientasi
1 Waktu : baik (pasien mengetahui waktu saat dilakukannya
wawancara)
2 Tempat : kurang (pasien tidak mengetahui tempat saat dilakukannya
wawancara)
3 Orang : baik (pasien mengetahui yang menggunakan jas putih
adalah dokter dan baju ungu adalah perawat)
c) Daya Ingat
a Jangka Panjang : baik
b Jangka Sedang : baik
c Jangka Pendek : baik
4 Segera : tidak dinilai
d) Konsentrasi dan Perhatian : tidak dinilai
e) Kemampuan Membaca dan Menulis : tidak dinilai
f) Kemampuan Visuospasial : tidak dinilai
g) Pikiran Abstrak : tidak dinilai
h) Intelegensi dan Kemampuan Informasi : tidak dinilai
i) Kemampuan menolong diri sendri : baik
7. Pengendalian Impuls
Pasien dapat mengendalikan emosi selama wawancara. Pasien dapat
mengendalikan impuls untuk tetap kooperatif saat wawancara.
8. Daya Nilai
Norma sosial : Baik
Uji daya nilai : Baik
Penilaian realitas : Cukup baik
9. Tilikan
7
Derajat tilikan 1 : Menyangkal secara total terhadap penyakitnya.
10. Taraf dapat dipercaya
Secara umum semua jawaban dapat dipercaya
2. Status Internus
Kepala, mata, THT, leher, paru, jantung, abdomen, ekstremitas kesan dalam
batas normal.
3. Status Neurologis
a. Sistem sensorik : kesan dalam batas normal
b. Sistem motorik : kesan dalam batas normal
c. Fungsi luhur : kesan dalam batas normal
O H
8
mengamuk, membawa senjata tajam, memukul orang tua dan orang lain.
Pasien tidak pernah mengalami trauma kepala ataupun kejang, namun
memiliki riwayat demam saat di Papua. Pasien merokok namun tidak pernah
mengkonsumsi alkohol maupun zat psikoaktif.
Sejak pasien kembali dari papua, pasein suka menyendiri dan tidak mau
bergaul. , pasien merasakan ada sesuatu yang bergerak di kulitnya, pasien
sering mendengar suara-suara berupa suara wanita yang sedang menangis,
namun suara tersebut tidak pernah memerintahkan apapun, pasien juga
terkadang melihat sekelebat bayangan orang, dan kadang mencium berbagai
macam wewangian salah satunya adalah bunga kamboja. Pasien juga merasa
dicuriga memiliki jimat.
F. FORMULASI DIAGNOSIS
Tn. R, 22 tahun, Islam, tidak memiliki pekerjaan, pendidikan terakhir SD
kelas 5, belum menikah, tempat tinggal di Rejosari.
Pada pasien ini ditemukan adanya gangguan persepsi dan isi pikir yang
bermakna serta menimbulkan suatu distress (penderitaan) dan disability
(hendaya) dalam pekerjaan dan kehidupan sosial pasien, sehingga dapat
disimpulkan bahwa pasien ini mengalami gangguan jiwa.
9
bagian kepala, penurunan kesadaran dan kejang pada kondisi medis umum.
Hal tersebut dapat menjadi dasar untuk menyingkirkan diagnosis gangguan
mental organik (F.0).
Tidak ada riwayat penggunaan zat psikoaktif. Hal ini dapat menjadi dasar
untuk menyingkirkan diagnosis penggunaan zat psikoaktif (F.1).
Dari anamnesis didapatkan pasien terkadang marah tanpa alasan yang jelas,
melampiaskan kemarahan dengan tindakan impulsive berupa memukul orang
tanpa memikirkan konsekuensinya. Sehingga kemungkinan diagnosis
Gangguan Kepribadian Emosional Tak Stabil (F.60.3) pada Aksis II.
10
Penilaian terhadap kemampuan fungsi pasien dalam kehidupan menggunakan
skala GAF (Global Assesment of functioning). Pada pasien ini didapatkan
Aksis V, pada saat dilakukan wawancara, skor GAF 70-61 beberapa gejala
ringan dan menetap, disabilitas ringan dalam fungsi, secara umum masih
baik.
G. EVALUASI MULTIAKSIAL
Aksis I : F20.0 Skizofrenia Paranoid
Aksis II : F.60.3 Gangguan Kepribadian Emosional Tak Stabil
Aksis III : Thypoid
Aksis IV : Masalah dalam lingkungan sosial
Aksis V : GAF saat ini 70-61 (Current)
H. DAFTAR MASALAH
a. Organobiologik
Tidak ditemukan adanya kelainan fisik yang bermakna, namun diduga
terdapat ketidakseimbangan neurotransmiter.
b. Psikologik
Pada pasien ditemukan adanya riwayat halusinasi auditorik, olfaktorius,
visual, dan taktil. Disertai adanya waham kejar.
c. Sosiologik
Pada pasien ditemukan adanya hendaya dalam bidang pekerjaan dan
stigma buruk pada pasien sehingga keluarga dan lingkungan pasien
membutuhkan psikoedukasi.
I. RENCANA TERAPI
1. Psikofarmaka :
Risperidone 2 x 2 mg
THP 2 x 2 mg
CPZ 1 x 50 mg
2. Psikoterapi
11
a. Ventilasi: Memberikan kesempatan kepada pasien untuk menceritakan
keluhan dan isi hati sehingga pasien menjadi lega.
b. Konseling: Memberikan pengertian kepada pasien tentang penyakitnya
dan memahami kondisinya lebih baik serta menganjurkan untuk
berobat teratur.
c. Psikoedukasi: Psikoedukasi bertujuan untuk meningkatkan pemahaman
pasien dan keluarga tentang perjalanan penyakit, pengenalan gejala,
pengelolaan gejala, pengobatan (tujuan pengobatan, manfaat dan efek
samping), peran orang dengan skizofrenia dan keluarga dalam
pengobatan.
J. PROGNOSIS
Prognosis Baik
1. Awitan lambat
2. Ada faktor presipitasi yang jelas
3. Riwayat sosial, seksual, fungsi pekerjaan dan sosial premorbibid
(sebelum sakit) baik. Performa sebelumnya tetap merupakan
predictor terbaik untuk meramalkan performa di masa datang.
4. Sistem pendukung baik
5. Gejala positif
6. Tidak ada riwayat keluarga penderita skizofrenia atau gangguan
mood.
Prognosis Buruk
1. Onset usia tua
2. Cerai, janda
3. Sistem pendukung yang buruk
4. Gejala negatif
K. DISKUSI
Pada pasien ini ditemukan adanya gangguan persepsi dan isi pikir yang
bermakna serta menimbulkan suatu distress (penderitaan) dan disability
(hendaya) dalam pekerjaan dan kehidupan sosial pasien, sehingga dapat
dikatakan bahwa pasien ini mengalami gangguan jiwa.
13
(c) Suara halusinasi yang berkomentar secara terus menerus terhadap
perilaku pasien, atau mendiskusikan perihal pasien di antara mereka
sendiri, atau jenis suara halusinasi lain yang berasal dari salah satu
bagian tubuh
(d) Waham-waham menetap jenis lain yang menurut budayanya dianggap
tidak wajar serta sama sekali mustahil, seperti misalnya mengenai
identitas keagamaan atau politik, atau kekuatan dan kemampuan
‘manusia super’ (misalnya mampu mengendalikan cuaca, atau
berkomunikasi dengan makhluk asing dari dunia lain)
(e) Halusinasi yang menetap dalam setiap modalitas, apabila disertai baik
oleh waham yang mengambang/melayang maupun yang setengah
berbentuk tanpa kandungan afektif yang jelas, ataupun oleh ide-ide
berlebihan (over-valued ideas) yang menetap, atau apabila terjadi
setiap hari selama berminggu-minggu atau berbulan-bulan terus
menerus
(f) Arus pikiran yang terputus atau yang mengalami sisipan (interpolasi)
yang berakibat inkoherensi atau pembicaraan yang tidak relevan, atau
neologisme
(g) Perilaku katatonik, seperti keadaan gaduh gelisah (excitement), sikap
tubuh tertentu (posturing), atu fleksibilitas serea, negativisme, mutisme
dan stupor
(h) Gejala-gejala negatif seperti sikap sangat masa bodoh (apatis),
pembicaraan yang terhenti, dan respons emosional yang menumpul
atau tidak wajar, biasanya mengakibatkan penarikan diri dari pergaulan
sosial dan menurunnya kinerja sosial, tetapi harus jelas bahwa semua
hal tersebut tidak disebabkan oleh depresi atau medikasi neuroleptika
(i) Suatu perubahan yang konsisten dan bermakna dalam mutu
keseluruhan dari beberapa aspek perilaku perorangan, bermanifestasi
sebagai hilangnya minat, tak bertujuan, sikap malas, sikap berdiam diri
(self absorbed attitude) dan penarikan diri secara sosial1
b. Disfungsi Sosial/Pekerjaan
Selama kurun waktu yang signifikan sejak awitan gangguan, terdapat satu
atau lebih disfungsi pada area fungsi utama; seperti pekerjaan, hubungan
interpersonal, atau perawatan diri, yang berada jauh di bawah tingkat yang
dicapai sebelum awitan (atau jika awitan pada masa anak-anak atau
remaja, ada kegagalan untuk mencapai beberapa tingkat 24 pencapaian
hubungan interpersonal, akademik, atau pekerjaan yang diharapkan).
c. Durasi
Tanda kontinu gangguan berlangsung selama setidaknya 6 bulan. Periode 6
bulan ini harus mencakup setidaknya 1 bulan gejala (atau kurang bila telah
berhasil diobati) yang memenuhi kriteria A (yi. gejala fase aktif) dan dapat
mencakup periode gejala prodromal atau residual. Selama periode gejala
prodromal atau residual ini, tanda gangguan dapat bermanifestasi sebagai
gejala negatif saja atau 2 atau lebih gejala yang terdaftar dalam kriteria A
yang muncul dalam bentuk yang lebih lemah (keyakinan aneh, pengalaan
perseptual yang tidak lazim).
15
Gangguan skizoafektif dan gangguan depresif atau bipolar dengan ciri
psikotik telah disingkirkan baik karena:
(1) Tidak ada episode depresif manik, atau campuran mayor yang terjadi
bersamaan dengan gejala fase aktif.
(2) Jika episode mood terjadi selama gejala fase aktif durasi totalnya relatif
singkat dibandingkan durasi periode aktif dan residual.
Salah satu jenis skizofrenia yang apaling sering dijumpai adalah skizofrenia
paranoid. Penegakkan skozofrenia paranoid dibutuhkan terpenuhinya kriteria
umum dari skizofrenia dan terdapat tambahan berupa:
- Halusinasi dan/atau waham yang harus menonjol
a) Suara-suara halusinasi yang mengancam pasien atau memberi
16
perintah, atau halusinasi auditorik tanpa bentuk verbal berupa bunyi
pluit (whistling), mendengung (humming), atau bunyi tawa
(laughing).
b) Halusinasi pembauan atau pengecapan rasa, atau bersifat seksual,
atau lain-lain perasaan tubuh; halusinasi visual mungkin ada tetapi
jarang menonjol.
c) Waham dapat berupa hampir setiap jenis, tetapi waham dikendalikan
(delusion of control), dipengaruhi (delusion of influence), atau
“passivity” (delusion of passivity), dan keyakinan dikejar-kejar yang
beraneka ragam, adalah yang paling khas.
- Gangguan afektif, dorongan kehendak dan pembicaraan, serta gejala
katatonik secara relative tidak nyata/ tidak menonjol
Pada pasien ditemukan halusinasi auditorik tanpa bentuk verbal berupa suara
wanita yang menangis (point a), terdapat halusinasi olfaktori, taktil dan visual
(point b), dan terdapat waham kejar (point c). Dari data ini menjadi dasar
untuk mendiagnosis bahwa pasien ini didapatkan dengan skizofrenia paranoid
(F.20.0).
Rencana terapi yang diberikan saat ini yaitu, risperidone 2x2mg, lalu
dievaluasi selama dua minggu mengenai kondisi pasien, naikkan hingga dosis
optimal lalu dipertahankan sampai 8-12 minggu lalu diturunkan perlahan
selama 2 minggu dipertahankan selama 6 bulan sampai dengan 2 tahun.
17
terhadap “Serotonin 5 HT2 Receptors” (Serotonin-dopamine antagonists),
sehingga efektif untuk gejala negatif. Efek samping yang terjadi dapat berupa
sedasi dan inhibisi psikomotor (rasa mengantuk, kewaspadaan berkurang,
kinerja psikomotor menurun, kemampuan kognitif menurun), dan gangguan
otonomik (hipotensi, antikolinergik/parasimpatolitik, mulut kering, kesulitn
miksi dan defekasi, hidung tersumbat, mata kabur, tekanan intraokuler
meninggi, gangguan irama jantung), gangguan ekstrapiramidal (dystonia
akut, akathisia, sindrom Parkinson seperti tremor, brdikinesia, rigiditas),
gangguan endokrin, hematologik biasanya pada pemakaian jangka panjang.
Risperidone diberikan sebagai pilihan pengobatan pasien ini karena resiko
terjadi efek samping dapat ditolerir.
Selain itu, jika timbul efek samping berupa sindrom ekstrapiramidal yang
timbul akibat pemberian antipsikotik walaupun kemungkinanya kecil maka
dapat diberikan trihexyphenidil. Trihexyphenidil merupakan antikolinergik
yang bekerja dengan menghambat pelepasan asetilkolin endogen dan
eksogen. Triheksifenidil menunjukkan inhibisi pada sistem saraf
parasimpatetik, serta mempunya efek merelaksasi otot polos, secara langsung
memberikan efek kepada otot dan secara tidak langsung melalui sistem saraf
parasimpatetik. Diindikasi untuk Parkinson dan Gangguan ekstrapiramidal yg
disebabkan obat system saraf pusat
Pada pasien didapatkan faktor pencetus yang jelas yaitu masalah dalam
keluarga dan pasien berhenti minum obat. Fungsi pekerjaan sebelum sakit
baik dan fungsi sosial juga baik. Pasien sudah bercerai sejak tahun 2014 dan
keluarga pasien mendukung dalam pengobatan pasien. Tidak ditemukan
gejala negatif pada pasien dan tidak terdapat keluarga yang menderita
skizofrenia. Sehingga dapat disimpulkan bahwa prognosis pasien ini untuk ad
vitam yaitu dubia ad bonam, ad functionam yaitu dubia ad bonam, dan ad
sanationam yaitu dubia ad bonam.
19
DAFTAR PUSTAKA
20
LAMPIRAN
21
RIWAYAT PERJALANAN PENYAKIT