Anda di halaman 1dari 25

NASKAH UJIAN

Disusun Oleh:

Rachmatia Ramadanti, S.Ked

Pembimbing:

dr. High Boy Karumulborg Hutasoit, Sp.KJ

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN JIWA


RUMAH SAKIT JIWA PROVINSI LAMPUNG
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS LAMPUNG
2020
KATA PENGANTAR

Terima kasih kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat dan

karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan naskah ujian tepat pada waktunya.

Adapun tujuan pembuatan naskah ujian ini adalah sebagai salah satu syarat

dalam mengikuti dan menyelesaikan Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Jiwa

Rumah Sakit Jiwa Provinsi Lampung.

Penulis mengucapkan terimakasih kepada dr. High Boy Karumulborg

Hutasoit, Sp.KJ yang telah meluangkan waktunya untuk penulis dalam

menyelesaikan naskah ini. Penulis menyadari banyak sekali kekurangan dalam

laporan ini, oleh karena itu saran dan kritik yang membangun sangat penulis

harapkan. Semoga manajemen kasus ini dapat bermanfaat bukan hanya untuk

penulis, tetapi juga bagi siapa pun yang membacanya.

Bandar Lampung, Maret 2020

Penulis
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI

NASKAH UJIAN

IDENTITAS PASIEN 1

A. RIWAYAT PSIKIATRI 1
B. STATUS MENTAL 5
1. Deskripsi Umum 5
2. Pembicaraan 6
3. Keadaan Afektif 6
4. Persepsi 6
5. Proses pikir 6
6. Kesadaran dan Kognisi 7
7. Pengendalian Impuls 7
8. Daya Nilai 7
9. Tilikan 7
10. Taraf dapat dipercaya 8
C. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK LEBIH LANJUT 8
D. IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA 8
E. FORMULASI DIAGNOSIS 9
F. EVALUASI MULTIAKSIAL 11
G. DAFTAR MASALAH 11
H. RENCANA TERAPI 11
I. PROGNOSIS 12
J. DISKUSI 13
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

ii
NASKAH UJIAN

A. IDENTITAS PASIEN

Tn. R, 22 tahun, Islam, tidak memiliki pekerjaan, pendidikan terakhir SD

kelas 5, belum menikah, tempat tinggal di Rejosari, datang berobat ke UGD

RSJ Daerah Provinsi Lampung pada tanggal 03 Maret 2020 Dilakukan

pemeriksaan pada tanggal 06 Maret 2020 pada pukul 09.00 WIB.

B. RIWAYAT PSIKIATRI

Diperoleh dari autoanamnesis pada tanggal 06 Maret 2020 dan alloanamnesis

pada tanggal 10 Maret 2020 dari Tn. H yang merupakan sepupu pasien,

bekerja sebagai buruh namun tidak tinggal serumah dengan pasien (tinggal

500 m dari rumah pasien).

1. Keluhan Utama

Pasien mengamuk.

2. Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien dibawa ke UGD Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Lampung pada

tanggal 3 Maret 2020 di antar oleh sepupu-sepupu pasien dengan keluhan

pasien sering mengamuk, memukul orang lain, dan membawa senjata

tajam.

Pada akhir tahun 2017 setelah pasien kembali dari Papua untuk bekerja,

keluarga mengatakan jika pasien menunjukkan gelagat yang aneh, pasien


jadi tidak mau bergaul dan suka mengurung diri/menyendiri di rumah.

Pada saat malam hari pasien akan mematikan semua lampu dan tidak

boleh melihat orang lain. Namun pada pagi hingga sore hari pasien terlihat

kembali seperti biasa lagi.

Pasien mengatakan selama di Papua (2016 awal – 2017 akhir) pasien

pernah mengalami demam dan hanya mengkonsumsi obat biasa. Saat

ditanya apakah pasien mengalami demam karena malaria, pasien

menyangkal karena mengatakan jika daerah Wamena dingin dan jarang

ada nyamuknya, pada saat demam pasien juga tidak ke tenaga kesehatan.

Pasien mengatakan jika sejak kurang lebih 2 tahun yang lalu, pasien

merasakan ada sesuatu yang bergerak di kulitnya, pasien sering mendengar

suara-suara berupa suara wanita yang sedang menangis, namun suara

tersebut tidak pernah memerintahkan apapun, pasien juga terkadang

melihat sekelebat bayangan orang, dan kadang mencium berbagai macam

wewangian salah satunya adalah bunga kamboja.

Pasien mengatakan jika pasien memiliki masalah dengan sepupunya,

namun pasien tidak ingin menceritakan masalah yang ada. Keluarga

mengatakan pasien sering merasa dicurigai memiliki jimat oleh orang-

orang sekitarya.

Pasien sejak SD memang memiliki emosi yang tidak stabil, suka

mengamuk, namun tidak pernah berbicara sendiri. 1 minggu terakhir

pasien menjadi lebih sering mengamuk hingga memukul orang lain dan 1

hari SMRS pada pukul 3 pagi pasein membawa parang, mengejar

pamannya dan terlihat ingin melukainya.

2
3. Riwayat Penyakit Sebelumnya

a. Riwayat Gangguan Psikiatri

Tidak terdapat data apakah pernah memiliki riwayat sakit kejiwaan

sebelumnya karena ini pertama kalinya pasien berobat ke RSJ.

b. Riwayat Penggunaan Zat Psikoaktif

Pasien merokok sejak SD hingga saaat ini namun menurut pasien dan

keluarga, pasien tidak pernah mengonsumsi narkoba dan minuman

keras.

c. Riwayat Penyakit Medis Umum

Riwayat hipertensi (-), riwayat diabetes melitus (-), riwayat trauma (-),
riwayat kejang (-), dan riwayat alergi obat (-).

4. Riwayat Kehidupan Pribadi


a. Periode Prenatal dan Perinatal
Pasien adalah anak kedua dari empat bersaudara. Tidak terdapat data
mengenai riwayat kehamilan dan kelahiran pasien, karena keluarga
yang ditanyakan tidak mengetahuinya.

C. Periode Bayi dan Balita


Pasien dirawat oleh orang tua kandung, diberikan ASI oleh ibu kandung,
riwayat imunisasi dan tumbuh kembang tidak diketahui.

D. Periode Masa Kanak-Kanak (6-12 tahun)


Pasien tinggal bersama kedua orang tua kandung. Pasien memiliki
banyak teman dan tumbuh kembang sesuai dengan anak-anak lain
seusianya.

3
E. Periode Remaja ( 12-18 tahun)
Pasien mulai suka membolos sekolah dan tidak ingin melanjutkan
sekolahnya. Pasien terkadang mulai suka mengamuk dikarenakan hal hal
kecil. Pasien masih memiliki teman di lingkungan rumah dan lingkungan
sekolah.

F. Periode Dewasa
Menurut keluarga pasien, pasien mulai mengurung diri semenjak kurang
lebih dua tahun yang lalu.

5. Riwayat Pendidikan
Pasien menyelesaikan pendidikan hingga kelas 5 SD dan berhenti sekolah
dikarenakan pasien tidak ingin melanjutkan sekolah.

6. Riwayat Pekerjaan
Pernah bekerja sebagai buruh cuci piring di rumah makan di Papua pada
tahun 2016-2017, kelaur karena ada masalah dengan teman di tempat kerja.
Pernah mencoba sebagai buruh tebu pada tahun 2018 namun tidak sampai 1
bulan keluar karena merasa lelah.

7. Riwayat Perkawinan
Belum pernah menikah

8. Riwayat Kehidupan Beragama


Pasien beragama Islam. Pasien telah diajari ilmu agama oleh kedua orang
tuanya sejak kecil. Menurut pasien, pasien kurang rajin beribadah.

9. Riwayat Keluarga
Pasien merupakan anak kedua dari empat bersaudara, tinggal dirumah
bersama kedua orang tua dan adik-adiknya. Hubungan pasien dengan
keluarganya baik, pasien sering bersosialisasi dengan keluarganya.

4
Keterangan:

: perempuan

: laki-laki

: pasien

: tinggal serumah

10. Riwayat Sosial Ekonomi Keluarga


Pasien tinggal bersama kedua orangtuanya. Sumber pendapatan dari
orangtua karena pasien sudah tidak bekerja

11. Situasi Kehidupan Sekarang


Pasien tinggal bersama kedua orangtuanya. Sejak kurang lebih 2 tahun yang
lalu pasien tidak bekerja, menjadi suka menyendiri, sering marah-marah dan
memukul orang.

12. Mimpi, Fantasi dan Nilai-nilai


Pasien memiliki penilaian tentang agama, sosial yang cukup baik.

D. STATUS MENTAL
1. Deskripsi Umum
Kesadaran : Jernih (compos mentis)

5
Sikap terhadap pemeriksa : Kooperatif
Kontak mata dengan pemeriksa kurang
Penampilan : Terlihat sesuai usianya, berpakaian rapi dengan kaos pasien
RSJ Ruang PICU dan celana seragam pasien RSJ, rambut pendek cepak,
kulit sawo matang, perawakan sedang, perawatan diri baik.
Perilaku dan aktivitas psikomotor : Selama wawancara pasien duduk
dengan santai, tenang dan dapat menjawab semua pertanyaan dengan baik.
Pasien terlihat tidak tertekan saat diwawancarai.

2. Pembicaraan
Spontan, lancar, volume cukup, artikulasi jelas, amplitudo normal, kuantitas
dan kualitas normal.

3. Keadaan Afektif
Mood : Elevasi
Afek : Luas
Keserasian : Serasi

4. Persepsi :
Halusinasi : Didapatkan halusinasi auditorik, visual, olfaktorius dan
taktil
Ilusi : Tidak ditemukan ilusi
Depersonalisasi: Tidak ditemukan depersonalisasi
Derealisasi : Tidak ditemukan derealisasi

5. Proses pikir:
Arus Pikiran : Produktivitas baik, hendaya berbahasa tidak ditemukan
Isi pikiran : Terdapat waham kejar, tidak ditemukan preokupasi dan
obsesi
Bentuk fikir : Koheren, tidak ditemukan flight of idea, asosiasi longgar
(-)

6
6. Kesadaran dan Kognisi
a) Taraf Kesadaran
Kompos mentis.
b) Orientasi
1 Waktu : baik (pasien mengetahui waktu saat dilakukannya
wawancara)
2 Tempat : kurang (pasien tidak mengetahui tempat saat dilakukannya
wawancara)
3 Orang : baik (pasien mengetahui yang menggunakan jas putih
adalah dokter dan baju ungu adalah perawat)
c) Daya Ingat
a Jangka Panjang : baik
b Jangka Sedang : baik
c Jangka Pendek : baik
4 Segera : tidak dinilai
d) Konsentrasi dan Perhatian : tidak dinilai
e) Kemampuan Membaca dan Menulis : tidak dinilai
f) Kemampuan Visuospasial : tidak dinilai
g) Pikiran Abstrak : tidak dinilai
h) Intelegensi dan Kemampuan Informasi : tidak dinilai
i) Kemampuan menolong diri sendri : baik

7. Pengendalian Impuls
Pasien dapat mengendalikan emosi selama wawancara. Pasien dapat
mengendalikan impuls untuk tetap kooperatif saat wawancara.

8. Daya Nilai
Norma sosial : Baik
Uji daya nilai : Baik
Penilaian realitas : Cukup baik

9. Tilikan

7
Derajat tilikan 1 : Menyangkal secara total terhadap penyakitnya.
10. Taraf dapat dipercaya
Secara umum semua jawaban dapat dipercaya

A. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK LEBIH LANJUT


1. Status Generalis
Keadaan umum tampak sakit ringan, kesadaran compos mentis.
Tanda-tanda vital: tensi 110/80 mmHg, nadi 88x/menit, Nafas : 20x/menit.

2. Status Internus
Kepala, mata, THT, leher, paru, jantung, abdomen, ekstremitas kesan dalam
batas normal.

3. Status Neurologis
a. Sistem sensorik : kesan dalam batas normal
b. Sistem motorik : kesan dalam batas normal
c. Fungsi luhur : kesan dalam batas normal

4. Laboratorium Darah dan Fungsi Hati


Kesan: darah lengkap dan fungsi hati dalam batas normal

O H

Thypoid 1/320 1/320

Paraty A 1/160 1/40

Paraty B 1/320 1/320

E. IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA


Tn. R, 22 tahun, Islam, tidak memiliki pekerjaan, pendidikan terakhir SD
kelas 5, belum menikah, tempat tinggal di Rejosari, datang berobat ke UGD
RSJ Daerah Provinsi Lampung pada tanggal 03 Maret Dilakukan
pemeriksaan pada tanggal 06 Maret 2020 pada pukul 09.00 WIB. Pasien
diantar oleh kakak dan kakak ipar pasien dengan keluhan pasien sering

8
mengamuk, membawa senjata tajam, memukul orang tua dan orang lain.
Pasien tidak pernah mengalami trauma kepala ataupun kejang, namun
memiliki riwayat demam saat di Papua. Pasien merokok namun tidak pernah
mengkonsumsi alkohol maupun zat psikoaktif.

Sejak pasien kembali dari papua, pasein suka menyendiri dan tidak mau
bergaul. , pasien merasakan ada sesuatu yang bergerak di kulitnya, pasien
sering mendengar suara-suara berupa suara wanita yang sedang menangis,
namun suara tersebut tidak pernah memerintahkan apapun, pasien juga
terkadang melihat sekelebat bayangan orang, dan kadang mencium berbagai
macam wewangian salah satunya adalah bunga kamboja. Pasien juga merasa
dicuriga memiliki jimat.

Dari pemeriksaan status mental didapatkan pasien berpenampilan sesuai usia,


perawakan sedang dan perawatan diri cukup baik. Mood elevasi dan afek
luas. Mood dan afek serasi. Pasien cukup kooperatif. Didapatkan adanya
riwayat gangguan persepsi berupa halusinasi auditorik, visual, olfaktorius dan
taktil. Terdapat gangguan isi pikir berupa waham kejar. Tilikan derajat 1.
Pada status generalis tidak tampak adanya kelainan.

F. FORMULASI DIAGNOSIS
Tn. R, 22 tahun, Islam, tidak memiliki pekerjaan, pendidikan terakhir SD
kelas 5, belum menikah, tempat tinggal di Rejosari.

Pada pasien ini ditemukan adanya gangguan persepsi dan isi pikir yang
bermakna serta menimbulkan suatu distress (penderitaan) dan disability
(hendaya) dalam pekerjaan dan kehidupan sosial pasien, sehingga dapat
disimpulkan bahwa pasien ini mengalami gangguan jiwa.

Berdasarkan data-data yang didapat melalui anamnesis psikiatri dan


pemeriksaan fisik tidak ditemukan adanya riwayat demam tinggi, trauma

9
bagian kepala, penurunan kesadaran dan kejang pada kondisi medis umum.
Hal tersebut dapat menjadi dasar untuk menyingkirkan diagnosis gangguan
mental organik (F.0).

Tidak ada riwayat penggunaan zat psikoaktif. Hal ini dapat menjadi dasar
untuk menyingkirkan diagnosis penggunaan zat psikoaktif (F.1).

Pada pasien didapatkan riwayat gangguan persepsi berupa halusinasi auditorik


(suara non-verbal), visual, olfaktorius dan taktil. Gangguan isi pikir ditemukan
waham kejar. Pasien memiliki gejala negative berupa menarik diri dari
lingkungan sosial. Makin lama pasien sering marah dan semakin sering
mengamuk dengan memukul orang lain. Dari data ini menjadi dasar untuk
mendiagnosis bahwa pasien menderita skizofrenia (F.20), sekaligus
menyingkirkan diagnosis gangguan psikotik akut (F.23). Dari data ini menjadi
dasar untuk mendiagnosis bahwa pasien ini didapatkan Aksis I dengan
skizofrenia paranoid (F.20.0).

Dari anamnesis didapatkan pasien terkadang marah tanpa alasan yang jelas,
melampiaskan kemarahan dengan tindakan impulsive berupa memukul orang
tanpa memikirkan konsekuensinya. Sehingga kemungkinan diagnosis
Gangguan Kepribadian Emosional Tak Stabil (F.60.3) pada Aksis II.

Pada anamnesis dan pemeriksaan laboratorium terdapat riwayat demam dan


pada pemeriksaan lab didapatkan pada pemeriksaan thypoid terlihat
peningkatan titer 4 kali dari semula menjadi 1/320 sehingga dapat dikatakan
pasien memiliki sakit thypoid. Oleh karena itu Aksis III adalah thypoid.

Pada anamnesis didapatkan informasi bahwa memiliki masalah dengan


teman bekerjanya dan dengan sepupunya. Sehingga Aksis IV dituliskan
masalah berkaitan dengan permasalahan dalam lingkungan sosial.

10
Penilaian terhadap kemampuan fungsi pasien dalam kehidupan menggunakan
skala GAF (Global Assesment of functioning). Pada pasien ini didapatkan
Aksis V, pada saat dilakukan wawancara, skor GAF 70-61 beberapa gejala
ringan dan menetap, disabilitas ringan dalam fungsi, secara umum masih
baik.

G. EVALUASI MULTIAKSIAL
Aksis I : F20.0 Skizofrenia Paranoid
Aksis II : F.60.3 Gangguan Kepribadian Emosional Tak Stabil
Aksis III : Thypoid
Aksis IV : Masalah dalam lingkungan sosial
Aksis V : GAF saat ini 70-61 (Current)

H. DAFTAR MASALAH
a. Organobiologik
Tidak ditemukan adanya kelainan fisik yang bermakna, namun diduga
terdapat ketidakseimbangan neurotransmiter.
b. Psikologik
Pada pasien ditemukan adanya riwayat halusinasi auditorik, olfaktorius,
visual, dan taktil. Disertai adanya waham kejar.
c. Sosiologik
Pada pasien ditemukan adanya hendaya dalam bidang pekerjaan dan
stigma buruk pada pasien sehingga keluarga dan lingkungan pasien
membutuhkan psikoedukasi.

I. RENCANA TERAPI
1. Psikofarmaka :
Risperidone 2 x 2 mg
THP 2 x 2 mg
CPZ 1 x 50 mg

2. Psikoterapi
11
a. Ventilasi: Memberikan kesempatan kepada pasien untuk menceritakan
keluhan dan isi hati sehingga pasien menjadi lega.
b. Konseling: Memberikan pengertian kepada pasien tentang penyakitnya
dan memahami kondisinya lebih baik serta menganjurkan untuk
berobat teratur.
c. Psikoedukasi: Psikoedukasi bertujuan untuk meningkatkan pemahaman
pasien dan keluarga tentang perjalanan penyakit, pengenalan gejala,
pengelolaan gejala, pengobatan (tujuan pengobatan, manfaat dan efek
samping), peran orang dengan skizofrenia dan keluarga dalam
pengobatan.

J. PROGNOSIS
 Prognosis Baik
1. Awitan lambat
2. Ada faktor presipitasi yang jelas
3. Riwayat sosial, seksual, fungsi pekerjaan dan sosial premorbibid
(sebelum sakit) baik. Performa sebelumnya tetap merupakan
predictor terbaik untuk meramalkan performa di masa datang.
4. Sistem pendukung baik
5. Gejala positif
6. Tidak ada riwayat keluarga penderita skizofrenia atau gangguan
mood.

 Prognosis Buruk
1. Onset usia tua
2. Cerai, janda
3. Sistem pendukung yang buruk
4. Gejala negatif

Sehingga pada pasien ini didapatkan prognosis:

Quo ad Vitam : Dubia ad Bonam

Quo ad Functionam : Dubia ad Bonam


12
Quo ad Sanationam : Dubia ad Bonam

K. DISKUSI
Pada pasien ini ditemukan adanya gangguan persepsi dan isi pikir yang
bermakna serta menimbulkan suatu distress (penderitaan) dan disability
(hendaya) dalam pekerjaan dan kehidupan sosial pasien, sehingga dapat
dikatakan bahwa pasien ini mengalami gangguan jiwa.

Skizofrenia merupakan sindroma klinis yang sangat mengganggu


psikopatologi yang mencakup kognisi, emosi, persepsi, dan aspek lain dari
perilaku. Ekspresi dari manifestasi ini bervariasi pada semua pasien dan dari
waktu ke waktu, tetapi efek dari penyakit ini selalu berat dan biasanya
berlangsung lama.3 sebagian kecil dari kehidupan penderita skizofrea berada
dalam kondisi akut dan sebagian besar penderita berada lebih lama (bertahun-
tahun) dalam fase residual yaitu fase yang memperlihatkan gambaran
penyakit “ringan”. Selama periode residual pasien tampak lebih menarik diri
atau mengisolasinya.

Diagnosis Skizofrenia menurut Pedoman Penggolongan dan Diagnosis


Gangguan Jiwa (PPDGJ)-III sebagai berikut:

Persyaratan yang normal untuk diagnosis skizofrenia ialah harus ada


sedikitnya satu gejala tersebut di bawah yang amat jelas (dan biasanya dua
gejala atau lebih apabila gejala-gejala itu kurang tajam atau kurang jelas) dari
gejala yang termasuk salah satu dari kelompok gejala (a) sampai (d) tersebut
di bawah, atau paling sedikit dua gejala dari kelompok (e) sampai (h), yang
harus selalu ada secara jelas selama kurun waktu 1 bulan atau lebih.
(a) ‘thought echo’, ‘thought insertion atau withdrawal’, dan ‘thought
broadcasting’
(b) Waham dikendalikan (delusion of control), waham dipengaruhi
(delusion of influence), atau passivity yang jelas merujuk kepada
pergerakan tubuh atau pergerakan anggota gerak, atau pikiran,
perbuatan atau perasaan (sensations) khusus : persepsi delusional

13
(c) Suara halusinasi yang berkomentar secara terus menerus terhadap
perilaku pasien, atau mendiskusikan perihal pasien di antara mereka
sendiri, atau jenis suara halusinasi lain yang berasal dari salah satu
bagian tubuh
(d) Waham-waham menetap jenis lain yang menurut budayanya dianggap
tidak wajar serta sama sekali mustahil, seperti misalnya mengenai
identitas keagamaan atau politik, atau kekuatan dan kemampuan
‘manusia super’ (misalnya mampu mengendalikan cuaca, atau
berkomunikasi dengan makhluk asing dari dunia lain)
(e) Halusinasi yang menetap dalam setiap modalitas, apabila disertai baik
oleh waham yang mengambang/melayang maupun yang setengah
berbentuk tanpa kandungan afektif yang jelas, ataupun oleh ide-ide
berlebihan (over-valued ideas) yang menetap, atau apabila terjadi
setiap hari selama berminggu-minggu atau berbulan-bulan terus
menerus
(f) Arus pikiran yang terputus atau yang mengalami sisipan (interpolasi)
yang berakibat inkoherensi atau pembicaraan yang tidak relevan, atau
neologisme
(g) Perilaku katatonik, seperti keadaan gaduh gelisah (excitement), sikap
tubuh tertentu (posturing), atu fleksibilitas serea, negativisme, mutisme
dan stupor
(h) Gejala-gejala negatif seperti sikap sangat masa bodoh (apatis),
pembicaraan yang terhenti, dan respons emosional yang menumpul
atau tidak wajar, biasanya mengakibatkan penarikan diri dari pergaulan
sosial dan menurunnya kinerja sosial, tetapi harus jelas bahwa semua
hal tersebut tidak disebabkan oleh depresi atau medikasi neuroleptika
(i) Suatu perubahan yang konsisten dan bermakna dalam mutu
keseluruhan dari beberapa aspek perilaku perorangan, bermanifestasi
sebagai hilangnya minat, tak bertujuan, sikap malas, sikap berdiam diri
(self absorbed attitude) dan penarikan diri secara sosial1

Adapun kriteria diagnostik gangguan skizofrenia berdasarkan DSM-V antara


lain:
14
a. Terdapat 2 atau lebih dari kriteria dibawah ini, masing-masing terjadi
dalam kurun waktu yang signifikan selama 1 bulan (atau kurang bila telah
berhasil diobati). Paling tidak salah satu harus ada (delusi), (halusinasi),
atau (bicara kacau ):
(1) Delusi/Waham
(2) Halusinasi
(3) Bicara Kacau (sering melantur atau inkoherensi)
(4) Perilaku yang sangat kacau atau katatonik
(5) Gejala negatif (ekspresi emosi yang berkurang atau kehilangan minat)

b. Disfungsi Sosial/Pekerjaan
Selama kurun waktu yang signifikan sejak awitan gangguan, terdapat satu
atau lebih disfungsi pada area fungsi utama; seperti pekerjaan, hubungan
interpersonal, atau perawatan diri, yang berada jauh di bawah tingkat yang
dicapai sebelum awitan (atau jika awitan pada masa anak-anak atau
remaja, ada kegagalan untuk mencapai beberapa tingkat 24 pencapaian
hubungan interpersonal, akademik, atau pekerjaan yang diharapkan).

c. Durasi
Tanda kontinu gangguan berlangsung selama setidaknya 6 bulan. Periode 6
bulan ini harus mencakup setidaknya 1 bulan gejala (atau kurang bila telah
berhasil diobati) yang memenuhi kriteria A (yi. gejala fase aktif) dan dapat
mencakup periode gejala prodromal atau residual. Selama periode gejala
prodromal atau residual ini, tanda gangguan dapat bermanifestasi sebagai
gejala negatif saja atau 2 atau lebih gejala yang terdaftar dalam kriteria A
yang muncul dalam bentuk yang lebih lemah (keyakinan aneh, pengalaan
perseptual yang tidak lazim).

d. Eksklusi gangguan mood dan skizoafektif

15
Gangguan skizoafektif dan gangguan depresif atau bipolar dengan ciri
psikotik telah disingkirkan baik karena:
(1) Tidak ada episode depresif manik, atau campuran mayor yang terjadi
bersamaan dengan gejala fase aktif.
(2) Jika episode mood terjadi selama gejala fase aktif durasi totalnya relatif
singkat dibandingkan durasi periode aktif dan residual.

e. Eksklusi kondisi medis umum/zat


Gangguan tersebut tidak disebabkan efek fisiologis langsung suatu zat
(obat yang disalahgunaan, obat medis) atau kondisi medis umum.

f. Hubungan dengan keterlambatan perkembangan global. Jika terdapat


riwayat gangguan autistik atau keterlambatan perkembangan global
lainnya, diagnosis tambahan skizofrenia hanya dibuat bila waham atau
halusinasi yang prominen juga terdapat selama setidaknya satu bulan (atau
kurang bila telah berhasil diobati)

Pada pasien, memenuhi 2 kriteria diagnosis yang dibutuhkan pada point e


hingga h menurut PPDGJ III, yaitu ditemukannya riwayat gangguan persepsi
berupa halusinasi auditorik, visual, olfaktorius dan taktil dan disertai dengan
waham (point e) dan terdapat gejala-gejala negatif seperti penarikan diri dari
pergaulan sosial dan menurunnya kinerja sosial (point h). Pasien memiliki
keluhan tersebut sejak kurang lebih 2 tahun sehingga telah memenuhi kirteria
waktu yang ditentukan yaitu selama satu bulan atau lebih. Dari data ini
menjadi dasar untuk mendiagnosis bahwa pasien menderita skizofrenia
(F.20), sekaligus menyingkirkan diagnosis gangguan psikotik akut (F.23).

Salah satu jenis skizofrenia yang apaling sering dijumpai adalah skizofrenia
paranoid. Penegakkan skozofrenia paranoid dibutuhkan terpenuhinya kriteria
umum dari skizofrenia dan terdapat tambahan berupa:
- Halusinasi dan/atau waham yang harus menonjol
a) Suara-suara halusinasi yang mengancam pasien atau memberi

16
perintah, atau halusinasi auditorik tanpa bentuk verbal berupa bunyi
pluit (whistling), mendengung (humming), atau bunyi tawa
(laughing).
b) Halusinasi pembauan atau pengecapan rasa, atau bersifat seksual,
atau lain-lain perasaan tubuh; halusinasi visual mungkin ada tetapi
jarang menonjol.
c) Waham dapat berupa hampir setiap jenis, tetapi waham dikendalikan
(delusion of control), dipengaruhi (delusion of influence), atau
“passivity” (delusion of passivity), dan keyakinan dikejar-kejar yang
beraneka ragam, adalah yang paling khas.
- Gangguan afektif, dorongan kehendak dan pembicaraan, serta gejala
katatonik secara relative tidak nyata/ tidak menonjol

Pada pasien ditemukan halusinasi auditorik tanpa bentuk verbal berupa suara
wanita yang menangis (point a), terdapat halusinasi olfaktori, taktil dan visual
(point b), dan terdapat waham kejar (point c). Dari data ini menjadi dasar
untuk mendiagnosis bahwa pasien ini didapatkan dengan skizofrenia paranoid
(F.20.0).

Rencana terapi yang diberikan saat ini yaitu, risperidone 2x2mg, lalu
dievaluasi selama dua minggu mengenai kondisi pasien, naikkan hingga dosis
optimal lalu dipertahankan sampai 8-12 minggu lalu diturunkan perlahan
selama 2 minggu dipertahankan selama 6 bulan sampai dengan 2 tahun.

Risperidone merupakan antipsikotik atipikal atau antipsikotik golongan II


(APG-II) yang lebih memiliki efek untuk mengurangi gejala negatif (upaya
pasien untuk menarik diri dari lingkungan) maupun gejala positif (halusinasi,
gangguan proses pikir). Dosis anjurannya adalah 2-6 mg/hari.

Mekanisme kerja risperidone adalah memblokade dopamine pada reseptor


pasca sinaptik neuron di otak, khususnya di sistem limbik dan system
ekstrapiramidal (Dopamine D2 receptor antagonists) dan juga berafinitas

17
terhadap “Serotonin 5 HT2 Receptors” (Serotonin-dopamine antagonists),
sehingga efektif untuk gejala negatif. Efek samping yang terjadi dapat berupa
sedasi dan inhibisi psikomotor (rasa mengantuk, kewaspadaan berkurang,
kinerja psikomotor menurun, kemampuan kognitif menurun), dan gangguan
otonomik (hipotensi, antikolinergik/parasimpatolitik, mulut kering, kesulitn
miksi dan defekasi, hidung tersumbat, mata kabur, tekanan intraokuler
meninggi, gangguan irama jantung), gangguan ekstrapiramidal (dystonia
akut, akathisia, sindrom Parkinson seperti tremor, brdikinesia, rigiditas),
gangguan endokrin, hematologik biasanya pada pemakaian jangka panjang.
Risperidone diberikan sebagai pilihan pengobatan pasien ini karena resiko
terjadi efek samping dapat ditolerir.

Kekuatan antagonis D2 dari risperidone lebih rendah bila dibandingkan


dengan haloperidol, sehingga efek samping ekstrapiramidalnya juga lebih
rendah. Sediaan risperidone tersedia dalam bentuk tablet 1mg, 2mg, 3mg; ada
juga dalam bentuk depo (long acting) yang digunakan setiap 2 minggu secara
IM. Dengan rentang dosis 2-6mg/hari. Pada pasien ini, diberikan risperidon
dengan dosis 2x2mg, maka dapat disimpulkan dosis dan indikasi pemberian
risperidon sudah sesuai.

Selain itu, jika timbul efek samping berupa sindrom ekstrapiramidal yang
timbul akibat pemberian antipsikotik walaupun kemungkinanya kecil maka
dapat diberikan trihexyphenidil. Trihexyphenidil merupakan antikolinergik
yang bekerja dengan menghambat pelepasan asetilkolin endogen dan
eksogen. Triheksifenidil menunjukkan inhibisi pada sistem saraf
parasimpatetik, serta mempunya efek merelaksasi otot polos, secara langsung
memberikan efek kepada otot dan secara tidak langsung melalui sistem saraf
parasimpatetik. Diindikasi untuk Parkinson dan Gangguan ekstrapiramidal yg
disebabkan obat system saraf pusat

Gambaran klinik yang dikaitkan dengan prognosis baik pada skizofrenia,


yaitu:
1. Awitan lambat
18
2. Ada faktor presipitasi yang jelas
3. Awitan akut
4. Riwayat sosial, seksual, fungsi pekerjaan dan sosial premorbibid (sebelum
sakit)baik. Performa sebelumnya tetap merupakan predictor terbaik untuk
meramalkanperforma di masa datang.
5. Gejala gangguan mood terutama gangguan depresif
6. Menikah
7. Sistem pendukung baik
8. Gejala positif
9.Tidak ada riwayat keluarga penderita skizofrenia atau gangguan mood.

Pada pasien didapatkan faktor pencetus yang jelas yaitu masalah dalam
keluarga dan pasien berhenti minum obat. Fungsi pekerjaan sebelum sakit
baik dan fungsi sosial juga baik. Pasien sudah bercerai sejak tahun 2014 dan
keluarga pasien mendukung dalam pengobatan pasien. Tidak ditemukan
gejala negatif pada pasien dan tidak terdapat keluarga yang menderita
skizofrenia. Sehingga dapat disimpulkan bahwa prognosis pasien ini untuk ad
vitam yaitu dubia ad bonam, ad functionam yaitu dubia ad bonam, dan ad
sanationam yaitu dubia ad bonam.

19
DAFTAR PUSTAKA

1. Kusumawardhani A, Husain AB, dkk. 2013. Buku Ajar Psikiatrik. Jakarta:


Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
2. Lieberman JA. 2005. Effectiveness ofantipsychotic drugs in patients
withchronic schizophrenia. N Engl J Med.; 353:1209-23.
3. Maslim R. 2007. Panduan Praktis Penggunaan Klinis Obat Psikotropik.
Edisi III. Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK Unika Atma Jaya. PT Nuh Jaya;
Jakarta.
4. Maslim R. 2011. Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan Ringkas dari PPDGJ.
Jakarta : Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa Fakultas Kedokteran Unika Atmajaya.
5. Maramis WF. 2010. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Edisi II. Surabaya: FK
Unair.

20
LAMPIRAN

21
RIWAYAT PERJALANAN PENYAKIT

Tahun 2017 1 minggu SMRS 1 hari SMRS

 Pasien sering  Pasien


Pasiensemakin
mengejar
menyendiri setelah pamannya dengan
sering
pulang dari papua. membawa parang.
mengamuk
 (tidak
Pasiendapat
baru
 Pasien mulai
pertama kali
mengontrol
merasa ada suara- berobat ke rumah
emosinya)
suara, ada yang sakit jiwa.
meraba, mencium  Pasien dirawat di
bau-bau, dan Rumah sakit jiwa
melihat sekelebat
bayangan

Anda mungkin juga menyukai